You are on page 1of 35

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Remaja

2.1.1 Pengertian Remaja

Remaja yang dalam bahasa Inggris disebut sebagai adolescence, berasal dari

kata adolescere yang artinya tumbuh ke arah kematangan fisik, tetapi terutama

kematangan sosial psikologisnya (Sarwono, 2006). Masa remaja adalah masa

peralihan dimana terjadi perubahan secara fisik dan psikologis dari masa kanak-kanak

ke masa dewasa (Hurlock, 2003)

Pada masa remaja tersebut terjadilah suatu perubahan organ-organ fisik

(organobiologik) secara cepat, dan perubahan tersebut tidak seimbang dengan

perubahan kejiwaan (mental emosional). Terjadi perubahan mental besar ini

umumnya membingungkan remaja yang mengalaminya. Dalam hal ini bagi para ahli

dalam bidang ini, memandang perlu adanya pengertian, bimbingan dan dukungan dari

lingkungan di sekitarnya, agar dalam sistem perubahan tersebut terjadi pertumbuhan

dan perkembangan yang sehat sedemikian rupa sehingga kelak remaja tersebut

menjadi manusia dewasa yang sehat secara jasmani, rohani dan sosial

(Widyastuti, 2009)

Masa remaja dibagi dalam 3 katagori, yaitu: remaja awal, remaja tengah,

remaja akhir. Periode remaja awal berkisar antara usia 12 hingga 15 tahun, remaja

madya berlangsung pada usia kira-kira 15 hingga 18 tahun, dan remaja akhir yang

Universitas Sumatera Utara


terjadi pada usia 18 hingga 21 tahun. Remaja yang dimaksud pada penelitian ini

adalah masa perkembangan transisi dari anak-anak menuju dewasa dimana terjadinya

perubahan dalam hal biologis, kognitif, dan sosial-ekonomi. Penelitian ini akan

menggunakan subyek penelitian remaja yang berada pada masa remaja madya, yaitu

15-18 tahun, pada periode ini remaja mengalami perkembangan reproduksinya

(Sarwono, 2006)

2.1.2 Tingkatan Remaja

Semua aspek perkembangan dalam masa remaja secara global berlangsung

antara umur 12–21 tahun, dengan pembagian usia 12-15 tahun adalah masa remaja

awal, 15-18 tahun adalah masa remaja pertengahan, 18- 21 tahun adalah masa remaja

akhir. (Sarwono, 2006)

Menurut tahap perkembangan, masa remaja dibagi menjadi tiga tahap

perkembangan (Ali, 2009) yaitu :

1. Masa remaja awal (12-15 tahun), dengan ciri khas antara lain:

a. Lebih dekat dengan teman sebaya

b. Ingin bebas

c. Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir abstrak

2. Masa remaja tengah (15-18 tahun), dengan ciri khas antara lain

a. Mencari identitas diri

b. Timbulnya keinginan untuk kencan

c. Mempunyai rasa cinta yang mendalam

d. Mengembangkan kemampuan berpikir abstrak

Universitas Sumatera Utara


e. Berkhayal tentang aktifitas seks

3. Masa remaja akhir (18-21 tahun), dengan ciri khas antara lain

a. Pengungkapan identitas diri

b. Lebih selektif dalam mencari teman sebaya

c. Mempunyai citra jasmani dirinya

d. Dapat mewujudkan rasa cinta

e. Mampu berpikir abstrak

2.1.3 Perkembangan Fisik Remaja Puteri

Perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas

sensoris dan keterampilan motorik. Perubahan pada tubuh ditandai dengan

pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan

organ seksual dan fungsi reproduksi. Tubuh remaja mulai beralih dari tubuh kanak-

kanak menjadi pertumbuhan dewasa yang cirinya adalah kematangan diikuti

perubahan fisik otak sehingga strukturnya semakin sempurna dan meningkatkan

kemampuan kognitif (Papalia., Old. 2001).

Secara fisik organ reproduksi remaja perempuan masa pubertas dimulai

dengan awal berfungsinya ovarium (kandung telur) sampai pada saat ovarium sudah

berfungsi dengan mantap dan teratur (memasuki usia reproduksi). Peristiwa penting

pada masa ini adalah pertumbuhan badan yang cepat, timbulnya ciri–ciri kelamin

sekunder, menarche (haid pertama) dan perubahan psikis. Sedangkan indung telur

(ovarium) mulai aktif mengeluarkan estrogen yang dipengaruhi hormon gonadrotopin

yang diproduksi kelenjar bawah otak. Pada saat yang sama kortex kelenjar supra renal

Universitas Sumatera Utara


mulai membentuk hormon androgen yang memegang peranan penting dalam

pertumbuhan badan. Pengaruh hormon–hormon inilah yang menyebabkan

pertumbuhan genetalia internal, eksternal, dan ciri kelamin sekunder (Derek, 2005).

perubahan yang terjadi pada pertumbuhan tersebut diikuti munculnya tanda-tanda

sebagai berikut (Widyastuti, 2009) :

1. Rambut

Rambut kemaluan pada wanita juga tumbuh seperti halnya remaja laki-laki.

Tumbuhnya rambut kemaluan ini terjadi setelah pinggul dan payudara mulai

berkembang. Bulu ketiak dan bulu pada kulit wajah mulai tampak setelah haid.

Semua rambut kecuali rambut wajah mula-mula lurus dan terang warnanya,

kemudian menjadi lebih subur, kasar, lebih gelap dan agak keriting.

2. Pinggul

Pinggul menjadi berkembang, membesar dan membulat hal ini sebagai akibat

membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak dibawah kulit

3. Payudara

Seiring pinggul membesar, maka payudara juga membesar dan puting susu

menonjol. Hal ini terjadi harmonis sesuai pula dengan berkembang dan makin

besarnya kelenjar susu sehingga payudara menjadi lebih besar dan lebih bulat

4. Kulit

Kulit pada wanita semakin dewasa menjadi lebih lembut, berbeda dengan kulit

pada pria yang menjadi lebih kasar, lebih tebal, dan pori-pori membesar.

5. Kelenjar Lemak dan Kelenjar Keringat

Universitas Sumatera Utara


Kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif. Sumbatan kelenjar

lemak dapat menyebabkan jerawat. Kelenjar keringat dapat menyebabkan bau

yang menusuk sebelum dan selama masa haid.

6. Otot

Menjelang akhir masa puber, otot semakin membesar dan kuat, akibatnya akan

membentuk bahu, lengan dan tungkai kaki

7. Suara

Suara berubah semakin merdu.suara serak jarang terjadi pada wanita.

2.1.4 Organ Reproduksi Wanita

Organ reproduksi wanita terbagi atas organ genitalia eksternal dan organ

genitalia internal. Organ genitalia eksternal dan vagina adalah untuk senggama,

sedangkan organ genitalia interna adalah bagian untuk ovulasi, tempat pembuahan sel

telur, transportasi blastokis, implantasi dan tumbuh kembang janin (Wiknjosastro,

2007). Anatomi sistem reproduksi wanita terbagi menjadi 2 yaitu:

1. Organ Genitalia Eksternal

a. Vulva

Vulva, berbentuk lonjong, memanjang dari muka ke belakang. Dimuka

dibatasi oleh klitoris, dan di kiri dibatasi oleh kedua bibir kecil dan dibelakang

oleh perineum. Terdiri dari mons pubis, labia mayora, labia minora, cklitoris,

hymen, vestibulum, Urificium uretra externum, kelenjar-kelenjar pada dinding

vagina (Yanti, 2011)

Universitas Sumatera Utara


b. Mons Pubis

Lapisan lemak di bagian anterior symphisis os pubis. Pada masa pubertas

daerah ini mulai ditumbuhi rambut pubis (Yanti, 2011)

c. Labia Mayora

Labia mayora (bibir besar) terdiri atas bagian kanan dan kiri, lonjong mengecil

kebawah, terisi oleh jaringan lemak yang serupa dengan yang ada di mons

veneris ke bawah dan kebelakang kedua labia mayora bertemu dan membentuk

komisura posterior. Labia mayora analog dengan skrotum pada pria

ligamentum rotundum berakhir diatas labia mayora. setelah perempuan

melahirkan beberapa kali, labia mayora menjadi kurang menonjol dan pada

usia lanjut mulai mengeriput. Di bawah kulit terdapat massa lemak dan

mendapat pasokan pleksus vena yang pada cedera dapat pecah dan

menimbulkan hematoma (Trijatmo, 2009)

d Labia Minora

Lipatan jaringan tipis di balik labia mayora, tidak mempunyai folikel rambut.

Banyak terdapat pembuluh darah, otot polos, dan ujung serabut saraf

(Yanti, 2011)

e Klitoris

Terdiri dari caput/ glans clitoridis yang terletak di bagian superior vulva, dan

corpus clitoridis yang tertanam di dalam dinding anterior vagina. Terdapat juga

reseptor androgen pada klitoris, terdapat banyak pembuluh darah dan ujung

serabut saraf, sangat sensitif (Yanti, 2011).

Universitas Sumatera Utara


f Vestibulum

Berbentuk lonjong dengan ukuran panjang dari depan kebelakang dan dibatasi

didepan oleh klitoris, kanan kiri oleh bibir kecil dan dibelakang oleh perineum,

embriologi sesuai dengan sinus urogenitalis. Kurang lebih 1-1,5 cm dibawah

klitoris ditemukan orifisium uretra eksternum (lubang kemih) berbentuk

membujur 4-5 mm dan tidak jarang sukar ditemukan karena tertutup oleh

lipatan-lipatan selaput vagina. Tiidak jauh dari lubang kemih, di kiri dan di

kanan bawahnya, dapat dilihat dua ostia sken, saluran skene (duktus

parauretral) analog dengan kelenjar prostat pada laki-laki. dikiri dan kanan

bawah dekat fossa navikulare, terdapat kelenjar bartolin. Kelenjar ini

berukuran diameter lebih kurang 1 cm, terletak di bawah otot konstriktor kunni

dan mempunyai saluran kecil dengan panjang 1,5-2 cm yang bermuara di

vestibulum, tidak jauh dari fossa navikulare. Pada saat koitus kelenjar bartolin

mengeluarkan getah (Trijatmo, 2009).

g Hymen

Hymen merupakan selaput tipis yang menutupi sebagian lubang vagina luar.

Pada umumnya hymen berlubang sehingga menjadi saluran aliran darah

menstruasi atau cairan yang dikeluarkan oleh kelenjar rahim dan kelenjar

endometrium (Ida, 2009).

2. Organ Genitalia Interna

a. Vagina

Universitas Sumatera Utara


Vagina merupakan saluran muskulo membranasea yang menghubungkan

rahim dengan dunia luar, bagian ototnya berasal dari otot levatorani dan otot

sfingterani (otot dubur). Dinding depan dan belakang vagina berdekatan satu

sama lain, masing-masing panjangnya berkisar antara 6-8 cm dan 7-10 cm.

Bentuk vagina sebelah dalam yang berlipat-lipat disebut rugae, di tengah-

tengahnya ada bagian yang lebih keras disebut kolumna rugarum.

Lipatan-lipatan ini memungkinkan vagina dalam persalinan melebar sesuai

dengan fungsinya sebagi bagian lunak jalan lahir.

b. Rahim

Bentuk Rahim seperti buah pir, dengan berat sekitar 30 gram, terletak di

panggul kecil diantara rectum, dan didepannya terletak kandung kemih.

Bagian bawahnya disangga oleh ligamen yang kuat, sehingga bebas untuk

tumbuh dan berkembang saat hamil. Ruangan rahim berbentuk segitiga,

dengan bagian besar diatasnya.

Di dalam korpus uteri terdapat rongga (kavum uteri), yang membuka ke luar

melalui saluran (kanalis servikalis) yang terletak di serviks. Bagian bawah

serviks yang terletak di vagina dinamakan porsio uteri (pars vaginalis servisis

uteri) sedangkan yang berada di atas vagina disebut pars supravaginalis

servisis uteri, antara korpus dan serviks masih ada bagian yang disebut dengan

istmus uteri.Di luar, uterus dilapisi oleh serosa (peritoneum viserale), jadi dari

luar ke dalam ditemukan pada dinding korpus uteri serosa atau

perimetrium,miometrium, dan endometrium. Uterus mendapat darah dari

Universitas Sumatera Utara


arteri uterine, ranting dari arteri iliaka interna dan dari arteri uterine, serta dari

arteri ovarika

c. Tuba Fallopi

Tuba Fallopi berasal dari ujung ligamentum latum, berjalan kearah lateral,

dengan panjang 12 cm. Tuba fallopi bukan merupakan saluran lurus, tetapi

mempunyai bagian yang lebar sehingga membedakannya menjadi 4 bagian,

ujungnya terbuka, sehingga dapat menangkap ovum saat terjadi pelepasan

telur. Saluran telur ini merupakan saluran hasil konsepsi menuju rahim. Fungsi

tuba fallopi sangat vital dalam proses kehamilan, yaitu menjadi saluran

spermatozoa dan ovum tempat terjadinya pembuahan.

d Indung Telur

Indung telur terletak antara rahim dan dinding panggul, dan digantung ke

rahim oleh ligamentum. Indung telur merupakan sumber hormonal wanita

yang paling utama, sehingga mempunyai dampak kewanitaan dalam mengatur

proses menstruasi. Indung telur mengeluarkan telur setiap bulan silih berganti

kanan dan kiri.

2.2 PH Organ Genetalia Internal

2.2.1 Pengertian PH Organ Genetalia

Potensial Hydrogen ( pH ) organ genetalia internal berkisar 3,5 – 4,5, dimana

pada tingkat keasaman ini bakteri lactobacillus (bakteri baik) subur dan bakteri

patogen (bakteri jahat) mati. PH organ genetalia internal mempengaruhi jenis

Universitas Sumatera Utara


organisme keputihan dalam vagina Kandungan glikogen epitel vagina pasti

meningkat pada wanita yang menstruasi (dalam masa reproduksi) dibandingkan

wanita yang tidak dalam masa reproduksi. Kandungan asam laktat dalam vagina

menimbulkan pH yang sangat asam (kurang dari 4,5). Asam laktat diproduksi tidak

hanya oleh metabolisme laktobasilus yang menggunakan glukosa sebagai substrat

tetapi juga oleh metabolisme bakteri lain yang menggunakan glikogen sebagai

substrat dan oleh metabolisme sel-sel epitel vagina.

Kemudian pH rendah ini menyokong pertumbuhan organisme asidofilik

seperti laktobasilus. Kolonisasi laktobasilus vagina yang berat menghambat

pertumbuhan organisme lain melalui metabolisme sendiri dengan mempertahankan

pH yang rendah dengan menggunakan glukosa untuk menghasilkan asam laktat,

dengan memproduksi hidrogen peroksida yang menghambat pertumbuhan bakteri

anaerob, dan dengan menggunakan glukosa tersebut memusnahkan organisme lain

karena substrat untuk metabolismenya telah dipergunakan. Di antara wanita pasca

menopause, kandungan glikogen sel yang rendah karena pengurangan kadar estrogen

diperkirakan bertanggung jawab terhadap peningkatan pH organ genetalia internal.

Pada lingkungan pH yang tinggi ini efek penghambatan dan persaingan laktobasilus

dihilangkan dengan demikian organisme-organisme lain terutama yang anaerob akan

berproliferasi.

PH normal organ genetalia internal berkisar antara 3.5 - 4.5, bakteri baik

dalam organ genetalia internal berkembang di pH normal, jika pH organ genetalia

internal dinaikkan maka keseimbangan normal organisme bisa terganggu sehingga

Universitas Sumatera Utara


bakteri jahat berkembang dan mengakibatkan peradangan atau biasa disebut vaginitis

termasuk iritasi, keputihan yang tidak biasa, juga menimbulkan bau yang menyengat.

Dengan menjaga pH normal organ genetalia internal maka kita mencegah timbulnya

penyakit yang disebabkan oleh bakteri jahat. Produk pembersih vagina akan

mengubah pH dan merangsang bakteri yang dapat menyebabkan infeksi pada remaja

sehingga menimbulkan gangguan kesehatan reproduksi pada remaja putri yang bakal

menjadi calon ibu generasi seterusnya

2.2.2 Pengertian Keputihan

Keputihan merupakan gejala keluarnya cairan dari vagina selain darah haid.

Cairan yang keluar tersebut harus dibedakan antara cairan/lendir normal dan

cairan/lendir tidak normal (Kasdu, 2005). Keadaan biasa, cairan tidak sampai keluar

namun belum tentu bersifat patologis (Mansjoer, 2000).

Indikasi adanya masalah kesehatan jika keputihan tersebut mulai berubah

warna, gatal dan mengeluarkan bau yang kurang enak. Hampir semua perempuan

mengalami keputihan minimal satu atau dua kali seumur hidupnya (Boyke, 2007).

Keputihan merupakan manisfestasi klinis berbagai infeksi keganasan atau tumor jinak

reproduksi. Keluhan keputihan pada wanita harus dianggap serius karena akibatnya

sangat kompleks dan banyak (Manuaba, 2008).

2.2.3 Etiologi

Penyebab keputihan dibagi 2 macam yaitu:

1. Penyebab Non Patologis

Universitas Sumatera Utara


a. Bayi baru lahir hingga berusia kira-kira 10 hari. Hal ini terjadi Karena

pengaruh hormon esterogen dan progesteron.

b. Masa sekitar menarche atau pertama kalinya haid datang. Keadaan ini

ditunjang oleh hormone esterogen.

c. Seorang wanita yang mengalami kegairahan seksual. Hal ini berkaitan dengan

kesiapan vagina untuk menerima penetrasi pada senggama.

d. Masa disekitar ovulasi karena produksi kelenjar-kelenjar mulut rahim.

e. Kehamilan yang mengakibatkan meningkatnya suplai darah kedaerah vagina

dan mulut rahim, serta penebalan dan melunaknya selaput lendir vagina.

f. Akseptor kontrasepsi pil dan akseptor IUD.

g. Pengeluaran lendir yang bertambah pada wanita yang sedang menderita

penyakit kronik, atau pada wanita yang mengalami strees.

2. Penyebab Patologis

Keputihan bisa karena banyak hal. Benda asing, luka pada vagina, kotoran dari

lingkungan, air tak bersih, pemakaian tampon atau panty liner berkesinambungan.

Semua ini potensial membawa jamur, bakteri, virus, dan parasit:

a. Jamur Candida warnanya putih susu, kental, berbau agak keras, disertai rasa

gatal pada vagina. Akibatnya, mulut vagina menjadi kemerahan dan

meradang. Biasanya, kehamilan, penyakit kencing manis, pemakaian pil KB,

dan rendahnya daya tahan tubuh menjadi pemicu. Bayi yang baru lahir juga

bisa tertular keputihan akibat Candida karena saat persalinan tanpa sengaja

menelan cairan ibunya yang menderita penyakit tersebut.

Universitas Sumatera Utara


b. Parasit Trichomonas Vaginalis

Ditularkan lewat hubungan seks, perlengkapan mandi, atau bibir kloset.

Cairan keputihan sangat kental, berbuih, berwarna kuning atau kehijauan

dengan bau anyir. Keputihan karena parasit tidak menyebabkan gatal, tapi

liang vagina nyeri bila ditekan.

c. Kuman (Bakteri)

Bakteri Gardnella-Infeksi ini menyebabkan rasa gatal dan mengganggu.

Warna cairan keabuan, berair, berbuih, dan berbau amis. Juga menyebabkan

peradangan vagina tak spesifik. Biasanya mengisi penuh sel-sel epitel vagina

berbentuk khas clue cell. Menghasilkan asam amino yang akan diubah

Menjadi senyawa amino bau amis, berwarna keabu-abuan. Beberapa jenis

bakteri lain juga memicu munculnya penyakit kelamin. Gonococcus, atau

lebih dikenal dengan nama GO. Warnanya kekuningan, yang sebetulnya

merupakan nanah yang terdiri dari sel darah putih yang mengandung kuman

Neisseria gonorrhoea. Kuman ini mudah mati setelah terkena sabun, alkohol,

deterjen, dan sinar matahari. Cara penularannya melalui senggama.

d. Keputihan akibat infeksi virus juga sering ditimbulkan penyakit kelamin,

seperti condyloma, herpes, HIV/AIDS. Condyloma ditandai tumbuhnya kutil-

kutil yang sangat banyak disertai cairan berbau. Ini sering pula menjangkiti

wanita hamil. Sedang virus herpes ditularkan lewat hubungan badan.

Bentuknya seperti luka melepuh, terdapat di sekeliling liang vagina,

Universitas Sumatera Utara


mengeluarkan cairan gatal, dan terasa panas. Gejala keputihan akibat virus

juga bisa menjadi faktor pemicu kanker rahim.

e. Chlamydia Trachomatis, kuman ini sering menyebabkan penyakit mata

trakhoma. Ditemukan di cairan vagina dengan pewarnaan Diemsa.

f. Treponema Pallidium, adalah penyebab penyakit kelamin sifilis. Penyakit ini

dapat terlihat sebagai kutil-kutil kecil di liang senggama dan bibir kemaluan

(Mims, 2004).

Selain infeksi keputihan tidak normal disebabkan oleh :

a. Benda Asing

Tidak jarang ada pasien yang datang dengan keputihan setelah diperiksa alat

kelaminnya ternyata mengandung benda asing. Benda asing yang dimaksud

seperti biji-bijian (pada anak-anak) maupun sisa-sisa kondom (pada

perempuan dewasa).

b. Kanker

Gejala keputihan yang sukar sembuh dengan pengobatan biasa (antibiotik dan

anti jamur) yang telah dilakukan oleh dokter, perlu dipikirkan akan

kemungkinan penyebabnya adalah sesuatu keganasan seperti kanker lehar

rahim.

c. Kelainan Alat Kelamin

Pada keadaan tertentu bisa terjadi secara abnormal lubang (saluran) yang

menghubungkan vagina dengan kandung kemih ataupun rectum. Bisa juga hal

Universitas Sumatera Utara


ini terjadi akibat cidera persalinan operasi pengangkatan rahim, radiasi pada

kanker organ reproduksi, atau akibat kanker itu sendiri.

d. Masa Menopause (Berhentinya Haid)

Pada masa menopause, sel-sel vagina mengalami hambatan dalam

pematangan sel akibat tidak adanya hormon pemacu, esterogen (menjadi

atrofi). Vagina menjadi kering, sering timbul rasa gatal karena tipisnya sel,

sehingga mudah luka dan timbul infeksi penyerta.

2.2.4 Diagnosis

Gatal (pruritis) dan cairan vagina. Karakter cairan vagina seperti keju, lunak

berwarna putih susu, mungkin bergumpal dan berbau. Rasa nyeri pada vagina, sensasi

terbakar pada vulva, dispareuni dan disuria juga dapat dikeluhkan. (Felix, 2007).

Pemeriksaan kasus keputihan dilakukan sebagai konfirmasi terhadap gejala yang

disampaikan klien atau yang timbul pada waktu anamnesa.

1. Genetalia Luar

Pemeriksaan untuk mengetahui ;

a. Tanda kemerahan

b. Cairan yang keluar dari vagina

c. Luka atau rasa nyeri kalau di sentuh

d. Kelainan lain

2. Genetalia Dalam

Pemeriksaan dalam spekulum steril, vagina dan servik diperiksa terhadap

Universitas Sumatera Utara


a. Tanda peradangan pada selaput lendir vagina atau servik dan adanya nanah

b. Cairan vagina (duh tubuh vagina) (Sofyan, 2006).

3. Diagnosis penyebab infeksi

a. Trikomoniasis

1) Anamnesis: sering tidak menunjukkan keluhan , kalau ada biasanya berupa

duh tubuh vagina yang banyak dan berbau maupun dispareunia, perdarahan

pasca coitus dan perdarahan intermenstrual, encer, busuk, dan fly bitten

2) Jumlah keputihan banyak, berbau, menimbulkan iritasi dan gatal. Warna

sekret putih, kuning atau purulen. Konsistensi homogen, basah, frothy atau

berbusa (foamy). Terdapat eritema dan edema pada vulva disertai dengan

ekskoriasi. Sekitar 2-5% tampak strawberry servix yang sangat khas pada

trichomonas.

3) Laboratorium: pH>4,5 dan Sniff test (+)

4) Mikroskopik: pemeriksaan sediaan basah dengan larutan garam fisiologis

terlihat pergerakan trichomonas berbentuk ovoid, ukuran lebih besar dari

PMN dan mempunyai flagel, leukosit (+) dan clue cell dapat (+)

b. Kandidosis vulvovaginal

1) Anamnesis: keluhan panas, atau iritasi pada vulva dan keputihan yang tidak

berbau

2) Rasa gatal/iritasi disertai keputihan tidak berbau atau berbau asam. Keputihan

bisa banyak, bergumpal, putih keju atau seperti kepala susu/krim, tetapi

kebanyakan seperti susu pecah. Pada dinding vagina biasanya dijumpai

Universitas Sumatera Utara


gumpalan keju (cottage cheeses). Pada vulva/dan vagina terdapat tanda-tanda

radang, disertai maserasi, psuedomembran, fissura dan lesi satelit

papulopustular

3) Laboratorium: pH vagina <4,5 dan Whiff test (-)

4) Mikroskopik: pemeriksaan sediaan basah dengan KOH 10% atau dengan

pewarnaan gram ditemukan blastopora bentuk lonjong, sel tunas, pseudohifa

dan kadang kadang hifa asli bersepta

c. Vaginosis bacterial

1) Anamnesis: Mempunyai bau vagina yang khas yaitu bau amis terutama waktu

berhubungan seksual, namun sebagian besar dapat asimtomatik

2) Keputihan dengan bau amis seperti ikan. Sekret berlebihan, banyaknya sedang

sampai banyak, homogen, warna putih atau keabu-abuan, melekat pada

dinding vagina. Tidak ada tanda-tanda inflamasi.

3) Laboratorium: pH >4,5 biasanya berkisar antara 5-5,5 dan Whiff test (+)

4) Mikroskopik: clue cell (+) jarang terdapat leukosi

d. Servisitis Gonore

1) Anamnesis: Gejala subjektif jarang ditemukan . Pada umumnya wanita datang

berobat kalau sudah ada komplikasi. Sebagian besar penderita ditemukan pada

pemeriksaan antenatal atau pemeriksaan keluarga berencana

2) Duh tubuh serviks yang mukopurulen. Serviks tampak eritem, edema, ektopi

dan mudah berdarah pada saat pengambilan bahan pemeriksaan.

3) Laboratorium: kultur

Universitas Sumatera Utara


4) Mikroskopik: Pemeriksaan sedian langsung dengan pengecatan gram

ditemukan diplokokus gram negatif, intraseluler maupun ekatraseluler

e. Klamidiasis

1) Anamnesis: gejala sering tidak khas, asimtomatik, atau sangat ringan

2) Eksudat seviks mukopurulen, erosi seviks, atau folikel-folikel kecil

(microfollicles)

3) Laboratorium: pemeriksaan serologis untuk deteksi antigen melalui ELISA

4) Mikroskopik: dengan pengecatan giemsa akan ditemukan badan elementer

dan badan retikulat

3. Diagnosis penyebab benda asing

4. dignosis penyebab keganasan

diagnosis keganasan dapat dilakukan dengan cara Pap Smear, kol[poskopi,

schiller test, biopsy, mikrokaratase

2.2.5 Penegakan Diagnosis

Penegakan diagnosis keputihan patologis dapat dilakukan dengan:

1. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium dilakukan dengan cara pengambilan specimen pada

wanita dari apusan duh tubuh dari endoserviks, uretra, muara kelenjar

bartholini maupun rectum. Specimen tersebut digunakan untuk pemeriksaan

dengan pengecatan gram dan kultur. Pengambilan dilakukan dengan memakai

speculum yang telah dibasahi dengan air kemudian dimasukkan kedalam

vagina, sedangkan penggunaan antiseptic, minyak pelumas/ lubrikan dihindari.

Universitas Sumatera Utara


Swab (lidi kapas) steril dimasukkan kedalam kanalis sevikalis 2-3 cm.

kemudian swab diputar untuk mendapatkan duh tubuh endoserviks

2. Prep KOH

Pemeriksaan KOH (kalium Hidroksida ) merupakan pemeriksaan yang

dianjurkan untuk menegakkan diagnosis pada setiap kasus karena infeksi

jamur. Pemeriksaan dilakukan dengan cara meneteskan larutan KOH 10% pada

kaca objek letakkan bahan yang akan diperiksa pada tetesan tersebut dengan

menggunakan pinset yang sebelumnya dibasahi dahulu dengan larutan KOH

tersebut. Kemudian tutup dengan kaca penutup biarkan ± 15 menit atau

dihangatkan diatas nyala api selama beberapa detik untuk mempercepat proses

lisis

3. Pap Smear

Papsmear merupakan pemeriksaan usapan untuk melihat keadaan sel-sel di

leher rahim di bawah mikroskop. Cara pemeriksaan dengan menggunakan

spatula atau sejenis sikat halus (cytobrush), sel-sel leher rahim diambil oleh

seorang dokter atau bidan untuk dioleskan dan difiksasi pada kaca benda,

kemudian dengan dokter spesialis PA (Patologi Anatomi) yang mendiagnosa

hasil. Pemeriksaan Papsmear dilakukan bagi wanita yang sudah menikah,

Papsmear dilakukan pada hari pertengahan siklus haid. Hal ini agar benar-benar

bersih dari bercak darah.

4. Kultur

Universitas Sumatera Utara


Adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui jenis kuman atau

bakteri penyebab keputihan patologis apabila dengan pengobatan biasa tidak

membuat keputihan berkurang atau sembuh. Cara pemeriksaan yaitu hanya

dengan mengambil cairan/lendir dari vagina dengan menggunakan swab

tertentu yang kemudian dimasukkan ke cairan / sediaan tertentu yang kemudian

dibawa ke laboratorium. Tidak menimbulkan rasa nyeri, hanya tidak nyaman

sedikit dan harus rileks, hasil akan diperoleh setelah 5 hari. Dengan adanya

kultur, dokter akan dapat memberikan terapy yang tepat untuk jenis bakteri

atau kuman penyebab keputihan.

2.2.6 Pencegahan

Pencegahan adalah mencegah terjadinya penyakit selama hal ini mungkin

dilakukan.

1. Kebersihan Daerah Kemaluan

Kebersihan daerah kemaluan perlu diperhatikan. Kebiasaan membersihkan

daerah kemaluan setelah buang air kecil atau buang air besar harus benar. Cara

cebok yang aman adalah mengalirkan air dari depan ke belakang demikian pula

saat mengeringkannya, bila arah ini salah maka kuman dari daerah anus dapat

mencemari sekitar vagina yang lebih sensitif untuk mengalami infeksi.

2. Dalam keadaan haid atau menggunakan pembalut, gunakanlah pakaian dalam

yang pas sehingga pembalut tidak bergeser dari belakang ke depan

3. Hati-hati menggunakan kloset umum basah.

Universitas Sumatera Utara


4. Jangan gunakan handuk bersama orang lain dan hindari penggunaan pakaian

renang basah bergantian.

5. Selain itu keputihan sering terjadi bersamaan dengan reaksi alergi pada daerah

kemaluan terhadap bahan sintetis dari pakaian dalam atau pembalut perempuan,

sebaiknya gunakan pakain dalam dari katun.

2.3 Vulva Hygiene

2.3.1 Pengertian Vulva Hygiene

Vulva hygiene adalah tindakan menjaga kebersihan alat kelamin luar

perempuan (Hidayat, 2009) seperti membilas organ genetalia eksternal dengan air

matang dan sabun setelah buang air kecil atau buang air besar dan perawatan sehari-

hari dalam memelihara organ genetalia. Menurut Ayu (2010) Vulva hygiene

merupakan suatu tindakan untuk memelihara kebersihan organ genetalia eksternal

yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan dan mencegah infeksi

Kebiasaan menjaga kebersihan, termasuk kebersihan organ-organ seksual atau

reproduksi, merupakan awal dari usaha menjaga kesehatan tubuh secara umum.

Kebersihan di area vagina sering diabaikan kaum hawa, padahal jika berlarut-larut

akan lebih rentan terinfeksi virus berbahaya

2.3.2 Manfaat Vulva Hygiene

Alat reproduksi merupakan salah satu organ tubuh yang sensitif dan

memerlukan perawatan khusus. Pengetahuan dan perawatan yang baik merupakan

Universitas Sumatera Utara


faktor penentu dalam memelihara kesehatan reproduksi. Manfaat perawatan vulva

dan vagina, antara lain (Siswono, 2001) :

1. Untuk mencegah terjadinya infeksi pada vulva dan menjaga kebersihan vulva

2. Untuk kebersihan perineum dan vulva

3. Menjaga vagina dan daerah sekitarnya tetap bersih dan nyaman

4. Mencegah munculnya keputihan, bau tak sedap dan gatal-gatal

5. Menjaga agar Ph vagina tetap normal (3-4) .

6. Membersihkan bekas keringat dan bakteri yang ada di sekitar vulva di luar vagina.

7. Mencegah rangsangan tumbuhnya jamur, bakteri, protozoa.

2.3.3 Cara Pelaksanaan Vulva Hygiene

Secara umum menjaga kesehatan berawal dari menjaga kebersihan, hal ini

berlaku bagi kesehatan organ–organ seksual, termasuk vagina. Berikut adalah cara

membersihkan vagina :

1. Selalu mencuci tangan sebelum menyentuh vagina.

2. Membersihkan vagina dengan cara membasuh bagian diantara vulva (bibir vagina)

secara hati–hati menggunakan air bersih dan sabun yang lembut setiap buang air

kecil, buang air besar dan ketika mandi. Seandainya alergi dengan sabun lembut

sekalipun, anda bisa membasuhnya dengan air hangat, yang penting adalah

membersihkan bekas keringat dan bakteri yang ada disekitar vulva diluar vagina.

Cara membasuh alat kelamin wanita yang benar adalah dari arah depan (vagina) ke

belakang (anus), jangan terbalik karena bakteri yang ada disekitar anus bisa

Universitas Sumatera Utara


terbawa ke dalam vagina, setelah dibersihkan gunakan handuk bersih atau tisu

kering untuk mengeringkannya (Ika, 2011 dan Salika, 2010).

3. Hati-hati ketika menggunakan kamar mandi umum, apabila akan menggunakan

kloset duduk maka siramlah terlebih dahulu untuk mencegah terjadinya penularan

penyakit menular seksual. Bakteri,kuman,dan jamur bisa menempel di kloset yang

sebelumnya digunakan oleh penderita penyakit menular seksual. (Ika, 2011 dan

Depkes, RI 2007)

4. Larangan menggunakan alat pembersih kimiawi tertentu karena dapat merusak

kadar keasaman vagina yang berfungsi menyebabkan bakteri atau kuman masuk.

Tidak perlu sering menggunakan sabun khusus pembersih vagina. Vagina sendiri

sudah mempunyai mekanisme alami untuk mempertahankan keasamannya.

Keseringan menggunakan sabun khusus ini justru akan mematikan bakteri baik

dan memicu berkembangbiaknya bakteri jahat yang dapat menyebabkan infeksi

(Salika, 2010 dan Depkes RI, 2010)

5. Jangan sering-sering menggunakan pantyliner. Gunakan pantyliner sesuai dengan

kebutuhan artinya ketika mengalami keputihan yang banyak sekali, dan gunakan

pantyliner yang tidak berparfum untuk mencegah iritasi, dan sering mengganti

pantyliner saat keputihan. (Ika, 2011 dan Salika, 2010)

6. Kebersihan daerah kewanitaan juga bisa dijaga dengan sering mengganti pakaian

dalam, paling tidak sehari dua kali di saat mandi, apalagi pada wanita yang aktif

dan mudah berkeringat untuk menjaga vagina dari kelembaban yang

berlebihan.(Ika, 2011 dan Salika, 2010). Bahan celana dalam yang baik harus

Universitas Sumatera Utara


menyerap keringat, misalnya katun. Hindari memakai celana dalam atau celana

jeans yang ketat kulit jadi susah bernafas dan akhirnya menyebakan daerah

kewanitaan menjadi lembab,berkeringat dan mudah menjadi tempat berkembang

biak jamur yang dapat menimbulkan iritasi. Infeksi sering kali terjadi akibat celana

dalam yang tidak bersih. Hindari juga menggunakan handuk atau washlap orang

lain untuk mengeringkan vagina kita (Ika, 2011)

7. Rambut yang tumbuh disekitar daerah kewanitaanpun perlu diperhatikan

kebersihannya, jangan mencabut-cabut rambut tersebut, lubang ini bisa menjadi

jalan masuk bakteri, kuman dan jamur,yang dikhawatirkan dapat menimbulkan

iritasi dan penyakit. Perawatan rambut didaerah kewanitaan cukup dipendekan

dengan gunting atau alat cukur dan busa sabun yang lembut. Rambut di daerah

kewanitaan berguna untuk merangsang pertumbuhan bakteri baik serta

menghalangi masuknya benda kecil ke dalam vagina (Salika, 2010)

8. Haid merupakan mekanisme tubuh untuk membuang darah kotor. waktu haid,

sering ganti pembalut karena pembalut juga menyimpan bakteri kalau lama tidak

diganti, bila dipermukaan pembalut sudah ada segumpal darah haid meskipun

sedikit,sebaiknya segera mengganti pembalut. Gumpalan darah haid yang ada di

permukaan pembalut menjadi tempat sangat baik untuk perkembangan bakteri dan

jamur (Depkes RI, 2007), oleh karena itu gantilah pembalut setiap kali terasa

basah atau sekitar tiga jam sekali. Pembalut ini perlu diganti sekitar 4 sampai 5

kali dalam sehari untuk menghindari pertumbuhan bakteri yang berkembang biak

pada pembalut tersebut kedalam vagina (Baradero, 2007).

Universitas Sumatera Utara


2.4 Pengetahuan

2.4.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah

melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca

indra, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian

besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau

kognitif merupakan faktor dominan yang sangat penting dalam terbentuknya tindakan

seseorang, sebab dari hasil penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan (Notoatmodjo, 2007)

Perilaku yang didasari pengetahuan umumnya bersifat langgeng .Proses

adopsi perilaku menurut Rogers dalam Notoatmodjo (2005), sebelum seseorang

mengadopsi sesuatu, di dalam diri orang tersebut terjadi suatu proses yang berurutan

yaitu:

1. Awareness (kesadaran), individu menyadari adanya stimulus.

2. Interest (tertarik), individu mulai tertarik kepada stimulus.

3. Evaluation (menimbang-nimbang), individu menimbang-nimbang tentang baik

dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.Pada tahap ini subjek memiliki sikap

yang lebih baik.

4. Trial (mencoba), individu sudah mulai mencoba perilaku baru.

5. Adoption, individu telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,sikap dan

kesadarannya terhadap stimulus

Universitas Sumatera Utara


2.4.2 Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan adalah segala hal yang berkaitan dengan ingatan (recall) dan

kemampuan intelektual. Ada 6 tingkatan pengetahuan yakni tahu, memahami,

aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi (Notoadmodjo, 2005)

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)

terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan

yang telah diterima, oleh sebab itu, “tahu” ini adalah merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar

tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut

secara benar.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat

diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, adanya

prinsip terhadap obyek yang dipelajari

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke dalam

komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut,

dan masih ada kaitannya satu sama lainnya.

Universitas Sumatera Utara


5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru,

dalam kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru

dari formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan suatu justifikasi atau

penelitian terhadap suatu kriteria-kriteria yang ada

2.4.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Pengetahuan

1. Pendidikan

Pendidikan merupakan penuntun manusia untuk berbuat dan mengisi

kehidupannya yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi sehingga

yang dapat meningkatkan kualitas hidup, sebagaimana umumnya semakin tinggi

pendidikan seseorang semakin mudah menerima informasi dan semakin

pengetahuan yang dimiliki sehingga penggunaan komunikasi dapat secara efektif

akan dapat melakukannya (Notoatmojo, 2003)

2. Sumber Informasi

Informasi adalah penerangan, pemberitahuan, kabar atau berita tentang sesuatu

keseluruhan makna yang menunjang pesan atau amanat. Pengetahuan diperoleh

melalui informasi yaitu kenyataan (fakta) dengan melihat dan mendengar sendiri.

Informasi kesehatan biasanya berasal dari petugas kesehatan atau instansi

pemerintah atau media massa. Pada umumnya petugas kesehatan melakukan

Universitas Sumatera Utara


pendekatan dengan ceramah atau penyuluhan kesehatan, sedangkan melalui

media massa dapat berupa elektronik seperti televisi, radio, dan lain-lain.

Adapapun media cetak seperti majalah, koran, buku, dan lain-lain. Sumber

informasi kesehatan yang tepat mempunyai peran besar dalam meningkatkan

pengetahuan seseorang (Notoatmodjo, 2003).

2.5 Sikap

2.5.1 Pengertian Sikap

Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap suatu stimulus atau objek

,baik yag bersifat intern maupun ekstern sehingga manifestasinya tidak dapat

langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari sikap yang

tertutup tersebut. Sikap secara realitas menunjukkan adanya kesesuaian respons

terhadap stimulus tertentu. Tingkatan sikap adalah menerima, merespons, menghargai

dan bertanggung jawab. Dalam bagian lain Allport yang dikutip Notoatmodjo (2003)

menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok.

1. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep, terhadap suatu objek

2. Kehidupan emosional dan evaluasi terhadap suatu objek.

3. Kecendrungan untuk bertindak.

2.5.2 Tingkatan Sikap

Tingkatan sikap dapat dibagi menjadi empat yaitu menerima (receiving) yang

berarti subjek mau dan memperhatikan stimulasi yang diberikan objek, merespon

(responding) yaitu memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan

Universitas Sumatera Utara


menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap, yang ketiga

adalah menghargai (valuing) yaitu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan suatu masalah, dan yang paling penting adalah bertanggung jawab

(responsible) yaitu bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya

dengan segala resiko (Notoatmodjo,2003).

2.5.3 Ciri-Ciri Sikap

Menurut Azwar (2005) ada 5 ciri-ciri sikap yaitu :

1. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang

perkembangan itu dalam hubungan dengan obyeknya. Sifat ini perkembangannya

dengan sifat motif-motif biogenis seperti lapar, haus, kebutuhan akan istirahat.

2. Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap dapat

berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat

tertentu yang mempermudah sikap pada orang lain.

3. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu

terhadap suatu objek dengan kata lain, sikap itu terbentuk, dipelajari atau berubah

senantiasa berkenaan dengan suatu objek tertentu yang dapat dirumuskan dengan

jelas.

4. Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan

kumpulan dari hal-hal tersebut.

5. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat alamiah yang

membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan atau pengetahuan yang dimiliki

orang.

Universitas Sumatera Utara


2.5.4. Faktor-faktor yang Memengaruhi Sikap

Menurut Azwar (2005) ada beberapa faktor yang memengaruhi sikap terhadap

obyek sikap antara lain :

1. Pengalaman pribadi, untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap,

pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat karena itu, sikap

akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam

situasi yang melibatkan faktor emosional.

2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting, pada umumnya individu

cenderung untuk memiliki sikap yang searah dengan sikap orang yang

dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan

untuk menghargai konflik dengan orang lain yang dianggap penting tersebut.

3. Pengaruh kebudayaan, tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis

yang mengarahkan sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah

mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi

corak pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya.

4. Media massa dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media

komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara

obyektif cenderung dipengaruhui oleh sikap penulisnya, akibatnya

berpengaruhui terhadap sikap konsumennya.

5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama, konsep moral dan ajaran dari

lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan sistem

Universitas Sumatera Utara


kepercayaan, tidak mengherankan jika pada gilirannya konsep tersebut

memengaruhi sikap.

6. Faktor emosional, kadang kala suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang

didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyalah frustasi atau

pengalihan bentuk mekanisme petahanan ego, dapat diperteguh atau dirubah.

Dalam psikologi sosial, sikap adalah kecenderungan individu yang dapat

ditentukan dari cara-cara berbuat (Notoatmodjo, 2003).

2.6 Tindakan

2.6.1 Pengertian Tindakan

Tindakan adalah realisasi dari pengetahuan dan sikap menjadi suatu perbuatan

nyata. Tindakan juga merupakan respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk

nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk

tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain

(Notoatmodjo,2003)

2.6.2 Tingkatan Tindakan

Tindakan terdiri dari empat tingkatan, yaitu :

1. Persepsi (Perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan

diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.

2. Respon Terpimpin (Guided Response)

Universitas Sumatera Utara


Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan

contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.

3. Mekanisme (Mecanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secar otomatis,

atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek

tingkat tiga.

4. Adopsi (Adoption)

Adaptasi adalah praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik,

artinya itu sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

2.6.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Tindakan Vulva Hygiene

1. Pengetahuan

Menurut Notoatmojo (2003) pengetahuan adalah hasil “tahu”, ini terjadi

setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu, pengindraan

terjadi melalui panca indra manusia yakni :indra penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata

dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang.

Pengetahuan remaja yang baik mengenai kesehatan reproduksi khususnya

organ reproduksi ekternal yaitu vulva, berpengaruh terhadap pemeliharaan kebersihan

vulva itu sendiri terlihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Hani Handayani

menyatakan bahwa ada hubungan pengetahuan dengan perilaku kebersihan organ

genetalia eksternal. Penelitian dari Yuliana, 2010 dengan judul Hubungan tingkat

pengetahuan tentang menstruasi terhadap perilaku hygiene menstruasi remaja putri

SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

Universitas Sumatera Utara


terdapat hubungan antara pengetahuan tentang menstruasi dengan perilaku hygiene

menstruasi dengan nilai p=0,000 (p<0,05).

2. Sikap

Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap suatu stimulus atau objek

,baik yang bersifat intern maupun ekstern sehingga manifestasinya tidak dapat

langsung dilihat, sikap juga berpengaruh terhadap perilaku terlihat dari Penelitian

yang dilakukan handayani Tahun 2011 terdapat hubungan antara sikap dengan

perilaku tentang kebersihan organ genetalia ekterna (p=0,017).

2.7 Landasan Teori

Alat reproduksi merupakan salah satu organ tubuh yang sensitif dan

memerlukan perawatan khusus. Pengetahuan dan perawatan yang baik merupakan

faktor penentu dalam memelihara kesehatan reproduksi. Lawrence Green seperti

dikutip Notoatmojo (2003) menyatakan, terdapat 3 faktor yang mendasari perilaku

remaja yaitu presdiposing, enabling, dan reinforcing.

Faktor predisposing meliputi pengetahuan dan sikap remaja yang merupakan

kognitif domain yang mendasari terbentuknya perilaku baru. Hal lain dari faktor ini

adalah tradisi, kepercayaan, sistem nilai, tingkat pendidikan, dan tingkat sosial

ekonomi. Faktor enabling mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas

kesehatan, berupa peraturan prosedur tetap dan kesempatan pemberian informasi.

Sedangkan faktor reinforcing adalah dukungan keluarga, dan informasi. Dalam

penelitian ini, dipakai salah satu faktor dari ketiga faktor tersebut yang

mempengaruhi remaja untuk melakukan vulva hygiene, yaitu predisposing terdiri dari

Universitas Sumatera Utara


pengetahuan dan sikap. Model Teori Perilaku menurut Lawrence Green (1980)

sebagai berikut :

Faktor Predisposing

- Pengetahuan
- Sikap

Faktor Enabling

- Ketersediaan Tindakan Vulva PH Organ


fasilitas, Sarana Hygiene Genital Interna
/Prasana

Faktor Reinforcing

- Dukungan keluarga
- Informasi

Gambar 2.1. Kerangka Teori Teori Lawrance Green (Notoadmodjo, 2003)

2.8 Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Pengetahuan Vulva
Hygiene

Sikap Vulva Hygiene


PH Organ Genetalia
Internal

Tindakan Vulva Hygiene

Gambar 2.3. Kerangka Konsep Penelitian

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan gambar diatas, yang menjadi variabel independen dalam

penelitian ini adalah pengetahuan, sikap dan tindakan vulva hygiene sedangkan yang

menjadi variabel dependen adalah pH organ genetalia internal.

Universitas Sumatera Utara

You might also like