You are on page 1of 8

DISUSUN OLEH:

DWI ARSO BUDI L. 31164


FANNY ALFARISY 32557
OKTADI PRAYOGA 33089

JURUSAN TEKNIK GEODESI DAN GEOMATIKA


UNIVERSITAS GADJAH MADA
2010/2011
PENGERTIAN PASANG SURUT

Pasang surut merupakan suatu gejala naik dan turunnya permukaan air laut secara periodik
sebagai akibat dari gaya tarik (gravitasi) dari benda-benda langit yaitu bulan dan matahari yang
sangat berpengaruh besar sebagai gaya pembangkit pasang-surut.
Teori pasang surut ada dua macam yang kita kenal yaitu Teori Kesetimbangan (Equilibrum) dan
Dinamik.
Teori Equlibrum (Kesetimbangan), teori ini pertama dikemukakan oleh Sir Isaac Newton yang
menjelaskan bahwa seluruh permukaan bumi diasumsikan tertutup oleh permukaan air dengan
densitas yang sama dan anik turunnya muka air laut sebanding dengan gaya pembangkit pasang
surut. Dalam teori ini terdapat resultante antara gaya tarik benda-benda langit (bulan,matahari)
dengan gaya sentrifugal yang timbul sebagai akibat dari rotasi bumi.
Teori Dinamis, dikemukakan oleh pond dan pickard pada tahun 1978. Teori ini masih memiliki
asumsi yang sama seperti teori equilibrum yang menganggap bahwa seluruh permukaan bumi
berupa perairan dan memiliki kedalaman yang sama dan pasut terbentuk oleh gaya selain gaya
pembangkit pasut yaitu gaya coriolis (mempengaruhi arus pasut), gesekan dasar, pengaruh
kedalaman dan laus permukaan perairan.
Jadi secara umum terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi pasut antara lain : adanya rotasi
bumi, gravitasi bulan dan matahari, kedalaman perairan, gesekan dasar, topologi dasar laut, lebar
selat, bentuk teluk, dsb.

TIPE-TIPE PASANG SURUT

Tipe pasang surut di setiap permukaan bumi berbeda-beda tergantung dari posisi ddi permukaan
bumi. Pembagian tipe ini berdasarkan pada perioda pasang surut. Adapun tipe-tipe dari pasut
antara lain :

Tipe Dirunal
Dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali air surut dengan periode pasang surut
adalah 24 jam 50 menit. Pasang surut tipe ini terjadi di perairan selat Karimata.
Tipe Semi-Diurnal
Dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut dengan tinggi yang hampir sama
dan pasang surut terjadi secara berurutan secara teratur. Tipe pasang surut rata-rata adalah 12
jam 24 menit. Pasang surut jenis ini terdapat di selat Malaka sampai laut Andaman.
Tipe Campuran (mixed)
 Pasang surut campuran condong ke harian ganda (mixed tide prevelailing semidiurnal tide)
Dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut, tetapi tinggi dan dan
periodenya berbeda. Pasang surut jenis ini banyak terdapat di perairan Indonesia Timur.
 Pasang surut campuran condong ke harian tunggal (mixed tide prevelailing diurnal tide)
Pada tipe ini, dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali air surut, tetapi kadang
kadang untuk sementara waktu terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dengan tinggi dan
periode yang sangat berbeda. Pasang surut jenis ini terdapat selat Kalimantan dan pantai
utara Jawa Barat.
(Writky,1961)

Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa faktor utama pasut adalah adanya gravitasi bulan dan
matahari. Berarti di sini terdapat hubungan geometri antara bumi, bulan dan matahari. Bila bumi
bulan dan matahari terletak pada 1 garis lurus atau ketika bulan baru atau bulan purnama maka
akan terjadi kondisi pasang tinggi yang sangat tinggi dan pasang rendah yang rendah di
permukaan bumi yang menghadap bulan. Hal ini disebabkan antara resultan gaya gravitasi bulan
dan matahari yang saling menguatkan. Ini yang disebut dengan pasang purnama. Sedangkan
apabila geometri antara bulan,bumi dan matahari membentuk suatu sudut tegak lurus, maka akan
terbentuk pasang tinggi yang rendah dan pasang rendah yang tinggi. Hal ini disebabkan karena
resultan gaya gravitasi bulan dan matahari saling mengurangi. Ini yang disebut dengan pasang
perbani.

Keadaan pasang surut di perairan Nusantara ditentukan oleh penjalaran pasang surut dari
Samudra Pasifik dan Hindia serta morfologi pantai dan batimeri perairan yang kompleks dimana
terdapat banyak selat, palung dan laut yang dangkal dan laut dalam.  Keadaan perairan tersebut
membentuk pola pasang surut yang beragam.  Di Selat Malaka pasang surut setengah harian
(semidiurnal) mendominasi tipe pasut di daerah tersebut.  Berdasarkan pengamatan pasang surut
di Kabil, Pulau Batam diperoleh bilangan Formzhal sebesar 0,69 sehingga pasang surut di Pulau
Batam dan Selat Malaka pada umumnya adalah pasut bertipe campuran dengan tipe ganda yang
menonjol.  Pasang surut harian (diurnal) terdapat di Selat Karimata dan Laut Jawa. Berdasarkan
pengamatan pasut di Tanjung Priok diperoleh bilangan Formzhal sebesar 3,80.  Jadi tipe pasut di
Teluk Jakarta dan lautJawa pada umumnya adalah pasut bertipe tunggal.  Tunggang pasang surut
di perairan Indonesia bervariasi antara 1 sampai dengan 6 meter.  Di Laut Jawa umumnya
tunggang pasang surut antara 1 – 1,5 m kecuali di Selat madura yang mencapai 3 meter. 
Tunggang pasang surut 6 meter di jumpai di Papua (Diposaptono, 2007).

PENGAMATAN PASANG SURUT


Penentuan akan pengukuran pasang surut sangat perlu diperhitungkan dalam suatu rekayasa laut
misalnya untuk pembangunan pelabuhan, dermaga, selat, dsb. Karena dengan pengamatan
pasang surut, kita dapat menentukkan elevasi permukaan air laut untuk menentukkan
perencanaan dalam pekerjaan rekayasa laut.
Pengamatan pasut dilakukan dengan memasang stasiun pasut di dekat pantai. Pada stasiun
biasanya digunakan alat berupa peil atau palem atau tide staff. Alat ini digunakan untuk
membaca ketinggian muka air laut. Pengamatan pasang surut dilakukan secara kontinyu biasanya
tiap jam dan dapat dilakukan selama 1 hari, 15 hari (1 piantan), 29 hari, 1 tahun bahkan 18,6
tahun atau 38 tahun tergantung dari tujuan dari survey/pemetaan laut. Dan biasanya untuk
keperluan praktis, pengamatan pasut dapat dilaksanakan 1 hari, 1 piantan dan paling lama 1
bulan mengingat jumlah tenaga dan biaya yang dibutuhkan terbatas. Namun untuk kepentingan
ilmiah atau studi pengukuran pasut dilaksanakan minimal dalam kurun waktu 18,6 tahun.
Semakin lama pengamatan pasut maka data atau informasi yang disajikan akan lebih lengkap
daripada pengamatan pasut yang dilakukan pada kurun waktu yang singkat.
Manfaat dari pengamatan pasut adalah kita dapat menentukkan MSL yang digunakan untuk
referensi tinggi pada pemetaan darat dan juga dapat menentukkan muka air surut terendah untuk
keperluan pemetaan laut.
Berikut ini adalah contoh data hasil pengamtan pasut yang berlokasi di Jakarta pada tahun 2001
bulan januari – februari.
Dari data pasut di atas, kita dapat ketahui bahwa, pengamatan pasut yang dilakukan selama 1
bulan (januari) dapat memperoleh data pasut purnama dan pasut perbani. Sehingga kita dapat
memperoleh data elevasi yang lebih lengkap dan variatif. Tentu ini tidak akan selengkap
daripada pengukuran yang dilakukan yang hanya 1 piantan (15 hari) seperti pada tanggal 1-16
januari di atas yang mungkin hanya memperoleh data elevasi pada saat pasang purnama saja atau
mungkin pasang perbani saja.
Hasil pengamatan pasut juga akan semakin lengkap, lebih variatif dan akurat bila dilakukan lebih
dari 1 bulan, mungkin 1 tahun atau 18,6 tahun hal ini dikarenakan adanya presisi, nutasi serta
adanya revolusi bulan terhadap bumi dan bumi terhadap matahari. Sebagai bukti data
perbandingannya kami melampirkan data pasut selama 29 hari yang dilakukan pada stasiun
tanjung batu pulau batam dan hasil data pengukuran pasut di kepulauan seribu.

Gelombang pasut seperti yang ditunjukan pada gambar di atas, merupakan gelombang harmonik
yang memiliki komponen-komponen : M2,S2,N2,K2,K1,O1,P1,M4 dan MS4 dimana pembagian
komponen tersebut berdasarkan pada nilai amplitudo dan fase gelombang pasut. Berikut ini
adalah contoh tabel hasil identifikasi komponen gelombang pasut dengan metode admiralty.

Metode Admiralty merupakan metode perhitungan untuk menentukan Muka Laut Rata-rata
(MLR) dari pengamatan pasut yang dilakukan pada lokasi dan waktu tertentu.

Untuk menentukkan tipe pasut dari hasil pengamatan pasut, maka dapat digunakan rumus
Formzahl (F)

F = K1+O1 / M2+S2 ……..

dimana nilai Formzahl,

F = 0.00 – 0.25 ; pasut bertipe ganda (semi diurnal)

F = 0.26 – 1.50 ; pasut bertipe campuran dengan tipe ganda yang menonjol

(mixed, mainly semi diurnal)

F = 1.51 – 3.00 ; pasut bertipe campuran dengan tipe tunggal yang menonjol

(mixed, mainly diurnal)

F > 3.00 ; pasut bertipe ( diurnal)

K1,O1,M2 dan S2 adalah komponen harmonik, dapat diperoleh dari hitungan


admiralty.
KESIMPULAN

 Seperti pada penjelasan di atas, bahwa penentuan MSL, tinggi muka laut (S 0) serta komponen
harmonik akan lebih teliti dan akurat apabila pengukurannya dilakukan dalam waktu yang lebih
lama seperti 29 hari. Sehingga penentuan tipe pasutnya juga dapat diketahui dengan pasti apakah
diurnal,semi-diurnal atau campuran.
 Pengamatan pasut yang dilakukan pada tiap jam dan tiap hari selalu menunjukkan nilai elevasi
muka air laut yang begitu sangat variatif dan elevasi ini juga dapat diperkirakan besar nilainya.
 Dalam suatu keperluan praktis (survey/pemetaan laut) pada suatu lokasi X, untuk memenuhi data
pasut, maka sebaiknya harus mencari data pasut yang sudah ada (data sekunder yang akurat)
pada lokasi X tersebut. Hal ini dikarenakan pengukuran pasut yang baik minimal 15 hari atau 29
hari (1 bulan) ini tentunya akan membutuhkan waktu,biaya dan tenaga besar. Jika data pasut
(data sekunder) itu tidak ada, pada lokasi X mau tidak mau harus melakukan pengukuran pasut.

You might also like