You are on page 1of 9

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/267784788

Sensitivitas metode PCR (Polymerase chain reaction) dalam mendekteksi isolat


klinis Mycobacterium tuberculosis

Article

CITATIONS READS

0 1,708

11 authors, including:

Pratiwi Sudarmono
University of Indonesia
50 PUBLICATIONS   393 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Carbapenem nonsusceptible Gram Negative Bacteriae focus on A. baumannii, K. pneumoniae and P. aeruginosa in intensive care unit in Jakarta, Indonesia View project

All content following this page was uploaded by Pratiwi Sudarmono on 06 January 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


J Kedokter Trisakti Januari-April 2002, Vol.21 No.1

Sensitivitas metode PCR (Polymerase chain reaction)


dalam mendekteksi isolat klinis Mycobacterium tuberculosis
Maria Lina Rosilawati*, Pratiwi Sudarmono**, Fera Ibrahim**
* Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Isotop dan Radiasi, BATAN, Jakarta
** Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

ABSTRACT

The PCR method was carried out to detect Mycobacterium tuberculosis H37Rv, clinical isolates of M.
tuberculosis from sputum of tuberculosis patients, and atypical mycobacteria strains. The bacteria were cultured
on Lowenstein Jensen medium. DNA extraction was done by using phenol-chloroform method after lysing the
bacterial cells with lyzozyme, proteinase-K, and SDS. Serial dilution of extracted DNA was done to determine
the sensitivity of the PCR assay. Primers used for DNA amplification were Pt8 and Pt9. The primers were
designed from insertion sequence (IS)6110 of M. tuberculosis. Amplification product was analysed by gel agarose
electrophoresis. Gel was stained with ethidium bromide solution and visualized under ultraviolet transilluminator.
Results showed that the detection limits of amplified DNA of M. tuberculosis isolates were 100 fg - 500 pg,
equivalent to 20 - 100.000 bacteria cells. PCR assay on isolate IMt3 and isolate IMt4, resulted the highest and
the lowest sensitivities, respectively. The ampllified fragment DNA of 541 bp was resulted by using the primers
mentioned above. Amplification of DNA did not occur on atypical mycobacteria strains.The result shows that
the PCR using Pt8 and Pt9 primers is a specific assay.

Key words : PCR method, M. tuberculosis H37Rv, clinical isolates of M. tuberculosis, atypical
Mycobacteria, sensitivity

ABSTRAK

Metode PCR digunakan untuk mendeteksi M. tuberculosis H37Rv, isolat M. tuberculosis dari sputum
penderita tuberkulosis, dan strain mikobakteria atipik. Pembiakan bakteri dilakukan dalam medium Lowensen
Jensen. Metode fenol-kloroform digunakan untuk mengekstraksi DNA bakteri setelah sel dilisiskan dengan
lisosim, proteinase-K, dan SDS. Untuk mengetahui sensitivitas uji PCR, DNA hasil ekstraksi diencerkan dalam
beberapa pengenceran. Amplifikasi DNA dilakukan dengan menggunakan primer oligonukleotida Pt8 and Pt9
yang disintesis dari sekuens sisipan 6110 M. tuberculosis. Teknik elektroforesis gel agarosa digunakan untuk
mendeteksi hasil amplifikasi. Gel kemudian diwarnai dengan larutan etidium bromida dan divisualisasi dengan
ultraviolet transilluminator. Hasil penelitian menunjukkan batas deteksi DNA isolat klinis M. tuberculosis
hasil amplifikasi berkisar 100 fg - 500 pg yang setara dengan 20-100.000 sel bakteri. Uji sensitivitas PCR
tertinggi adalah pada isolat klinis IMt3 dan terendah pada isolat IMt4. Besarnya fragmen DNA hasil amplifikasi
adalah 541 bp. Amplfikasi DNA beberapa strain mikobakteria atipik menggunakan primer Pt8 and Pt9 cukup
spesifik, karena tidak ada amplifikasi DNA strain-strain bakteri tersebut.

Kata kunci : Metode PCR, M. tuberculosis H37Rv, isolat M. tuberculosis, mikobakteria atipik, sensitivitas

PENDAHULUAN

Perkembangan biologi molekuler di bidang pengendalian penyakit infeksi yang meliputi


kedokteran sangat cepat khususnya pada diagnosis, pengobatan, epidemiologi, dan

7
Rosilawati, Sudarmono, Ibrahim Mycobacterium tuberculosis

pencegahan. Diagnosis penyakit infeksi dengan sel.(12,13) Spesifisitas dan sensitivitas uji serologi
biologi molekuler adalah mendeteksi asam nukleat juga masih kurang memuaskan.(14) Penggunaan
mikroorganisme penyebab dengan menggunakan pelacak DNA untuk deteksi M. tuberculosis juga
pelacak DNA,(1) PCR,(2,3) dan LCR (ligase chain telah banyak diteliti, spesifitas metode tersebut
reaction).(4) Sekuens DNA target spesifik yang tinggi tetapi sensitivitas tidak berbeda jauh dengan
berbeda pada tiap organisme merupakan dasar pemeriksaan mikroskopik yang memerlukan sel
penggunaan pelacak DNA. Sementara itu metode kuman dalam jumlah banyak.(15)
PCR dan LCR dapat memperbanyak jumlah salinan Untuk mengatasi keterbatasan cara diagnostik
DNA target sehingga dapat mendeteksi tersebut, sejumlah penelitian mengembangkan
mikroorganisme meskipun dalam jumlah sedikit. metode berdasarkan pada amplifikasi DNA
Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi menggunakan metode PCR(2,3,16) ataupun metode
yang disebabkan M. tuberculosis dan ditemukan PCR yang dilanjutkan dengan teknik hibridisasi
lebih dari 100 tahun yang lalu. Namun, sampai saat menggunakan sekuens DNA spesifik yang dilabel
ini penyakit tersebut masih merupakan masalah dengan radioaktif/non radioaktif. (17,3) Metode
kesehatan yang sangat penting terutama di negara tersebut adalah metode yang cepat, sensitif dan
berkembang. WHO menyatakan sekitar 1,9 milyar spesifik jika dibandingkan dengan pembiakan yang
manusia yaitu kurang lebih sepertiga penduduk merupakan metode baku emas (gold standard).
dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis (TB) dan Penelitian pada tahap pertama bertujuan untuk
setiap tahunnya terdapat sekitar 8 juta penderita mengetahui batas deteksi uji PCR pada beberapa
dengan 3 juta orang yang meninggal. Pada tahun isolat klinis M. tuberculosis menggunakan primer
2000 diperkirakan di seluruh dunia penderita baru oligonukleotida Pt8 dan Pt9 yang spesifik dapat
lebih dari 10,2 juta dengan 3,5 juta kematian akibat mendeteksi kuman tersebut.
penyakit tersebut.(5,6) Berdasarkan Survei Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT) tahun 1992, tuberkulosis BAHAN DAN CARA
paru di Indonesia menduduki peringkat kedua
setelah penyakit kardiovaskular.(7) Data terakhir Pembiakan bakteri
WHO memperkirakan di Indonesia setiap tahun Strain bakteri yang digunakan adalah M.
terdapat 550.000 kasus TB dan 175.000 kematian tuberculosis H37Rv sebagai kuman standar, M.
akibat penyakit tersebut.(5) tuberculosis hasil isolasi sputum penderita
Salah satu alasan gagalnya program tuberkulosis sebanyak 6 isolat (IMt1, IMt2, IMt3,
pengendalian tuberkulosis di negara berkembang IMt4, IMt5, IMt6) yang diperoleh dari salah satu
karena kelemahan diagnostik untuk mendeteksi rumah sakit di Jakarta. Sebagai pembanding
kasus infeksi pada saat dini. (8) Pada umumnya digunakan strain mikobakteria atipik yaitu M.
metode diagnostik penyakit tuberkulosis dilakukan smegmatis, M. phlei, M. chelonae, M. terrae, M.
secara konvensional seperti pemeriksaan scrofulaceum, dan M. fortuitum. Isolat M.
mikroskopik, kultur, dan serologi. Namun, metode tuberkulosis, kuman standar, M. scrofulaceum, dan
tersebut mempunyai banyak kelemahan. M. terrae ditumbuhkan dalam medium miring
Pemeriksaan mikroskopik di samping memerlukan Lowestein-Jensen, diinkubasi pada suhu 37oC
kuman/bakteri minimal 10.000 sel/ml, juga tidak selama 3-4 minggu, sedangkan untuk mikobakteria
dapat mendeteksi spesies mikobakteria. (9,10) atipik yang lain diinkubasi selama ± 3 hari.
Pemeriksaan kultur kuman mempunyai sensitivitas
dan spesifisitas cukup tinggi, akan tetapi Ekstraksi DNA bakteri
memerlukan waktu yang cukup lama yaitu berkisar Bakteri yang sudah tumbuh, dibuat suspensi
3-8 minggu. (10,11) Sensitivitas metode tersebut dengan menambahkan larutan NaCl 0,9% (b/v) ke
mendekati 100% dan dapat dilakukan pada sampel dalam kultur tersebut. Suspensi kemudian
klinis yang mempunyai kandungan bakteri 10-100 dipanaskan, disentrifugasi, dan dicuci sebanyak 2

8
J Kedokter Trisakti Vol.21 No.1

kali. Pelet bakteri kemudian dilarutkan dengan mineral. Proses PCR dilakukan dalam DNA
larutan penyangga TE/Tris-EDTA pH 8,0. thermocycler (Perkin-Elmer) dengan tahap
Ekstraksi DNA dilakukan sesuai dengan prosedur denaturasi 1,5 menit pada suhu 94oC, annealing
peneliti terdahulu(18) yang secara singkat dapat pada suhu 65oC, 2 menit, tahap extension 3 menit
dijelaskan sebagai berikut. Sel bakteri dilisis dengan pada suhu 72oC, dan extended extension pada suhu
lisosim, proteinase-K, dan SDS (sodium dodecyl 72oC selama 7 menit, untuk tiap siklus. Jumlah
sulfate). Suspensi tersebut ditambah dengan larutan siklus yang diperlukan 40 siklus.
fenol-kloroform-isoamilalkohol dengan volume
sama, digoyang supaya menjadi homogen (tanpa Analisis DNA hasil amplifikasi
divorteks), kemudian disentrifugasi. Fase DNA Teknik elektroforesis gel agarosa digunakan
yang didapat dipisahkan dan diendapkan dengan untuk menganalisis DNA hasil amplifikasi dengan
larutan NaCL 5M, etanol absolut dan etanol 70% konsentrasi agarosa 1,5% (b/v). Proses ini
dingin, dan disentrifugasi pada suhu 10oC dengan dilaksanakan dalam larutan penyangga TBE (Tris-
kecepatan tinggi (13.000 rpm). Pelet DNA yang Borat-EDTA). Pewarnaan DNA hasil elektroforesis
diperoleh setelah dikeringkan, dilarutkan dengan dilakukan dengan menggunakan larutan etidium
larutan 1 x TE. Konsentrasi dan kemurnian DNA bromida dengan konsentrasi 0,5 mg/ml. Setelah
hasil ekstraksi ditentukan dengan spektrofotometer diwarnai, gel kemudian divisualisasi melalui
pada l 260 nm dan 280 nm. Untuk mengetahui batas ultraviolet transilluminator. Untuk menentukan
deteksi DNA yang diamplifikasi dengan primer ukuran fragmen DNA, digunakan penanda berat
oligonukleotida yang digunakan, dilakukan molekul HaeIII∅X174 yang dinyatakan dengan
pengenceran DNA hasil ekstraks dengan beberapa pasangan basa (basepair = bp). Hasil positif
konsentrasi. Pengenceran DNA isolat M. ditunjukkan dengan adanya pita fragmen DNA pada
tuberculosis yang berasal dari sputum penderita TB gel agarosa setelah diwarnai dan divisualisasi.
adalah pada konsentrasi 1ng/ml, 500 pg/ml, 100pg/
ml, 50pg/ml, 10pg/ml, 1pg/ml, 500fg/ml, 100fg/ml, HASIL
50fg/ml, 10fg/ml, dan 1fg/ml. Penentuan
konsentrasi tersebut adalah berdasarkan penelitian Konsentrasi dan tingkat kemurnian DNA hasil
terdahulu.(19) Sebagai kontrol positif dan negatif ekstraksi yang dinyatakan dengan nilai rasio
digunakan DNA M. tuberculosis H37Rv dan M. absorbansi (l 260 nm/280 nm) dari M. tuberculosis
smegmatis 1008. H37Rv sebagai strain standar, isolat M. tuberculosis,
dan mikobakteria atipik, dapat dilihat pada Tabel
Proses amplifikasi DNA 1. Nilai rasio absorbansi DNA strain standar dan
Amplifikasi DNA dilakukan dengan metode isolat M. tuberculosis berkisar 1,500 - 2,000,
PCR menggunakan primer oligonukleotida Pt8 (5'- sedangkan untuk DNA mikobakteria atipik adalah
GTGCGGATGGTCGCGAGAT-3') dan Pt9 (5'- 1,413 - 1,844. Sampel DNA dinyatakan murni
CTGGATGCC CTC ACG GTTCA-3'). Sekuens apabila nilai rasio absorbansi (l 260 nm / 280 nm)
ini masing-masing terletak pada pasangan basa 105 = 1,8 - 1,9.(18,20)
sampai 124 dan 626 sampai 645 dari sekuens Batas deteksi uji PCR, yaitu jumlah DNA
sisipan (IS: insertion sequence) 6110 M. minimum yang memberikan hasil positif dengan
tuberculosis.(18) Komponen yang dipakai untuk metode PCR dan elektroforesis gel agarosa,
proses PCR adalah larutan penyangga (10mM Tris- ditunjukkan dengan adanya pita DNA pada gel dari
HCl pH 8,3 + 50 mM KCl), 2,0 mM MgCl2, 0,01% 6 isolat M. tuberculosis diperlihatkan pada Tabel
(b/v) gelatin, dNTP (dATP, dCTP, dGTP, dTTP) 2.
masing-masing 0,2 mM, primer Pt8 dan Pt9 masing- Sensitivitas uji PCR yang ditunjukkan dengan
masing 0,2 mM, dan 1 unit Taq DNA polimerase. batas deteksi tersebut untuk 6 isolat yang digunakan
Campuran tersebut sebanyak 40 ml ditambah dalam penelitian ini bervariasi. Pada umumnya
dengan 10 ml DNA sampel dan 50 ml minyak makin tinggi tingkat kemurnian DNA, sensitivitas

9
Rosilawati, Sudarmono, Ibrahim Mycobacterium tuberculosis

Tabel 1. Konsentrasi dan tingkat kemurnian DNA hasil ekstrasi M. tuberculosis strain H37Rv,
isolat klinis M. tuberculosis, dan mikobakteria atipik
Strain bakteri Konsentrasi DNA Rasio absorbansi
(ng/µ1) (λ 260 nm/280 nm)
M. tuberculosis H37Rv 1160 1,901
M. tuberculosis isolat IMt1 310 1,829
M. tuberculosis isolat IMt2 278 1,827
M. tuberculosis isolat IMt3 78 2,000
M. tuberculosis isolat IMt4 138 1,761
M. tuberculosis isolat IMt5 100 1,682
M. tuberculosis isolat IMt6 58 1,500
M. smegmatis 1068 1,940
M. phlei 765 1,842
M. chelonae 634 1,627
M. terrae 118 1,511
M. scrofulaceum 88 1,500
M. fortuitum 168 1,413

uji PCR makin meningkat. Namun, apabila maupun dengan jumlah DNA yang bervariasi
dibandingkan hasil amplifikasi DNA isolat IMt3 menggunakan primer yang sama (Pt8 dan Pt9) tetap
yang mempunyai nilai rasio absorbansi 2,000 menunjukkan tidak adanya amplifikasi DNA strain
dengan isolat IMt1 dan IMt2 dengan nilai rasio mikobakteria tersebut (tidak ada pita DNA pada
masing-masing 1,829 dan 1,827, terlihat senstivitas gel agarosa).
uji PCR untuk isolat IMt3 lebih tinggi. Batas deteksi
DNA isolat IMT3, isolat IMt1, dan isolat IMt2
masing-masing adalah 100 fg, 1 pg, dan 5 pg setara Tabel 2. Jumlah DNA minimun isolat klinis M.
dengan 20, 200, dan 1000 sel bakteri. Menurut Kolk tuberculosis yang memberikanhasil positif dengan
et al,(3) DNA M. tuberculosis 5 fg setara dengan 1 metode PCR dan elektroforesis gel agarosa
sel bakteri. Demikian juga sensitivitas uji PCR pada Sampel DNA Jumlah DNA
DNA isolat IMt6 dengan tingkat kemurnian paling M. tuberculosis isolat IMt1 1 pg
rendah, sensitivitasnya lebih tinggi dari isolat IMt4 M. tuberculosis isolat IMt2 5 fg
dan IMt5 yang mempunyai tingkat kemurnian lebih M. tuberculosis isolat IMt3 100 fg
tinggi. Berdasarkan batas deteksi DNA, sensitivitas M. tuberculosis isolat IMt4 500 pg
tertinggi dan terendah hasil uji PCR dalam penelitian M. tuberculosis isolat IMt5 100 pg
ini masing-masing adalah dari isolat IMt3 dan IMt4 M. tuberculosis isolat IMt6 5 pg
dengan batas deteksi 100 fg (Tabel 2, Gambar 1)
dan 500 pg (Tabel 2, Gambar 2). Jumlah tersebut
setara dengan 20 dan 100.000 sel bakteri. Besarnya PEMBAHASAN
fragmen DNA hasil amplifikasi menggunakan
primer Pt8 dan Pt9 yang digunakan dalam penelitian Konsentrasi dan tingkat kemurnian hasil
adalah 541 bp.Gambar 3 menunjukkan hasil ekstraksi DNA dinyatakan dengan nilai rasio
amplifikasi dan analisis dengan teknik elektroforesis absorbansi (l 260 nm/280 nm) dalam penelitian ini,
dari strain mikobakteria atipik dengan jumlah DNA bervariasi. Menurut Hill et al, (22) DNA M.
yang diamplifikasi cukup besar yaitu 100 ng. tuberculosis hasil ekstraksi yang diendapkan dengan
Amplifikasi DNA strain tersebut juga dilakukan CTAB (cetyltrimethyl-amonium bromide)
untuk jumlah DNA yang bervariasi. Dari gambar mempunyai rasio absorbansi 1,88 dibanding dengan
tersebut dengan jumlah DNA yang cukup besar nilai sebelum penambahan yaitu 1,75. Ekstraksi

10
J Kedokter Trisakti Vol.21 No.1

DNA dalam peneltian ini adalah menggunakan dibandingkan dengan isolat IMt4 dan IMt5 dengan
metode yang tidak memakai CTAB. Hal lain yang batas deteksi 100 pg dan 500 pg yang masing-
mungkin menyebabkan berkurangnya tingkat masing setara dengan 20.000 dan 100.000 sel
kemurnian DNA hasil ekstraksi dengan nilai rasio bakteri. Perbedaan sensitivitas tersebut
di bawah 1,8-1,9, adalah adanya kontaminasi bahan kemungkinan besar disebabkan banyaknya salinan/
yang terdapat pada medium pertumbuhan pada saat fragmen DNA target yang terdapat berulang
penyediaan suspensi sel bakteri di samping bahan (IS6110) dalam genom antara strain M.
lain pada waktu proses ekstraksi. Nilai rasio tuberculosis, berbeda secara alamiah. Salah satu
absorbansi di bawah 1,8 - 1,9 menunjukkan adanya faktor yang menentukan sensitivitas PCR adalah
kontaminasi protein, fenol, SDS dan jumlah salinan sekuens DNA sasaran yang terdapat
polisakarida.(20,21) dalam genom suatu mikroorganisme.(22) Beberapa
Sensitivitas uji PCR pada 6 isolat M. strain bakteri tersebut di Asia hanya mempunyai 1
tuberculosis yang dipakai dalam penelitian ini, juga salinan IS6110 dalam genomnya.(23) Dari hasil
bervariasi. Seperti dijelaskan sebelumnya, penelitian terdahulu(19) didapatkan batas deteksi
sensitivitas tersebut sangat dipengaruhi tingkat DNA M. tuberculosis H37Rv yang diamplifikasi
kemurnian DNA. Berdasarkan penelitian Sjobring dengan primer yang sama (Pt8 & Pt9) adalah 10 fg
et al,(12) sensitivitas PCR sangat dipengaruhi metode setara dengan 2 sel bakteri. Jumlah IS6110 M.
ekstraksi DNA . Dari hasil penelitian yang telah tuberculosis H37Rv yang merupakan sekuens DNA
dikemukakan terlihat sensitivitas PCR pada isolat sasaran primer Pt8 & Pt9 berjumlah 16 salinan
IMt3 lebih tinggi dari pada isolat IMt1 dan IMt2, dalam genomnya.(24) Berdasarkan penelitian Kox
sedangkan tingkat kemurnian DNA IMt3 yang et al, (2) diperoleh jumlah DNA yang dapat
diamplifikasi lebih rendah dari ke dua isolat diamplifikasi/batas deteksi uji PCR pada strain-
tersebut. Demikian juga isolat IMt6 dengan tingkat strain M. tuberculosis menggunakan primer yang
kemurnian DNA paling rendah (nilai rasio sama juga bervariasi, yaitu 10 fg pada 6 uji dari 8
absorbansi = 2,000), mempunyai batas deteksi uji uji sedangkan 2 uji lainnya menunjukkan hasil lebih
PCR lebih tinggi yaitu 5 pg setara 1000 sel bakteri sensitif yaitu 1 fg.

Lajur 1 : DNA isolat IMt3 100 fg


Lajur 2 : DNA isolat IMt3 1 pg
Lajur 3 : DNA isolat IMt3 5 pg
Lajur 4 : DNA M. tuberculosis H37Rv 10 ng
(Kontrol+)
Lajur 5 : DNA isolat IMt3 10 pg
Lajur 6 : Kontrol – (tanpa DNA)
Lajur 7 : DNA isolat IMt3 100 pg
Lajur 8 : Marker (penanda berat molekul)
HaeIII∅X174

Gambar 1. Hasil amplifikasi DNA M. tuberculosis isolat IMt3 dengan metode PCR
dan elektroforesis gel agarosa

11
Rosilawati, Sudarmono, Ibrahim Mycobacterium tuberculosis

Lajur 1 : Marker (penanda berat molekul)


HaeIII∅X174 DNA
Lajur 2 : DNA M. tuberculosis H37Rv 10 ng
(Kontrol+)
Lajur 3 : Kontrol – (tanpa DNA)
Lajur 4 : DNA isolat IMt3 5 ng
Lajur 5 : DNA isolat IMt3 1 pg
Lajur 6 : DNA isolat IMt3 500 pg
Lajur 7 : DNA isolat IMt3 100 pg
Lajur 8 : DNA isolat IMt3 10

Gambar 2. Hasil Aplifikasi DNA M. tuberculosis isolat IMt4 dengan metode PCR
dan elektroforesis gel agarosa

Lajur 1 : Marker (penanda berat molekul)


HaeIII∅X174
Lajur 2 : DNA M.chelonae 100 ng
Lajur 3 : DNA M. fortuitum 100 ng
Lajur 4 : DNA M. phlei 100 ng
Lajur 5 : DNA M. scrofulaceum 100 ng
Lajur 6 : DNA M. smegmatis 100 ng
Lajur 7 : DNA M. terrae 100 ng
Lajur 8 : DNA M. tuberculosis H37Rv 10 ng
(Kontrol +)

Gambar 3. Hasil amplifikasi DNA mikobakteria atipik dengan metode PCR


dan elektroforesis gel agarosa.

12
J Kedokter Trisakti Vol.21 No.1

Uji PCR dengan primer Pt8 & Pt9 dalam Evaluation of non radioactive DNA probe for
penelitian ini cukup spesifik untuk mendeteksi identification of mycobacteria. J Clin Microbiol
kuman M. tuberculosis, karena tidak ada amplifikasi 1992; 30:2476-78.
DNA mikobakteria atipik (Gambar 3). Hasil ini 2. Kox, LFF, Rienthong, D, Miranda AM,
sesuai dengan hasil peneliti lain(2) yang memperoleh Udomsantisuk N, Ellis K, van Leeuwen J, et al A
hasil PCR negatif menggunakan primer yang sama more reliable PCR for detection of Mycobacterium
pada 12 sampel klinis yang mengandung tuberculosis in clinical samples J Clin Microbiol
mikobakteria bukan M. tuberculosis. Kent et al(25) 1994; 32:672-78.
3. Kolk AHJ, Schuitema ARJ, Kuijper S, van
menyatakan 24 strain dari 35 strain mikobakteria
Leeuwen J, Hermans PWM, van Embden JDA, et
nontuberkulosis yang diuji dengan teknik PCR
al. Detection of Mycobacterium tuberculosis in
menggunakan primer yang dirancang dari IS6110
clinical samples by using polymerase chain
menunjukkan hasil positif. Hal tersebut disebabkan reaction and a non radioactive detection system.
karena beberapa strain mikobakteria J Clin Microbiol 1992; 30:2567-75.
nontuberkulosis mempunyai suatu sekuens DNA 4. Lindbrathen A, Gaustad P, Hovig B, TÆnjun T.
yang homolog dengan IS6110. Sebaliknya, hasil Direct detection of Mycobacterium tuberculosis
penelitian Hellyer et al,(26) menunjukkan tidak ada complex in clinical samples from patients in
sekuens DNA dalam mikobakteria nontuberkulosis Norway by ligase chain reaction. J Clin Microbiol
yang homolog dengan IS6110. Kemungkinan yang 1997; 35:3248-53.
menyebabkan hasil berbeda dari ke dua penelitian 5. Tjandra JA, Priyanti ZS. Tuberkulosis. Diagnosis,
tersebut adalah daerah elemen IS6110 yang menjadi Terapi, dan Masalahnya. Edisi III Jakarta: Lab.
DNA sasaran, berbeda. Kemungkinan lain jumlah Mikobakteriologi RSUP Persahabatan/WHO
DNA sasaran yang digunakan dalam penelitian Kent Collaborating Center for Tuberculosis; 2000.
et al terlalu banyak, sehingga besar kemungkinan 6. Dollin PJ, Raviglione MC, Kochi A. Global
terjadi hasil positif semu yang dihasilkan DNA M. tuberculosis incidence and mortality during 1990-
tuberculosis sebagai kontaminan dan atau amplikon 2000. Bull WHO 1994; 72:213-20.
yang terdapat dalam jumlah kecil. Oleh karenanya, 7. Departemen Kesehatan R.I. Survei Kesehatan
untuk menghindari reaksi silang dengan spesies Rumah Tangga 1992. Jakarta: Badan Penelitian
bukan M. tuberculosis kompleks, diperlukan dan Pengembangan Kesehatan RI; 1992.
ketelitian mendisain primer berdasarkan sekuens 8. Styblo K. Overview and epidemiologic assesment
dalam IS6110, di samping persyaratan yang of the current global tuberculosis situation with
memenuhi untuk menghindari kontaminasi. an emphasis on control in developing countries.
Rev Infect Dis 1989; 11:339-46.
9. Koneman EW, Allen SD, Janda WM,
KESIMPULAN
Schreckenberger PC, Winn WC, (ed). Color atlas
and textbook of diagnostic microbiology. 4th ed.
Metode PCR menggunakan primer
Philadelphia: JB Lippincott Company; 1990.
oligonukleotida Pt8 & Pt9 pada isolat klinis M. p.703-14
tuberculosis mempunyai kemampuan mendeteksi 10. Plorde JJ. Mycobacteria. In: Sherris JC, Ryan KJ,
jumlah DNA sebesar 100 fg yang setara dengan 20 editor. Medical microbiology. An introduction to
sel bakteri. infectious disease. London: Prentice-Hall
Primer oligonukleotida Pt8 & Pt9 untuk uji International Inc. (UK) Limited; 1994.p.401-15.
PCR cukup spesifik untuk mendeteksi bakteri M. 11. Brooks GF, Butel JS, Ornston LN, Jawetz E,
tuberculosis. Mikobakteria atipik yang digunakan Melnick JL, Adelberg EA. Medical microbiology
dalam penelitian ini tidak terdeteksi dengan teknik 20th ed. Norwalk, Connecticut: Appleton & Lange;
PCR menggunakan primer tersebut. 1995. p.263-71.
12. Sjobring JH, Mecklenburg M, Andersen AB,
Daftar Pustaka Miorner H. Polymerase chain reaction for
detection of Mycobacterium tuberculosis. J Clin
1. Lebrun L, Espinase F, Poveda JD, Frebault VVL. Microbiol 1990; 28:2200-04.

13
Rosilawati, Sudarmono, Ibrahim Mycobacterium tuberculosis

13. Hobby GT, Holman AP, Iseman MD, Jones JM. 20. Brown TA. Gene cloning: an introduction.
Enumeration of tubercle bacilli in sputum of Workingham, Berkshire, England: Van Nostrand
patients with pulmonary tuberculosis. Antimicrob Reinhold (UK) Co Ltd Molly Millars Lane;
Agents Chemother 1973; 4:97-104. 1986.p. 26.
14. Daniel TM, Debanne SM. The serodiagnosis of 21. Hill EB, Wayne LG, Gross WM. Curent practices
tuberculosis and other mycobacterial disease by in mycobacteriology: result of a survey of public
enzyme-linked immunosorbent assay. Am Rev health laboratories. J Bacteriol 1972; 112:1033-
Respir Dis 1987; 135:1137-51. 39.
15. Oka GMS, Okuzumi K, Kimura S, Shimada K. 22. Thierry D, Brisson-Noel A, Frebault VVL,
Evaluation of acridinium-esterlabeled DNA probe Nguyen S, Jeanuc G, Gicquel B. Characterization
for identification of Mycobacterium tuberculosis of a Mycobacterium tuberculosis insertion
and Mycobacterium avium-Myco-bacterium sequence, IS6110, and its application in diagnosis.
intracellular complex in culture. J Clin Microbiol J Clin Microbiol 1990; 28:2668-74.
1991; 29:2473-76. 23. Yuen LK, Ross BC, Jackson KM, Dwyer B.
16. Beavis KG, Lichty MB, Jungkind DL, Giger O. Characterization of Mycobacterium tuberculosis
Evaluation amplicor PCR for direct detection of strains from Vietnamese patients by southern blot
Mycobacterium tuberculosis from sputum hybridization. J Clin Microbiol 1993; 131:1615-
specimens. J Clin Microbiol 1995; 33:2582-86. 18.
17. Altamirano M, Kelly MT, Wong A, Bessuille ET, 24. Philipp WJ, Poulet S, Eiglmeier K, Pascopella L,
Black WA, Smith JA. Characterization of DNA Balasu BV, Heym B et al. An integrated map of
probe for detection of Mycobacterium tuberculosis the genom of the tubercle bacillus, Mycobacterium
complex in clinical samples by polymerase chain tuberculosis H 37 Rv, and comparison with
reaction. J Clin Microbiol 1992; 30:2173-76. Mycobacteriunm leprae.
18. Kolk AHJ, Kox LFF, van Leeuwen J, Kuijper S. 25. Kent L, McHugh Td, Billington O, Dale JW,
Polymerase chain reaction for the M. tuberculosis Gillespie SH. Demonstration of homolog between
complex. Laboratory of Tropical Hygiene, IS6110 of Mycobacterium tuberculosis and DNAs
Department of Biomedical Research Royal of other Mycobacterium spp. J Clin Microbiol
Tropical Institute, Amsterdam, The Netherland; 1995; 33:2290-93.
1995. 26. Hellyer TJ, DesJardin LE, Assaf MK, Bates JH,
19. Lina MR, Sudarmono P, Ibrahim F, Soebandrio Cave MD, Eisenach KD. Specificity of IS6110
A. Deteksi Mycobacterium tuberculosis H37Rv based amplification assay for Mycobacterium
dengan reaksi berantai polimerase (PCR). Maj tuberculosis complex. J Clin Microbiol 1996;
Kedokt Indon 1999; 49:250-255. 34:2843-46.

14

View publication stats

You might also like