You are on page 1of 8

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 5 No.

3 AGUSTUS 2016 ISSN 2302 - 2493

FORMULASI DAN PENGUJIAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN


CAIR EKSTRAK ETANOL DAUN EKOR KUCING
(Acalypha hispida Burm.F) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI
Staphylococcus aureus

Jessica Ch. Kasenda1), Paulina V.Y.YamLean1), Widya Astuty Lolo1)


1)
Program Studi Farmasi FMIPA UNSRAT Manado,95115

ABSTRACT

Ekor kucing leaves (Acalypha hispida) has an antibacterial activity. Chemical compound as an
antibacterial in Ekor Kucing are tannins, flavonoids, saponins and acalypin. This research aims to make
formulation dosage of antibacterial liquid soap of the Ekor kucing leaves ethanol extract, testing the
quality of Ekor kucing leaves ethanol extract liquid soap and testing activity of antibacterial of Ekor
kucing leaves ethanol extract liquid soap with concentration of 3%, 6% and 9% to Staphylococcus aureus
bacteria growth. Organoleptic test, pH test, high foam, water content, alkali-free and specific gravity test
were done in liquid soap formulation of ethanol extract of Ekor kucing leaves with a concentration of 3%,
6% and 9%. Testing of antibacterial activity against Staphylococcus aureus growth was conducted by
diffusion. Results of the quality test of the liquid soap meets the requirements according to the standards
set by SNI is organoleptic test, pH test, high foam, alkali-free and specific gravity test. The results of
antibacterial activity test of liquid soap Ekor Kucing leaves extract can inhibit Staphylococcus aureus,
concentration 3% in the category of weak inhibition zone, concentration 6% and 9% in the category
medium inhibition zone.

Keywords: Ekor kucing, liquid soap, antibacterial, Staphylococcus aureus.

ABSTRAK

Daun Ekor kucing (Acalypha hispida Burm.F) memiliki aktivitas antibakteri. Kandungan kimia
yang terdapat didalamnya yang bersifat antibakteri ialah tanin, flavonoid, saponin dan acalypin.
Penelitian ini bertujuan untuk membuat formulasi sediaan sabun cair antibakteri dari ekstrak etanol daun
Ekor kucing, menguji mutu dari sabun cair ekstrak etanol daun Ekor kucing dan menguji aktivitas
antibakteri sabun cair ekstrak etanol daun Ekor kucing dengan konsentrasi 3%, 6% dan 9% terhadap
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Formulasi sabun cair ekstrak etanol daun Ekor kucing
dengan konsentrasi 3%, 6% dan 9% dilakukan pengujian organoleptis, pH, tinggi busa, kadar air, alkali
bebas dan uji bobot jenis. Pengujian aktivitas antibakteri terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus
dilakukan dengan metode difusi. Hasil pengujian mutu sabun cair yang yang memenuhi persyaratan
sesuai standar yang ditetapkan SNI ialah uji organoleptis, pH, tinggi busa, alkali bebas dan uji bobot
jenis. Hasil uji aktivitas antibakteri sabun cair ekstrak daun Ekor kucing yang diperoleh dapat
menghambat bakteri Staphylococcus aureus, yakni dengan konsentrasi 3 % masuk dalam kategori zona
hambat yang lemah, konsentrasi 6% dan 9% masuk dalam kategori zona hambat yang sedang.

Kata kunci : Ekor kucing, sabun cair, antibakteri, Staphylococcus aureus.

40
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 5 No. 3 AGUSTUS 2016 ISSN 2302 - 2493

PENDAHULUAN bakteri dan apabila kulit tidak lagi utuh,


Masyarakat Indonesia telah maka menjadi sangat rentan terhadap
menggunakan tumbuhan obat sebagai salah infeksi. Bila kulit terluka sedikit saja maka
satu upaya menanggulangi masalah hal ini sudah cukup untuk menjadi pintu
kesehatan. Salah satu tanaman yang bagi masukan mikrooragnisme/kuman-
digunakan ialah tanaman Ekor kucing kuman ke dalam saluran darah manusia.
(Acalypha hispida Burm. F). Tanaman ekor Infeksi disebabkan oleh bakteri, virus,
kucing ditanam sebagai tanaman hias di jamur, protozoa dan beberapa kelompok
halaman atau di taman. Tanaman Ekor minor lain (mikoplasma, riketsia dan
kucing telah dikenal oleh masyarakat untuk klamidia). Diantara mikroorganisme
pengobatan bercak putih dikulit (vitiligo), tersebut, bakteri Staphylococcus aureus
batuk darah, sariawan, disentri dan mimisan merupakan bakteri yang paling sering
(Dalimarta, 2000). Dalam pengobatan ditemukan di kulit (Gould et al, 2003).
tradisional khasiat tanaman ekor kucing ini
sebagai obat hemostatis, peluruh air seni, Bakteri Staphylococcus aureus dapat
batuk darah, luka bakar, radang usus, ditemukan pada permukaan kulit sebagai
cacingan, muntah darah, berkhasiat sebagai flora normal, terutama disekitar hidung,
penutup luka dan pengobatan bercak putih mulut, alat kelamin dan sekitar anus. Bakteri
di kulit (Dalimarta, 1991). ini menyebabkan infeksi pada luka biasanya
berupa abses yaitu kumpulan nanah atau
Kulit merupakan “selimut” yang cairan dalam jaringan. Jenis-jenis abses yang
menutupi permukaan tubuh dan memiliki spesifik diantaranya bengkak (boil), radang
fungsi utama sebagai pelindung dari akar rambut (folliculitis)(Dowshen et al,
berbagai macam gangguan dan rangsangan 2002).
luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui
sejumLah mekanisme biologis, seperti Penelitian yang dilakukan oleh
pembentukan lapisan tanduk secara terus- (Moningka, 2015) tentang tanaman daun
menerus, respirasi dan pengaturan suhu Ekor kucing (Acalypha hispida Burm. F.),
tubuh, produksi sebum dan keringat dan dapat diketahui bahwa terkandung senyawa
pembentukan pigmen melanin untuk antibakteri didalamnya. Hasil uji aktivitas
melindungi kulit dari bahaya sinar antibakteri menunjukkan bahwa ekstrak
ultraviolet matahari, sebagai peraba dan memiliki aktivitas antibakteri. Ekstrak
perasa, serta pertahanan terhadap tekanan etanol memiliki aktivitas antibakteri yang
dan infeksi dari luar (Tranggono, 2007). paling tinggi dibandingkan dengan ekstrak
Mekanisme pertahanan tubuh terhadap heksana dan etil asetat terhadap bakteri
ancaman mikroorganisme patogen dari Staphylococcus aureus dengan zona hambat
lingkungan ialah kulit. Dengan kehilangan sebesar 19.33 mm.
atau kerusakan kulit yang memiliki fungsi Berdasarkan penelitian diatas dapat
barier ini akan terjadi invasi bakterial dan dikatakan daun Ekor kucing memiliki
mempermudah timbulnya infeksi. Kulit aktivitas antibakteri, karena itu perlu
merupakan pertahanan utama terhadap dilakukan penelitian untuk mengembangkan

41
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 5 No. 3 AGUSTUS 2016 ISSN 2302 - 2493

suatu sediaan farmasi yang sering digunakan hidroksi anisol (BHA), fenolftalein, alkohol
dikulit yaitu sabun cair antibakteri. Sabun 96%, Nutrien Agar (Oxoid), sabun detol,
cair saat ini banyak diproduksi karena NaCl 0,9 %, HCl 0,1 N dan aluminium foil.
penggunaannya yang lebih praktis dan
bentuk yang lebih menarik dibanding bentuk Preparasi Sampel
sabun lain. Disamping itu sabun dapat Sampel diambil di desa Warisa
digunakan untuk mencegah penyakit, seperti kecamatan Talawaan, Manado. Sampel daun
mencegah penyakit kulit yang disebabkan Ekor kucing diambil pada pagi hari. Cara
oleh bakteri (Anggraini, 2012). Peneliti pengambilan daun yaitu dengan memilih
tertarik untuk memformulasi dan menguji daun yang sudah dewasa dan yang masih
apakah ekstrak daun Ekor kucing yang segar. Sampel yang diperoleh segera dicuci
dibuat dalam bentuk sediaan sabun cair bersih untuk menghilangkan kotoran yang
memenuhi parameter kualitas dengan menempel pada daun kemudian diangin-
konsentrasi yang bervariasi dan apakah anginkan selama 2 hari dan pada hari ke-3
sabun cair Ekor kucing dapat memberikan dikeringkan dengan oven pada suhu 40°C.
efek antibakteri. Setelah kering, sampel diblender menjadi
serbuk dan diayak dengan ayakan mesh 65.

METODOLOGI PENELITIAN Formulasi Sabun Cair Ekstrak Daun


Ekor Kucing
Alat dan Bahan
Formulasi sediaan sabun cair yang
Alat yang digunakan dalam akan dibuat berbeda konsentrasi 3%, 6%
penelitian yaitu kertas indikator universal, dan 9%.
gelas piala, gelas ukur, kaca arloji, batang
pengaduk, pipet tetes, erlenmeyer, Bahan Basis Formu Formu Formu
timbangan analitik (Ae Adam), labu takar, sabun la la la
cawan petri, inkubator, autoklaf, oven cair I II III
(Ecocell MMM Group), blender (Waring Ekstrak 0 1,5 g 3g 4,5 g
Commercial), beker gelas, rotary evaporator daun
(Steroglass Strike 300), penangas (Nesco Ekor
Lab), piknometer uncalibrated 10 mL (pyrex kucing
® Iwaki), jarum ose, pinset, eco pipette Minyak 15 15 mL 15 mL 15 mL
(CAPP) 100 -1000 µL, eco pipette (CAPP) Zaitun mL
20-200 µl dan mistar berskala. KOH 8 mL 8 mL 8 mL 8 mL
CMC 0,5 g 0,5 g 0,5 g 0,5 g
Bahan yang digunakan dalam SLS 0,5 g 0,5 g 0,5 g 0,5 g
penelitian ini yaitu daun Ekor kucing, Asam 0,25 0,25 g 0,25 g 0,25 g
bakteri Staphylococcus aureus, minyak stearat g
zaitun, kalium hidroksida (KOH), carboksil BHA 0,5 g 0,5 g 0,5 g 0,5 g
metal celulosa (CMC), asam stearat, butyl Pengaro 1 mL 1 mL 1 mL 1 mL

42
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 5 No. 3 AGUSTUS 2016 ISSN 2302 - 2493

ma cara diangin-anginkan bertujuan untuk


Aquade ad 50 ad 50 ad 50 ad 50 menurunkan kadar air dalam bahan sehingga
s mL mL mL mL mikroorganisme penyebab kerusakan bahan
tidak tumbuh dan dapat disimpan dalam
jangka waktu yang lama. Simplisia yang
Semua bahan yang akan digunakan telah kering diserbukkan dengan
ditimbang terlebih dahulu sesuai dengan menggunakan blender, dan diayak dengan
takaran yang dianjurkan. Dimasukkan menggunakan ayakan mesh 65 hingga
minyak zaitun sebanyak 15 mL ke dalam diperoleh serbuk yang halus dan seragam.
gelas kimia, kemudian ditambahkan dengan Pembuatan serbuk bertujuan untuk
kalium hidroksida 40% sebanyak 8 mL memperluas permukaan yang berinteraksi
sedikit demi sedikit sambil terus dipanaskan dengan pelarut sehingga lebih banyak
pada suhu 50°C hingga mendapatkan sabun senyawa yang dapat tereksrak.
pasta. Sabun pasta ditambahkan dengan
kurang lebih 15 mL aquades, lalu Dalam penelitian ini ekstraksi
dimasukkan natrium karboksil metal dilakukan dengan metode maserasi. Tujuan
selulosa yang telah dikembangkan dalam dalam pemilihan metode maserasi yaitu
aquades panas, diaduk hingga homogen. karena cara pengerjaan dan peralatan yang
Kemudian ditambahkan asam stearat, diaduk digunakan sederhana dan tidak merusak
hingga homogen. Ditambahkan sodium senyawa yang tidak tahan panas. Pemilihan
laurel sulfat, diiaduk hingga homogen. pelarut merupakan salah satu faktor yang
Ditambahkan butyl hidroksi anisol, lalu menentukan keberhasilan proses ekstraksi.
diaduk hingga homogen. Dimasukkan Prinsip pelarutan sering disebut dengan
ekstrak daun Ekor kucing, dsiaduk hingga istilah “like dissolve like” artinya suatu zat
homogen. Sabun cair ditambahkan dengan dapat larut dalam pelarut yang memLiki
aquades hingga volumenya 50 mL, sifat yang sama dalam sifat kepolaran yaitu
dimasukkan ke dalam wadah bersih yang pelarut yang bersifat polar dapat menarik
telah disiapkan. Pembuatan sabun cair senyawa yang bersifat polar, pelarut non
ekstrak daun Ekor kucing disesuaikan polar dapat menarik senyawa yang bersifat
dengan masing-masing konsentrasi. Setelah non polar. Pelarut yang digunakan dalam
itu dilakukan uji organoleptik, pH, tinggi metode ekstraksi ialah etanol. Etanol
busa, kadar air, bobot jenis dan kadar alkali digunakan sebagai pelarut karena selektif
bebas. untuk melarutkan polifenol, flavonoid,
alkaloid, tannin dan minyak atsiri (Anonim,
HASIL DAN PEMBAHASAN 1986). Hasil penyaringan setelah maserasi
Daun Ekor kucing diambil dari desa diuapkan menggunakan rotary evaporator.
Warisa, kecamatan Talawaan kota Manado, Penguapan dilakukan agar pelarut yang
sampel dikumpulkan sebanyak 1,5 Kg digunakan tidak tersisa dan yang tersisa
kemudian dibersihkan dengan menggunakan hanyalah senyawa berkhasiat.
air mengalir kemudian dikeringkan dengan
cara diangin-anginkan. Pengeringan dengan
43
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 5 No. 3 AGUSTUS 2016 ISSN 2302 - 2493

Pembuatan sabun cair dari ekstrak bau khas dari ekstrak daun Ekor kucing.
daun Ekor kucing menggunakan beberapa Sabun cair berwarna cokelat, warna cokelat
bahan diantaranya minyak zaitun sebagai pada sabun cair mengindikasikan adanya
asam lemak, kalium hidroksida (KOH) kandungan ekstrak daun Ekor kucing yang
sebagai basa atau alkali, pengaroma rose tampak berbeda dari basis sabun yaitu
untuk memberikan keharuman pada sabun kuning. Berdasarkan hasil yang diperoleh,
danasam stearat sebagai penetral untuk hasil pada penelitian ini sesuai dengan
menetralkan basis sabun apabila proses standar yang ditetapkan SNI.
penyabunan tidak sempurna. Adapun bahan
lain yang ditambahkan yaitu Butil hidroksi Uji pH (derajat keasaman)
anisol (BHA) sebagai antioksidan untuk merupakan salah satu syarat mutu sabun
mencegah bau tengik, sodium lauril sulfat cair. Hal tersebut karena sabun cair kontak
(SLS) sebagai surfaktan untuk menghasilkan langsung dengan kulit dan dapat
busa pada sabun cair dan karboksil metil menimbulkan masalah apabila pH-nya tidak
selulosa ( CMC) sebagai pengisi dan sesuai dengan pH kulit. Secara umum
pengental untuk mengisi massa sabun dan produk sabun cair memiliki pH yang
menambah kekentalan cenderung basa. Hal ini disebabkan oleh
bahan dasar penyusun sabun cair tersebut
Beberapa pengujian mutu sudah yaitu KOH yang digunakan untuk
dilakukan terhadap sediaan yang dibuat, menghasilkan reaksi saponifikasi dengan
diantaranya uji organoleptik, uji pH, uji lemak atau minyak, atau detergen sintetis
Tinggi busa, uji bobot jenis dan uji alkali yang memiliki nilai pH di atas pH netral.
bebas. Pengujian ini bertujuan untuk Dari data yang diperoleh, dari semua
mengetahui mutu dari sediaan sabun cair formula diperoleh pH 10. Menurut SNI,
apakah sesuai atau tidak dengan standar untuk pH sabun cair diperbolehkan antara 8-
sabun cair yang telah ditetapkan oleh SNI. 11. Hasil menunjukan semua formula sabun
cair yang dihasilkan memenuhi kriteria
Uji organoleptik dimaksudkan untuk sabun cair yang baik. Produk kosmetika
melihat penampakan atau tampilan fisik yang memilki pH yang sangat tinggi dapat
suatu sediaan yang meliputi bentuk, warna menambah daya absorpsi kulit sehingga
dan bau. Standar yang ditetapkan SNI, menyebabkan kulit iritasi.
standar untuk uji organoleptik sabun cair,
bentuk yaitu cair, bau dan warna yaitu Salah satu daya tarik sabun adalah
memiliki bau dan warna yang khas. Bentuk kandungan busanya. Berdasarkan SNI,
dari sabun cair yang dihasilkan pada syarat tinggi buih/busa dari sabun cair yaitu
penelitian yaitu cair, bau yang dihasilkan 13-220 mm. Pengujian tinggi busa
bau rose, bau ini disebabkan karena menggunakan tabung berskala, dari hasil
penggunaan pengaroma rose pada masing- pengamatan tinggi busa didapat dari basis
masing konsentrasi. Penggunaan pengaroma sabun cair 13 mm, konsentrasi 3% tinggi
ini dimaksudkan untuk memberi aroma yang busa yang didapat 19 mm, konsentrasi 6%
harum pada sabun cair serta untuk menutupi tinggi busa yang didapat 21 mm, konsentrasi

44
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 5 No. 3 AGUSTUS 2016 ISSN 2302 - 2493

9% tinggi busa yang didapat 24 mm. alkali bebas pada sabun cair yaitu maksimal
Berdasarkan hasil yang diperoleh, terbukti 0,1%. Hal ini menunjukan bahwa sabun cair
bahwa semakin tinggi konsentrasi dari ekstrak daun Ekor kucing terbukti sesuai
sediaan sabun cair ekstrak daun Ekor kucing dengan standar yang ditetapkan oleh SNI.
semakin tinggi daya buih/busa yang Kurangnya kandungan alkali bebas yang
didapatkan. Diduga hal ini disebabkan oleh terdapat dalam sabun cair, ini disebabkan
adanya kandungan saponin yang ada pada karena pada pembuatan basis sabun cair
daun Ekor kucing. Tinggi busa sabun cair dilakukan pemanasan yang lama hingga
ekstrak daun Ekor kucing telah memenuhi sabun menjadi pasta yang kering sehingga
standar ditetapkan oleh SNI. kalium hidroksida yang merupakan salah
satu pembentukan basis sabun sudah
Uji kadar air dilakukan untuk bereaksi dengan lemak atau minyak zaitun.
mengetahui presentase kandungan air yang
terdapat pada masing-masing sediaan. Pengujian bobot jenis dilakukan
Standar kadar air yang ditetapkan oleh SNI untuk mengetahui pengaruh bahan-bahan
yaitu maksimal 60%. Kadar air yang yang digunakan dalam formulasi sabun cair
didapatkan dari masing-masing-masing yaitu bahan yang terdapat dalam formula
sediaan yaitu untuk basis sabun cair kadar terhadap bobot jenis sabun yang dihasilkan.
air yang diperoleh 30,1%, konsentrasi 3% Berdasarkan SNI, standar bobot jenis pada
kadar air yang diperoleh 79,1%, konsentrasi sabun cair yaitu 1,01 – 1,1 g/mL. Pengujian
6% kadar air yang diperoleh 69,7%, dan bobot jenis menggunakan Piknometer, dari
konsentrasi 9% kadar air yang diperoleh hasil pengamatan diperoleh bobot jenis dari
60,1%. Berdasarkan standar yang ditetapkan basis sabun 1,108 g/mL, bobot jenis
oleh SNI dari hasil yang diperoleh sediaan konsentrasi 3% 1,013 g/mL, bobot jenis
yang memenuhi standar ialah basis sabun konsentrasi 6% 1,009 g/mL, bobot jenis
cair. Kadar air yang dimiliki dari masing- konsentrasi 9% 0,992 g/mL. bobot jenis dari
masing konsentrasi tidak memenuhi syarat masing-masing konsentrasi memiliki
yang ditentukan oleh SNI. Kadar air sabun perbedaan yang jelas, bobot jenis sabun cair
cair sangat dipengaruhi oleh kecepatan yang sesuai dengan standar yang ditetapkan
mixing dan konsentrasi. Berdasarkan hasil oleh SNI dalam konsentrasi 3% dan
yang diperoleh kadar air yang dihasilkan, konsentrasi 6%. Nilai bobot jenis
semakin besar konsentrasi ekstrak yang dipengaruhi suatu bahan penyusunnya dan
ditambahkan maka semakin kecil presentase sifat fisiknya. Menurut Gaman dan
kadar air yang didapatkan. Kadar air yang sherington (1990) penurunan bobot jenis
lebih tinggi ini berasal dari bahan-bahan disebabkan oleh adanya lemak atau etanol
yang bersifat higroskopis yaitu seperti SLS, dalam larutan.
etanol, dan CMC.
Hasil dari uji aktivitas antimikroba
Kadar alkali bebas yang didapatkan sabun mandi cair ekstrak daun Ekor kucing
dari masing-masing konsentrasi sabun cair dengan konsentrasi 3% didapat zona hambat
yaitu 0,089%. Berdasarkan SNI, standar 5 mm, konsentrasi 6% dengan zona hambat

45
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 5 No. 3 AGUSTUS 2016 ISSN 2302 - 2493

rata-rata 5,3 mm, konsentrasi 9% dengan and Stout, 1971). Berdasarkan kategori di
zona hambat rata-rata 6,5 mm. Hasil ini atas, maka daya antibakteri sabun cair
menunjukan perbedaan dari masing-masing ekstrak daun Ekor kucing pada bakteri
konsentrasi. Staphylococcus aureus, dengan konsentrasi
3% (5 mm) dikategorikan lemah,
Hasil tersebut membuktikan bahwa konsentrasi 6% (5,3 mm) dikategorikan
sabun cair daun Ekor kucing menunjukan sedang, konsentrasi 9% (6,5 mm)
adanya aktivitas terhadap bakteri dikategorikan sedang.
Staphylococcus aureus, walaupun zona
hambat yang dihasilkan tidak sebesar zona Analisis data dari hasil pengujian
hambat pada kontrol positif (sabun detol) antibakteri dilakukan dengan pengujian
akan tetapi pada konsentrasi kecil sediaan statistik One Way Anova digunakan sebagai
yang dibuat sudah dapat memberikan zona dasar pengambilan keputusan dari suatu
hambat pada bakteri Staphylococcus aureus. hipotesis. Hipotesis dalam peneltian ini
Hasil yang kurang efektif diduga disebabkan berupa H0 yaitu sabun cair Ekstrak daun
oleh terhalangnya kontak senyawa minyak Ekor kucing dengan konsentrasi 3%, 6% dan
atau lemak yang ada pada sediaan dengan 9% tidak memiliki efektivitas sebagai
sel bakteri. Staphylococcus aureus antibakteri dan H1 yaitu sabun cair Ekstrak
merupakan bakteri gram positif. Dinding sel daun Ekor kucing dengan konsentrasi 3%,
bakteri gram positif tersusun dari 6% dan 9% memiliki efektivitas sebagai
peptidoglikan. Komponen ini memberikan antibakteri. Apabila F hitung lebih besar dari
kekuatan yang diperluhkan untuk F tabel maka H0 ditolak, H1 diterima. Hasil
mempertahankan keutuhan sel bakteri. dari pengujian uji statistik diperoleh F
Peptidoglikan terdiri dari polimer yang hitung 311,570 dan F tabel bernilai 3,48. Hal
dapat larut dalam air. Adanya minyak atau ini berarti, F hitung lebih besar dari F tabel
lemak dalam sediaan tersebut dapat (311,570>3,48 ) sehingga hipotesis yang
mengganggu proses difusi dan melindungi diterima ialah H1 yakni sabun cair Ekstrak
bakteri dari senyawa antibakteri. Perbedaan daun Ekor kucing dengan konsentrasi 3%,
konsentrasi dapat mempengaruhi zona 6% dan 9% memiliki efektivitas sebagai
hambat yang dihasilkan, semakin besar antibakteri.
konsentrasi terbukti dapat menghasilkan
zona hambat makin besar. KESIMPULAN

Kriteria kekuatan daya antibakteri Berdasarkan hasil penelitian maka


dikategorikan berdasarkan diameter zona dapat disimpulkan bahwa Ekstrak daun Ekor
hambat yang terbentuk yaitu diameter zona kucing dapat diformulasikan menjadi sabun
hambat 5 mm atau kurang dikategorikan cair dengan konsentrasi 3%, 6% dan 9%.
lemah, zona hambat 5-10 mm dikategorikan Hasil pengujian mutu sabun cair ekstrak
sedang, zona hambat 10-20 mm daun Ekor kucing yang memenuhi
dikategorikan kuat dan zona hambat 20 mm persyaratan sesuai dengan standar yang
atau lebih dikategorikan sangat kuat (Davis ditetapkan SNI ialah uji organoleptis, uji pH,
uji tinggi busa, uji alkali bebas dan uji bobot

46
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 5 No. 3 AGUSTUS 2016 ISSN 2302 - 2493

jenis. Hasil uji aktivitas antibakteri sabun Anonim. 1986. Sediaan Gelenik.
cair ekstrak daun Ekor kucing diperoleh Departemen Kesehatan RI, Jakarta
dapat menghambat bakteri Staphylococcus
aureus, yakni dengan konsentrasi 3 % Dalimartha, Setiawan. 1991. Atlas
masuk dalam kategori zona hambat yang Tumbuhan Indonesia. Jilid 1.
lemah, konsentrasi 6% dan 9% masuk dalam Departemen Kesehatan Republik
kategori zona hambat yang sedang. Indonesia, Jakarta.

SARAN Dalimartha, Setiawan. 2000. Atlas


Memperbaiki formulasi agar Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid II.
berbagai pengujian khususnya untuk uji Trobus Agriwidya,
kadar air dapat sesuai dengan standar yang Bogor.
ditetapkan SNI dan melakukan pengujian
mutu untuk uji yang belum dilakukan yaitu Davis, W.W., Stout, TR. 1971. Disc Plate
uji pelepasan bahan aktif dan viskositas. Methods Of Microbiological
Antibiotic Assay. Microbiology.

Moningka, K. C. 2015. Uji Aktivitas


DAFTAR PUSTAKA
Antibakteri Ekstrak Daun Ekor
Anggraini, Deny. 2012. Formulasi Sabun Kucing (Acalypha hispida
Cair dari Ekstrak Batang Nanas Burm. F.) Terhadap Bakteri
(Ananas comosus. L ) Staphylococcus aureus dan
untuk Mengatasi Jamur Candida Escherichia coli Secara In-
albicans. [Skripsi]. Fakultas Vitro. [Skripsi]. Program Studi
Farmasi Universitas Andalas, Farmasi FMIPA UNSRAT,
Padang. Manado.

47

You might also like