You are on page 1of 75

LAPORAN PRAKTIKUM

ERGONOMI
ANTHROPOMETRI

Disusun oleh Kelompok 6 :

Rivan Surya Paskalis 0516040070


Raffits Fisabilillah 0516040079
Nova Rizka Nirmala Dekrina 0516040081

PRODI TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
2018
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros. Jadi,anthropos artinya tubuh
dan metros artinya ukuran. (Supariasa, dkk, 2001). Menurut Jelliffe (1966),
mengungkapkan bahwa antropometri berhubungan dengan berbagai macam pengukuran
dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Dimana
dalam praktikum ergonomi yaitu anthropometriini, harus mengetahui ukuran dimensi
tubuh manusia, tangan, kepala, dan kaki untuk kepentingan kenyamanan antara pekerja
dengan lingkungan kerjanya saat melakukan pekerjaan.
Pada praktikum ini berhubungan dengan pengukuran dimensi, tangan, kepala dan kaki
serta penerapan dari data untuk menentukan desain yang ergonomi. Penerapan data
tersebut akan terpenuhi jika terdapat nilai mean (rata-rata) dan SD (Standart Devisiasi)
dari suatu distribusi normal. Dengan memiliki data antropometri yang tepat, makaseorang
perancang produk atau fasilitas kerja mampu menyesuaikan bentuk dan geometris ukuran
dari produk rancangannya. (Modul 1 Antropometri).
Hasil dari pengukuran ini, dapat digunakan untukmerancang suatu sistem kerja
maupun desain peralatan dalam memudahkan pemakaian, menunjang keamanan dan
kenyamanan dari suatu pekerjaan. Kemudian, diaplikasikan pada sistem kerja yang
melibatkan manusia. Melalui praktikum ini mampu mengetahui rancangan kerja yang
ergonomis yang disesuaikan dengan ukuran tubuh manusia sehingga memperoleh sistem
kerja mendukung aktivitas pekerja agar lebih efektif dan efisien.

1.2 Tujuan Praktikum


1. Mengetahui ukuran dimensi tubuh manusia, tangan, kepala, dan kaki untuk
kepentingan ergonomi.
2. Membuat tabel anthropometri yang digolongkan berdasarkan sumber variabilitasnya.
3. Mengetahui hubungan dan pengaruh antar segmen tubuh
BAB 2
DASAR TEORI.

2.1 Definisi Antropometri


Antropometri adalah studi yang berhubungan dengan pengukuran dimensi
tubuh manusia. Antropometri secara luas akan digunakan sebagai pertimbangan
ergonomis dalam proses perencanaan (design) produk maupun sistem kerja yang
memerlukan interaksi manusia. Bidang antropometri meliputi berbagai ukuran tubuh
manusia seperti berat badan, posisi ketika berdiri, ketika merentangkan tangan, lingkar
tubuh, panjang tungkai, dan sebagainya.
Antropometri menurut (Nurmianto 1996) adalah suatu kumpulan data numerik
yang berhubungan dengan karakteristik tubuh manusia seperti ukuran, bentuk, dan
kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain. Data
antropometri digunakan untuk berbagai keperluan, seperti perancangan stasiun kerja,
fasilitas kerja, dan desain produk. Hal tersebut dilakukan agar diperoleh ukuran-
ukuran yang sesuai dan layak dengan dimensi anggota tubuh manusia yang akan
menggunakannnya.
Antropometri terutama berkaitan dengan dimensi stasiun kerja dan pengaturan
alat, peralatan, serta material. (Pulat 1997). Ergonomi adalah suatu ilmu yang dapat
digunakan untuk menggunakan informasi/data sifat, kemampuan dan keterbatasan
manusia untuk merancang sistem kerja yang ergonomis (Haslindah, 2007). Ergonomi
merupakan suatu usaha untuk mencapai desain yang terjamin, berkualitas, dan sesuai
dengan kebutuhan pelanggan. Fokus utama dari ilmu ergonomi adalah
dipertimbangkannya unsur manusia dalam perancangan objek, prosedur kerja dan
lingkungan kerja.

2.2 Cara Pengukuran


Menurut Modul 1 Antropometri, berkaitan dengan posisi tubuh manusia dikenal
dua cara pengukuran, yaitu:
a. Antropometri Statis (Structural Body Dimensions)
Pengukuran manusia pada posisi diam dan linier pada permukaan
tubuh. Ada beberapa metode pengukuran tertentu agar hasilnya representative.
Disebut juga pengukuran dimensi struktur tubuh dimana tubuh diukur dalam
berbagai posisi standar dan tidak bergerak (tetap tegak sempurna). Dimensi
tubuh yang diukur dengan posisi tetap antara lain meliputi berat badan, tinggi
tubuh dalam posisi berdiri maupun duduk, ukuran kepala, tinggi atau panjang
lutut pada saat berdiri atau duduk, panjang lengan, dan sebagainya.
Antropometri struktural ini diantaranya: tinggi selangkang, tinggi siku, tinggi
mata, rentang bahu, tinggi pertengahan pundak pada posisi duduk, jarak
pantat-ibu jari kaki, dan tinggi mata pada posisi duduk.

Gambar 2.2.1 Pengukuran Struktur Dimensi Tubuh dalam Posisi Berdiri dan
Duduk Tegap
(Sumber : Wignjosoebroto , Sritomo (2003 :63))
b. Antropometri Dinamis (Functional Body Dimensions)
Antropometri fungsional adalah pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik
manusia dalam keadaan bergerak atau memperhatikan gerakan-gerakan yang
mungkin terjadi saat pekerja tersebut melaksanakan kegiatannya. Hasil yang
diperoleh merupakan ukuran tubuh yang nantinya akan berkaitan erat dengan
gerakangerakan nyata yang diperlukan tubuh untuk melaksanakan kegiatan-
kegiatan tertentu. Antropometri dalam posisi tubuh melaksanakan fungsinya
yang dinamis akan banyak diaplikasikan dalam proses perancangan fasilitas
ataupun ruang kerja. Antropometri dinamis, dimana dimensi tubuh diukur
dalam berbagai posisi tubuh yang sedang bergerak, sehingga lebih kompleks
dan lebih sulit diukur. Terdapat tiga kelas pengukuran dinamis, yaitu:

1) Pengukuran tingkat ketrampilan sebagai pendekatan untuk mengerti


keadaan mekanis dari suatu aktivitas.

Contoh: dalam mempelajari performa atlet.

2) Pengukuran jangkauan ruangan yang dibutuhkan saat kerja.

Contoh: Jangkauan dari gerakan tangan dan kaki efektif saat bekerja yang
dilakukan dengan berdiri atau duduk.

3) Pengukuran variabilitas kerja.


Contoh: Analisis kinematika dan kemampuan jari-jari tangan dari seorang
juru ketik atau operator komputer.

Gambar 2.2.2 Pengukuran Dimensi Fungsional Tubuh dalam Posisi


Berbagai Posisi Gerakan Kerja
(Sumber : Wignjosoebroto , Sritomo (2003 :64))
Berikut merupakan tabel data anthropometri yang digunakan dalam
perhitungan ketika telah mendapatkan seluruh dari data pengukuran yang
dipergunakan :
Tabel 2.2 Antropometri masyarakat Indonesia yang didapat dari interpolasi
masyarakat British dan Hongkong (Pheasant, 1986) terhadap masyarakat
indonesia (Suma’mur, 1989) serta istilah dimensionalnya dari (Nurmianto,
1991a; Nurmianto, 1991b)
Dimana: X: nilai rata-rata (mean), T: nilai standar deviasi (SD), 5%: nilai 5 persentil,
95%: nilai 95 persentil.
PRIA WANITA
NO DIMENSI TUBUH
5% X 95% S.D 5% X 95% S.D
Tinggi tubuh posisi berdiri 1.53 1.63 1.73 1.46 1.5 1.66
1. 61 60
tegak 2 2 2 4 63 2
1.42 1.52 1.61 1.35 1.4 1.54
2 Tinggi mata 58 58
5 0 5 0 46 2
1.24 1.33 1.42 1.18 1.2 1.36
3 Tinggi bahu 55 54
7 8 9 4 72 1
1.00 1.07 95 1.02
4 Tinggi siku 932 43 886 43
3 4 7 8
Tinggi genggaman tangan
70
5 (Knuckle) pada posisi relaks 655 718 782 39 646 771 38
8
ke bawah
Tinggi badan pada posisi 83
6 809 864 919 33 775 893 36
duduk 4
Tinggi mata pada posisi 72
7 694 749 804 33 666 776 33
duduk 1
Tinggi bahu pada posisi 55
8 523 572 621 30 501 599 30
duduk 0
Tinggi siku pada posisi 22
9 181 231 282 31 175 283 33
duduk 9
14
10 Tebal paha 117 140 163 14 115 165 15
0
53
11 Jarak dari pantat ke lutut 500 545 590 27 488 586 30
7
Jarak dari lipat lutut 53
12 405 450 495 27 488 586 30
(popliteal) ke pantat 7
42
13 Tinggi lutut 448 496 544 29 428 516 27
7
38
14 Tinggi lipat lutut (popliteal) 361 403 445 26 337 428 28
2
38
15 Lebar bahu (bideltoid) 382 424 466 26 342 428 26
5
34
16 Lebar panggul 291 330 371 24 298 392 29
5
22
17 Tebal dada 174 212 250 23 178 278 30
8
23
18 Tebal perut (abdominal) 174 228 282 33 175 287 34
1
40
19 Jarak dari siku ke ujung jari 405 439 473 21 374 287 34
9
14
20 Lebar kepala 140 150 160 6 135 157 7
6
16
21 Panjang tangan 161 176 191 9 153 183 9
8
22 Lebar tangan 71 79 87 5 64 71 78 4
23 Jarak bentang dari ujung jari 1.52 1.66 1.80 87 1.40 1.5 1.64 75
tangan kanan ke kiri 0 3 6 0 23 6

(Sumber: Nurmianto, 1991)

Tabel 2.2 Antropometri masyarakat Indonesia yang didapat dari interpolasi


masyarakat British dan Hongkong (Pheasant, 1986) terhadap masyarakat
indonesia (Suma’mur, 1989) serta istilah dimensionalnya dari (Nurmianto,
1991a; Nurmianto, 1991b)
Dimana: X: nilai rata-rata (mean), T: nilai standar deviasi (SD), 5%: nilai 5 persentil,
95%: nilai 95 persentil
PRIA WANITA
N
DIMENSI TUBUH S. S.
O 5% X 95% 5% X 95%
D D
Tinggi pegangan tangan
(grip) pada posisi tangan 1.79 1.92 2.05 1.71 1.84 1.96
24 78 79
vertikal ke atas & berdiri 5 3 1 3 1 9
tegak
Tinggi pegangan tangan
1.06 1.16 1.27 1.03 1.11
25 (grip) pada posisi tangan 63 945 52
5 9 3 0 5
vertikal ke atas & duduk
Jarak genggaman tangan
(grip) ke punggung pada
26 649 708 767 37 610 661 712 31
posisi tangan ke depan
(horisontal)
(Sumber: Nurmianto, 1991)
Gambar 2.2 Dimensi Tubuh Manusia
(Sumber: Nurmianto, 1991)
Tabel 2.3 Antropometri telapak tangan orang indonesia yang didapat dari interpolasi
data (Pheasant, 1986), (Suma’mur, 1989) dan (Nurmianto, 1991). Semua
dimensi dalam satuan mm.
DIMENSI PRIA WANITA
NO
TUBUH 5th 50th 95th S.D 5th 50th 95th S.D
15
1. Panjang tangan 163 176 189 8 168 181 8
5
Panjang telapak
2 92 100 108 5 87 94 101 4
tangan
3 Panjang ibu jari 45 48 51 2 42 45 48 2
Panjang jari
4 62 67 72 3 60 65 70 3
telunjuk

5 Panjang jari tengah 70 77 84 4 69 74 79 3

6 Panjang jari manis 62 67 72 3 59 64 69 3


Panjang jari
7 48 51 54 2 45 48 51 2
kelingking
8 Lebar jari ibu (IPJ) 19 21 23 1 16 18 20 1
9 Tebal ibu jari (IPJ) 19 21 23 1 15 17 19 1
Lebar jari telunjuk
10 18 20 22 1 15 17 19 1
(PIPJ)
Tebal jari telunjuk
11 16 18 20 1 13 15 17 1
(PIPJ)
Lebar telapak
12 tangan 74 81 88 4 68 73 78 3
(metacarpal)
Lebar telapak
13 tangan (sampai ibu 88 98 108 6 82 89 96 4
jari)
Lebar telapak
14 68 75 82 4 64 59 74 3
tangan (minimum)
Tebal telapak
15 tangan 28 31 34 2 25 27 29 1
(metacarpal)
Lebar telapak
16 tangan (sampai ibu 41 48 47 2 41 44 47 2
jari)
Diameter
17 genggaman 45 48 51 2 43 46 49 2
(maksimum)
Lebar maksimum
16
18 (ibu jari ke jari 177 192 206 9 184 199 9
9
kelingking)
Lebar fungsional
11
19 maksimum (ibu jari 122 132 142 6 123 134 6
3
ke jari lain)
Segi empat
minimum yang
20 57 62 67 3 51 56 61 3
dapat dilewati
telapak tangan
(Sumber: Nurmianto, 1991)
Gambar 2.3 Dimensi Tangan Manusia
(Sumber: Nurmianto, 1991)

Tabel 2.4 Antropometri kepala orang indonesia yang didapat dari interpolasi data
(Pheasant, 1986), (Suma’mur, 1989), dan (Nurmianto, 1991)
Dimana: Lebar kepala: 9,2% tinggi badan pria dan 9,3% tinggi badan wanita. Semua
dimensi dalam satuan mm
PRIA WANITA
NO DIMENSI TUBUH
5th 50th 95th S.D 5th 50th 95th S.D
1 Panjang kepala 166 176 186 6 158 168 178 6
2 Lebar kepala 132 140 148 5 121 129 137 5
Diameter maksimum
3 217 230 243 8 198 209 221 7
dari dagu
4 Dagu ke pundak kepala 192 203 215 7 185 196 208 7
Telinga ke puncak
5 70 77 84 4 69 74 79 3
kepala
Telinga ke belakang
6 62 67 72 3 59 64 69 3
kepala
7 Antara dua telinga 48 51 54 2 45 48 51 2
8 Mata ke puncak kepala 19 21 23 1 16 18 20 1
9 Mata ke belakang kepala 19 21 23 1 15 17 19 1
10 Antara dua pupil mata 18 20 22 1 15 17 19 1
Hidung ke puncak
11 16 18 20 1 13 15 17 1
kepala
Hidung ke belakang
12 74 81 88 4 68 73 78 3
kepala
13 Mulut ke puncak kepala 88 98 108 6 82 89 96 4
14 Lebar mulut 68 75 82 4 64 59 74 3
(Sumber: Nurmianto, 1991)

Gambar 2.4 Dimensi Kepala Manusia


(Sumber: Nurmianto, 1991)

Tabel 2.5 Antropometri Kaki Orang indonesia yang didapat dari interpolasi data
(Dempster, 1995), (Reynolds, 1978), dan (Nurmianto, 1991)
Dimana : Panjang telapak kaki : 15,2% tinggi badan pria dan 14,7% tinggi badan
wanita
DIMENSI PRIA WANITA
NO
TUBUH 5th 50th 95th S.D 5th 50th 95th S.D
Panjang telapak 21
1 230 248 266 11 230 248 11
kaki 2
Panjang telapak 15
2 165 178 191 8 171 184 8
lengan kaki 8
Panjang kaki
17
3 sampai jari 186 201 216 9 191 204 8
8
keliling
4 Lebar kaki 82 89 96 4 81 88 95 4
Lebar tangkai
5 61 66 71 3 49 54 59 3
kaki
6 Tinggi mata kaki 61 66 71 3 59 64 69 3
Tinggi bagian
7 68 75 82 4 64 69 74 3
tengah kaki
Jarak horisontal
8 49 52 55 2 46 49 52 2
tangkai mata kaki
(Sumber: Nurmianto, 1991)

Gambar 2.5 Dimensi kaki manusia


(Sumber: Nurmianto, 1991)

2.3 Distribusi Normal dan Persentil


Menurut Nurmianto dalam Modul 1 Antropometri, data Antropometri jelas
digunakan supaya rancangan suatu produk bisa sesuai dengan orang yang akan
mengoperasikanya. Ukuran tubuh yang diperlukan pada hakikatnya tidak sulit
diperoleh dari pengukuransecara individual. Situasi ini berubah manakala lebih banyak
produksi standar yang harus di buat dan di operasikan oleh banyak orang. Adapun
pendekatan dalam penggunaan data antropometri adalah sebagai berikut :

1. Memilihlah simpangan baku yang sesuai sebagai dasar perancangan yang


dimaksud.
2. Menari data pada rata-rata dan distribusi dari dimensi yang dimaksud untuk
populasi yang sesuai.
3. Memilihlah nilai persentil yang sesuai sebagai dasar perancangan.
4. Memilihlah jenis kelamin yang sesuai.

Menurut Nurmianto dalam Modul 1 Antropometri penerapan data antropometri


ini akan dapat dilakukan jika tersedia nilai rata-rata (mean) dan simpangan baku
(standart deviation) dari suatu distribusi normal. Adapun distribusi normal ditandai
dengan adanya nilai rata-rata dan simpangan baku yang dapat dihitung dengan
menggunakan rumus 1 dan 2 sebagai berikut :
(2-1)

Dimana:

= rata-rata

∑x = Jumlah data yang akan dihitung

n = Jumlah sampel

(2-2)

Dimana :

= rata-rata

= Simpangan baku (Standart deviation)

n = Jumlah sampel x =Nilai data

Data antropometri jelas diperlukan agar supaya rancangan suatu produk bisa
sesuai dengan orang yang akan mengoperasikannya. Ukuran tubuh yang diperlukan
pada hakikatnya tidak sulit diperoleh dari pengukuran secara individual, seperti halnya
yang dijumpai untuk produk yang dibuat berdasarkan pesanan (job order) . Situasi
menjadi berubah manakala lebih banyak lagi produk standart yang harus dibuat untuk
dioperasikan oleh banyak orang. Permasalahan yang timbul disini adalah ukuran
siapakah yang nantinya dipilih sebagai acuan untuk mewakili populasi yang ada?
Mengingat ukuran individu akan bervariasi satu dengan populasi yang menjadi target
sasaran produk tersebut .

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya permasalahan adanya variasi ukuran


sebenarnya akan lebih mudah diatasi bilamana kita mampu merancang produk yang
memiliki fleksibilitas dan sifat “mampu sesuai” (adjustable) dengan suatu rentang
ukuran tertentu .

Gambar 2.9 Distribusi Normal Dengan Data Antropometri 95-th Persentil


Sumber : Sritomo dalam Modul 1 Antropometri
Ada dua cara untuk melihat kenormalan data yaitu secara visual dan dengan uji
statistik. Secara visual dengan menggunakan histogram, dahan daun, box plot, tetapi
cara ini bersifat subyektif. Biasanya dengan uji statistik, akan lebih obyektif untuk
mengatakan data berdistribusi normal. Ada beberapa statistik uji kenormalan data
antara lain :

1. Statistik ShapiroWilk W

Statistik ini dikembangkan oleh Shapiro dan Wilk tahun 1965. Statistik ini
merupakan rasio antara dua penduga ragam. Statistik ujinya dinamakan statistik
W. Statistik W ini mengukur straightness dari plot quantil-quantilnya. Bila nilai
dari W 1, maka data dikatakan normal.

2. Statistik AndersonDarling

Statistik ini dikembangkan oleh Anderson dan Darling tahun 1954. Statistik
AndersonDarling berdasarkan pada fungsi distribusi empirik. Statistik ujinya
dinamakan statistik yang merupakan kuadrat dari selisih antara luas histogram
dengan luas daerah di bawah kurva normal. Bila nilai Pvalue , maka data
berdistribusi normal. Biasanya digunakan untuk data berukuran besar.

3. Statistik KolmogorovSmirnov

Statistik ini menggunakan fungsi distribusi kumulatif dan berdasarkan pada


maksimum perbedaan antara dua distribusi, yaitu distribusi normal dengan
distribusi data yang diamati. Biasanya digunakan untuk data berukuran 30. Bila
nilai Pvalue , maka data berdistribusi normal.

Dalam statistik, distribusi normal dapat diformulasikan berdasarkan harga rata-


rata dan simpangan standartnya (standart deviation) dari data yang ada . Dari nilai
yang ada tersebut maka “percentile” dapat ditetapkan sesuai dengan tabel probabilitas
distribusi normal . Dengan percentile maka yang dimaksudkan disini adalah suatu nilai
yang menunjukkan prosentase tertentu dari orang yang memiliki ukuran pada atau di
bawah nilai tersebut. Sebagai contoh 95-th percentile akan menunjukkan 95% populasi
akan berada pada atau di bawah ukuran tersebut ; sedangkan 5-th percentile akan
menunjukan 5% populasi akan berada pada atau dibawah ukuran itu .

Pemakaian nilai-nilai percentile yang umum diaplikasikan dalam perhitungan data


antropometri dapat dijelaskan pada tabel berikut ini :
Tabel 2.3 Macam Persentil dan Cara Perhitungan dalam Distribusi Normal
Persentil Perhitungan
Ke-1
Ke-2,5
Ke-5
Ke-10
Ke-50 ̅
Ke-90
Ke-95
Ke-97,5
Ke-99
Sumber: Nurmianto dalam Modul 1 Antropometri

2.1 Penyebab Variabilitas


1. Usia
Seperti diketahui bersama manusia tumbuh sejak lair hingga kira-kira berumur
20 tahun untuk pria dan 17 tahun untuk wanita. Pada saat tersebut ukuran
tubuh manusia tetap dan cenderung akan menyusut pada usia 60 tahun ke atas.
2. Jenis kelamin
Secara distribusi statistik ada perbedaan yang signifikan antara dimensi tubuh
pria dan wanita. Untuk kebanyakan dimensi pria dan wanita ada perbedaan
yang signifikan antara mean (rata-rata) dan nilai perbedaan ini tidak dapat
diabaikan begitu saja. Pria dianggap lebih panjang dimensi segmen badannya
dari pada wanita. Oleh karenanya data antropometri untuk kedua jenis kelamin
tersebut selalu disajikan secara terpisah.
3. Suku bangsa (Ethnic Variability)
Variasi antara beberapa kelompok suku bangsa telah menjadi hal yang tidak
kalah pentingnya, terutama karena meningkatnya jumlah angka migrasi dari
satu negara ke negara lain yang berbeda suku penduduknya. Sebagai contoh
migrasi dari negara Vietnam ke Australia, untuk mengisi jumlah angka satuan
kerja, maka akan mempengaruhi antropometri secara nasional.
4. Jenis pekerjaan atau latihan
Suatu sifat dasar otot manusia, dimana bila otot tersebut sering dipekerjakan
akan mengakibatkan otot tersebut bertambah lebuh besar, Misalnya dimensi
seorang buruh pabrik, dimensi seorang binaragawan dan sebagainya.
5. Keacakan atau Random
Distribusi frekuensi secara statik dari dimensi kelompok anggota masyarakat
jelas diaproksimasikan dengan menggunakan distribusi normal, yaitu dengan
menggunakan data persentil yang telah diduga, jika mean (rata-rata) dan
standar deviasi-nya telah dapat diestimasi.

2.4 Penggunaan data Anthropometri


Menurut Wignjosoebroto untuk mengetahui variasi atau perbedaan data yang
diperoleh dan untuk menghitung ukuran data yang diperlukan, maka harus dilakukan
uji kenormalan data, uji keseragaman data dan uji kecukupan data.
2.1 Uji kenormalan data
Uji kenormalan data digunakan untuk melihat apakah data yang diperoleh
telah berdistribusi normal atau belum dengan cara memplotkan data kedalam
kurva distribusi normal. Berdasarkan uji kenormalan data akan diketahui sifat-
sifat dari data, seperti Mean, Modus, Median dan lain sebagainya.
Dalam pokok bahasan antropometri, 95 persentil menunjukkan tubuh
berukuran besar, sedangkan 5 persentil menunjukkan tubuh berukuran kecil. Jika
diinginkan dimensi untuk mengakomodasi 95 % populasi maka 2,5 % dan 97,5
persentil adalah batas rentang yang dapat dipakai dan ditunjukkan.
Persamaan uji kenormalan data yang digunakan :
∑(𝑋𝑖 − 𝑋̅ )2
𝑋2 𝑐 = 𝑏𝑖𝑙𝑎𝑋 2 𝑐 < 𝑑𝑓, ∝
𝑣̅
Dimana x2c dibandingkan dengan tabel normal (distribusi Chi kuadrat) dan
mempertimbangkan nilai (tingkat signifikasi) dan v (derajat kebebasan).
2.2 Uji keseragaman data
Uji keseragaman data berfungsi untuk memperkecil varian yang ada
dengan membuang data ekstrim. Jika ada data yang berada di luar batas kendali
atas ataupun batas kendali bawah maka data tersebut dibuang. Prosedur yang
harus diikuti adalah sebagai berikut:
a. Hitung nilai rata-rata dari keseluruhan data persamaan yang digunakan :
b. Hitung standar Deviasi Persamaan yang digunakan adalah

c. Tentukan batas kontrol atas (BKA) dan batas kontrol bawah (BKB) dengan
formula sebagai berikut :

e. Cek apakah nilai rata-rata dari setiap grup yang diperoleh telah berada

didalam batas kontrol


Keterangan :
SD = standar deviasi BKA = batas kendali atas
xi = data ke-iBKB = batas kendali bawah
x = mean data
2.3 Uji kecukupan data
Uji kecukupan data berfungsi untuk mengetahui apakah data yang diperoleh
sudah mencukupi untuk diolah. Sebelum dilakukan uji kecukupan data terlebih
dahulu menentukan derajat kebebasan s = 0.05 yang menunjukkan
penyimpangan maksimum hasil program. Selain itu juga ditentukan tingkat
kepercayaan 95% dengan k = 2 yang menunjukkan besarnya keyakinan
pengukur akan ketelitian data Antropometri, artinya bahwa rata-rata data hasil
pengukuran diperbolehkan menyimpang sebesar 5% dari rata-rata sebenarnya
(Barnes, 1980). Rumus uji kecukupan data, yaitu:
2
2
𝑘/𝑠√𝑁 (∑ 𝑋12 ) − (∑ 𝑋1)

𝑁 =
(∑ 𝑋1)
[ ]
Dengan ;
k = tingkat kepercayaanN = jumlah data pengamatan.
s = derajat ketelitianN’ = jumlah data teoritis
x1 = data ke-1
Data dianggap telah mencukupi jika memenuhi persyaratan N’<N,
dengan kata lain jumlah data secara teotitis lebih kecil daripada jumlah data
pengamatan.

2.5 Korelasi, koefisien determinasi, dan regresi


Analisis regresi (regression analysis) merupakan suatu teknik untuk
membangun persamaan dan menggunakan persamaan tersebut untuk membuat
perkiraan (prediction). Dengan demikian, analisis regresi sering disebut sebagai
analisis prediksi. Dikatakan prediksi karena nilai prediksi tidak selalu tepat dengan
nilai riilnya. Semakin kecil tingkat penyimpangan antara nilai prediksi dengan nilai
riilnya, maka semakin tepat persamaan regresi yang bentuk. Hal ini dapat
didefinisikan bahwa analisa regresi adalah metode statistika yang digunakan untuk
menentukan kemungkinan bentuk hubungan antara variabel-variabel dengan tujuan
pokok dalam penggunaan metode untuk meramalkan atau memperkirakan nilai dari
suatu variabel lain yang diketahui.
Koefisien determinasi yang dinyatakan dengan R 2 untuk pengujian regresi
linier berganda yang mencakup lebih dari dua variabel adalah untuk mengetahui
proporsi keragaman total dalam variabel tak bebas (Y) yang dapat dijelaskan atau
diterangkan oleh variabel-variabel bebas (X) yang ada dalam model persamaan regresi
linier berganda secara bersama-sama. Maka 𝑅 2 akan ditetukan dengan rumus, yaitu:

Studi yang membahas derajat hubungan antara variabel-variabel tersebut


dikenal dengan nama analisis korelasi. Ukuran yang dipakai untuk mengetahui derajat
hubungan, terutama data kuantitatif dinamakan koefisien korelasi. Besarnya hubungan
antara variabel yang satu dengan variabel yag lain dinyatakan dengan koefisien
korelasi yang disimbolkan dengan “r” yang besarnya adalah akar koefisien
determinasi. Atau secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
r = 𝑅2 (2.10)
Untuk mengetahui keeratan hubungan antara dua variabel dengan
menggunakan koefisien korelasi adalah dengan menggunakan nilai absolut dari
koefisien tersebut. Besarnya koefisien korelasi (r) antara dua variabel adalah nol
sampai dengan 1. Apabila dua buah variabel mempunyai nilai r = 0, berarti antara dua
variabel tersebut tidak ada hubungan. Sedangkan apabila dua buah variabel
mempunyai r = ± 1, maka dua buah variabel tersebut mempunyai hubungan yang
sempurna. Selain diturunkan dari koefisien determinasi (R 2 ), koefisien korelasi (r)
dapat pula ditentukan dengan menggunakan formulasi sebagai berikut:
𝑟𝑦𝑥1 = 𝑛𝑌𝑋1− ( )( 𝑋1) (𝑛𝑌 2− ( 𝑌) 2 ) (𝑛𝑋1 2−( 𝑋1) 2 ) (2.11)
Keterangan:
𝑟𝑦𝑥1 = koefisien korelasi antara Y dan X
𝑋1 = Variabel bebas (independen)
Y = Variabel terikat (dependen)
Untuk lebih mengetahui seberapa jauh derajat antara variabel-variabel tersebut,
dapat dilihat dalam perumusan berikut: 1,00 ≤ r ≤ - 0,80 berarti korelasi kuat secara
negatif -0,79 ≤ r ≤ -0,50 berarti korelasi sedang secara negatif -0,49 ≤ r ≤ 0,49 berarti
korelasi lemah 0,50 ≤ r ≤ 0,79 berarti berkorelasi sedang secara positif 0,80 ≤ r ≤ 1,00
berarti berkorelasi kuat secara positif. Hubungan antar variabel dapat dikelompokkan
menjadi 3 jenis hubungan sebagai berikut :
1. Korelasi Positif Terjadinya korelasi positif apabila perubahan pada
variabel yang satu diikuti dengan perubahan variabel yang lain
dengan arah yang sama (berbanding lurus). Artinya, apabila variabel
yang satu meningkat, maka akan diikuti dengan peningkatan variabel
lain.
2. Korelasi Negatif Korelasi negatif terjadi apabila perubahan pada
variabel yang satu diikuti dengan perubahan variabel yang lain
dengan arah yang berlawanan (berbanding terbalik). Artinya apabila
variabel yag satu meningkat, maka akan diikuti dengan penurunan
pada variabel yang lain dan sebaliknya.
3. Korelasi Nihil Korelasi nihil terjadi apabila perubahan pada variabel
yang satu diikuti perubahan pada variabel yang lain dengan arah yang
tidak teratur (acak), artinya apabila variabel yang satu meningkat,
kadang diikuti dengan peningkatan pada variabel yang lain dan
kadang diikuti dengan penurunan pada variabel yang lain.
BAB 3
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Flowchart

Mulai

Latar Belakang

Tujuan dan Manfaat

Metodologi Penelitian, Peralatan dan


Prosedur Kerja

Pengambilan Data Praktikum Antroppometri

Rekap Data

Pengolahan Data :

1. Uji Keseragaman
2. Menghitung Percentil
3. Uji Korelasi
4. Menghitung Koefisien Determinasi
5. Uji Regresi

Analisis dan Interpretasi Data

Kesimpulan dan Saran

Selesai

3.2 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
1. Meteran
2. Mistar
3. Observation sheet
4. Program Ms.Excel
3.2 Cara Kerja
Cara kerja praktikum antropometri ini yaitu:
1. Melakukan pengambilan data dengan mengambil sample secara random
(menyesuaikan dengan jumlah praktikan).
2. Kelompok yang mendapat kesempatan pengambilan data, membagi tugas menjadi:
a) 1 orang sebagai objek yang diukur.
b) 1 orang sebagai pengukur.
c) 1 orang sebagai pencatat data.
(menyesuaikan dengan jumlah praktikan).
3. Proses pengukuran dibagi menjadi 4 tahap, yaitu :
a) Tahap pertama (Anthropometri tubuh)
1) Mempersiapkan alat ukur yaitu meteran dan mistar.
2) Mengukur dimensi tubuh praktikan yang menjadi objek, dimana dimensi tubuh
yang diukur 26 buah.
b) Tahap kedua (Anthropometri tangan)
1) Mempersiapkan alat pengukur yaitu meteran dan mistar.
2) Mengukur dimensi tangan praktikan yang menjadi objek, dimana dimensi
tangan yang diukur sebanyak 17 buah.
c) Tahap ketiga (Anthropometri kepala)
1) Mempersiapkan alat pengukur yaitu meteran dan mistar.
2) Mengukur dimensi kepala praktikan yang menjadi objek, dimana dimensi
kepala yang diukur sebanyak 14 buah.
d) Tahap keempat (Anthropometri kaki)
1) Mempersiapkan alat pengukur yaitu meteran dan mistar.
2) Mengukur dimensi kaki praktikan yang menjadi objek, diman dimensi kaki
yang diukur sebanyak 8 buah.
3. Mengumpulkan data-data yang telah didapat menjadi satu dan mengolahnya
menggunakan program Ms.Excel
4. Menyimpulkan dan menganalisa hasil data yang telah diolah.
BAB 4
PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISA DATA

4.1 PENGUMPULAN DATA


Pada bagian ini terdapat tahap-tahap dalam melakukan pengukuran
anthropometri meliputi bagian tubuh, tangan, kepala dan kaki. beberapa hal yang harus
dilakukan, diantaranya :
1. Melakukan pengukuran dimensi:
a. Pada bagian tubuh sebanyak 26 buah,
b. Pada bagian tangan sebanyak 17 buah,
c. Pada bagian kepala sebanyak 14 buah,
d. Pada bagian kaki sebanyak 8 buah
Pengukuran menggunakan mistar dan meteran.
2. Mencatat data pengukuran dan menyalinnya ke dalam program Excel.
3. Melakukan uji keseragaman berdasarkan variabilitas jenis kelamin menggunakan
softwere Ms.Exel.
4. Menghitung percentile dari hasil rekap data berdasarkan variabilitas menggunakan
program Excel.
5. Melakukan uji kolerasi pada dimensi tubuh utama berdasarkan variabilitas.
6. Melakukan uji kolerasi pada dimensi tubuh utama berdasarkan variabilitas
7. Menghitung koefisien determinasi bagian tubuh.
8. Melakukan uji regresi linear sederhana.
9. Melakukan analisa dan interpretasi data.
4.1.1 Rekap Data Dimensi Anthropometri
Rekap data antropometri mempunyai tujuan untuk mendapatkan dimensi
hasil pengukuran anthropometri pada bagian tubuh, tangan, kepala dan kaki
responden. Hal ini dilakukan untuk memudahkan langkah selanjutnya meliputi
analisa data.
Dalam melakukan pengukuran pada bagian tubuh terdapat 26 bagian yang
harus diukur dengan menggunakan symbol data D. Pada bagian tangan terdapat
17 bagian yang harus diukur dengan menggunakan symbol T. Pada bagian kepala
terdapat 14 bagian yang harus diukur dengan menggunakan symbol H. dan pada
bagian kaki terdapat 8 bagian yang harus diukur. Pengukuran dimensi tubuh
menggunakan alat bantu diantaranya mistar dan meteran.
Saat melakukan pengukuran kepada responden yang berjumlah 24 orang
disertai dengan mencatat hasil ke tabel. Setelah selesai, menyalin data pada tabel
ke dalam program Excel.

4.1.2 Rekap Data Berdasarkan Variabilitas


Setelah menyalin data ke program Excel, melakukan pengurutan dan
pemisahan data berdasarkan variabilitas jenis kelamin. Melakukan uji
keseragaman data dengan menggunakan program Ms.Exel dan menghilangkan
data yang muncul dengan indikasi warna kuning (Iterasi). Iterasi dilakukan
maksimal dua kali. Pada data di Excel, data yang terhapus pada iterasi ke-1 diberi
warna kuning dan pada iterasi ke-2 diberi warna merah.
a. Hasil Pengukuran Dimensi Tangan
Table 4.1 Data hasil pengukuran dimensi tangan pada laki-laki
Table 4.2 Data hasil pengukuran dimensi tangan pada perempuan
b. Hasil Pengukuran Data dimensi Kepala

Table 4.3 Data hasil pengukuran dimensi kepala pada Laki-laki


Table 4.4 Data hasil pengukuran dimensi kepala pada perempuan
c. Hasil Rekap Data Pengukuran dimensi Kaki

Table 4.5 Data hasil pengukuran dimensi kaki pada Laki-laki


Table 4.6 Data hasil pengukuran dimensi kaki pada perempuan
d. Hasil rekap data pengukuran dimensi tubuh

Table 4.7 Data Pengukuran dimensi Tubuh laki-laki


Table 4.8 Data Pengukuran dimensi Tubuh perempuan
4.2 Uji Keseragaman
Pada uji Keseragaman ini data yang nilainya melewati batas (baik batas bawah atau
batas atas) di hapus dengan pengujian maksimal 2 kali pengujian. Uji keseragaman
dilakukan menggunakan Ms.Exeldengan langkah-langkahnya:
1. Data antropometri pada program Excel di blok (ctrl-A) lalu di filter menggunakan tool
filter.

2. Klik bagian jenis kelamin dan pilih jenis kelamin yang ingin di filter.
3. Setelah dipilih klik ok ntuk memfilter data.

4. Setelah itu copy data yang telah terfilter ke sheet lainnya.

5. Lakukan hal tersebut untuk data-data lainny


4.2.1 Uji Keseragaman Dimensi Tubuh
Uji keseragaman yang dilakukan pada dimensi tubuh yang di bedakan antara Perempuan dan Laki-laki dengan grafik
menggunakan tanda D1 sampai D26.
1. Keseragaman Anthropometri Tubuh Perempuan
Berikut ini gambar tabel pada Tubuh Perempuansebelum dilakukan Iterasi.

Tabel 4.9 tabel pada tubuh perempuan sebelum dilakukan regresi

Dilihat dari tabel diatas, tidak ada data yang diatas BKA dan dibawah BKB. Maka dapat dikatakan bahwa pada data
tubuh perempuan tidak ada yang diiterasi.
Keseragaman Anthropometri Tubuh laki-laki
Berikut ini gambar tabel pada Tubuh laki – laki sebelum dilakukan Iterasi.

Tabel 4.1 Tabel pada Tubuh laki – laki

Dilihat dari tabel diatas, tidak ada data yang diatas BKA dan dibawah BKB. Maka dapat dikatakan bahwa pada data
tubuh laki-laki tidak ada yang diiterasi.
2. Keseragaman Anthropometri kepala Perempuan
Berikut ini tabel untuk data pada kepala Perempuan.

Tabel 4.11 tabel untuk data pada kepala Perempuan.

Pada keseragaman data ini tidak ada iterasi data, karena tidak ada data yang diatas BKA dan dibawah BKB. Ini
berarti data diatas sudah seragam.
Keseragaman Anthropometri kepala laki-laki
Berikut ini tabel untuk data pada kepala laki-laki.

Tabel 4.12 tabel untuk data pada kepala Laki – laki sebelum literasi

Pada tabel diatas, dapat lihat bahwa terdapat data yang angkanya diatas nilai BKA, sehingga dilakukan Iterasi. Berikut
adalah hasil iterasinya.
Tabel 4.13 Tabel untuk data pada kepala Laki – laki setelah literasi

Setelah dilakukan iterasi pertama, tidak ada data yang diatas BKA atau dibawah BKB, sehingga tidak perlu
dilakukan iterasi kedua.
3. Keseragaman Anthropometri Tangan Perempuan
Berikut ini tabel untuk data pada tangan Perempuan.

Tabel 4.14 Tabel untuk data pada tangan Perempuan.

Pada data ini tidak ada iterasi data, karena tidak ada data yang diatas BKA dan dibawah BKB. Ini berarti data diatas sudah
seragam.
Keseragaman Anthropometri Tangan Laki-laki
Berikut ini tabel untuk data pada tangan laki – laki.

Tabel 4.15 Tabel untuk data pada tangan Laki- laki.

Pada data ini tidak ada iterasi data, karena tidak ada data yang diatas BKA dan dibawah BKB. Ini berarti data diatas sudah
seragam.
4. Keseragaman Anthropometri kaki Perempuan
Berikut ini tabel untuk data pada kaki Perempuan

Tabel 4.16 Tabel untuk data pada kaki Perempuan.

Pada keseragaman data ini tidak ada iterasi data, karena tidak ada data yang diatas BKA dan dibawah BKB. Ini berarti data
diatas sudah seragam.
Keseragaman Anthropometri kaki Laki-laki
Berikut ini tabel untuk data pada kaki Laki – laki

Tabel 4.17 Tabel untuk data pada kaki Laki – laki

Pada keseragaman data ini tidak ada iterasi data, karena tidak ada data yang diatas BKA dan dibawah BKB. Ini berarti data diatas
sudah seragam.
4.3 Menghitung Percentil dari Hasil Rekap Data Berdasarkan Variabilitas
Setelah Dilakukan Uji Keseragaman
Dari hasil rekap data yang diperoleh pada table anthropometri, kemudian dicari nilai mean (rata –
rata), Standar Deviasi, 1-th, 2.5-th, 5-th, 10-th, 50-th, 90-th, 95-th, 97.5-th , dan 99-th dengan
menggunakan softwareexcel , dengan langkah – langkah sebagai berikut :

 Rata – rata : fx average


 Standar Deviasi : fx statistical  stdev
 Persentil : f(x) statistical percentile
Tabel 4.18 Data Presentile Antropometri Tubuh Laki-Laki Setelah Diseragamkan
Tabel 4.19 Data Presentile Antropometri Tubuh Perempuan Setelah Diseragamkan
Tabel 4.20 Data Presentile Antropometri Tangan Laki-Laki Setelah Diseragamkan
Tabel 4.21 Data Presentile Antropometri Tangan Perempuan Setelah Diseragamkan
Tabel 4.22 Data Presentile Antropometri Kepala Laki-Laki Setelah Diseragamkan
Tabel 4.23 Data Presentile Antropometri Kepala Perempuan Setelah Diseragamkan
Tabel 4.24 Data Presentile Antropometri Kaki Laki-Laki Setelah Diseragamkan
Tabel 4.25 Data Presentile Antropometri Kaki Perempuan Setelah Diseragamkan
4.3 Uji Korelasi
Uji korelasi didapatkan dari hasil pengolahan data yang dilakukan sebelumnya dengan menggunakan software Excel.Hasil pengolahan
yang diperoleh untuk mengetahui kuat lemahnya hubungan dan arah antara 2 variabel dimensi tubuh yang dimiliki. Langkah – lagkahnya
adalah sebagai berikut :
 Toolsdata analyzecorrelation
 (blok semua input data)  ok  keluar
Hasil uji korelasi tubuh dapat dilihat pada table dibawah ini :

Tabel 4.27 Korelasi pada laki-laki


Tabel 4.28 Korelasi pada perempuan
4.4 Uji Korelasi Dimensi Tubuh Utama Berdasarkan Variabilitas
Uji korelasi dimensi tubuh utama didapatkan dari table uji korelasi diatas, dimana dimensi tubuh utama yaitu D1, D3, D6, D15,
D26 yang selanjutnya disebut U1, U2, U3, U4, U5. Hasil dari uji korelasi tubuh utama dengan dimensi tubuh yang lain dapat dilihat pada
table dibawah ini :

Tabel 4.29 Uji Korelasi Dimensi Tubuh Utama Pria

Tabel 4.30 Uji Korelasi Dimensi Tubuh Utama Perempuan


4.4 Koefisien Determinasi Tubuh
Gambar R2 didapatkan dari hasil pengolahan uji korelasi tubuh utama diatas. Gambar R 2 dihitung dengan cara mengkuadratkan
nilai yang ada pada table korelasi dimensi tubuh utama. Nilai R2 ≥ 0,5 diberi shading kuning. R2 = 1 atau mendekati 1 akan menunjukkan
hubungan yang semakin kuat dan hubungan semakin lemah jika nilainya semakin kecil (negative). Nilai R2 dapat dilihat pada table
berikut ini :

Tabel 4.31 Koefisien Determinasi Tubuh Pria

Tabel 4.32 Koefisien Determinasi Tubuh Perempuan


4.5 Regresi Linier
Regresi Linier adalah metode statistika yang digunakan untuk membentuk model hubungan antara
variable terikat (Independent ; respon; Y) dengan satu atau lebih variable bebas (Independent ,
predicator, X). Apabila banyaknya variable bebas hanya ada satu, maka disebut sebagai regresi linier
sederhana, sedangkan apabila terdapat lebih dari 1 variabel bebas, disebut sebagai regresi linier
berganda.Analisis regresi setidak – tidaknya memiliki 3 kegunaan, yaitu untuk tujuan deskripsi dari
fenomena data atau kasus yang sedang diteliti, untuk tujuan control, serta untuk tujuan prediksi.
Sedangkan untuk memperoleh regresi linier dengan memasukkan data Independent (hasil korelasi yang
nilainya > 0,5) kedalam software SPSS dengan langkah penggunaan sebagai berikut:

Regresi linier : analyze regression linier


Berikut ini merupakan hasil dari regresi linier dari pria dan wanita :
a. Regresi Linier Pria
Tabel 4.33 Tabel Coefficient Korelasi D2 Tubuh Pria
Tabel 4.34 Tabel Coefficient Korelasi D4 Tubuh Pria

Tabel 4.35 Tabel Coefficient Korelasi D12 Tubuh Pria


Tabel 4.36 Tabel Coefficient Korelasi D13 Tubuh Pria
Tabel 4.37 Tabel Coefficient Korelasi D23 Tubuh Pria
b. egresi pada perempuan
Tabel 4.38 Tabel Coefficient Korelasi D2 Tubuh Perempuan
Tabel 4.39 Tabel Coefficient Korelasi D4 Tubuh Perempuan

Tabel 4.40 Tabel Coefficient Korelasi D9 Tubuh Perempuan


Tabel 4.41 Tabel Coefficient Korelasi D17 Tubuh Perempuan
Tabel 4.42 Tabel Coefficient Korelasi D21 Tubuh Perempuan
Tabel 4.43 Tabel Coefficient Korelasi D24 Tubuh Perempuan
4.6 ANALISA DATA
a. Rekap Data Anthropometri
Rekap data dimensi Anthropometri terdiri dari tubuh, tangan, kepala dan kaki
diperoleh dengan mengukur langsung dimensi menggunakan meteran jahitpada objek
pengukuran. Dimensi tubuh manusia yang diukur terdapat 26 dimensi. Dimensi tangan
manusia tersiri dari 17 dimensi. Dimensi kepala manusia terdiri dari 14 dimensi. Dimensi
kaki manusia terdiri dari 8 dimensi. Pengambilan data ini dilakukan saat bersamaan.

b. Uji Keseragaman Data


Hal yang dilakukan adalah pengolahan data melalui software Ms.Exel dengan
memasukkan rekap data anthropometri masing – masing dimensi. Hasil iterasinya sebagai
berikut :
Tabel 4.40 Tabel rekap data dimensi Laki - Laki
Tubuh Kepala Tangan kaki
Iterasi Iterasi Iterasi Iterasi Iterasi Iterasi Iterasi Iterasi
1 2 1 2 1 2 1 2
H12

Tabel 4.41 Tabel rekap data dimensi Perempuan


Tubuh Kepala Tangan kaki
Iterasi Iterasi Iterasi Iterasi Iterasi Iterasi Iterasi Iterasi
1 2 1 2 1 2 1 2

c. Perhitungan Percentil
Perhitungan awal yang dilakukan adalah mencari rata – rata pada setiap dimensi
anthropometri. Perhitungan rata – rata dilakukan untuk mencari seberapa besar ukuran
dimensi yang akan digunakan dalam perancangan yang ditujukan untuk suatu populasi
tertentu. Pada perhitungan persentiil ini kami memakai rumus sebagai berikut :
Persentil 1% = rata-rata – ( 2.325 * SD )
Persentil 2.5% = rata-rata – ( 1.96 * SD )
Persentil 5% = rata-rata – ( 1.645 * SD )
Persentil 10% = rata-rata – ( 1.28 * SD )
Persentil 50% = rata-rata
Persentil 90% = rata-rata + ( 1.28 * SD )
Persentil 95% = rata-rata + ( 1.645 * SD )
Persentil 97.5% = rata-rata + ( 1.96 * SD )
Persentil 99% = rata-rata + ( 2.325 * SD )

d. Uji Korelasi
Hasi uji korelasi diperoleh dari mengolah data dengan Microsoft Excel dengan
menggunakan menu data analyze. Uji korelasi ini diperoleh untuk mengetahui kuat
lemahnya hubungan dan arah antara 2 variabel dimensi tubuh yang dimiliki.
a. Uji Korelasi pada Dimensi Tubuh Utama
Uji korelasi dimensi tubuh utama berdasarkan D1, D3, D6, D15 dan D26 yang
disebut sebagai U1, U2, U3, U4 dan U5. Pada uji korelasi juga terdapat koefisien positif
dan negatif. Koefisien yang bernilai positif mempunyai arti bahwa terdapat hubungan
searah dimana jika terdapat satu nilai koefisien yang naik maka koefisien yang lainnya
juga akan naik. Dan sebaliknya, koefisien yang bernilai negative mempunyai arti bahwa
terdapat hubungan berlainan arah dimana jika satu koefisien naik makan yang lain akan
turun.

Tabel 4.41 Uji Korelasi Tubuh Utama Wanita


Contoh, pada tabel diatas pada kolom D1 baris U2 memiliki nilai 0.3302. Dalam
kasus ini menunjukkan hubungan yang kuat antara dimensi tubuh D1 dan D3, karena
nilai nya 0.3302 semakin mendekati 1. Dan karena tandanya positif, maka hubungannya
searah.

b. Koefisien Determinasi Tubuh


Pada perhitungan ini didapatkan mengkuadratkan nilai uji korelasi pada dimensi
tubuh utama. Nilai R2 yang melebihi 0,5 atau 1 atau mendekati 1 akan menunjukkan
hubungan semakin kuat dan semakin lemah jika nilainya semakin kecil (negatif).

Tabel4.42 Koefisien Determinasi Tubuh Wanita

Tabel diatas menunjukkan table hasil perhitungan table uji korelasi tubuh wanita
yang dikuadratkan. Setelah itu, disortir mana data yang melebihi sama dengan 0.5 sampai
kurang dari sama dengan 1 yang ditandai dengan warna kuning. Contohnya, data pada
kolom D2 baris U2 yaitu 0,77349. Menunjukkan bahwa 77,34% proporsi keragaman U2
dapat dijelaskan oleh nilai D2 melalui hubungan linear. Sisanya 22,66% dijelaskan oleh
hal-hal lain.
Data yang telah disortir diolah kembali menggunakan tool data analysis pada
microsoft exceluntuk mencari persamaan regresi linear.

e. Persamaan Regresi Linier


Persamaan regresi linier adalah persamaan untuk mencari besar dimensi tubuh
berdasarkan koefisien yang ada. Persamaan regresi linier didapatkan dari data hasil
perhitungan koefisien determinasi dimana data tersebut diolah dengan menggunakan
program SPSS.
a. Persamaan regresi linear laki-laki
D2 = 0.19432D1+0.49607D3+0.59243D6-0.3175D15-0.0093D26+18.0333
D4= -1.0157D1+1.08834D3+0.71204D6+0.18816D15+0.01133D26+51.9434
D12= -0.292D1+0.85534D3-0.0645D6+0.10389D15-0.34208D26+0.40502
D13= -0.3679D1+0.83271D3+0.06209D6+0.07904D15-0.1779D26+0.35961
D23 = 0.08819D1+1.29357D3-0.6014D6+0.38687D15-0.5601D26+49.6199
b. Persamaan regresi linear perempuan
D2= 0.17328D1+0.7726D3+0.12693D6-0.2481D15-0.0661D26+21.3208
D4= 0.34124D1+0.82197D3-0.1759D6-0.6456D15-0.0751D26-17.552
D9= -0.1372D1+0.23927D3+0.24249D6-0.024D15-0.4189D26+21.5388
D17= -0.6703D1-0.1173D3+0.11392D6+0.76144D15+0.47694D26+65.0181
D21= -0.0021D1+0.16261D3+0.10957D6-0.1369D15-0.1324D26+2.23974
D24= 1.7243D1+0.86012D3-1.2647D6-0.9218D15+24307D26-67.504
Data Perbandingan antara Teori dan Praktek Tubuh Laki-laki
Data Perbandingan antara Teori dan Praktek Tubuh Perempuan
Setelah melakukan perhitungan presentase eror, dapat dilihat bahwa teori dan praktek dari data
laki-laki dan perempuan tidak mengalami eror yang cukup besar. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa bagian tubuh utama dapat mempenguruhi anggota tubuh yang lain.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum Anthropometri yang telah dilakukan dan pengolahan data,
maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan pengambilan data anthropometri maka didapat dimensi tubuh pria lebih
besar dibandingkan dengan dimensi tubuh wanita.
2. Saat melakukan pemasukan data anthropometri dalam excel, data yang diambil tidak
boleh terlalu besar (melebihi BKA) atauterlalu kecil (Terlalu kecil dari BKB) dan
jauh menyimpang dari rata-rata.

5.2 Saran
Berdasarkan praktikum Anthropometri yang telah dilakukan, maka didapat saran
sebagai berikut :
1. Pada saat melakukan praktikum sebaiknya berkonsentrasi penuh agar mendapatkan
data yang valid.
2. Pada saat melakukan pengukuran sebaiknya menggunakan alat ukur yang sama
dengan kelompok lain agar tidak mendaopatkan berbedaan jarak jauh pada data
pengukuran.

You might also like