Professional Documents
Culture Documents
c. Etiologi
Banyak faktor dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker rektal, diantaranya adalah
Diet tinggi lemak, rendah serat
Usia lebih dari 50 tahun
Riwayat pribadi mengidap adenoma atau adenokarsinoma kolorektal mempunyai resiko lebih
besar 3 kali
Riwayat polip rektal atau polip kolon
Adanya polip adematosa atua adenoma villus
Riwayat penyakkit usus inflamasi kronis
d. Patofisiologi
Kanker kolon dan rektum terutama (95 %)adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel usus).
Dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta merusak jaringan
normal serta meluas kedalam struktur sekitarnya. Sel kanker dapat terlepas dari tumor primer dan
menyebar ke bagian tubuh yang lain.
ektaPenyebaran ca. colorektal.
Kanker kolorektal dapat menyebar melalui beberapa cara yaitu :
1.Secara infiltratif langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung kemih.
2.Melalui pembuluh limfe ke kelenjar limfe perikolon dan mesokolon
3.Melalui aliran darah, biasanya ke hati karena kolon mengalirakan darah ke system portal.
4.Penyebaran secara transperitoneal
5.Penyebaran ke luka jahitan, insisi abdomen atau lokasi drain.
e. Pemeriksaan penunjang
Kaji tanda dan gejala
TTV pasien
Pemeriksaan diagnostik
Hasil leb
f. Penata laksanaan
1. PEMBEDAHAN
A. Kolostomi
2. RADIASI
3. KEMOTERAPI
Pengertian kolostomi
Lubang yang dibuat melalui dinding abdomen kedalam kolon iliaka untuk mengeluarkan feses
(Evelyn, 1991, Pearce,1993)
Jenis kolostomi
1. Kolostomi permenen
Pembuatan kolostomi permanen biasanya dilakukan apabila pasien sudah tidak memungkinkan
untuk defekasi secara normal karena adanya keganasan, perlengketan atau pengangkatan kolon
sigmoid atau rektum sehingga tidak memungkinkan feses keluar melalui anus.
2.Kolostomi temporer/sementara
Pembuatan kolostomi biasanay untuk tujuan dekompresi kolon atau untuk mengalirkan
feses sementara dan kemudian kolon akan dikembalikan seperti semula dan abdomen ditutup
kembali.
Komplikasi Kolostomi
1. Obtruksi/penyumbatan
2. Infeksi
3. Retraksi stoma/mengkerut
4. prolap pada stoma
5. Perdarahan
B. Diagnosa
Pasien dengan tipe Ca Colon mempunyai diagnosa keperawatan seperti dibawah ini:
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual dan muntah
Resiko ketidakseimbangan volume cairan b.d muntah dan dehidrasi
Ansietas b.d pembedahan yang akan dilakukan dan diagnosis kanker
Resiko ketidakefektifan penatalaksanaan program traupetik b.d definisi pengetahuan
mengenai diagnosis, prosedur bedah, dan perawatan diri setelah pulang
Kerusakan integritas kulit b.d insisi bedah, stoma, dan kontaminasi feses pada kulit
peristoma
Gangguan citra tubuh b.d kolostomi
Ketidakefektifan pola seksualitas b.d ostomi dan konsep diri.
Komplikasi Potensial
Infeksi intraperitoneal.
Obstruksi usus besar komplet.
Pendarahan dan hemoragi gastrointestinal.
Perforasi usus
Pritonitis abses, sepsis.
C. Intrvensi Keperawatan
Mempersiapkan pasien untuk menjalani pembedahan
Persiapkan fisik pasien untuk menjalani pembedahan ( diet tinggi kalori, protein, dan
rendah lemak serta rendah residu; diet cair lengkap dalam 24 hingga 48 jam sebelum
pembedahan atau nutrisi parenteral jika diresepkan).
Berikan antibiotik, laksatif, enema, atau irigasi kolon sesuai program.
Lakukan pengukuran asupan dan halauran pada pasien yang di rawat inap (termasuk
muntah); slang nasogastrik dab cairan IV serta penatalaksanaan elektrolit.
Pantau tanda-tanda hipovolemia (mis, takikardia, hipotensi, penurunan volume
nadi);pantau status hidrasi (mis, turgor kulit, membran mukosa).
Pantau tanda-tanda obstruksi atau perforasi (peningkatan distensi abdomen, penurunan
bising usus, nyeri atau rigiditas).
Perkaya dan lengkapi pengetahuan pasien mengenai diagnosis, prognosis, prosedur bedah,
dan tingkat fungsi yang di harapkan setelah di lakukanya operasi. Masukan informasi
mengenai luka pasca orerasi dan perawatan ostomi. Pembatasan diet, kontrol nyeri, dan
penatalaksanaan medis.
Lihat “Penatalaksanaan Keperawatan” pada “kanker” untuk informasi tambahan.
Memberikan dukungan emosional
Kaji tingkat ansetas dan mekanisme koping dan anjurkan metode untuk mengurangi
ansietas, seperti latihan nafas dalam dan membayangkan keberhasilan dan pemulihan dari
pembedahan kanker.
Atur pertemuan dengan penasehat sepiritual jika diinginkan.
Sediakan waktu pertemuan pasien dengan keluluarga bersama dokter dan perawat untuk
mendiskusikan terapi dan prognosis; pertemuan dengan terapis entrostoma mungkin
berguna.
Mempertahankan nutrisi yang optimal
Anjurkan kepada pasien untuk menghindari makanan yang mengandung gas dan
menyebabkan bau berlebih, termasuk makanan dalam keluarga kol, telur, asparagus, ikan,
buncis, dan produk tinggi selulosa seperti kacang, makanan yang tidak mengiritasi
merupakan pengganti untuk makanan yang di batasi sehingga defisiensi dapat di tangani.
D. EVALUASI.
Mengkonsumsi diet sehat dan mempertahankan keseimbangan cairan.
Mengalami penurunan ansietas.
Mempelajari tentang diagnosis, prosedur bedah, persiapan praoperasi, dan perawatan diri
setelah pulang.
Mempertahankan insisi, stoma, dan luka perineum tetap bersih.
Mengungkapkan perasaan dan kekhawatiran mengenai diri sendiri.
Pulih tanpa mengalami komplikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Fadhillah, H., (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia PPNI (ed.1). Jakarta EGC
Mardella, A. C., Yulianti, D., Kimin, A., (2013). Keperawatan medikal-bedah Handebook for
brunner & suddarthd’s textbook medical-surgical nursing (ed.12) jakarta. EGC
Smeltzer, C. S., & Bare, G. B., (2001). Keperawatan medikal-bedah brunner & suddarth (ed.8).
Jakarta. EGC
Smeltzer, S. C., Bare, B. G., Hinkle,J.L.,& Cheever, K.H.(2010). Bunner and suddartb’s textbook of
medical-surgical nursing (12th.ed.) jakarta .EGC