You are on page 1of 22

Studi Kasus Pendekatan Terapi Dzikir Jahar Dengan Bacaan Laa Ilaaha

Illallaah Menangani Kecemasan Tahanan Anak Yang Putus Sekolah di


Rutan Kelas 1 Surabaya

Sultan Sahrir
Program Studi Bimbingan Konseling Islam
Fakultas Dakwah dan Komunikasi
UIN Sunan Ampel Surabaya

Abstract: The focus of the study are (1) How is the Case Study Process Approach to
Dzikir Jahar Therapy With Laa Ilaaha Illallaah Reading Handles the Anxiety of Prisoners
of the Out-of-School Children in Class 1 Rutan Surabaya? (2) How Results of
Implementation of Case Study Approach Dzikir Jahar Therapy With Laa Reading Ilaaha
Illallaah Handles the Anxiety of Prisoners of Children who dropped out of School in
Class 1 Rutan Surabaya? In answering these problems, this study used a qualitative
research approach used to examine the natural object conditions in which the researcher
as a key instrument and data collection techniques are conducted in triangulation, and the
type of research is case study, a model that emphasizes exploration in one case Detailed,
accompanied by deep data mining. In this study, the therapeutic process using Dzikir
Jahar Therapy With Laa Ilaaha Illallaah Reading can handle school dropout anxiety in
the counselee. And the outcome of this therapeutic process was quite successful with the
change in the scale of anxiety dropped out of the counselee from the number 45 to the 50
number in which the results indicated that the counselee's self anxiety had decreased
slightly, with a percentage rate of 66.6%, said "Enough Behasil ".
Keywords: Dzikir Jahar Laa ilaaha illallaah, Anxiety Drop Out School

Abstrak: Fokus penelitian adalah (1) Bagaimana Proses Pelaksanaan Studi Kasus
Pendekatan Terapi Dzikir Jahar Dengan Bacaan Laa Ilaaha Illallaah Menangani
Kecemasan Tahanan Anak Yang Putus Sekolah di Rutan Kelas 1 Surabaya ? (2)
Bagaimanakah Hasil Pelaksanaan Studi Kasus Pendekatan Terapi Dzikir Jahar
Dengan Bacaan Laa Ilaaha Illallaah Menangani Kecemasan Tahanan Anak Yang
Putus Sekolah di Rutan Kelas 1 Surabaya ? Dalam menjawab permasalahan
tersebut, penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif yang
digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah dimana peneliti sebagai
instrumen kunci dan teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi, dan
jenis penelitian yaitu studi kasus, suatu model yang menekankan pada eksplorasi
pada satu kasus secara mendetail, disertai dengan penggalian data secara
mendalam. Dalam penelitian ini, proses terapi menggunakan Terapi Dzikir Jahar
Dengan Bacaan Laa Ilaaha Illallaah dapat menangani kecemasan putus sekolah
pada diri konseli. Dan hasil dari proses terapi ini cukup berhasil dengan
perubahan pada skala kecemasan putus sekolah diri konseli dari jumlah angka
45 ke jumlah angka 50 yang mana hasil tersebut menunjukkan bahwa
kecemasan diri konseli telah sedikit menurun, dengan tingkat presentase 66,6%,
dikatakan “Cukup Behasil”.

Kata kunci : Dzikir Jahar Laa ilaaha illallaah, Kecemasan Putus Sekolah
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Ahli – ahli jiwa yang banyak memperhatikan dan meneliti para
remaja, berpendapat bahwa masa Remaja adalah masa goncang, yang
terkenal dengan berkecamuknya perubahan – perubahan emosionil.
Dahulu orang menyangka bahwa hal itu disebabkan oleh perubahan
jasmani, terutama perubahan hormone – hormone seks pada masa Remaja
itu. Akan tetapi, hasil – hasil penelitian baru telah mebuktikan bahwa,
tidak perubahan hormone seks saja yang mempengaruhi remaja, karena
perubahan hormone itu mencapai puncaknya pada permulaan masa
remaja, sedangkan problema – problema emosi itu mencapai puncaknya
pada periode remaja terakhir. Oleh karena itu jelaslah bahwa kegoncangan
emosi itu tidaklah disebabkan oleh perubahan hormone seks dan tubuh
saja, akan tetapi juga sebagai akibat dari suasana masyarakat dan keadaan
ekonomi yang melindungi para remaja. Bahkan ada yang berpendapat
bahwapengaruh lingkungan lebih besar dari pada pengaruh hormone –
hormone itu. Karena semua remaja mengalami perubahan jasmani dan
hormone itu, akan tetapi tidak semua mereka mengalami problema
emosionil.1
Dalam kondisi seorang anak tahanan yang sedang terkena kasus
sehingga di tahan di dalam ruangan tahanan mempunyai kecenderungan
mengalami depresi, dikarenakan timbul perasaan cemas yang diakibatkan
tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dan karena juga kasus
yang menjeratnya sehingga mempengaruhi masa depan dirinya. Ciri – ciri
yang menonjol pada seorang anak tahanan tersebut yaitu perasaan
khawatir, takut, gelisah, kurang bergaul / kurang akrab dengan teman –
temannya, sering menyendiri, tidak bisa membuat keputusan sendiri,
kehilangan percaya diri, kurang fokus, gejala fisiknya yaitu kurang nafsu
makan, kadang – kadang kurang tidur.2
Seseorang bisa menjadi cemas bila dalam kehidupannya terancam
oleh sesuatu yang tidak jelas karena kecemasan dapat timbul pada banyak
hal yang berbeda -beda. Kecemasan menghadapi masa depan yang dialami
oleh anak tahanan disebabkan oleh kondisi masa datang yang belum jelas
dan belum teramalkan, sehingga bagaimanapun tetap menimbulkan
kekhawatiran dan kegelisahan apakah masa sulit tersebut akan terlewati
dengan aman atau merupakan ancaman seperti yang dikhawatirkan.
Dengan peran agama diharapkan problema tersebut dapat diatasi.
Agama dapat mengisi arti kehidupan manusia sepantasnya yang digunakan
sebagai landasan filosofis penyembuhan manusia yang terkena gangguan
mental.3 Melalui terapi yang bertujuan untuk bagaimana cara membantu
individu agar dapat mengembangkan diri, menumbuhkan perkembangan

1
Zakiah Darajat, Problema Remaja Di Indonesia, (Jakarta: Bulan Bintang, 1974), Hal: 149
2
Hasil survei di Rutan Kelas 1 Surabaya ketika masih agenda PPL di tempat tersebut.
3
Abd. Aziz Ahyani, Psikologi Agama, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2011), Hal: 166
psikologis dan kematangan sosialnya. Melalui pemahaman keagamaan
konseli berperan sebagai pengantar menuju peningkatan keimanannya.4
Berdzikir kepada Allah merupakan penyelamat jiwa dari berbagai
kerisauan, kegundahan, kekesalan, dan goncangan. Dengan berzikir
kepada Allah, awan ketakutan, kegalauan, kecemasan, penyesalan, dan
kesedihan akan sirna. Bahkan dengan zikir kepada-Nya segunung
tumpukan beban kehidupan dan permasalahan hidup akan runtuh dengan
sendiinya. Semakin banyak mengingat kepada Allah, pikiran akan
semakin terbuka, hati semakin tenteram, jiwa semakin bahagia dan nurani
semakin damai sentosa. Itu karena mengingat Allah terkandung nila – nilai
ketawakkalan kepada-Nya, kepasrahan kepada-Nya berbaik sangka
kepada-Nya dan pengharapan kebahagiaan dari-Nya. Dia senantiasa dekat
ketika si hamba berdo’a kepada-Nya, senantiasa mendengar ketika
diminta, dan senantiasa mengabulkan jika dimohon.5
2. Tinjauan Pustaka
Terapi Dzikir Jahar Dengan Bacaan Laa Ilaaha Illallaah
Terapi secara etimologi diambil dari bahasa Arab, yaitu shafa – yashfi
– shifa’an, yang artinya pengobatan, mengobati, menyembuhkan. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), terapi diartikan sebagai suatu
usaha memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit atau dalam
pengobatan penyakit.6 Dzikir berasal dari kata dzikir / dzakara, artinya
mengingat, memerhatikan, mengenang sambil mengambil pelajaran,
mengenal atau mengerti.7
Dzikir Djahar / Lisan, yang diperintahkan Allah SWT dapat dilakukan
dengan qauly, yakni dengan mengucapkan tasbih, tahmid, tahlil, dan
sebagainya. Dengan kata lain zikir dengan menyebut nama Allah dan sifat-
Nya.8 Dalam Tarekat Qadiriyah, Dzikir dilakukan dengan keras (yakni
bersuara) tetapi tidak terlalu keras.9
Dzikir Jahar dalam Tarekat Qadiriyah biasa juga disebut dengan
Dzikir Nafi Isbat, langkah – langkahnya sebagai berikut:
Pertama – tama, seorang Dzakir harus membaca istighfar sebanyak
tiga kali, kemudian membaca sholawat tiga kali.
Kedua, dengan mata terpejam, agar lebih menghayati arti dan makna
kalimat yang diucapkan, yaitu Laa Ilaaha Illallaah. Mengucapkan kalimat
Laa dengan panjang, dengan menariknya dari bawah pusat ke arah otak,
melalui kening, tempat di antara dua alis. Seolah – olah menggoreskan

4
Agus Santoso, dkk., Terapi Islam, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2013), Hal: 42
5
‘Aidh al-Qarni, La Tahzan Jangan Bersedih!. Terjemahan Samson Rahman (Jakarta: Qisthi
Press, 2007), Cet. Ke-20, Hal:29
6
Jehru M Echal dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama, 1994), hal. 112
7
M. Amin Syukur dan Fathimah Usman, Terapi Hati, (Jakarta: Erlangga, 2012), hal. 59 – 60
8
M. Amin Syukur dan Fathimah Usman, Terapi Hati, (Jakarta: Erlangga, 2012), hal. 60
9
Mir Valiuddin, Dzikir & Kontemplasi dalam Tasawuf, (Bandung: Pustaka Hidayah, 1997),
hal. 121
garis lurus, dari bawah pusat, ke ubun – ubun. Garis sinar keemasan
kalimat tauhid.
Selanjutnya mengucapkan “Ilaaha”, seraya menarik garis lurus dari
otak ke arah atas susu kanan, dan menghantamkan kalimat “Illa Allah” ke
dalam hati sanubari yang ada di bawah susu kiri, dengan sekuat – kuatnya.
Hal ini dimaksudkan agar lebih menggetarkan hati sanubari, dan
membakar nafsu – nafsu jahat yang dikendalikan oleh syaitan.10
Praktek Dzikir ini selain dengan adanya gerakan tersebut, juga
dilaksanakan dengan ritme dan irama tertentu. Yaitu mengucapkan kalimat
la, ilaaha, illa, Allah, dan mengulanginya 3 kali secara pelan – pelan.
Masing – masing diikuti dengan penghayatan makna kalimat nafi isbat itu.
Yaitu: Laa ma’buda illa Allah (tidak ada yang berhak untuk disembah
kecuali Allah), laa maqsuda illa Allah (tidak ada yang dimaksud kecuali
Allah), dan laa maujuda illa Allah (tidak ada yang maujud kecuali Allah).
Setelah pengulangan yang ketiga, dzikr dilaksanakan dengan nada yang
lebih tinggi, dan dengan ritme yang lebih cepat. Semakin lama, nada dan
ritmeny diusahakan semakin tinggi, agar gaibiat “kefanaan” semakin cepat
diperoleh. Dan dengan cara ini pula ektase segara dapat dirasakan. Hal ini
terjadi karena dengan pengaturan nada, dan irama dzikr ini akan menekan
dan menghindari masuknya khatir (lintasan pikiran dan khayalan) ke
dalam hati sanubari, sehingga yang dirasakan dan diperhatikan hanya
Allah semata.11
Memang di dalam Alquran, perintah dzikr tidak disebutkan
jumlahnya. Hanya saja dalam beberapa ayat disebutkan bahwa dzikr harus
dilaksanakan yang sebanyak – banyaknya. Sehingga penempatan angka
165, dalam dzikr nafi isbat ini merupakan ijtihad murni dari pendiri tarekat
ini. Ada yang mengatakan bahwa hitungan ini sebagai komposisi ajaran
dasar agama islam, yaitu: “1” melambangkan rukun ihsan, “6” sebagai
lambang rukun iman, dan “5” sebagai lambang rukun islam. Ada juga yang
memberikan makna berdasarkan jumlah nilai huruf (horoscop), dari
kalimat Laa Ilaaha Ila Allah. 165 adalah penjumlahan dari nilai masing –
masing huruf hijaiyah yang ada dalam kalimat Tayyibat itu. Yaitu: “Laa”
31, “Ilaaha” 36, “Illa” 32, dan “Allah” 66. Sehingga jumlahnya 165.
Inilah jumlah banyak yang terbaik, karena ibarat memasukkan muatan,
tepat pada kapasitas tempatnya. Demikian juga ada yang meyakini bahwa
jumlah itu adalah dosis yang ditetapkan dan komposisi obat yang diramu
oleh syekh sebagai dokter rohani, dan sepenuhnya menjadi hak mursyid
atau syekh yang sudah Kamil Mukammal.12
Kecemasan Putus Sekolah

10
Kharisudin Aqib, Al Hikmah (Memahami Teosofi Tarekat Qadiriyah Wa
Naqsyabandiyah), (Ujung Pandang: CV Dunia Ilmu, 1997), hal. 178
11
Kharisudin Aqib, Al Hikmah (Memahami Teosofi Tarekat Qadiriyah Wa
Naqsyabandiyah), (Ujung Pandang: CV Dunia Ilmu, 1997), hal. 179
12
Kharisudin Aqib, Al Hikmah (Memahami Teosofi Tarekat Qadiriyah Wa
Naqsyabandiyah), (Ujung Pandang: CV Dunia Ilmu, 1997), hal. 181
Kecemasan adalah suatu keadaan perasaan yang ditandai dengan
gejala – gejala jasmaniah seperti ketegangan fisik dan kekhawatiran
tentang masa yang akan datang dengan perasaan khawatir. Kecemasan
mungkin melibatkan perasaan, perilaku dan respons – respons fisiologis.13
a. Ciri – ciri Fisik dari Kecemasan
1) Kegelisahan dan kegugupan.
2) Tangan atau anggota tubuh yang bergetar atau gemetar.
3) Banyak berkeringat atau telapak tangan yang berkeringat.
4) Mulut atau kerongkongan teras kering.
5) Sulit berbicara.
6) Jantung yang berdebar keras atau berdetak kencang.
7) Suara yang bergetar.
8) Jari – jari atau anggota tubuh yang menjadi dingin.
9) Wajah terasa memerah.
b. Ciri – ciri Kognitif dari Kecemasan
1) Khawatir tentang sesuatu.
2) Perasaan terganggu akan ketakutan atau aprehensi terhadap
sesuatu yang terjadi di masa depan.
3) Keyakinan bahwa sesuatu atau mengerikan akan segera terjadi,
tanpa ada penjelasan yang jelas.
4) Terpaku pada sensasi ketubuhan.
5) Sangat waspada terhadap sensasi ketubuhan.
6) Merasa terancam oleh orang atau peristiwa yang normalnya
hanya sedikit atau tidak mendapat perhatian.
7) Ketakutan akan kehilangan kontrol.
8) Ketakutan akan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah,
9) Berpikir bahwa semuanya tidak bisa lagi dkendalikan.
10) Berpikir bahwa semuanya terasa sangat membingungkan tanpa
bisa diatasi.
11) Khawatir terhadap hal – hal yang sepele.
12) Berpikir tentang hal mengganggu yang sama secara berulang –
ulang.
13) Berpikir bahwa harus bisa kabur dari keramaian, kalau tidak pasti
akan pingsan.
14) Pikiran terasa bercampur aduk atau kebingungan.
15) Tidak mampu menghilangkan pikiran – pikiran terganggu.
16) Berpikir akan segera mati, meskipun dokter tidak menemukan
sesuatu yang salah secara medis.
17) Khawatir akan ditinggal sendirian.
18) Sulit berkonsentrasi atau memfokuskan pikiran.
c. Ciri – ciri Behavioral dari Kecemasan
1) Perilaku menghindar.
2) Perilaku melekat dan dependen.

13
V. Mark Durand & David H. Barlow, Psikologi Abnormal, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2006), hal. 159
3) Perilaku terguncang.14
Secara umum, faktor – faktor yang menyebabkan timbulnya
kecemasan adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
meliputi tingkat religiusitas yang rendah, rasa pesimis, takut gagal,
pengalaman negatif masa lalu, dan pikiran – pikiran tidak rasional.
Sementara eksternal seperti kurangnya dukungan sosial.15
Anak putus sekolah adalah keadaan dimana anak mengalami
keterlantaran karena sikap dan perlakuan orang tua yang tidak
memberikan perhatian yang layak terhadap proses tumbuh kembang anak
tanpa memperhatikan hak–hak anak untuk mendapatkan pendidikan yang
layak.16
Berikut dipaparkan beberapa faktor penyebab anak tidak dan putus
sekolah, yaitu:
1. Faktor pertama yang menyebabkan anak tidak dan putus sekolah
adalah faktor ekonomi, yaitu mencapai 36%. Faktor ekonomi yang
dimaksudkan adalah ketidakmampuan keluarga si anak untuk
membiayai segala proses yang dibutuhkan selama menempuh
pendidikan atau sekolah dalam satu jenjang tertentu.
2. Faktor kedua yang menyebabkan anak tidak dan putus sekolah
adalah rendahnya atau kurangnya minat anak untuk bersekolah,
Rendahnya minat anak dapat disebabkan oleh perhatian orang tua
yang kurang, jarak antara tempat tinggal anak dengan sekolah yang
jauh, fasilitas belajar yang kurang, dan pengaruh lingkungan
sekitarnya.
3. Faktor Ketiga, Kendala budaya yang dimaksudkan adalah
pandangan masyarakat yang menganggap bahwa pendidikan tidak
penting. Pandangan banyak anak banyak rejeki membuat masyarakat
di pedesaan lebih banyak mengarahkan anaknya yang masih usia
sekolah diarahkan untuk membantu orang tua dalam mencari nafkah.
4. Faktor keempat adalah cacat, IQ yang rendah, rendah diri, dan
umur yang melampaui usia sekolah.17
3. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Proses Pelaksanaan Studi Kasus Pendekatan Terapi Dzikir
Jahar Dengan Bacaan Laa Ilaaha Illallaah Menangani Kecemasan
Tahanan Anak Yang Putus Sekolah di Rutan Kelas 1 Surabaya?
2. Bagaimanakah Hasil Pelaksanaan Studi Kasus Pendekatan Terapi
Dzikir Jahar Dengan Bacaan Laa Ilaaha Illallaah Menangani

14
Jeffrey S. Nevid, Spencer A. Rathus dan Beverly Greene, Psikologi Abnormal, (Jakarta:
Erlangga, 2013), hal. 164
15
M. Nur Ghufron & Rini Risnawati S, Teori – teori Psikologi, (Yogyakarta: AR-Ruzz
Media, 2014), hal. 145 - 147
16
Suyanto, & Abbas, Wajah dan dinamika pendidikan anak bangsa, (Yogyakrta: Adicita,
2001), hal. 43
17
F.b Surbakti, Kenalilah Anak Remaja Anda, Cet I, ( Jakarta: Komputindo, 2008), hal. 58
Kecemasan Tahanan Anak Yang Putus Sekolah di Rutan Kelas 1
Surabaya?
B. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif.
Menurut Bogdan dan Taylor yang di kutip oleh Tohirin dalam bukunya
“Metode Penelitian Kualitatif (dalam pendidikan dan bimbingan
konseling)”, penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang atau perilaku yang dapat di amati18.
Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian
studi kasus. Studi kasus merupakan penelitian yang dilakukan secara
intensif, terperinci dan mendalam terhadap suatu organisasi, institusi atau
gejala-gejala tertentu.19 Dalam studi kasus, peneliti mencoba untuk
mencermati individu atau satu unit secara mendalam.
2. Definisi Konsep
a. Terapi Dzikir
Pengertian Terapi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
Pengobatan, Penyembuhan, Usaha untuk memulihkan kesehatan orang
yang sedang sakit (Kamus Besar Bahasa Indonesia 2005).20
Selanjutnya dalam Kamus Lengkap Psikologi kata Therapy berarti
“suatu perlakuan dan pengobatan yang ditujukan kepada penyembuhan
satu kondisi patologis.”21
Dzikir berasal dari kata dzikir/dzakara, artinya mengingat,
memerhatikan, mengenang, sambil mengambil pelajaran, mengenal
atau mengerti. Dzikir berarti pula ingat terhadap hukum – hukum Allah
SWT. Dzikir juga bermakna mengambil pelajaran / peringatan. Juga
mempunyai arti meneliti proses alam.22
b. Dzikir Jahar Dengan Bacaan Laa Ilaaha Illalllaah
Dzikir dengan Lisan, dilakukan dengan mengucapkan Kalimat –
kalimat Dzikir, baik dengan suara jelas (Jahar), atau samar, kalimat
yang dicontohkan yaitu Kalimat Thoyyibah (subhanallah,
walhamdulillah, wa laailaaha illaalah, wallaahu akbar).23

18
Tohirin, Metode Penelitian Kualitatif (dalam pendidikan dan bimbingan konseling),
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), hal. 2
19
Tohirin, Metode Penelitian Kualitatif (dalam pendidikan dan bimbingan konseling),
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), hal. 20
20
http://kbbi.web.id
21
Chaplin, C.P. Kamus Lengkap Psikologi, Terjemahan Dr. Kartini Kartono, (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 1995), Hal. 34
22
Amin Syukur & Fatimah Usman, Terapi Hati, (Jakarta: PENERBIT AIRLANGGA,
2012), Hal: 59
23
Amin Syukur & Fatimah Usman, Terapi Hati, (Jakarta: PENERBIT AIRLANGGA,
2012), Hal: 62
Ketika efek – efek baik dari dzikir keras timbul dalam diri dzakir,
yakni api kerinduan pada Allah tersulut dan nama Allah membuat
hatinya bahagia, serta bisikan – bisikan jahat dan perasaan munafik
sepenuhnya menjadi hilang atau berkurang sama sekali.24 Dalam
kitab Tanwirul Quluub dijelaskan cara gerakan dzikir agar terjaga dari
datangnya Syetan, merujuk Firman Allah dalam Al-Qur’an Surat
Al’Arof ayat 17: “Demi Allah (kami Syetan) akan datang kepada
manusia melalui arah depan, arah belakang, arah kanan dan arah
kiri”. Ayat ini menunjukan arah datangnya syetan untuk menggoda
manusia agar menjadi ingkar terhadap Allah. Jelas, sasarannya manusia
melalui empat arah; 1. Depan, 2. Belakang, 3. Kanan, 4. Kiri. Maka,
dzikirnya pun harus menutup empat arah. Dalam kitab Tanwirul Qulub:
ucapkan kalimat “LAA” dengan diarahkan dari bawah pusat tarik
sampai otak hal ini untuk menutup pintu syetan yang datang dari arah
depan dan belakang. Adapun ditarik kalimat itu ke otak karena syetan
mengganggu otak/pikiran kita sehingga banyak pikiran kotor atau
selalu suuddzon. Dan “ILAA” dengan diarahkan ke susu kanan atas,
dan kalimat “HA” diarahkan ke arah susu kanan bagian bawah adapun
ini untuk menutup pintu syetan yang datang dari arah kanan. Dan
“ILLALLAH” diarahkan ke susu kiri yang bagian atas serta bawahnya,
hal ini untuk menutup pintu syetan yang datangnya dari arah kiri,
namun lapadz jalalah yaitu lapadz “ALLAAH”nya diarahkan dengan
agak keras ke susu kiri bagian bawah sekitar dua jari, karena disanalah
letaknya jantung atau hati (keras bagaikan batu) sebagaimana pendapat
Imam Al-ghozali.25
c. Kecemasan Putus Sekolah
Cemas adalah suatu keadaan atau kondisi dimana seseorang merasa
lemah sehingga dia kurang mampu bersikap dan berpikir secara rasional
sesuai dengan kenyataan. Kecemasan merupakan suatu perasaan yang
bersifat umum, dimana seseorang merasa takut dan kehilangan rasa
percaya diri yang terkadang tidak jelas penyebabnya. 26 Menurut W.
Baily, Kecemasan adalah perasaan takut yang kuat dan tidak realistik
yang dibarengi oleh tanda – tanda penderitaan psikologis yang terlihat
pada fisik seseorang (detak jantung, keringat, kegelisahan yang
semakin meningkat).27
Secara umum, faktor – faktor yang menyebabkan timbulnya
kecemasan adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
meliputi tingkat religiusitas yang rendah, rasa spesimis, takut gagal,

24
Mir Valiuddin, Dzikir & Kontemplasi dalam Tasawuf, (Bandung: Pustaka Hidayah,
1997), hal. 125
25
https://ikhwansuryalaya.wordpress.com/2009/06/25/rahasia-dibalik-dzikir-jahar/, diakses
hari senin, 29 Mei 2017, pukul 00:54 WIB.
26
Sutardjo A. Wiramiharja, Pengantar Psikologi Abnormal (Bandung: PT Refika Aditama,
2005), Hal: 67
27
Lanny W. Baily, Mengatasi Persoalan Hidup, (Yogyakarta: Yayasan Andi, 1998), Hal: 27
pengalaman negatif masa lalu, dan pikiran – pikiran tidak rasional.
Sementara eksternal seperti kurangnya dukungan sosial.28
Anak putus sekolah adalah keadaan dimana anak mengalami
keterlantaran karena sikap dan perlakuan orang tua yang tidak
memberikan perhatian yang layak terhadap proses tumbuh kembang
anak tanpa memperhatikan hak–hak anak untuk mendapatkan
pendidikan yang layak.29
d. Tahanan Anak
Tahanan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah orang
yang ditahan karena dituduh melakukan tindak pidana atau kejahatan.30
Tahanan adalah tersangka atau terdakwa yang ditempatkan dalam
rutan.31
Istilah anak nakal yang terdapat dalam Undang – Undang
Pengadilan Anak, dalam Undang – Undang Sistem Peradilan Pidana
Anak tidak digunakan lagi. Peristilahan disesuaikan dengan Undang –
Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak,
istilah anak nakal diganti menjadi Anak yang berhadapan dengan
hukum yang selanjutnya disebut Anak adalah orang yang telah berumur
12 (dua belas) tahun tetapi belum mencapai 18 (delapan belas) tahun,
yang diduga melakukan tindak pidana.32
3. Subyek Penelitian
Subyek Penelitian ini adalah Seorang Tahanan Anak yang terkena
kasus di Rutan Klas 1 Surabaya yamg mengalami masalah kecemasan
putus sekolah, untuk menanganinya dengan menggunakan pendekatan
Terapi Dzikir Jahar Dengan Bacaan Laa Ilaaha Illallaah.
Sedangkan lokasi penelitian ini, penulis memilih tempat di Rutan
Kelas 1 Surabaya.
4. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk
memperoleh data yang diperlukan. Adapun teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Wawancara
Dalam medote ini, penulis mengadakan wawancara langsung
dengan sumber data primer dan sumber data sekunder. Adapun data –
data yang diambil dari metode wawancara adalah identitas dan latar
belakang konseli, hasil proses pendekatan Terapi Dzikir Jahar

28
M. Nur Ghufron & Rini Risnawati S, Teori – Teori Psikologi, (Yogyakarta: AR-Ruzz
Media, 2014), Hal: 147
29
F.b Surbakti, Kenalilah Anak Remaja Anda, Cet I ( Jakarta: Komputindo, 2008), hal. 58
30
https://jagokata.com/arti-kata
31
Iwan Pramono,dkk., Pola Pembinaan Kepribadian Narapidana Bagi Petugas di Lapas /
Ruta, (Jakarta: Dirjen Pemasyarakatan, 2013), Hal: 10
32
Wagiati Soetedjo dan Melani, Hukum Pidana Anak, (Bandung: Refika Aditama, 2013),
hal. 166
Dengan Bacaan Laa Ilaaha Illallaah, dan semua data yang terkait
dengan subjek penelitian.
b. Observasi
Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi
non partisipan, dimana peneliti tidak terlibat langsung dengan
kegiatan – kegiatan yang dilakukan oleh subjek. Peneliti hanya
observasi segala aspek yang ada pada konseli selama proses
pertemuan dengan subjek penelitian. Adapun data – data yang diambil
dari metode observasi yaitu usaha untuk menangani masalah
kecemasan menghadapi masa depan diri konseli untuk menjadi orang
yang lebih baik, dan faktor – faktor yang mempengaruhi adanya
kecemasan putus sekolah pada diri konseli.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik yang dilakukan dengan mencari data
mengenai hal-hal yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar,
majalah, agenda, catatan harian dan sebagainya.33 Dalam hal ini bahan
yang peneliti guanakan yaitu dokumen berupa tulisan mengenai
riwayat hukum subjek penelitian yang bersangkutan dan dokumen
atau arsip objek penelitian.
5. Metode Analisis Data
Pada penelitian ini, konselor menggunakan analisis deskriptif
komparatif yakni membandingkan antara data teori dengan data yang
terjadi di lapangan ketika proses penelitian berlangsung sehingga bisa
diketahui perbandingan antara konsep terapi konseling dengan fakta
empiris di lapangan. Adapun data yang akan dianalisis adalah:
a. Menguraikan tentang proses pelaksanaan Studi Kasus Pendekatan
Terapi Dzikir Dengan Bacaan Laa Ilaaha Illallaah Untuk Menangani
Kecemasan Tahanan Anak Yang Putus Sekolah di Rutan Kelas 1
Surabaya.
b. Menguraikan tentang keberhasilan pelaksanaan Studi Kasus
Pendekatan Terapi Dzikir Dengan Bacaan Laa Ilaaha Illallaah Untuk
Menangani Kecemasan Tahanan Anak Yang Putus Sekolah di Rutan
Kelas 1 Surabaya.
C. Hasil dan Pembahasan
1. Deskripsi Kecemasan Tahanan Anak Yang Putus Sekolah di Rutan
Kelas 1 Surabaya
Konseli adalah Rizal (nama samaran) seorang anak yang masih
berusia 16 Tahun. Konseli mengalami permasalahan melakukan tindakan
yang menyimpang dari norma dan nilai yang ada di masyarakat, yaitu
melakukan tindakan pencurian Handphone dan tertangkap polisi akhir
bulan April lalu. Ia terjerat pasal 365 UU Pencurian dengan hukuman
penjara selama 18 bulan. Mencuri merupakan bukan pekerjaan konseli tiap
hari, ia hanya diajak sama teman tetangganya dan karena memang baru

33
Suharsimi Ariskunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Asdi
Mahasatya, 2002), hal. 200
kali ini ia mencuri. Pergaulan yang salah menjadi salah satu faktor masalah
tersebut.
Awalnya, Konseli yang seharusnya sudah naik kelas 12 SMA tapi
karena ibunya tidak mampu membiayai anaknya karena ayahnya sudah
meninggal sejak kelas V SD dan konseli tidak sampai tega melihat ibunya
untuk membiayai konseli, sehingga konseli memutuskan untuk mengamen
bersama teman tetangganya, dan juga karena pengaruh terbesar ajakan
teman – teman tetangganya untuk putus sekolah.
Awal tertangkapnya, ia diajak sama teman tetangga rumahnya berlima
orang dengan dua sepeda motor untuk mencuri HP Oppo di daerah Jalan
Kartini Kupang Surabaya dekat Giant. Mereka tertangkap karena dikejar
sama Korban, teman – temannya dikejar sampai di pandegiling Surabaya
dan konseli sendiri tertangkap di rumahnya sendiri. ia juga sengaja ikut
mencuri karena ia ingin membiayai sewa pakaian acara karnaval adiknya
karena waktunya sangat mepet tidak ada waktu mengamen untuk melunasi
pembiayaan sewa pakaian adiknya sehingga ia memutuskan untuk
mencuri bersama tetangga rumahnya.
Yang melatarbelakangi masalah tersebut, yaitu:
a. Karena pergaulan konseli yang keliru,
b. Kurangnya pengawasan dari ibu dan keluarganya yang lain sehingga
menyebabkan anaknya bergaul dengan bebas dengan anak nakal yang
lainnya,
c. Ayahnya yang meninggal dunia sehingga dia spesimis untuk
melanjutkan sekolah dan menjadi pengamen,
d. Karena diperkuat juga ajakan teman tetangga konseli untuk putus
sekolah,
e. Karena ajakan teman – temannya untuk melakukan pencurian,
f. Karena tidak adanya bimbingan agama baik ketika dia sebelum masuk
Rutan sampai dia masuk ke Rutan.
2. Deskripsi Proses Pelaksanaan Terapi Dzikir Jahar Dengan Bacaan
Laa Ilaaha Illallaah Untuk Menangani Masalah Kecemasan Tahanan
Anak Yang Putus Sekolah
Tabel 1.1
Jadwal Proses Penelitian
No. Hari / Informan Kegiatan Selama Proses
Tanggal / Konseling
Pukul
1. Selasa, 20 Juni Konseli - Kenalan dengan Konseli
2017, Pukul (Attending),
15:13 WIB - Memberi ke Konseli
berupa kerta biodata
Konseli untuk diisikan,
- Foto bersama dengan
Konseli,
- Memberikan angket
kecemasan putus sekolah
sebelum Treatmen untuk
disikan,
- Memberikan angket kisi –
kisi instrumen anak putus
sekolah,
- Mengenal identitas
konseli,
- Menggali permasalahan
konseli.
2. Rabu, 21 Juni - Konseli - Minta profil lembaga di
2017, Pukul - Teman dekat Pak Pungkas
13:00 WIB Klien (Bankumluh),
(Danang - Minta surat pemberitahuan
Putra bahwa mahasiswa telah
Ramadhan, melakukan penelitian di
dan Saiful lembaga tersebut di Pak
Arif), Ismeth (Bankumluh),
- Kepala - Wawancara dengan teman
Kamar Blok i dekat konseli,
(K.M. - Wawancara dengan kepala
Panda) kamar Blok i,
- Wawancara dengan
konseli (menanyakan
kabar, Menggali
permasalahan konseli),
3. Rabu, 21 Juni Keluarga Klien - Kenalan dengan keluarga
2017, Pukul (Nenek, Pakde, konseli,
19:00 WIB Bukde) di - Menanyakan kebiasaan
Rumah Klien konseli sewaktu masih
bersekolah dan ketika
putus sekolah,
- Foto bersama dengan
Keluarga Konseli.
4. Kamis, 22 Juni Konseli - Memberikan tabel jadwal
2017, Pukul ibadah sholat, baca quran,
13:30 WIB wudhu, dan baca dzikir ke
konseli,
- Memberikan hadiah buku
Panduan Sholat Lengkap
dan buku Iqro’ kecil untuk
dipelajari,
- Treatment konseli dengan
bacaan dzikir jahar.
5. Kamis, 22 Juni Ibu Konseli dan - Kenalan dengan ibu
2017, Pukul Pakde Mat di konseli,
16:00 WIB Rumah Konseli - Menanyakan kebiasaan
konseli sewaktu masih
bersekolah dan ketika
putus sekolah.
- Menanyakan penyebab
konseli masuk di Rutan.
- Foto bersama dengan Ibu
Konseli.
6. Jumat, 23 Juni Konseli - Menanyakan kabar
2017, Pukul konseli,
14:00 WIB - Mengecek tabel jadwal
rutin konseli yang sudah
diceklis,
- Treatment konseli dengan
bacaan dzikir jahar.
7. Kamis, 29 Juni Konseli - Menanyakan kabar
2017, Pukul konseli,
13:30 WIB - Mengecek tabel jadwal
rutin konseli yang sudah
diceklis,
- Treatment konseli dengan
bacaan dzikir jahar.
8. Jumat, 30 Juni Konseli - Menanyakan kabar
2017, Pukul konseli,
13:15 WIB - Treatment konseli dengan
bacaan dzikir jahar,
- Memberikan hadiah buku
novel bacaan ke konseli
untuk dibaca – baca,
- Memberikan no. Hp saya
supaya tidak hilang kontak
ketika keluar dari Rutan,
- Pamitan dengan Konseli.

Setelah konselor menetapkan masalah konseli berdasarkan


identifikasi masalah terhadap konseli, langkah selanjutnya adalah
prognosa yaitu langkah untuk menetapkan jenis bantuan apa yang akan
diberikan untuk membantu menyelesaikan permasalahan konseli. Dalam
hal ini konselor memutuskan untuk menggunakan Terapi Dzikir dengan
Bacaan Laa ilaaha illallaah untuk membantu konseli menghilangkan rasa
kegelisahan, ketakutan dan penyesalan konseli serta menumbuhkan rasa
ketenteraman dalam hati.
Dengan adanya rasa ketenteraman dalam hati maka akan mampu
mencegah dari rasa kecemasan dalam diri konseli, dan sangat bagus
diaplikasikan oleh konselor untuk mentreatmen yang dimana konseli
perkembangan aspek spiritual keagamannya masih sangat kurang.
Treatment adalah pemberian arahan, saran, solusi, dan jalan keluar
terhadap permasalahan konseli yang diberikan setelah konselor secara
jelas mengetahui permasalahan konseli. Treatment diawali dengan
mengadakan pertemuan antara konselor dan konseli. Pertemuan ini
dilakukan dengan selingan canda tawa sambil berbincang – bincang
tentang bagaimana kesehariannya baik ketika masih belum masuk Rutan
maupun ketika masuk Rutan. Perbincangan yang hangat ini menjadi lebih
interaktif dan kondusif. Konseli juga berseda mengikuti langkah terapi
dengan baik.
Adapun tahapan pelaksanaan Terapi Dzikir jahar dengan Bacaan Laa
ilaaha illallaah:
Sebelum berlanjut ke treatment, alangkah terlebih dahulu konselor
menjelaskan tahapan – tahapan Terapi tersebut kepada konseli sebagai
berikut:
1. Syarat melakukan Dzikir Jahar yaitu dengan berwudhu sempurna,
dengan suara pelan.
2. Fungsi Dzikir Jahar yaitu Laa (membersihkan hati dari kotoran),
ilaaha (pasang benteng dari hati yang kotor yang datang), illallaah
(menghidupkan qolbu / nur ilahi).
3. Pejamkan mata, rasakan dzikir itu mengalir dalam ruh kita, dzikir dari
perut bawah naik ke atas lalu ke kanan lalu ke kiri (jantung kiri).
4. Arah datangnya syaithon menggoda manusia ada 4 yaitu depan,
belakang, kanan, kiri), dzikir harus menutupi 4 arah tersebut.
5. Lalu ucapkan “Laa ilaaha illallaah” dibaca 33 kali, baik setelah
sholat, maupun diwaktu bukan waktu sholat.
3. Deskripsi Hasil Akhir Pelaksanaan Terapi Dzikir Jahar Dengan
Bacaan Laa Ilaaha Illallaah Untuk Menangani Masalah Kecemasan
Tahanan Anak Yang Putus Sekolah
Dari hasil wawancara bertahap, observasi bertahap, dan informasi
yang konselor peroleh dari dua orang teman dekat konseli, kepala kamar
Blok i, keluarga konseli (Pakde, Bukde, dan Nenek konseli), Ibu Konseli,
serta si konseli sendiri dan yang terkhusus konselor peroleh dari Dua orang
teman dekat konseli yang bernama Danang Putra Ramdhan dan Saiful Arif
yang konselor mintai untuk memantau perkembangan konseli yang secara
bertahap telah mengalami perubahan setelah selesai melakukan treatment
dan ketika konseli yang dulunya masih gelisah, menyesal dan ternyata
sekarang wajahnya terlihat ekspresi senyum terlihat ketika konselor
melakukan canda tawa dengan konseli pada saat akhir pertemuan, dan
sudah aktif melakukan ibadah meskipun baru tahap awal.
Meskipun konselor sudah tidak di Rutan lagi melakukan penelitian,
konselor selalu mengingatkan konseli untuk tetap melakukan ibadah sholat
5 waktu, baca quran, dan baca dzikir tersebut. Dan konselor juga meminta
kepada dua orang teman dekat tahanan konseli untuk terus memantau
perkembangan agama konseli di dalam kamar Blok i. Dan juga kebetulan
konselor punya teman akrab dengan pihak petugas Rutan namanya Pak
Ismeth, konselor akan terus memantau konseli dari luar ketika konselor
menanyakan keadaan konseli di Rutan baik menanyakannya lewat sosmed
maupun tatap muka langsung di kedai kopi depan Kantor Rutan.
4. Analisis Hasil Akhir Proses Terapi Dzikir Jahar Dengan Bacaan Laa
Ilaaha Illallaah Untuk Menangani Masalah Kecemasan Tahanan
Anak Yang Putus Sekolah
Setelah melakukan proses Terapi Dzikir Jahar dengan Bacaan Laa
Ilaaha Ilallaah untuk menangani kecemasan pada diri konseli yang karena
putus sekolah, maka dapat diketahui hasil akhir perubahan setelah
melakukan terapi tersebut, meskipun tidak mencapai hasil signifikan
100%.
Pertama, yang dulunya tidak mampu dalam melakukan kegiatan
ibadah, setelah konselor melakukan treatment ke konseli, hasilnya
memuaskan berkat bantuan dua orang teman tahanan dekat konseli di
kamar Blok i Rutan, berikut hasil observasi dari konselor:
Tabel 1.2
Jadwal Sholat Konseli
Tanggal Subuh Dhuhur Ashar Maghrib Isya’
22 Juni 2017 Tidak Ya Ya Ya Ya
23 Juni 2017 Tidak Ya Ya Ya Ya
24 Juni 2017 Tidak Ya Ya Ya Ya
25 Juni 2017 Tidak Ya Ya Ya Ya
26 Juni 2017 Tidak Ya Ya Ya Ya
27 Juni 2017 Ya Ya Ya Ya Ya
28 Juni 2017 Ya Ya Ya Ya Ya
29 Juni 2017 Tidak Ya Ya Ya Ya
30 Juni 2017 Ya Ya Ya Ya Ya

Tabel 1.3
Jadwal Kegiatan Ibadah Selain Sholat
Tanggal Ngaji Baca Iqro’ Kecil Bacaan Laa ilaaha illallaah
22 Juni 2017 Ya Ya
23 Juni 2017 Ya Ya
24 Juni 2017 Ya Ya
25 Juni 2017 Ya Ya
26 Juni 2017 Ya Ya
27 Juni 2017 Ya Ya
28 Juni 2017 Ya Ya
29 Juni 2017 Ya Ya
30 Juni 2017 Ya Ya

Kedua, yang dulu sebelum proses terapi, konseli memiliki gejala


perilaku yang tampak dengan masalah yang menimpanya, ketika setelah
proses terapi telah mengalami perubahan drastis. Berikut penjelasan
tabelnya:

Tabel 1.4
Perilaku yang ditunjukkan konseli sebelum proses terapi
No. Perilaku yang Gejala Psikologis Terlihat Kadang Tidak
ditunjukkan Konseli Terlihat Terlihat
konseli
1. Pandangan mata Kehilangan Iya - -
tidak mengarah ke motivasi
konselor
2. Tangan dan kaki Gelisah Iya - -
digerak-gerakkan
terus
3. Wajah terus Menyesal Iya - -
menunduk

Tabel 1.5
Perilaku yang ditunjukkan konseli setelah proses terapi
No. Perilaku yang Gejala Psikologis Terlihat Kadang Tidak
ditunjukkan Konseli Terlihat Terlihat
konseli
1. Pandangan mata Kehilangan - Iya -
tidak mengarah ke motivasi
konselor
2. Tangan dan kaki Gelisah - - Iya
digerak-gerakkan
terus
3. Wajah terus Menyesal - - Iya
menunduk

Untuk memperkuat keberhasilan proses konseling dan terapi tersebut,


peneliti menggunakan pedoman persentase perubahan perilaku dengan
kriteria sebagai berikut:34
1. Kurang dari 60% = Kurang Berhasil
2. 60% - 75% = Cukup Berhasil
3. 75% – 100% = Berhasil
Analisis keberhasilan tersebut dapat diketahui sebagai berikut:
1. Gejala yang tidak terlihat = 2 poin
2. Gejala yang kadang terlihat = 1 poin
3. Gejala yang terlihat = 0 poin

34
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2006), hal. 210.
2/3 X 100% = 66,6%
1/3 X 100% = 33,3%
0/3 X 100% = 0%
Sehingga berdasarkan persentase diatas dapat diketahui bahwa hasil
akhir dari Terapi Dzikir Jahar Dengan Bacaan Laa Ilaaha Illallaah Untuk
Menangani Masalah Kecemasan Tahanan Anak Yang Putus Sekolah,
dikatakan “Cukup Berhasil” (60% - 75%) dengan persentase 66,6%.
Ketiga, konselor memberikan skala angket kecemasan putus sekolah
sebelum treatment dan setelah treatment, dan hasilnya adalah: Terlihat
jelas sedikit berubah, dari jumlah skala angket sebelum terapi yaitu 45
(kategori tingkat kecemasan masih tinggi), lalu berubah menjadi
jumlahnya 50 (kategori tingkat kecemasan sudah mulai menurun sedikit)
setelah terapi. Lihat Tabel berikut:
Tabel 1.6
Skala Angket Putus Sekolah Sebelum Proses Terapi
No. Pertanyaan SS/1 S/2 TS/3 STS/4
1. Saat ini saya sudah tidak ingin Ya
melanjutkan pendidikan kembali
2. Keinginan saya saat ini adalah dapat Ya
melanjutkan pendidikan kembali
3. Keinginan saya untuk melanjutkan Ya
pendidikan berdasarkan keinginan saya
sendiri bukan karena orang lain
4. Saya sudah tidak tertarik untuk Ya
melanjutkan pendidikan dibangku sekolah
formal seperti dulu lagi
5. Hanya dengan mengandalkan ijazah SMP Ya
saja hidup saya ke depan akan baik – baik
saja, jadi saya rasa tidak perlu
melanjutkan pendidikan kembali
6. Saya ingin melanjutkan pendidikan Ya
kembali karena saya rasa dalam hidup ke
depan tidak cukup apabila hanya
mengandalkan ijazah SMP saja
7. Hanya dengan mengandalkan ijazah SMP, Ya
tentu akan menyulitkan saya dalam
mencari pekerjaan
8. Bagi saya hanya dengan mengandalkan Ya
ijazah SMP saja tidak akan menyulitkan
saya dalam urusan mencari pekerjaan
9. Orang yang dapat mewujudkan mimpi dan Ya
cita – citanya adalah seseorang yang
memiliki ijazah SMA/SMK, maka dari itu
saya ingin melanjutkan pendidikan
kembali
10. Orang yang dapat berhasil dan sukses Ya
adalah orang yang memiliki ijazah
SMA/SMK maka dari itu saya ingin
melanjutkan pendidikan kembali
11. Tanpa ijazah SMA/SMK saya yakin dapat Ya
mewujudkan cita – cita saya
12. Tanpa ijazah SMA/SMK saya yakin dapat Ya
berhasil dan sukses
13. Jika saya berijazah SMA/SMK tentu saya Ya
akan bangga atas diri saya sendiri
14. Saya bangga atas diri sendiri walaupun Ya
hanya berijazah SMP saja
15. Kurangnya dukungan dari orang tua untuk Ya
bersekolah menyebabkan saya putus
sekolah
16. Kurangnya pengawasan dari orang tua Ya
menyebabkan saya putus sekolah
17. Orang tua saya selalu mendukung saya Ya
untuk bersekolah
18. Orang tua saya selalu mendukung dan Ya
mengupayakan agar saya tetap bersekolah
walaupun mereka tidak punya biaya
19. Sewaktu saya masih bersekolah dulu, Ya
kehadiran saya diterima dengan bak oleh
pihak sekolah (guru dan teman – teman
sekolah)
20. Saya putus sekolah karena saya Ya
dipengaruhi oleh teman – teman sekolah
saya dulu
21. Teman – teman bergaul di lingkungan Ya
tempat tinggal saya yang telah
mempengaruhi saya putus sekolah
22. Teman – teman bergaul di lingkungan Ya
tempat tinggal saya sangat mendukung
saya untuk dapat melanjutkan pendidikan
kembali
23. Banyak kegiatan menarik yang dapat di Ya
lakukan sekolah, hal tersebut yang
membuat saya ingin melanjutkan
pendidikan kembali
24. Saya lebih tertarik untuk melakukan Ya
kegiatan di luar sekolah, misalnya bekerja
atau bermain – main

Tabel 1.7
Skala Angket Putus Sekolah Setelah Proses Terapi
No. Pertanyaan SS/1 S/2 TS/3 STS/4
1. Saat ini saya sudah tidak ingin Ya
melanjutkan pendidikan kembali
2. Keinginan saya saat ini adalah dapat Ya
melanjutkan pendidikan kembali
3. Keinginan saya untuk melanjutkan Ya
pendidikan berdasarkan keinginan saya
sendiri bukan karena orang lain
4. Saya sudah tidak tertarik untuk Ya
melanjutkan pendidikan dibangku sekolah
formal seperti dulu lagi
5. Hanya dengan mengandalkan ijazah SMP Ya
saja hidup saya ke depan akan baik – baik
saja, jadi saya rasa tidak perlu
melanjutkan pendidikan kembali
6. Saya ingin melanjutkan pendidikan Ya
kembali karena saya rasa dalam hidup ke
depan tidak cukup apabila hanya
mengandalkan ijazah SMP saja
7. Hanya dengan mengandalkan ijazah SMP, Ya
tentu akan menyulitkan saya dalam
mencari pekerjaan
8. Bagi saya hanya dengan mengandalkan Ya
ijazah SMP saja tidak akan menyulitkan
saya dalam urusan mencari pekerjaan
9. Orang yang dapat mewujudkan mimpi dan Ya
cita – citanya adalah seseorang yang
memiliki ijazah SMA/SMK, maka dari itu
saya ingin melanjutkan pendidikan
kembali
10. Orang yang dapat berhasil dan sukses Ya
adalah orang yang memiliki ijazah
SMA/SMK maka dari itu saya ingin
melanjutkan pendidikan kembali
11. Tanpa ijazah SMA/SMK saya yakin dapat Ya
mewujudkan cita – cita saya
12. Tanpa ijazah SMA/SMK saya yakin dapat Ya
berhasil dan sukses
13. Jika saya berijazah SMA/SMK tentu saya Ya
akan bangga atas diri saya sendiri
14. Saya bangga atas diri sendiri walaupun Ya
hanya berijazah SMP saja
15. Kurangnya dukungan dari orang tua untuk Ya
bersekolah menyebabkan saya putus
sekolah
16. Kurangnya pengawasan dari orang tua Ya
menyebabkan saya putus sekolah
17. Orang tua saya selalu mendukung saya Ya
untuk bersekolah
18. Orang tua saya selalu mendukung dan Ya
mengupayakan agar saya tetap bersekolah
walaupun mereka tidak punya biaya
19. Sewaktu saya masih bersekolah dulu, Ya
kehadiran saya diterima dengan bak oleh
pihak sekolah (guru dan teman – teman
sekolah)
20. Saya putus sekolah karena saya Ya
dipengaruhi oleh teman – teman sekolah
saya dulu
21. Teman – teman bergaul di lingkungan Ya
tempat tinggal saya yang telah
mempengaruhi saya putus sekolah
22. Teman – teman bergaul di lingkungan Ya
tempat tinggal saya sangat mendukung
saya untuk dapat melanjutkan pendidikan
kembali
23. Banyak kegiatan menarik yang dapat di Ya
lakukan sekolah, hal tersebut yang
membuat saya ingin melanjutkan
pendidikan kembali
24. Saya lebih tertarik untuk melakukan Ya
kegiatan di luar sekolah, misalnya bekerja
atau bermain – main

D. Penutup
1. Kesimpulan
a. Proses Pelaksanaan Terapi Dzikir Jahar Dengan Bacaan Laa Ilaaha
Illallaah Untuk Menangani Kecemasan Tahanan Anak Yang Putus
Sekolah dilakukan dengan menggunakan Terapi Dzikir dengan
Bacaan Laa ilaaha illallaah untuk membantu konseli menghilangkan
rasa kegelisahan, ketakutan dan penyesalan konseli serta
menumbuhkan rasa ketenteraman dalam hati.
b. Hasil akhir pelakasanaan dari Studi Kasus Pendekatan Terapi Dzikir
Jahar Dengan Bacaan Laa Ilaaha Illallaah Untuk Menangani
Kecemasan Tahanan Anak Yang Putus Sekolah ini cukup berhasil
dalam menangani kecemasan putus sekolah sang anak tahanan
tersebut “Cukup Berhasil”.
2. Saran
a. Secara Teoritik
Peneltian ini berfokus pada Proses Terapi Dzikir Jahar Dengan
Bacaan Laa Ilaaha Illallaah yang diaplikasikan dalam menangani
kecemasan Tahanan Anak Yang Putus Sekolah dengan melihat proses
dan hasilnya, maka penulis menyarankan adanya penelitian lanjutan
tentang pendekatan tersebut. Hal ini sangat perlu guna menambah dan
mengembangkan khazanah keilmuan di Prodi BKI apalagi Prodi
tersebut lebih mencolok ke terapi keagamaannya serta
mengembangkan dan menyempurnakan penelitian ini yang jauh dari
kesempurnaan karena masih banyak kekurangan.
b. Secara Praktik
Bagi konseli, agar senantiasa tidak berputus asa meraih impian
mereka, untuk mencapai impian tersebut tentu saja dimulai usaha
keras dari sekarang, berakhlaq dalam situasi apapun dan yang
terpenting membuat rancangan kehidupan dalam mencapai apa yang
mereka inginkan serta mencontoh hal – hal yang bermanfaat dari idola
yang mereka kagumi.
Bagi Orangtua, Keluarga adalah pilar yang sangat menentukan
pribadi dan perkembangan anak terutama ayah dan ibu, sesibuk
apapun pekerjaan seberapa pentingnya pekerjaan sebaiknya agar
orang tua menyempatkan beinteraksi dan komunikasi tetap dijaga agar
anak tidak mengalami kecemasan akut, karena orangtualah motivasi
yang penting bagi diri anak sehingga anak bisa menatap masa depan
yang cerah.
E. Daftar Pustaka
Zakiah Darajat, Problema Remaja Di Indonesia, Jakarta: Bulan Bintang, 1974
Abd. Aziz Ahyani, Psikologi Agama, Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2011
Agus Santoso, dkk., Terapi Islam, Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2013
‘Aidh al-Qarni, La Tahzan Jangan Bersedih!. Terjemahan Samson Rahman,
Jakarta: Qisthi Press, 2007, Cet. Ke-20
Jehru M Echal dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama, 1994
M. Amin Syukur dan Fathimah Usman, Terapi Hati, Jakarta: Erlangga, 2012
Mir Valiuddin, Dzikir & Kontemplasi dalam Tasawuf, Bandung: Pustaka Hidayah,
1997
Kharisudin Aqib, Al Hikmah (Memahami Teosofi Tarekat Qadiriyah Wa
Naqsyabandiyah), Ujung Pandang: CV Dunia Ilmu, 1997
V.Mark Durand & David H. Barlow, Psikologi Abnormal, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2006
Jeffrey S. Nevid, Spencer A. Rathus dan Beverly Greene, Psikologi Abnormal,
Jakarta: Erlangga, 2013
M. Nur Ghufron & Rini Risnawati S, Teori – teori Psikologi, Yogyakarta: AR-Ruzz
Media, 2014
Suyanto, & Abbas, Wajah dan dinamika pendidikan anak bangsa, Yogyakrta:
Adicita, 2001
F.b Surbakti, Kenalilah Anak Remaja Anda, Cet I, Jakarta: Komputindo, 2008
Tohirin, Metode Penelitian Kualitatif (dalam pendidikan dan bimbingan
konseling), Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012
http://kbbi.web.id
Chaplin, C.P. Kamus Lengkap Psikologi, Terjemahan Dr. Kartini Kartono, Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 1995
Amin Syukur & Fatimah Usman, Terapi Hati, Jakarta: PENERBIT AIRLANGGA,
2012
https://ikhwansuryalaya.wordpress.com/2009/06/25/rahasia-dibalik-dzikir-jahar/
Sutardjo A. Wiramiharja, Pengantar Psikologi Abnormal, Bandung: PT Refika
Aditama, 2005
Lanny W. Baily, Mengatasi Persoalan Hidup, Yogyakarta: Yayasan Andi, 1998
M. Nur Ghufron & Rini Risnawati S, Teori – Teori Psikologi, Yogyakarta: AR-
Ruzz Media, 2014
https://jagokata.com/arti-kata
Iwan Pramono,dkk., Pola Pembinaan Kepribadian Narapidana Bagi Petugas di
Lapas / Ruta, Jakarta: Dirjen Pemasyarakatan, 2013
Wagiati Soetedjo dan Melani, Hukum Pidana Anak, Bandung: Refika Aditama,
2013
Suharsimi Ariskunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT.
Asdi Mahasatya, 2002

You might also like