You are on page 1of 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan IPTEK di zaman ini semakin terasa pesat dan diperlukan manusia.
Perkembangan IPTEK merupakan hasil dari segala langkah dan pemikiran untuk
memperluas, memperdalam, dan mengembangkan IPTEK.

Manusia modern sudah sangat bergantung kepada produk-produk IPTEK. Sukar


untuk dibayangkan manusia modern hidup tanpa menggunakan produk-produk IPTEK.
Keperluan hidup harian manusia modern mulai dari makan, minum, tidur, tempat tinggal,
tempat bekerja, alat-alat transportasi, sampai alat-alat komunikasi, alat-alat hiburan,kesehatan
dan semua aspek kehidupan manusia tidak terlepas dari produk IPTEK

Kita mengakui bahwa IPTEK memang telah mengambil peranan penting dalam
pembangunan tamadun atau peradaban material manusia. Penemuan-penemuan IPTEK telah
memberikan bermacam-macam kemudahan pada manusia. Dan Islam berperan penting dalam
perkembangan IPTEK, bahwa Syariah Islam harus dijadikan standar pemanfaatan IPTEK.
Ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah Islam) wajib dijadikan tolok ukur dalam
pemanfaatan IPTEK, bagaimana pun juga bentuknya. IPTEK yang boleh dimanfaatkan,
adalah yang telah dihalalkan oleh syariah Islam. Sedangkan IPTEK yang tidak boleh
dimanfaatkan, adalah yang telah diharamkan syariah Islam. Dengan IPTEK dalam Islam, kita
perlu mengembangkan potensi dan memanfaatkan sumber daya alam dengan tetap berpegang
teguh kepada al-Qur’an dan as-sunnah sebagai rasa syukur kita terhadap sumber daya alam
yang beranekaragam diciptakan untuk kita semua.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian IPTEK dan Seni?

2. Bagaimana pandangan Islam terhadap integrasi iman, ilmu, teknologi, dan seni?

3. Bagaimana peran utama orang yang berilmu?

4. Apa tanggungjawab ilmuwan terhadap lingkungan.

1. Mengetahui pengertian IPTEK dan Seni.

2. Mengetahui pandangan Islam terhadap integrasi iman, ilmu, teknologi, dan seni.

3. Mengetahui peran utama orang yang berilmu.

4. Mengetahui tanggungjawab ilmuwan terhadap lingkungan.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian IPTEK dan Seni

2.11 IPTEK

Definisi IPTEK sebagai singkatan dari Ilmu Pengetahuan dan Teknologi adalah
sesuatu yang sangat berkaitan dengan teknologi. Dalam sudut pandang filsafat ilmu, ilmu
dengan pengetahuan sangat berbeda maknanya. Ilmu adalah pengetahuan yang sudah
diklasifikasikan, disistemasi dan di interpretasikan sehingga menghasilkan kebenaran
obyektif serta sudah diuji kebenarannya secara ilmiah, sedangkan Pengetahuan adalah apa
saja yang diketahui oleh manusia baik melalui panca indra, instuisi, pengalaman maupun
firasat. Jadi Ilmu pengetahuan adalah himpunan pengetahuan manusia yang dikumpulkan
melalui proses pengkajian dan dapat dinalar serta diterima oleh akal. (Saifulloh,2009).

Teknologi adalah pengembangan dan aplikasi dari alat, mesin, material dan proses
yang menolong manusia menyelesaikan masalahnya. Teknologi dibuat atas dasar ilmu
pengetahuan dengan tujuan untuk mempermudah pekerjaan manusia. Kata teknologi sering
menggambarkan penemuan dan alat yang menggunakan prinsip dan proses penemuan
saintifik yang baru ditemukan.

Dalam dunia ekonomi, teknologi dilihat dari status pengetahuan kita yang sekarang
dalam bagaimana menggabungkan sumber daya untuk memproduksi produk yang
diinginkan( dan pengetahuan kita tentang apa yang bisa diproduksi). Oleh karena itu, kita
dapat melihat perubahan teknologi pada saat pengetahuan teknik kita meningkat.

Dalam sudut pandang budaya, teknologi merupakan salah satu unsur budaya sebagai
hasil penerapan praktis dari ilmu pengetahuan. Meskipun pada dasarnya teknologi juga
memiliki karakteristik obyektif dan netral. Dalam situasi tertentu teknologi tidak netral lagi
karena memiliki potensi untuk merusak dan potensi kekuasaan. Di sinilah letak perbedaan
ilmu pengetahuan dengan teknologi. Teknologi dapat membawa dampak positif berupa
kemajuan dan kesejahteraan bagi manusia juga sebaliknya dapat membawa dampak negatif
berupa ketimpangan-ketimpangan dalam kehidupan manusia dan lingkungannya yang
berakibat kehancuran alam semesta.
Dalam pemikiran Islam, ada dua sumber ilmu yaitu akal dan wahyu. Keduanya tidak
boleh dipertentangkan. Manusia diberi kebebasan dalam mengembangkan akal budinya
berdasarkan tuntunan Al-Qur’an dan sunnah rasul. Atas dasar itu, ilmu dalam pemikiran
Islam ada yang bersifat abadi (perennial knowledge) tingkat kebenarannya bersifat mutlak,
karena bersumber dari Allah. Ada pula ilmu yang bersifat perolehan (aquired knowledge)
tingkat kebenarannya bersifat nisbi, karena bersumber dari akal pikiran manusia.

Islam, agama yang sesuai dengan fitrah semula jadi manusia,maka syariatnya bukan
saja mendorong manusia untuk mempelajari sains dan teknologi, kemudian membangun dan
membina peradaban, bahkan mengatur umatnya ke arah itu agar selamat dan menyelamatkan
baik di dunia terlebih lagi di akhirat kelak.

Ilmu sangat penting dalam kehidupan. Rasulullah pernah bersabda bahwa untuk hidup
bahagia di dunia ini manusia memerlukan ilmu dan untuk hidup bahagia di akhirat pun
manusia memerlukan ilmu. Untuk bahagia di dunia dan di akhirat, manusia juga memerlukan
ilmu. Jadi kita harus menuntut ilmu, baik ilmu untuk keselamatan dunia, terlebih lagi ilmu
yang membawa kebahagiaan di akhirat. Atas dasar itulah Islam mewajibkan menuntui Ilmu.
Rasulullah SAW pernah bersabda:

“Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim dan muslimat.” (HR. Ibnu Abdul Barr)

Bahkan dalam Islam menuntut ilmu itu dilakukan tanpa batasan atau jangka waktu
tertentu, ilmu mesti dilakukan sejak dalam buaian hingga ke liang lahad. Ini diberitahu oleh
Rasulullah dengan sabdanya :

“Tuntutlah ilmu dari dalam buaian hingga ke liang lahad”

Pesatnya perkembangan Sains dan Teknologi semakin terasa dari hari ke hari. Banyak hasil
dari perkembangan Sains dan Teknologi yang tadinya diluar angan-angan manusia sudah
menjadi keperluan harian manusia. Contohnya : penyampaian informasi yang dahulu
memerlukan waktu hingga berbulan-bulan, kini dengan adanya telepon, handphone, internet
dapat sampai ke tujuan hanya dalam beberapa detik saja, bahkan pada masa yang (hampir)
bersamaan. Melalui TV, satelit dan alat komunikasi canggih lainnya, kejadian di satu tempat
di permukaan bumi atau di angkasa dekat permukaan bumi dapat diketahui oleh umat
manusia di seluruh dunia dalam masa yang bersamaan. Selain dalam bidang komunikasi,
perkembangan dalam bidang lain pun seperti material, alat-alat transportasi, alat-alat rumah
tangga, bioteknologi, kedokteran dan lain-lain begitu maju dengan pesat. Kita mengakui
bahwa sains dan teknologi memang telah mengambil peranan penting dalam pembangunan
peradaban material atau lahiriah manusia. Allah berfirman dalam Al Qur’an surat Al Imron
190-191 :

‫ت بل‬
‫لوُأِبليِ اللبللبباَ ب‬
‫ب‬ ‫ف اللنليبل بوُأِالننبهاَبر بلبياَ ت‬ ‫ت بوُأِاللبلر ب‬
‫ض بوُأِالختببل ب‬ ‫إبنن بفيِ بخلل ب‬.
‫ق النسبماَبوُأِا ب‬

َ‫ض بربنبناَ بما‬‫ت بوُأِاللبلر ب‬ ‫اب قببياَدماَ بوُأِقللعوُددا بوُأِبعلبىى لجلنوُبببهلم بوُأِيبتبفبنكلروُأِبن بفيِ بخلل ب‬
‫ق النسبماَبوُأِا ب‬ ‫النبذيبن يبلذلكلروُأِبن ن‬
‫ب النناَبر‬ ‫ت ىهببذا بباَبطدل لسلببحاَنب ب‬
‫ك فبقببناَ بعبذا ب‬ ‫بخلبلق ب‬

Artinya: ”Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan
siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,(yaitu) orang-orang yang
mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah
Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa
neraka”.

Dari ayat ini dapat kita lihat, bahwa melalui pengamatan, kajian dan pengembangan
sains dan teknologi, Allah menghendaki manusia dapat lebih merasakan kebesaran, kehebatan
dan keagungan Nya. Betapa hebatnya alam ciptaan Allah, yang kebesaran dan keluasannya-
pun manusia belum sepenuhnya mengetahui, maka sudah tentu Maha hebat lagi Allah yang
menciptakannya.

2.12 Seni

Seni adalah hasil ungkapan akal dan budi manusia dengan segala prosesnya. Seni
merupakan ekspresi jiwa seseorang. Hasil ekspresi jiwa tersebut berkembang menjadi bagian
dari budaya manusia. Seni identik dengan keindahan. Keindahan yang hakiki identik dengan
kebenaran. Keduanya memiliki nilai yang sama yaitu keabadian. Seni yang lepas dari nilai-
nilai keTuhanan tidak akan abadi karena ukurannya adalah hawa nafsu bukan akal dan budi.
Seni mempunyai daya tarik yang selalu bertambah bagi orang-orang yang kematangan
jiwanya terus bertambah.

Seni adalah sebuah keindahan yang dapat mengungkap rasa sampai jauh kedalam jiwa
seseorang. Jadi, apabila pernah merasakan sebuah getaran keindahan yang begitu dalam dan
membuat kita tidak dapat lagi melupakannya maka artinya kita sudah dapat menangkap arti
kata seni dalam arti yang sebenarnya. Kata “seni” adalah sebuah kata yang semua orang di
pastikan mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda. Konon kata seni
berasal dari kata “SANI” yang kurang lebih artinya “Jiwa Yang Luhur/ Ketulusan jiwa”.
Namun menurut kajian ilmu di Eropa mengatakan “ART” (artivisial) yang artinya kurang
lebih adalah barang/ atau karya dari sebuah kegiatan. Pandangan Islam tentang seni.Seni
merupakan ekspresi keindahan. Dan keindahan menjadi salah satu sifat yang dilekatkan
Allah pada penciptaan jagat raya ini. Allah melalui kalamnya di Al-Qur’an mengajak manusia
memandang seluruh jagat raya dengan segala keserasian dan keindahannya.

Allah berfirman dalam surat Al-Qaaf ayat 6 :

‫أبفبلبلم يبلنظللروُأِا إببلى النسبماَبء فبلوُقبهللم بكلي ب‬


‫ف ببنبليبناَبهاَ بوُأِبزيننناَبهاَ بوُأِبماَ لببهاَ بملن فللروُأِ ت‬
‫ج‬
Artinya: “Maka apakah mereka tidak melihat ke langit yang ada di atas mereka, bagaimana
Kami meninggikannya dan menghiasinya, dan tiada baginya sedikit pun retak-retak?” [QS
50: 6].

2.1 Integrasi Iman, Ilmu, Teknologi, dan Seni

Dalam pandangan Islam ,antara agama,Ilmu pengetahuan ,teknologi dan seni terdapat
hubungan yang harmonis dan dinamis yang terintegrasi dalam suatu sistem yg disebut dinul
Islam.

Di dalamnya terkandung tiga unsur pokok yaitu akidah, syariah, dan akhlak(iman
,ilmu, dan amal shalih). Sebagaimana yang dinyatakan dalam Al-Qur’an Surat Ibrahim
(14:24-25)

Artinya: “Tidakkah kamu perhatikan Allah telah membuat perumpamaan kalimat yg


baik(Dinul Islam) seperti sebatang pohon yg baik,akarnya kokoh(menghujam ke bumi)dan
cabangnya menjulang ke langit.pohon itu mengeluarkan buahnya setiap musim dg seizin
Tuhannya.Allah membuat perumpamaan –perumpamaan itu agar manusia selalu ingat.

Ayat di atas menganalogikan bangunan Dienul Islam bagaikan sebatang pohon yang
baik, iman diidentikkan dengan akar dari sebuah pohon yang menopang tegaknya ajaran
Islam. Ilmu diidentikkan dengan batang pohon yang mengeluarkan dahan-dahan/ cabang-
cabang ilmu pengetahuan. Sedangkan amal ibarat buah dari pohon itu identik dengan
teknologi dan seni.
Ilmu-ilmu yang dikembangkan atas dasar keimanan dan ketakwaan kepada Allah akan
memberikan jaminan kebaikan bagi kehidupan umat manusia termasuk bagi lingkungannya.
Pengembangan IPTEK yang lepas dari keimanan dan ketakwaan tidak akan bernilai ibadah
serta tidak akan menghasilkan manfaat bagi umat manusia dan alam lingkungannya bahkan
akan menjadi malapetaka bagi kehidupannya sendiri. (M. Saifulloh, 2009).

2.3 Keutamaan Orang yang Berilmu

Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Kesempurnaan karena
dibekali dengan seperangkat potensi, dan potensi yang paling utama adalah akal, dengan akal
manusia mampu melahirkan berbagai macam ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Bagi
orang yang berakal dan senantiasa bernalar untuk mengembangkan ilmunya, Allah
menyebutnya dengan sebutan Ulil Albab.Tentang keutamaan orang yang berilmu, di dalam
Al-Qur’an surat Al Mujadalah:11, Allah menjanjikan akan mengangkat derajat orang-orang
yang beriman dan berilmu. Derajat yang diberikan Allah berupa kemuliaan pangkat,
kedudukan, jabatan, harta dan kelapangan hidup. Jika manusia ingin mendapatkan derajat
yang tinggi dari Allah, manusia harus berupaya semaksimal mungkin meningkatkan kualitas
keimanan dan keilmuannya dengan keikhlasan dan hanya untuk mencari ridha Allah semata.

Dan kelebihan mereka yang beriman lagi berilmu dibandingkan orang yang beriman
tapi tidak berilmu sangat nampak dalam hadits Abu Ad-Darda` di atas yaitu:

1. Dia akan dinaungi oleh para malaikat dengan sayap-sayap mereka.

2. Segala sesuatu akan memintaampunkan dosanya kepada Allah mulai makhluk yang
berada di bawah lautan sampai makhluk yang ada di atas langit (para malaikat).

3. Dia diibaratkan sebagai bulan yang menerangi alam semesta, sementara orang yang
hanya beriman tapi tidak berilmu hanya diibaratkan sebagai bintang yang hanya
menerangi dirinya sendiri.

4. Mereka adalah pewaris para nabi, dan cukuplah ini menunjukkan keutamaan mereka.

5. Dia bisa mengajarkan ilmunya kepada orang lain, yang dengannya pahala akan terus
mengalir kepadanya -sampai walaupun dia telah meninggal- selama ilmu yang
diajarkan masih diamalkan oleh orang-orang setelahnya.
Dan kelima perkara ini tidak akan didapatkan oleh orang yang hanya beriman tapi tidak
berilmu (ahli ibadah). Karenanya sangat wajar sekali kalau Allah tidak menyamakan
kedudukan orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu karena mereka adalah
mujahid yang memperbaiki dirinya, memperbaiki orang lain, dan melindungi agama Allah
dari setiap perkara yang bisa merusaknya, berbeda halnya dengan ahli ibadah yang
kebaikannya hanya terbatas pada dirinya.

Bahkan dalam ayat lain Allah memberikan penghargaan secara khusus kepada orang-orang
berilmu dalam firmanNya surat Az Zumar:9

‫ت بءابناَبء ٱلنليبل بساَبجددا بوُأِبقاَئبدماَ يبلحبذلر ٱللبءابخبرةب بوُأِيبلرلجوُاا برلحبمههةب بربببهۦِهه‬ ‫أبنملن هلبوُ ىقبنب ت‬
‫قللل هبلل يبلستببوُىِ ٱلنبذيبن يبلعلبلموُبن بوُأِٱلنبذيبن بل يبلعلبلموُبن إبننبماَ يبتببذنكلر ألاوُأِللوُاا ٱللبلل ىبب ب‬
‫ب‬
Artinya : "Katakanlah: Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang
tidak mengetahui? Sesungguhnya orang berakallah yang dapat menerima pelajaran"

Imam Az Zamakhsyari mengutip sejumlah hadits yang menunjukkan keutamaan


orang-orang berilmu dari orang-orang yang tidak berilmu.

"Jarak antara seorang alim (orang yang berilmu) dan seorang abid (tukang ibadah yang tidak
berilmu) adalah seratus derajat/tingkat. Jarak diantara dua tingkat itu adalah perjalanan kuda
selama 70 tahun" (HR Abu Ya'la dan Ibnu Adi).

"Keutamaan seorang alim atas seorang abid bagaikan keutamaan bulan purnama atas seluruh
bintang-bintang" (HR Ashabu as-Sunan)

"Pada hari kiamat nanti ada tiga golongan yang akan memberi syafa'at, para nabi, lalu para
ulama, lalu para syuhada" (HR Ibnu Majah, Abu Ya'la, Ibnu Adi, al Aqili dan al Baihaqi).

Kata Az Zamakhsyari, agungnya martabat orang-orang berilmu berdasarkan kesaksian


Rasulullah adalah berada diantara para nabi dan para syuhada. Kini jelaslah bahwa ilmu
menjadi sebab naiknya derajat seseorang, bukan nilai rapor, gelar-gelar akademis, ijazah atau
sertifikat.

Jadi agama dan ilmu pengetahuan, dalam Islam tidak terlepas satu sama lain. Keduanya
saling membutuhkan, saling menjelaskan dan saling memperkuat.
Maka dari itu, kita harus menguasai IPTEK, dan memanfaatkan perkembangan
IPTEK untuk meningkatkan martabat manusia dan meningkatkan kualitas ibadah kepada
Allah SWT. Kebenaran IPTEK menurut Islam adalah sebanding dengan kemanfaatannya
IPTEK itu sendiri. IPTEK akan bermanfaat apabila (1) mendekatkan pada kebenaran Allah
dan bukan menjauhkannya, (2) dapat membantu umat merealisasikan tujuan-tujuannya (yang
baik), (3) dapat memberikan pedoman bagi sesama, (4) dapat menyelesaikan persoalan umat.

2.4 Tanggungjawab Ilmuwan Terhadap Lingkungan

Ada dua fungsi utama manusia di dunia yaitu sebagai ‘abdun’ (hamba Allah) dan
sebagai khalifah Allah dibumi. Esensi “abdun’ adalah ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan
kepada kebenaran dan keadilan Allah sedangkan esensi khalifah adalah tanggungjawab
terhadap diri sendiri dan alam lingkungannya, baik lingkungan sosial maupun lingkungan
alam. Keengganan manusia menghambakan diri kepada Allah swt sebagai pencipta akan
menghilangkan rasa syukur atas anugerah yang diberikan oleh Sang Pencipta berupa potensi
yang sempurna yang tidak diberikan kepada makhluk lainnya yaitu potensi akal dan
keikhlasan manusia menghambakan dirinya kepada Allah akan mencegah kehambaan kepada
sesama manusia termasuk kepada dirinya.

Allah berfirman dalam surat QS. Asy-Syams ayat 8

َ‫فبأ بللهببمبهاَ فللجوُبربهاَ بوُأِتبلقبوُابها‬


Artinya : “Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.”

Dengan kedua kecenderungan tersebut Allah memberikan petunjuk berupa agama


sebagai alat bagi manusia untuk mengarahkan potensinya kepada keimanan dan ketaqwaan
bukan pada kejahatan yang selalu didorong oleh nafsu amarah, serta berfungsi sebagai
khalifah/wakil Allah dimuka bumi agar manusia mampu mempunyai tanggung jawab untuk
menjaga keseimbangan alam dan lingkungan tempat tinggalnya. Sehingga manusia diberi
kebebasan untuk mengeksplorasi, menggali sumber daya alam serta dapat memanfaatkannya
dengan sebaik-baiknya, akan tetapi manusia juga harus dapat menyadari terlebih dahulu
bahwa potensi sumber daya alam akan habis terkuras untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Oleh karena itu, manusia mendapat amanah dari Allah untuk memelihara alam, agar terjaga
kelestariannya dan keseimbangannya untuk kepentingan umat manusia.
Untuk menggali potensi alam dan memanfaatkannya diperlukan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang memadai. Kerusakan alam dan lingkungan ini lebih banyak disebabkan
karena ulah tangan manusia sendiri (QS. Ar rum:41). Mereka banyak menghianati perjanjian
kepada Allah. Mereka tidak menjaga amanat sebagai khalifah yang bertugas unuk menjaga
dan melestarikan alam ini.

Dengan memiliki ilmu pengetahuan kita pasti bisa tidak akan mengeksploitasi alam
ini secara berlebihan paling hanya kebutuhan primernya bukan untuk memenuhi kepuasan
hawa nafsu saja. Untuk itu dalam melaksanakan tanggung jawabnya, manusia diberikan
keistimewaan berupa kebebasan untuk memilih dan berkreasi sekaligus untuk
menghadapkannya dengan tuntutan kodratnya sebagai makhluk psikofisik. Namun ia akan
sadar akan keterbatasannya yang menurut ketaatan dan ketundukan terhadap aturan Allah swt
baik dalam konteks ketaatan terhadap perintah beribadah secara langsung maupun dalam
kontes ketaatan terhadap sunnatullah “hukum alam” perpaduan antara ibadah dan khalifah
akan mewujudkan manusia yang ideal yakni manusia yang selamat di dunia dan di akhirat.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ilmu pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia melalui tangkapan
pancaindra, intuisi dan firasat yang sudah diklasifikasi, diorganisasi, disistematisasi dan
diinterpretasi sehingga menghasilkan kebenaran obyektif, sudah diuji kebenarannya, dan
dapat diuji ulang secara ilmiah.

Teknologi dibuat atas dasar ilmu pengetahuan dengan tujuan untuk mempermudah
pekerjaan manusia. Pada mulanya, teknologi tercipta berdasarkan niat dan tujuan dari si
pencipta teknologi tersebut.Bila sebuah teknologi dapat diciptakan dengan tujuan yang baik,
maka tidak akan menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan sekitar. Sehingga
teknologi tersebut dapat bermanfaat bagi para penggunanya. Dalam penggunaan berbagai
macam teknologi yang ada, harus mampu dalam menganalisis dampak positif dan dampak
negatif yang ditimbulkan dari teknologi tersebut. Pengembangan IPTEK yang lepas dari
keimanan dan ketakwaan tidak akan bernilai ibadah serta tidak akan menghasilkan manfaat
bagi umat manusia dan alam lingkungannya.

Seni adalah hasil ungkapan akal dan budi manusia dengan segala prosesnya serta
merupakan ekspresi jiwa seseorang. Hasil ekspresi jiwa tersebut berkembang menjadi bagian
dari budaya manusia. Seni identik dengan keindahan, keindahan yang hakiki identik dengan
kebenaran. Seni yang lepas dari nilai-nilai ketuhanan tidak akan abadi karena ukurannya
adalah hawa nafsu bukan akal dan budi.

Dalam pandangan Islam, antara iman, ilmu pengetahuan, teknologi dan seni terdapat
hubungan yang harmonis dan dinamis yang terintegrasi dalam suatu sistem yang disebut
Dienul Islam yang mengandung tiga unsur pokok yaitu aqidah, syari’ah dan akhlak, dengan
kata lain iman, ilmu dan amal shaleh atau ikhsan.

Bagi orang-orang yang berilmu, Allah menjanjikan akan mengangkat derajat orang-
orang yang beriman dan berilmu. Derajat yang diberikan Allah berupa kemuliaan pangkat,
kedudukan, jabatan, harta dan kelapangan hidup. Jika manusia ingin mendapatkan derajat
yang tinggi dari Allah, manusia harus berupaya semaksimal mungkin meningkatkan kualitas
keimanan dan keilmuannya dengan keikhlasan dan hanya untuk mencari ridha Allah semata.

Fungsi utama manusia yaitu, abdun: ketaatan, ketundukan dan kepatuhan kepada
kebenaran dan keadilan, dan khalifah: tanggungjawab terhadap diri sendiri dan alam
lingkungannya, baik lingkungan sosial maupun lingkungan alam. Allah memberikan petunjuk
berupa agama sebagai alat bagi manusia untuk mengarahkan potensinya kepada keimanan
dan ketakwaan bukan pada kejahatan yang selalu didorong oleh nafsu amarah. Manusia
mendapat amanah dari Allah untuk memelihara alam, agar terjaga kelestariannya dan
keseimbangannya untuk kepentingan umat manusia.

3.1 Saran

 Dalam penggunaan teknologi dalam bentuk apapun, lebih baik untuk mampu memilah

 Dalam penggunaan teknologi, mampu mengendalikan diri sehingga tidak


menimbulkan kerusakan bagi lingkungan sekitar, atau dengan kata lain, lingkungan di
mana populasi-populasi berada.

 Sebagai manusia yang memiliki dasar keimanan terhadap Allah SWT, diharapkan
mampu memanfaatkan teknologi sesuai dengan koridor-koridor Islam, sehingga tidak
menjadi suatu yang mudharat.

 Dalam suatu penciptaan sebuah teknologi, lebih baik tidak ada sesuatu yang
disembunyikan dalam segala sesuatu tentang teknologi tersebut. Baik dari segi proses
penciptaannya, tujuan penciptaannya, dan lain sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.docstoc.com/docs/25951740/IPTEKSENI-DALAM-ISLAM

http://hamamsite.blogspot.com/2009/10/iptek-dan-seni-menurut-pandangan-islam.html

http://irfanwineers.wordpress.com/2011/11/23/integrasi-imanilmuteknologi-dan-seni/

www.wikipedia.org

http://www.si.its.ac.id/kurikulum/materi/iptek/manusialingkungan.html

www.alquran-indonesia.com/web/quran/listings/details/91

You might also like