You are on page 1of 21

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN JIWA

TENTANG HARGA DIRI RENDAH

DI PUSKESMAS PANARUNG

Disusun Oleh

Dewi Puspitasari PO.62.20.1.16.131

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA
PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN
LATAR BELAKANG

Di dalam hidup di masyarakat manusia harus dapat mengembangkan dan melaksanakan


hubungan yang harmonis baik dengan individu lain maupun lingkungan sosialnya. Tapi
dalam kenyataannya individu sering mengalami hambatan bahkan kegagalan yang
menyebabkan individu tersebut sulit mempertahankan kestabilan dan identitas diri,
sehingga konsep diri menjadi negatif. Jika individu sering mengalami kegagalan maka
gangguan jiwa yang sering muncul adalah gangguan konsep diri misal harga diri rendah.

Faktor psikososial merupakan faktor utama yang berpengaruh dalam kehidupan


seseorang (anak, remaja, dan dewasa). Yang mana akan menyebabkan perubahan dalam
kehidupan sehingga memaksakan untuk mengikuti dan mengadakan adaptasi untuk
menanggulangi stressor yang timbul.

Perawat akan mengetahui jika perilaku seperti ini tidak segera ditanggulangi, sudah tentu
berdampak pada gangguan jiwa yang lebih berat. Beberapa tanda-tanda harga diri rendah
adalah rasa bersalah terhadap diri sendiri, merendahkan martabat sendiri, merasa tidak
mampu, gangguan hubungan sosial seperti menarik diri, percaya diri kurang, kadang
sampai mencederai diri (Townsend, 1998).

Peristiwa traumatic, seperti kehilangan pekerjaan, harta benda, dan orang yang dicintai
dapat meninggalkan dampak yang serius. Dampak kehilangan tersebut sangat
mempengaruhi persepsi individu akan kemampuan dirinya sehingga mengganggu harga
diri seseorang.

Banyak dari individu-individu yang setelah mengalami suatu kejadian yang buruk dalam
hidupnya, lalu akan berlanjut mengalami kehilangan kepercayaan dirinya. Dia merasa
bahwa dirinya tidak dapat melakukan apa-apa lagi, semua yang telah dikerjakannya
salah, merasa dirinya tidak berguna, dan masih banyak prasangka-prasangka negative
seorang individu kepada dirinya sendiri. Untuk itu, dibutuhkan bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak agar rasa percaya diri dalam individu itu dapat muncul kembali.
Termasuk bantuan dari seorang perawat. Perawat harus dapat menangani pasien yang
mengalami diagnosis keperawatan harga diri rendah, baik menggunakan pendekatan
secara individual maupun kelompok.
A. PENGERTIAN

Harga diri rendah menurut definisi para ahli yaitu:


a. Perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya percaya diri dan harga diri,
merasa gagal mencapai keinginan (Keliat,1998 dalam Proses Keperawatan
Kesehatan Jiwa Edisi 2. 2005).
b. Harga diri rendah merupakan rasa negatif terhadap diri sendiri termasuk
kehilangan percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, tidak berdaya, pesimis,
tidak ada harapan dan putuasa (Depkes, 2000).
c. Harga diri rendah cenderung untuk milih dirinya negatif dan merasa lebih rendah
dari orang lain (Hamid Achir Yani, 2005).
Jadi harga diri rendah adalah pemikiran negatif tentang dirinya sendiri
yang dapat mengakibatkan kepercayaan diri menurun, dan merasa dirinya lebih
rendah dari pada orang lain disekitarnya.

B. ETIOLOGI

1. Faktor predisposisi
Proses terjadinya harga diri rendah kronis juga di pegaruhi beberapa factor
predisposisi seperti biologis,psikologis, social dan cultural.
a. Faktor biologis
Faktor prsdisposisi yang berasal dari biologis dapat dilihat sebagai suatu
keadaan atau factor resiko yang dapat mempengaruhi peran serta manusia
dalam menghadapi stressor. Adapun yang termasuk dalam factor biologis ini
adalah:
1) Neuroanatomi

Struktur otak yang mungkin mengalami gangguan pada pasien depresi dan
skizoprenia sehingga pasien mengalami masalah harga diri rendah kronis
adalah:
a) Lobus prontal terlibat dalam dua fungsi serebral utama yaitu
control motorik gerakan voluntir termasuk fungsi bicara, fungsi
pikir dan control berbagai ekspresi emosi (Towsend,2009).
Biasanya kerusakan pada lobus frontal ini akan dapat
menyebabkan gangguan berfikr dan gangguan dalam berbicara
serta tidak mampu mengontrol emosi sehingga kognitif pasien
negatif tentang diri,orang lain lingkungan serta prilaku yang mal
adaptif sebagai akibat kognitif negative. Kondisi seperti ini
menunjukan gejala harga diri rendah pada pasien.
b) Lobus temporalis merupakan lobus yang letaknya paling dekat
dengan telinga dan mempunyai peran fungsional yang berkaitan
dengan pendengaran, keseimvangan dan juga sebagaian dari emosi
dan memori(Boyd & Nihart, 1998; Towsend,2009) fungsi utama
lobus temporalis adalah bahasa, ingatan dan emosi (Kapian ,et al,
1996). Lobus temporalis anterior mempunyai hubungan dengan
sistim limbik dalam perananya dalam proses emosi. Gangguan
dalam penerimaan dan penyampaian informasi secara verbal yang
juga dipengaruhi oleh daya ingat pasien akan mempengaruhi emosi
pasien yang akan menimbulkan harga diri rendah.
c) System limbic merupakan cincin kortek yang berlokasi di
permukaan medial masing-masing hemisfer dan mengelilingi pusat
katup serebrum. Fungsinya adalah mengatur persyarafan otonom
dan emosi (Suliswati,2002: stuart & laraia,2005). Kerusakan
system limbik menimbulkan beberapa gejala klinik seperti
hambatan emosi, perubahan kepribadian (Kaplan, et al, 1996).
Menurut Boyd dan Nihart,(1998) perubahan hipotesa dalam system
limbik menunjukan perubahan yang signifikan pada kelainan
mental, skizoprenia, depresi dan kecemasan. Hambatan emosi yang
kadang berubah seperti sedih ,dan terus merasa tidak berguna atau
gagal terus menerus akan membuat pasien mengalami harga diri
rendah .
d) Hipothalamus adalah bagian dari diensefalon yaitu bagian dalam
dari serebrum yang menghubungkan otak tengah dengan hemisfer
serebrum.fungsi utamanya adalah sebagai respon tingkah laku
terhadap emosi dan juga mengatur mood dan motivasi
(suliswati,2002; stuart & laraia,2005). Kerusakan hipotalamus
membuat seseorang kehilangan mood dan motivasi sehingga
kurang aktivitas dan malas melakukan sesuatu. Kondisi seperti ini
sering kita temui pada pasien dengan harga diri rendah, dimana
pasien butuh lebih banyak motivasi dan dukungan terutama dari
keluarga dan juga oleh perawat dalam melaksanankan tindakan
yang sudah dijadwalkan bersama-sama.

2) Neurotransmiter
Selain gangguan pada struktur otak,apabila dilakukan pemeriksaan lebih
lanjut dengan alat-alat tertentu kemungkinan akan ditemukan
ketidakseimbangan neurotransmitter di otak. Neurotransmitter adalah
kimia otak yang ditransmisikan oleh suatu neuron ke neuron lain (stuart
&laraia,2005). Neurotransmitter yang sangat berhubungan dengan depresi
adalah noreprineprin,dopamine,serotonin,acetilkolin seperti:
a) Noreprineprin ( Boyd & Nihart,1998; suliswati,2002) berfungsi
untuk kesiagaan, pusat perhatian dan orientasi ;proses
pembelajaran dan memori. Jika terjadi penurunan kadar
noreprineprin akan dapat mengakibatkan kelemahan dan
peningkatan harga diri rendah sehingga perilaku yang ditampilkan
pasien cenderung negative.
b) Serotonin ( Boyd & Nihart,1998) berperan sebagai pengontrol
nafsu makan ,tidur ,alam perasaaan ,halusinasi,persepsi
nyeri,muntah. Serotonin dapat mempengaruhi fungsi kognitif
(alam pikir),efektif (alam perasaan ) dan psikomotor (perilaku)
(Hawari,2001) jika mengalami penurunan akan mengakibatkan
kecenderungan harga diri rendah kronis semakin besar karena
pasien lebih dikuasai oleh kognitif-kognitif negative dan rasa tidak
berdaya.
c) Acetycholine (Ach) ( Boyd & Nihart,1998) berperan penting untuk
belajar dan memori. Jika terjadi peningkatan kadar acetycholine
akan menurunkan atensi mood , sehingga pada pasien dengan
harga diri rendah dapat kita lihat adanya gejala kurangnya
perhatian dan malas dalam beraktifitas.
d) Dopamine fungsinya mencakup regulasi gerak dan kordinasi,
emosi, kemampuan pemecahan masalah secara volunteer ( Boyd &
Nihart,1998;suliswati,2002). Transmisi dopamine berimplikasi
pada penyebab gangguan emosi tertentu. Disamping itu pada
pasien skizoprenia menurut hawari (2001) dopamine dapat
mempengaruhi fungsi kognitif (alam pikir), efektif (alam perasaan
)dan psikomotor (perilaku ). Kondisi ini pada pasien harga diri
rendah memperlihatkan adanya kognitif-kognitif negatif, pasien
selalu dalam keadaan sedih berkepanjangan serta menunjukan
perilaku yang menyimpang serta menarik diri dan berkemungkinan
untuk melakuakan bunuh diri.
b. Faktor Psikologis
Harga diri rendah sangat berhubungan dengan pola asuh dan kemampuan
individu menjalankan peran dan fungsi. Penilaian individu terhadap diri
sendiri karena kegagalan menjalankan fungsi dan peran.termasuk dalam harga
diri rendah situasional. Harga diri rendah situasional merupakan
pengembangan persepsi negatif tentang dirinya sendiri pada suatu kejadian
(NANDA,2011). Jika lingkungan tidak meberikan dukungan positif atau
justru menyalahkan individu dan terjadi secara terus menerus akan
mengakibatkan individu mengalami harga diri rendah kronis.
Harga diri rendah kronis terjadi diawali dari individu berada pada suatu
situasi yang penuh dengan stressor (krisis),individu berusaha menyelesaikan
krisis tetapi tidak tuntas sehingga timbul kognitif bahwa diri tidak mampu
atau merasa gagal menjalankan fungsi dan peran. Haraga diri rendah juga
merupakan komponen episode mayor, dimana aktifitas merupakan bentuk
hukuman atau punishment (Stuart & laraia,2005). Harga diri rendah
merupakan suatu kesedihan atau perasaan duka berkepanjangan
(Stuart&sundeen 2009).
Harga diri rendah adalah emosi normal manusia, tapi secara klinis dapat
bermakna patologik apabila memgaganggu prilaku sehari-hari, menjadi
pervasive dan muncul bersama penyakit lain. Hal-hal yang dapat
mengakibatkan individu mengalami harga diri rendah kronis (Stuart&sundeen
2009). Meliputi penolakan orang tua ,harapan orang tua yang tidak
realistis,orang tua yang tidak percaya pada anaknya,tekana teman sebaya,
kurnag mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain
dan ideal diri yang tidak realistik.
c. Faktor social dan kultural
secara social status ekonomi sangat mempengaruhi proses terjadinya harga
diri rendah. Dimana dalam kehidupan sehari-hari anak tumbuh kembang di
tiga tempat,yaitu Rumah (keluarga),di sekolah (lembaga pendidikan ) dan
dilingkungan masyarakat socialnya (Hawari,2011). Kondisi social dimasing-
masing tempat tempat tersebut akan berinteraksi satu dengan yang lainnya dan
mempengaruhi tumbuh kembang anak.
Lingkungan keluarga, sekolah ataupun pergaulan sosialnya kondusif
(membuat pengaruh yang baik) maka perkembangan jiwa/ kepribadian anak
akan kearah yang baik dan sehat akan semakin besar. Sebaliknya bila
lingkungan tersebut tidak kondusif maka akan beresiko terganggunya
perkembnagan jiwa /kepribadian anak. Contoh masalah social yang dapat
menimbulkan harga diri rendah, antara lain kemiskinan,tempat tinggal daerah
kumuh dan rawan kriminalitas.dimana menurut hawari(2001) rasa tidak aman
dan tidak terlindung membuat jiwa seseorang tercekam sehingga mengganggu
ketenangan dan ketentraman hidup yang lama kelamaan daya tahan seseorang
menurun hingga mengalami gangguan. Tuntutan peran sesuai kebudayaan
juga sering meningkatkan kejadian harga diri rendah kronis antara laian
:wanita sudah harus menikah jika umur mencapai dua puluhan, perubahan
kultur ke arah gaya hidup individualisme.

2. Faktor presipitasi
Seluruh factor predisposisi yang dialami pasien akan menimbulkan harga
diri rendah setelah adanya factor presipitasi yang berasal dari dalam diri sendiri
ataupun dari luar,antara lain ketegangan peran,konflik peran, peran yang tidak
jelas, peran berlebihan, perkembang transisi ,situasi transisi peran dan transisi
peran sehat sakit (Stuart&Laraia, 2005).
Factor prepitasi merupakan stimulus yang dapat berupa perubahan,
ancaman dan kebutuhan individu, memerlukan energy yang berlebihan yang
mengeluarkan suatu bentuk keteganagan dan stress (Cohen,2000 dalam stuart &
Laraia,2005).
Factor pencetus ini telah dialami dalam waktu yang lama oleh pasien.
Lama kelamaan pasien kehilangan kemampuan untuk mengatasi factor pencetus
tersebut.
a. Trauma : penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan peristiwa
yang mengancam kehidupan.
b. Ketegangan peran : berhubungan dengan peran dan posisi yang diharapkan
dan individu mengalaminya sebagai frustasi.
1) Transisi peran perkembangan :perubahan normative yang berkaitan
dengan pertumbuhan.
2) Transisi peran situasi: terjadi dengan bertambahnya atau berkurangnya
anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian.
3) Transisi peran sehat sakit:sebagai akibat pergeseran dari keadaan sehat
dan keadaan sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh kehilangan bagian
tubuh;perubahan ukuran,bentuk,penampilan, atau fungsi
tubuh;perubahan fisik yang berhubungan dengan tumbuh kembang
normal ; prosedur medis dan keperawatan.
Kemampuan dan strategi dalam menghadapi perubahan yang
dialami sebelum terjadi harga diri rendah disebut mekanisme
koping.mekanisme koping jangka pendek yang bias dilakukan pasien
harga diri rendah adalah kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara
dari krisis,misalnya pemakaian obat-obatan, kerja keras, nonton tv terus
menerus. Hal ini digunakan untuk mencegah kecemasan dan ketidak
tentuan dari kebingungan identitas((Stuart& Laraia 2005). Kegiatan
mengganti identitas sementara, misalnya ikut kelompok
social,keagamaan dan politik. Kegiatan memberi dukungan
sementara,seperti mengikuti suatu kompetisi atau kontes popularitas.
Kegiatan mencoba menghilangkan anti identitas sementara, seperti
penyalagunaan obat-obatan.jika mekanisme koping jangka pendek tidak
member hasil yang diharapkan individu akan mengembangkan
mekanisme koping jangka panjan, antara lain menutup identitas,dimana
pasien terlalu cepat mengadopsi identitas yang disenangi dari orang-
orang yang berarti tanpa mengindahkan hasrat,aspirasi atau potensi diri
sendiri. Identitas negatif , dimana asumsi yang bertentangan dengan nilai
dan harapan masyarakat, sedangkan mekanisme pertahanan ego yang
sering digunakan adalah fantasi, regresi, disasoisasi, isolasi, proyeksi,
mengalihkan marah terbalik pada diri sendiri dan orang lain.

C. MANIFESTASI KLINIK
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap
penyakit
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri
3. Merendahkan martabat
4. Gangguan hubungan social
5. Percaya diri kurang
6. Mencederai diri

D. PATOFISIOLOGI
Seseorang yang sering mencapai tujuan secara langsung mempengaruhi perasaan
untuk kemampuan (Harga diri tinggi) atau ketidak mampuan (Harga diri
rendah).Harga diri tinggi merupakan dasar mutlak terhadap penerimaan diri,meskipun
melakukan kesalahan, kekalahan dan kegagalan, tetap merasa sebagi seseorang yang
penting dan berharga. Hal ini meliputi penerimaan secara komplek terhadap hidup
seseorang.

Harga diri (Stuart & laraia,2005; stuart, 2009 ) berasal dari dua sumber utama
yaitu diri sendiri dan orang lain. Factor yang mempengaruhi harga diri yang berasal
dari diri sendiri seperti kegagalan yang berulang kali,kurang mempunyai tanggung
jawab personal,ketergantungan pada orang lain,dan ideal diri yang tidak
realistis.sedangkan yang berasal dari orang lain adalah penolakan orang tua,harapan
orang tua yang tidak realistik. Harga diri ini didapat ketika seseorang merasa dicintai,
dihormati dan ketika seseorang dihargai dan dipuji.suliswati (2002) mengatakan
bahwa individu akan merasa harga dirinya tinggi bila sering mengalami
keberhasilan,disamping itu harga diri yang tinggi merupakan hasil dari peran yang
memenuhi kebutuhan dan cocok dengan ideal diri.
Sebaliknya individu akan merasa harga dirinya rendah bila sering mengalami
kegagalan,tidak dicintai dan tidak diterima lingkungan. Perkembangan harga diri
seseorang sejalan dengan perkembangan konsep diri,dimana konsep diri seseorang
menurut Stuart,(2009) tidak terbentuk waktu lahir tetapi dipelajari sebagai hasil dari
pengalaman unik seseorang dalam dirinya sendiri,dengan orang terdekat,dan dengan
realitas dunia.Hal ini berarti haeg diri akan meningkat sesuai meningkatnya usia.
Untuk meningkatkan harga diri seseorang, maka mulai dari masa kanak-kanak anak
diberi kesempatan untuk sukses;menananmkan cita-cita ;mendorong aspirasi;dan
membantu untuk membentuk pertahanan diri terhadap persepsi diri (Coopersmith,
1967; Mruk, 1999 dalam stuart,2009).
Harga diri sangat mengancam pada masa adolescence/remaja, ketika konsep diri
sedang diubah dan banyak keputusan diri dibuat.sedangkan pada usia dewasa harga
diri menjadi stabil memberikan gambaran yang jelas tentang dirinya dan cenderung
lebih mampu menerima keberadaan dirinya dan kurang idialis dari
remaja(stuart,2009).Hal ini dapat diakaitkan dengan kematuran seseorang,dimana
semakin dewasa seseorang maka semakin baik cara berfikirnya.Dengan banyaknya
perubahan yang terjadi baik fisik maupun psikososial serta banyak keputusan yang
harus dibuat menyangkut dirinya sehingga remaja harus mampu menyesuaiakan diri
dengan perubahn tersebut.kondisi lain yang dapat mengancam harga diri remaja
adalah tuntutan yang harus dipilihnya, posisi peran, kemampuan meraih sukses serta
kemampuan berpartisipasi atau penerimaan dilingkungan masyarakat. Apabila remaja
tidak dapat melakukan penyesuai dengan kondisi tersebut, maka akan menyebabkan
harga diri rendah (Hawari,2001). Harga diri rendah dapat terjadi secara situasional
(Trauma) atau kronis (penilain yang negative terhdap diri yang berlangsung lama).

E. PATHWAY

F. PENATALAKSANAAN
Terapi
pada gangguan jiwa, khususnya skizofrenia dewasa ini sudah dikembangkan
sehingga klien tidak mengalami diskriminasi bahkan metodenya lebih manusiawi
daripada masa sebelumnya. Penatalaksanaan medis pada gangguan konsep diri yang
mengarah pada diagnosa medis skizofrenia, khususnya dengan perilaku harga diri
rendah, yaitu:
1. Psikofarmakologi
Menurut Hawari (2003), jenis obat psikofarmaka, dibagi dalam 2 golongan yaitu:
a. Golongan generasi pertama (typical)
Obat yang termasuk golongan generasi pertama, misalnya: Chorpromazine
HCL (Largactil, Promactil, Meprosetil), Trifluoperazine HCL (Stelazine),
Thioridazine HCL (Melleril), dan Haloperidol (Haldol, Govotil, Serenace).
b. Golongan kedua (atypical)
Obat yang termasuk generasi kedua, misalnya: Risperidone (Risperdal,
Rizodal, Noprenia), Olonzapine (Zyprexa), Quentiapine (Seroquel), dan
Clozapine (Clozaril).
2. Psikotherapi
Terapi kejiwaan atau psikoterapi pada klien, baru dapat diberikan apabila klien
dengan terapi psikofarmaka sudah mencapai tahapan dimana kemampuan menilai
realitas sudah kembali pulih dan pemahaman diri sudah baik.
Psikotherapi pada klien dengan gangguan jiwa adalah berupa terapi aktivitas
kelompok (TAK).
c. Therapy Kejang Listrik ( Electro Convulsive Therapy)
ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall secara artificial
dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang dipasang satu atau dua
temples. Therapi kejang listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan denga
terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik.
(Maramis, 2005)
d. Therapy Modalitas
Therapi modalitas/perilaku merupakan rencana pengobatan untuk skizofrrenia
yang ditujukan pada kemampuan dan kekurangan klien.Teknik perilaku
menggunakan latihan keterampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial.
Kemampuan memenuhi diri sendiri dan latihan praktis dalam komunikasi
interpersonal. Therapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana
dan masalah dalam hubungan kehidupan yang nyata. (Kaplan dan
Sadock,1998,hal.728).
Therapy aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu therapy aktivitas kelompok
stimulasi kognitif/persepsi, theerapy aktivitas kelompok stimulasi sensori, therapi
aktivitas kelompok stimulasi realita dan therapy aktivitas kelompok sosialisasi (Keliat
dan Akemat,2005,hal.13). Dari empat jenis therapy aktivitas kelompok diatas yang
paling relevan dilakukan pada individu dengan gangguan konsep diri harga diri
rendah adalah therapyaktivitas kelompok stimulasi persepsi. Therapy aktivitas
kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah therapy yang mengunakan aktivitas
sebagai stimulasi dan terkait dengan pengalaman atau kehidupan untuk didiskusikan
dalam kelompok, hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau
alternatif penyelesaian masalah.(Keliat dan Akemat,2005,hal.49).
e. Terapi somatik
Terapi somatik adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan tujuan
mengubah perilaku yang maladaptif menjadi perilaku yang adaptif dengan melakukan
tindakan dalam bentuk perlakuan fisik (Riyadi dan Purwanto, 2009).Beberapa jenis
terapi somatik, yaitu:
1) Restrain
Restrain adalah terapi dengan menggunakan alat-alat mekanik atau manual untuk
membatasi mobilitas fisik klien (Riyadi dan Purwanto, 2009).
2) Seklusi
Seklusi adalah bentuk terapi dengan mengurung klien dalam ruangan khusus
(Riyadi dan Purwanto, 2009).
3) Foto therapy atau therapi cahaya
Foto terapi atau sinar adalah terapi somatik pilihan. Terapi ini diberikan dengan
memaparkan klien sinar terang (5-20 kali lebih terang dari sinar ruangan) (Riyadi
dan Purwanto, 2009).
4) ECT (Electro Convulsif Therapie)
ECT adalah suatu tindakan terapi dengan menggunakan aliran listrik dan
menimbulkan kejang pada penderita baik tonik maupun klonik (Riyadi dan
Purwanto, 2009).
f. Rehabilitasi
Rehabilitasi merupakan suatu kelompok atau komunitas dimana terjadi interaksi
antara sesama penderita dan dengan para pelatih (sosialisasi).
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH

A. PENGKAJIAN
1. Faktor Predisposisi
a. Factor predisposisi citra tubuh
1) Kehilangan atau kerusakan organ tubuh (anatomi dan fungsi)
2) Perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh
3) Proses patalogik penyakit dan dampaknya terhadap struktur maupun
fungsi tubuh
4) Prosedur pengobatan seperti radiasi, kemoterapi dan transpantasi
b. Factor predisposisi harga diri
1) Penolakan dari orang lain
2) Kurang penghargaan
3) Pola asuh yang salah yaitu terlalu dilarang , terlalu dikontrol, terlalu
diturut, terlalu dituntut dan tidak konsisten
c. Faktor predisposisi peran
1) Transisi peran yang sering terjadi pada proses perkembangan, perubahan
situai dan sehat-sakit
2) Ketegangan peran, ketika individu menghadapi dua harapan yang
bertentangan secara terus menerus yang tidak terpenuhi.
3) Keraguan peran, ketika individu kurang pengetahuannya tentang harapan
peran yang spesifik dan bingung tentang tingkah laku yang sesuai
4) Peran yang terlalu banyak
d. Factor predisposisi identitas diri
1) Ketidak percayaan orang tua dan anak
2) Tekanan dari teman sebaya
3) Perubahan dari struktur sosial

2. Faktor Presipitasi
a. Trauma
Masalah spesifik sehubungan dengan konsep diri situasi yang membuat individu
sulit menyesuaikan diri atau tidak dat menerima khususnya trauma emosi
seperti penganiayaan fisik, seksual, dan psikologis pada masa anak-anak atau
merasa terancam kehidupannya atau menyaksikan kejadian berupa tindakan
kejahatan.
b. Ketegangan peran
Pada perjalanan hidup individu sering menghadapi Transisi peran yang
beragam, transisi peran yang sering terjadi adalah perkembangan, situasi, dan
sehat sakit.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah.
2. Resiko Isolasi social: Menarik diri

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Diagnosa I
Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
a. Tujuan Umum
Klien menunjukkan peningkatan harga diri.
b. Tujuan khusus 1
Klien dapat mengindentifikasi perubahan tubuh\

Kriteria hasil

Dengan menggunakan komunikasi theraupetik diharapkan klien dapat


mengindentifikasi perubahan cairan tubuh

INTERENSI

1) Diskusikan perubahan struktur, bentuk, atau fungsi tubuh


2) Observasi ekspresi klien pada saat diskusi.
a. Tujuan khusus 2
Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
Kriteria hasil

Dengan menggunakan komunikasi therapeutik diharapkan klien dapat


menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

Rencana tindakan

1) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki (tubuh,


intelektual, dan keluarga) oleh klien diluar perubahan yang terjadi.
2) Beri pujian atas aspek positif dan kemampuan yang masih dimiliki
klien.
b. Tujuan khusus 3
Klien dapat menerima realita perubahan struktur, bentuk atau fungsi
tubuh.

Kriteria hasil

Dengan menggunakan komunikasi theraupetikdiharapkan klien dapat

menerima realita perubahan struktur, bentuk atau fungsi tubuh.

Rencana tindakan

1) Dorong klien untuk merawat diri dan berperan serta dalam asuhan
klien secara bertahap.
2) Libatkan klien dalam kelompok dengan masalah gangguan citra tubuh.
3) Tingkatkan dukungan keluarga pada klien terutama pasangan.
c. Tujuan khusus 4
Klien dapat menyusun rencana cara – cara menyelesaikan masalah yang
dihadapi

Kriteria hasil

Dengan menggunakan komunikasi theraupetik diharapkan klien dapat

Menyusun rencana cara – cara menyelesaikan masalah yang dihadapi.

Rencana tindakan
1) Diskusikan cara – cara (booklet, leaflet sebagai sumber informasi)
yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak perubahan struktur,
bentuk atau fungsi tubuh.
2) Dorong klien untuk memilih cara yang sesuai bagi klien.
3) Bantu klien melakukan cara yang dipilih.
d. Tujuan khusus 5
Klien dapat melakukan tindakan penngembalian integritas tubuh.

Kriteria hasil

Dengan menggunakan komunikasi theraupetik diharapkan klien dapat


melakukan tindakan pengembalian integritas tubuh.

Rencana tindakan

1) Menbantu klien mengurangi perubahan citra tubuh


2) Rehabilitasi bertahap bagi klien

2. Diagnosa II
Resiko Isolasi social: Menarik diri
a. Tujuan umum
Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.
b. Tujuan Khusus I
Klien dapat membina hubungan saling percaya.

Kriteria Hasil

Dengan menggunakan komunikasi terapeutik di harapkan kita :

Menunjukkan wajah bersahabat, rasa saying, ada kontak mata, mau berjabat
tangan, mau

menyebutkan nama dan asal, menjawab salam, duduk berdampingan dengan


perawat.

Rencana tindakan
1) Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik.
2) Salam terapeutik
3) Perkenalkan diri perawat
4) Jelaskan tujuan interaksi antara perawat dan pasien
5) Ciptakan lingkunagn yang tenang
6) Selalu kontak mata selama interaksi
7) Buat kontarak yang jelas pada tiap pertemuan seperti topic yang
dibicarakan, waktu, dan tempat.
8) Tunjukkan sikap empati dan penuh perhatian
9) Diskusikan bersama, klien tentang keluarga.
10) Diskusikan alasan klien masuk rumah sakit
11) Identifikasi hubungan klien dalam berkeluarga.

c. Tujuan Khusus 2
Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimilki

Kriteria hasil

Dengan menggunakan komunikasi terapeutik diharapkan klien dapat


mengidentifikasi

kemampuan dan aspek positif yang dimiliki seperti menyanyi dan menari.

Rencana tindakan

1) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki


2) Setiap pertemuan klien hindarkan memberi penilaian negative utamakan
memberi pujian realitis.

d. Tujuan Khusus 3
Klien dapat menilai kemampuan yang dapat dilakukan dirumah sakit.

Kriteria Hasil

Dengan menggunakan komunikasi terapeutik diharapkan klien dapat menilai


kemampuan
yang dapat dilakukan dirumah sakit seperti menyapu, mengepel, dan mencuci
piring.

Rencana Tindakan

1) Diskusikan dengan klien kemampuan yang dapat dilakukan


2) Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaanya setelah
pulang sesuai dengan kondisi klien.

e. Tujuan Khusus 4
Klien dapat membuat jadwal kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimilki.

Kriteria hasil

Dengan menggunakan komunikasi terapeutik diharapkan klien dapat membuat


jadwal kegiatan sehari – hari.

Rencana tindakan

1) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari,


sesuai kemampuan kegiatan mandiri.
2) Tingkatkan kegiatan sesuai toleransi kondisi klien.
3) Beri contoh cara pelaksana kegiatan yang boleh klien lakukan.

f. Tujuan khusus 5
Klien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan kondisi sakit dan kemampuannya.
Kriteria hasil
Dengan menggunakan komunikasi terapeutik diharapkan kilen dapat melakukan
kegiatan sehari – hari.
Rencana tindakan
1) Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan.
2) Beri pujian atas keberhasilan klien
3) Diskusikan kemampuan pelaksanaan kegiatan dirumah
g. Tujuan khusus 6
Klien dapat memanfaatkan system pendukung yang ada
Kriteria hasil
Dengan menggunakan komunikasi terapeutik diharapkan keluarga dapat merawat
klien dirumah
Rencana tindakan
1) Berikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien harga
diri rendah.
2) Bantu klien memberi dukungan selama klien dirawat.
3) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan dirumah.

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tindakana dilakukan sesuai intervensi yang di susun.

E. EVALUASI
Adapun hal – hal yang dievaluasikan pada klien dengan gangguan konsep diri : harga
diri rendah adalah :
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya.
2) Klien dapat mengindentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
3) Klien dapat menilai kemampuan yang dapat dilakukan dirumah sakit.
4) Klien dapat membuat jadwal kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
5) Klien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan kondisi sakit dan kemampuannya.
6) Klien dapat memanfaatkan system pendukung yang ada.
7) Klien dapat mengindentifikasi perubahan citra tubuh.
8) Klien dapat menerima realita perubahan struktur, bentuk atau fungsi tubuh.
9) Klien dapat menyusun rencana cara – cara menyelesaikan masalah yang dihadapi.
10) Klien dapat melakukan tindakan pengembalian integritas tubuh.
Daftar Pustaka

Balitbang Depkes.2008.Kebijakan dan Strategi Pembangunan Kesehatan Jiwa.Jakarta :


Departemen Kesehatan RI.
Hawari,D.2007.Standar Asuhan Keperawatan : Spesialis Keperawatan Jiwa.Jakarta :
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Keliat, B.A., & Akemat.2010.Model Praktek Keperawatan Profesional. Jakarta. EGC.

You might also like