You are on page 1of 18

ANALISIS MASERAL DENGAN METODE REFLECTANCE VITRINITE

UNTUK MENGETAHUI KUALITAS BATUBARA PADA SUMUR AL 25,


LAPANGAN KINTAP, KABUPATEN TANAH LAUT PROVINSI
KALIMANTAN SELATAN,
PT. ANUGERAH LUMBUNG ENERGI

Lutfi Hakim, *, Prakosa Rachwibowo*, Dian Agus Widiarso* dan Bagus Zaqqie**
(corresponding email: lutfi_hakim@hotmail.com)

* Program Studi Teknik Geologi Universitas Diponegoro, Semarang


** PT Anugerah Lumbung Energi, Tanah Laut, Kalimantan Selatan

ABSTRACT

The spread of coal deposits in Indonesia is quite large, most of coal basin is located in
Sumatra and Kalimantan. One of the basin that produce economical coal deposit with value of
calories more than 6.000 kal/g in Tanjung Formation is Asam-Asam Basin (Darlan etc, 1999).
PT Anugerah Lumbung Energi is one of the coal mining companies with mining working area
on Asam-asam basin. Research area is located in Kintap field, Tanah Laut Regency, South
Kalimantan. The aim of this research is to find out about coal quality using maceral analysis
with vitrinite reflectance method on well AL 25 and spread direction of coal seam at the
research area.
Methods of research are descriptive and analysis. Based on these methods, done the
stage of the analysis and interpretation with data supporting are stratigraphical data and
laboratory data. Activities performed such as geological mapping, maceral analysis with
vitrinite reflectance methods and coal quality interpretation on well AL 25. The software used to
support this undergraduate thesis are the Arcgis ,Autocad X 5 and Corel Draw. In
Undergraduate Thesis, the author has divided into five phases, such as lithology description,
cropline withdrawal based on strike and dip, maceral analysis, coal quality interpretation and
results correlation of maceral analysis, rank and coal quality on the well AL 25 .
Based on the result of analysis data, it can be interpreted that lithology at the research
area are sandstones, siltstone, claystone and thin layer of coal. The direction of seam coal (
cropline ) at the research area is southeast - northwest based on strike / dip. The results of the
maceral analysis for each seam produce rank between Lignite to High Volatile bituminous B,
whereas the results of the quality analysis for each seam produces a caloric value ranging from
12040.35 to 13786.69 Btu/lb or ranged from High Volatile Bituminous C to High Volatile
Bituminous B. Based on the result of maceral analysis, rank and coal quality, it can be
concluded that there are a mutual relation between maceral, rank and coal quality. The mutual
relation is when the high percentage value of vitrinite reflectance so that value of coal calorie is
good too.

Keyword : Maceral, Vitrinite Reflectance, Rank, Quality

1
I. PENDAHULUAN
Penyebaran endapan batubara di bawah batulumpur, batulanau,
Indonesia cukup meluas, kebanyakan batupasir, sisipan batubara.
cekungan batubara terdapat di pulau Hubungannya tidak selaras dengan
Sumatra dan Kalimantan. Pada Kalimantan batu pra-tersier (Pusat Pengembangan
bagian tenggara pengendapan batubara Geologi Kelautan (Darlan, dkk, 1999).
terjadi sekitar Eosen Tengah – Atas, Penelitian ini terfokus pada formasi
dimana endapan fluvial kemudian ditutupi Tanjung.
oleh lapisan batubara yang terjadi pada
dataran pantai yang kemudian ditutupi di  Formasi Berai (Tomb)
atasnya secara transgresif oleh sedimen Batugamping berwarna putih
marin berumur Eosen Atas. Salah satu kelabu, berlapis baik dengan ketebalan
cekungan yang mempunyai endapan 20 sampai 200 cm, setempat kaya akan
batubara yang cukup ekonomis dengan koral, foraminifera dan ganggang,
nilai kalori >6.000 kal/g adalah Cekungan bersisipan napal berwarna kelabu
Asam-asam yang terdapat pada formasi muda padat berlapis baik (10-15 cm),
Tanjung (Darlan dkk, 1999). memiliki komposisi foraminifera
plankton, dan batulempung berwarna
II. LOKASI PENELITIAN kelabu dengan ketebalan 25 sampai 75
Lokasi penelitian terletak pada cm. Kumpulan foraminifera besar yang
Lapangan Kintap. Lapangan Kintap terdapat dalam batugamping adalah
merupakan salah satu lapangan tambang Nummulites fichteli (Michelotti),
batubara yang dikelola oleh PT. Anugerah Heterostegina sp., Quinquiloculina sp.,
Lumbung Energi. Lapangan ini temasuk Lepidocyclina (Eulepidina) sp.,
pada Cekungan Asam-asam. Lapangan Cycloclypeus sp., Gypsina sp.,
Kintap ini memiliki luas ± 0.98 Km2 , yang Echinoid dan Rotalia sp., yang
bertempat di Kabupaten Tanah Laut, menunjukkan umur Oligosen Awal-
Provinsi Kalimanatan Selatan. Perjalanan Miosen Awal. Kumpulan foraminifera
yang ditempuh dari Banjarmasin ke lokasi plankton yang terdapat dalam napal
area tambang (Asam-asam, Kalimantan dan batulempung adalah Globorotalia
Selatan) selama ± 5 jam dengan unicava (Bolli, Loeblich & Tappan),
menggunakan transportasi mobil 4WD. Globigerinoides quadrilobatus
(Banner dan Blow), dan Cassigerinella
III. GEOLOGI REGIONAL chipolensis (Chusman & Ponton) yang
Secara regional daerah penelitian menunjukkan umur nisbi Oligosen.
memiliki stratigrafi yang meliputi Formasi ini terendapkan dalam
beberapa formasi. Urut-urutan stratigrafi lingkungan neritik dan ketebalan
Formasi cekungan asam-asam berdasarkan formasi lebih kurang 1000 m
waktu, dimulai formasi yang paling tua (Sikumbang dan Heryanto, 1994)
hingga formasi muda terbentuknya  Formasi Warukin (Tmw)
meliputi Formasi Tanjung (Tet), Formasi Perselingan batupasir kuarsa
Berai (Tomb), Formasi Warukin (Tmw), halus-kasar setempat konglomeratan
dan Formasi Dahor (TQd) (Darlan, dkk, (5-30 cm) dan batulempung (3-100
1999). cm), dengan sisipan batulempung
 Formasi Tanjung pasiran dan batubara (20-50 cm) yang
terendapkan dalam lingkungan paralik
Formasi paling tua yang ada di
dengan ketebalan diperkirakan 1250 m.
daerah penambangan, berumur Eosen,
Fosil foraminifera yang terkandung
yang diendapkan pada lingkungan
dalam batulempung pasiran antara lain
paralis hingga neritik dengan ketebalan
Ammonia indica (Le Roy), Cellantus
900-1100 meter, terdiri dari atas ke
2
sp., Amphistegina sp., Florilus sp., bumi, berasal dari vulkanik dan struktur
Lepidocyclina sp., Austrotrillina geologi. Faktor tekanan biasanya
bowchini (Schlumberger), diidentikan dengan kedalaman seam
menunjukkan umur nisbi akhir Miosen batubara tersebut karena semakin dalam
Awal-Miosen Tengah (Sikumbang dan suatu seam batubara terkubur di dalam
Heryanto, 1994) bumi maka efek tekanan yang diterimanya
 Formasi Dahor (TQd) dari overburden diatasnya semakain besar
Batupasir kuarsa kurang padu, (Geoservices, LTD, 2008).
konglomerat dan batulempung lunak,
dengan sisipan lignite (5-10 cm), 4.3 Parameter Kualitas Batubara
kaolin (30-100 cm) dan limonite. Batubara yang diperoleh dari hasil
Formasi ini terendapkan dalam
penambangan pasti mempunyai komposisi
lingkungan paralas dengan tebal bahan pengotor (impurities). Pada saat
formasi diperkirakan 250 m. Umurnya
terbentuknya batubara selalu bercampur
diduga Plio-Plistosen (Sikumbang dan dengan mineral penyusun batuan yang
Heryanto, 1994)
selalu terdapat bersamaan selama proses
sedimentasi. Selain itu selama proses
IV. TINJAUAN PUSTAKA
coalification terbentuk unsur S.
4.1 Proses Pembentukan Batubara Keberadaan pengotor pada saat proses
Dalam proses pembentukan
penambangan memperparah lagi, dengan
batubara ada tahap-tahap tertentu, secara adanya kenyataan bahwa tidak mungkin
umum tahapan pembentukanya disebut
membersihkan atau memilih batubara yang
dengan istilah Coalification. Coalification bebas dari mineral pengotor. Menurut
terdiri dari dua tahapan, yaitu : tahap
Sukandarrumidi (2005) ada beberapa
biokimia dan tahap geokimia. Tahap parameter yang harus diperhatikan untuk
biokimia, dimana tumbuhan yang telah
menentukan kualitas batubara, yaitu:
mati mengalami pembusukan dan menjadi
 Heating Value (HV) (Calorific Value/
humus, yang kemudian diubah menjadi
Nilai Kalor)
gambut oleh bakteri anaerob dan fungi,
 Moisture Content (Komposisi Lengas)
sedangkan tahap geokimia merupakan
tahap dimana gambut akan mengalami  Ash content (Komposisi Abu)
perubahan secara fisika dan kimia hingga  Sulfur content (Komposisi Belerang)
akhirnya menjadi batubara yang  Volatile matter (Bahan mudah
sesungguhnya. Proses coalification menguap)
tersebut dimulai dari Lignite sampai  Fixed Carbon
Anthracite.  Hardgrove Grindability Index (HGI)
 Ash Fusion Character of Coal
4.2 Faktor Kualitas Batubara
Selama proses pembentukan 4.4 Analisis Kualitas Batubara
batubara atau coalification, ada tiga faktor Kualitas batubara adalah sifat
yang mempengaruhi yaitu umur, fisika dan kimia dari batubara yang
temperatur dan tekanan. Ketiga faktor mempengaruhi potensi kegunaannya.
tersebut sangat menentukan rank dari Kualitas batubara ditentukan oleh maseral
batubara tersebut. Faktor umur adalah dan mineral matter penyusunnya, serta
lamanya batubara tersebut mengalami oleh derajat coalification (rank). Kualitas
pengendapan, atau usia batubara tersebut batubara diperlukan untuk menentukan
mulai terbentuk. Sedangkan faktor apakah batubara tersebut menguntungkan
temperature adalah efek panas yang untuk ditambang (selain dilihat dari
mempengaruhi endapan batubara. Sumber besarnya cadangan batubara di daerah
panasnya tersebut bisa berasal dari panas penelitian). Umumnya untuk menentukan

3
kualitas batubara dilakukan analisa kimia 4.6 Metode Pengamatan Maseral
pada batubara diantaranya berupa analisis Batubara
proximate (moisture/air), analisis ultimate Secara mikroskopis bahan-bahan
(mineral matter) dan analisis maseral organik pembentuk batubara disebut
(organik). maseral (maseral), analog dengan mineral
 Analisis Proximate dalam batuan. Istilah ini pada awalnya
Analisis ini dilakukan untuk diperkenalkan oleh Stopes, 1935 (dalam
menentukan jumlah air (moisture), zat buku Stach, dkk. (1982); dalam tommy
terbang (volatile matter), karbon padat 2013), untuk menunjukkan material
(fixed carbon) dan kadar abu (ash) terkecil penyusun batubara yang hanya
(Cahyo, 2010). dapat diamati di bawah mikroskop sinar
 Analisis Ultimate pantul. Pengamatan maseral batubara
Analisis ini dilakukan untuk bertujuan untuk mengetahui jenis maseral
menentukan komposisi unsur kimia yang ada pada batubara tersebut dan
pada batubara yaitu karbon, hidrogen, sekaligus mengetahui rank dari batubara
oksigen, nitrogen, sulfur, unsur tersebut dilakukan pengamatan dengan
tambahan dan juga unsur jarang menggunakan sinar pantul (reflected light),
(Cahyo, 2010).. contoh yang diteliti berupa blok kilap
 Analisis Maseral (polished block) atau pelet kilap (polished
Pada penggolongan Coal briquette). Sinar pantul dapat digunakan
Maseral, unsur moisture dan mineral untuk mengamati senyawa-senyawa
matter tetap, akan tetapi unsur organik dalam semua peringkat batubara,
organiknya dibagi berdasarkan oleh karena dalam penelitian ini
substansi pembentuk batubara yang menggunakan pengamatan sinar pantul
terdiri dari 3 golongan atau grup (reflected light).
maseral yaitu vitrinite, exinite atau
liptinite, dan inertinite. Ketiga 4.7 Pengukuran Rasio Pantulan
kelompok maseral tersebut dapat (Reflectance)
dibedakan dari kenampakan di bawah Dalam studi ini pengukuran
mikroskop yang meliputi morfologi, reflectance vitrinite biasanya dilakukan
bentuk, ukuran, relief, struktur dalam, sebanyak 40 titik pengukuran.
komposisi kimia, warna pantul, Pengukuran diusahakan hanya pada
intensitas pantul dan tingkat bidang sub- grup maseral telovitrinite,
pembatubaraannya, asal kejadian dan karena maseral telovitrinite merupakan
sifat-sifat fisik dan kimia yang maseral grup vitrinite yang tidak mudah
dipunyai (Stach dkk, 1982 dan Bustin terubahkan. Reflectance vitrinite yang
dkk, 1983; dalam Rudy dan Dian, 2010 diukur adalah reflectance maksimum.
powerpoint presentasi Maseral Sebelum dan sesudah pengukuran
vitrinite). Klasifikasi kelompok reflectance vitrinite, dilakukan
maseral, sub-maseral dan jenis maseral pengukuran terhadap standar reflectance
dalam petrografi batubara, yang sering spinel sintetik untuk dapat memperoleh
dipakai oleh peneliti di Indonesia ketelitian pengukuran. Pengukuran
adalah Australian Standart (AS 2856- reflectance vitrinite adalah pengukuran
1986) (Tabel 1). terhadap besarnya sinar yang dipantulkan
kembali (refleksi) oleh maseral vitrinite
4.5 Klasifikasi Kualitas Batubara yang dinyatakan dalam persentase (tabel
Klasifikasi batubara menurut 3). Dalam studi ini pengukuran
ASTM (American Society for Testing and reflectance vitrinite dilakukan dibawah
Materials) diklasifikasikan menjadi medium minyak imersi dengan
beberapa kelas (tabel 2).

4
menggunakan peralatan mikroskop c. Satuan Batulempung
polished sinar pantul. Secara megaskopis kenampakan
satuan batulempung mempunyai warna
V. METODOLOGI abu-abu, ukuran butir lempung (<1/256
Dalam Penelitian Tugas Akhir ini mm) berdasarkan skala Wentworth
dilakukan dengan dua metode yaitu (1922). Pada batulempung ini terdapat
metode survei lapangan dengan cara konkresi, yang merupakan nodule bulat
melakukan pemetaan geologi permukaan atau ellipsoidal, keras dalam batuan
pada daerah penelitian, mencakup: sedimen, terbentuk oleh akumulasi
pengamatan, litologi, struktur sedimen. pengendapan mineral dari larutan.
Dilanjutkan dengan metode analisis yaitu Umumnya disekitar sebuah inti
analisis maseral, kualitas batubara analisis (nucleus). Kenampakan dilapangan
hubungan antara maseral, rank dan konkresi ini berwarna coklat kemerahan
kualiatas batubara. dan keras.
Berdasarkan hasil pemetaan yang
VI. PEMBAHASAN telah dilakukan pada lapangan Kintap,
6.1 Stratigrafi Daerah Penelitian maka dapat dibuat peta geologi dan profil
Pemetaan yang telah dilakukan, geologi. Pada peta geologi dicantumkan
diketahui daerah penelitian terdiri dari 3 stasiun pengamatan dan arah strike/dip
satuan batuan, yaitu batupasir yang pada tiap-tiap stasiun pengamatan seperti
berjenis Arkose, batulanau dan pada gambar 1, strike/dip daerah penelitian
batulempung. cenderung berarah 1080 sampai 1580 ,
a. Satuan Batupasir sedangkan dip nya 110 sampai 250 , selain
Kenampakan satuan batupasir itu untuk mengetahui litologi yang
memiliki warna megaskopis coklat, berumur lebih tua maka perlu adanya
ukuran butir pasir sedang (1/2 – 1/4 profil geologi seperti pada gambar 2. Profil
mm) sampai dengan pasir sangat halus geologi ini dibuat dengan menarik garis
(1/16 – 1/8 mm) berdasarkan skala dari A-B dengan arah sayatan utara-
Wentworth (1922). Struktur sedimen selatan. Profil geologi menggunakan dip
yang berkembang flasher dan yang sudah dikonversikan yaitu apparant
lenticuler. Komposisi 60% merupakan dip dimana dip ini sudah dikonversi dari
mineral kwarsa, 30% feldspare dan rock true dip. Sayatan yang terdapat pada peta
fragments 10%, sehingga batupasir ini geologi memotong garis cropline dan
tergolong jenis Arkose (after sumur AL 25 yang merupakan tempat
Dott,1964). pengambilan sampel batubara dari seam
b. Satuan Batulanau rover 3, seam rover 2, seam rover 1, seam
Secara megaskopis kenampakan mid 30, seam mid 50, seam mid 2.5, seam
satuan batulanau mempunyai warna low 30 dan seam low 1 yang selanjutnya
abu-abu, ukuran butir lanau (1/16 – dilakukan analisis maseral, rank dan
1/256 mm) berdasarkan skala kualitas batubara.
Wentworth (1922). Struktur sedimen
yang terdapat pada batulanau adalah pin 6.2 Metode Analisis Maseral Batubara
stripe dan lenticular. Lenticular Metode analisis yang digunakan
bedding menandakan lingkungan yang untuk mengetahui kualitas batubara pada
didominasi gelombang pasang-surut daerah penelitian yaitu metode analisis
(tidal). Pada batulanau ini juga terdapat maseral yang akan berhubungan dengan
fosil makro dalam bentuk mold, fosil rank batubara dan analisis kualitas
tersebut termasuk phylum moluska, batubara dengan cara analisis kimia.
Kelas Pelecypoda, Ordo: Lokasi pengambilan sampel batubara
Pholadomyoida, Family: Thracidae. terletak pada sumur pemboran AL 25.

5
Metode analisis maseral batubara yaitu vitrinite batubara dengan persentase
dengan menggunakan sayatan polished mean reflectance sebesar 0.17%
block yang diamati dibawah mikroskop termasuk pada peringkat (rank)
polarisasi sinar pantul, sedangkan untuk Lignite.
mengetahui rank batubara digunakan sinar
pantul (reflectance), mengamatan  Sayatan Polished Block Seam Rover
dilakukan dibawah mikroskop polished 2
sinar pantul dan memolesi minyak imersi Seam rover 2 merupakan
pada permukaan sayatan polished block endapan lapisan batubara yang
sebelum pengamatan dilakukan. letaknya dibawah dari seam rover 3.
Pada penelitian ini terdapat delapan Kenampakan dari sayatan polished
sayatan polished block yang diamati yaitu block seam rover 2 dibawah mikroskop
sayatan seam rover 3, seam rover 2, seam polished sinar pantul seperti terlihat
rover 1, seam mid 30, seam mid 50, seam pada gambar 4. Terlihat adanya
mid 2.5, seam low 30 dan seam low 1, komposisi maseral tellocollinite dari
sedangkan dalam pengklasifikasian sub kelompok maseral telovitrinite
komposisi maseralnya menggunakan (humotelinite) yang dicirikan adanya
klasifikasi Australian Standard System, kenampakan struktur dinding sel,
dimana klasifikasi ini sudah umum dan banyak berasal dari jaringan kayu, pada sub
digunakan diindonesia, adapun hasil dari kelompok maseral detrovitrinite
pengamatan dan analisis maseral dari terdapat jenis maseral desmocollinite
kedelapan sayatan polished block tersebut yang terlihat tanpa struktur, selain itu
adalah sebagai berikut: terdapat juga jenis maseral semifusinite
 Sayatan Polished Block Seam Rover yang dicirikan dengan tekstur yang
3 terlihat berawan, terlihat juga adanya
Seam rover 3 merupakan seam cleate yang bisa terbentuk dari proses
yang berada paling atas pembebanan pada lapisan batubara,
keberadaannya. Komposisi maseral untuk lebih lengkapnya mengenai hasil
terlihat pada gambar 3 adanya analisis maseral dari seam rover 2,
komposisi maseral tellocollinite dari terlihat pada tabel 5.
sub kelompok maseral telovitrinite Pengukuran reflectance vitrinite
(humotelinite) yang dicirikan adanya dengan mengukur besarnya sinar yang
kenampakan struktur dinding sel dan dipantulkan kembali (refleksi) oleh
maseral semifusinite yang merupakan group maseral vitrinite pada seam
anggota dari sub kelompok maseral rover 2 menghasilkan mean
telo-inertinite yang dicirikan dengan reflectance 0.21%. Menurut
tekstur yang terlihat berawan, untuk klasifikasi peringkat batubara
lebih lengkapnya hasil analisis maseral berdasarkan harga reflectance vitrinite
dari seam rover 3, seperti yang terlihat rata-rata, American Siciety for Testing
pada tabel 4. Materials (ASTM), reflectance
Pengukuran reflectance vitrinite vitrinite batubara dengan persentase
dengan mengukur besarnya sinar yang mean reflectance sebesar 0.21%
dipantulkan kembali (refleksi) oleh termasuk pada peringkat (rank)
group maseral vitrinite pada seam Lignite.
rover 3 menghasilkan mean
reflectance 0.17%. Menurut  Sayatan Polished Block Seam Rover
klasifikasi peringkat batubara 1
berdasarkan harga reflectance vitrinite Seam rover 1 merupakan
rata-rata, American Siciety for Testing endapan lapisan batubara yang
Materials (ASTM), reflectance mempunyai ketebalan berkisar 30 cm.

6
Kenampakan dari sayatan polished Pengukuran reflectance vitrinite
block seam rover 1 dibawah mikroskop dengan mengukur besarnya sinar yang
polished sinar pantul seperti terlihat dipantulkan kembali (refleksi) oleh
pada gambar 5. Terlihat pada gambar 5 group maseral vitrinite pada seam mid
adanya komposisi sub kelompok 30 menghasilkan mean reflectance
maseral detrovitrinite terdapat jenis 0.43%. Menurut klasifikasi peringkat
maseral desmocollinite yang terlihat batubara berdasarkan harga
tanpa struktur, didapatkan sebagai reflectance vitrinite rata-rata,
perekat dan pengisi ruangan antar American Siciety for Testing
jaringan sel, untuk lebih lengkapnya Materials (ASTM), reflectance
mengenai komposisi maseral, hasil vitrinite batubara dengan persentase
analisis maseral dari seam rover 1, mean reflectance sebesar 0.43%
seperti yang terlihat di tabel 6. termasuk pada peringkat (rank) Sub
Pengukuran reflectance vitrinite Bituminous.
dengan mengukur besarnya sinar yang
dipantulkan kembali (refleksi) oleh  Sayatan Polished Block Seam Mid 50
group maseral vitrinite pada seam Seam mid 50 merupakan
rover 1 menghasilkan mean endapan lapisan batubara yang
reflectance 0.64%. Menurut mempunyai ketebalan sekitar 30
klasifikasi peringkat batubara sampai 50 cm. Kenampakan dari
berdasarkan harga reflectance vitrinite sayatan polished block seam mid 50
rata-rata, American Siciety for Testing dibawah mikroskop polished sinar
Materials (ASTM), reflectance pantul seperti terlihat pada gambar 7,
vitrinite batubara dengan persentase untuk lebih lengkapnya mengenai
mean reflectance sebesar 0.64% komposisi maseral, hasil analisis
termasuk pada peringkat (rank) High maseral dari seam mid 50, seperti yang
Volatile Bituminous B. terlihat pada tabel 8.
Pengukuran reflectance vitrinite
 Sayatan Polished Block Seam Mid 30 dengan mengukur besarnya sinar yang
Seam mid 30 merupakan dipantulkan kembali (refleksi) oleh
endapan lapisan batubara yang group maseral vitrinite pada seam mid
mempunyai ketebalan sampai 30 cm. 50 menghasilkan mean reflectance
Kenampakan dari sayatan polished 0.42%. Menurut klasifikasi peringkat
block seam mid 30 dibawah mikroskop batubara berdasarkan harga
polished sinar pantul seperti terlihat reflectance vitrinite rata-rata,
pada gambar 6. Pada gambar 6 terlihat American Siciety for Testing
adanya komposisi sub kelompok Materials (ASTM), reflectance
maseral telovitrinite terdapat jenis vitrinite batubara dengan persentase
maseral telocollinite dengan mean reflectance sebesar 0.42%
kenampakan komposisi selulosa yang termasuk pada peringkat (rank) Sub
tinggi, semifusinite yang merupakan Bituminous.
anggota dari sub kelompok maseral
telo-inertinite yang dicirikan dengan  Sayatan Polished Block Seam Mid
tekstur yang terlihat berawan 2.5
sedangkan fusinite mempunyai warna Seam mid 2.5 merupakan
putih kekuningan dan berdinding sel endapan lapisan batubara yang
tipis, untuk lebih lengkapnya mengenai mempunyai ketebalan sekitar 170
komposisi maseral, hasil analisis sampai 250 cm, lapisan ini merupakan
maseral dari seam mid 30, seperti yang lapisan batubara paling tebal diantara
terlihat ditabel 7. setujuh seam yang lainnya.

7
Kenampakan dari sayatan polished  Sayatan Polished Block Seam Low 1
block seam mid 2.5 dibawah Seam low 1 merupakan endapan
mikroskop polished sinar pantul seperti lapisan batubara yang mempunyai
terlihat pada gambar 8, untuk lebih ketebalan sekitar 80 cm, dengan
lengkapnya mengenai komposisi kondisi lapisan batubara paling tua
maseral, hasil analisis maseral dari dibandingkan dengan ketujuh seam
seam mid 2.5, terlihat pada tabel 9. yang lainnya. Kenampakan dari
Pengukuran reflectancece sayatan polished block seam low 1
vitrinite dengan pengukur besarnya dibawah mikroskop polished sinar
sinar yang dipantulkan kembali pantul seperti terlihat pada gambar 10,
(refleksi) oleh group maseral vitrinite untuk lebih lengkapnya mengenai
pada seam mid 2.5 menghasilkan komposisi maseral, hasil analisis
mean reflectance 0.41%. Menurut maseral dari seam low 1, terlihat pada
klasifikasi peringkat batubara tabel 11.
berdasarkan harga reflectance vitrinite Pengukuran reflectance vitrinite
rata-rata, American Siciety for Testing dengan pengukur besarnya sinar yang
Materials (ASTM), reflectance dipantulkan kembali (refleksi) oleh
vitrinite batubara dengan persentase group maseral vitrinite pada seam low
mean reflectance sebesar 0.41% 1 menghasilkan mean reflectance
termasuk pada peringkat (rank) Sub 0.60%. Menurut klasifikasi peringkat
Bituminous. batubara berdasarkan harga
reflectance vitrinite rata-rata,
 Sayatan Polished Block Seam Low 30 American Siciety for Testing
Seam low 30 merupakan Materials (ASTM), reflectance
endapan lapisan batubara yang vitrinite batubara dengan persentase
mempunyai ketebalan sekitar 30 cm. mean reflectance sebesar 0.60%
Kenampakan dari sayatan polished termasuk pada peringkat (rank) High
block seam low 30 dibawah mikroskop Volatile Bituminous B.
polished sinar pantul seperti terlihat
pada gambar 9, untuk lebih lengkapnya 6.3 Metode Analisis Kualitas Batubara
mengenai komposisi maseral, hasil Analisis kualitas batubara ini
analisis maseral dari seam low 30, dengan menggunakan analisis proximate,
terlihat pada tabel 10. sehinggga data yang didapatkan antara lain
Pengukuran reflectance vitrinite adalah air total (Total Moisture/TM),
dengan pengukur besarnya sinar yang komposisi air bawaan (Inherent
dipantulkan kembali (refleksi) oleh Moisture/IM), komposisi abu (Ash),
group maseral vitrinite pada seam low komposisi zat terbang (Volatile
30 menghasilkan mean reflectance matter/vm), komposisi karbon (Fixed
0.39%. Menurut klasifikasi peringkat Carbon/ FC), komposisi sulfur (Total
batubara berdasarkan harga Sulphur/TM) dan nilai kalori (Caloric
reflectance vitrinite rata-rata, Value/CV).
American Siciety for Testing Penelitian hanya fokus pada
Materials (ASTM), reflectance kedelapan seam, karena seam- seam
vitrinite batubara dengan persentase tersebut hampir selalu ada pada setiap
mean reflectance sebesar 0.39% sumur pemboran, selain itu kedelapan
termasuk pada peringkat (rank) Sub seam ini merupakan seam yang ekonomis
Bituminous. dibandingkan dengan seam yang lainnya.
Pada seam mid 30 tidak dapat dilakukan
analisis kualitas karena ketebalan lapisan
mid 30 tidak memenuhi persyaratan uji

8
kualitas yang telah ditetapkan oleh keduanya yaitu jika nilai volatile
perusahaan, yaitu kurang dari 30 cm matter/vm tinggi maka nilai reflectance
sehingga tidak layak untuk dilakukan rendah, begitu pula sebaliknya jika nilai
analisis kualitas. Tabel hasil uji analisis volatile matter/vm rendah maka nilai
kualitas batubara pada ketujuh seam reflectance tinggi.
batubara yang terdapat pada sumur Pada tabel 13 rover 1 tidak diikut
pemboran AL 25 bisa dilihat pada tabel sertakan karena pada rover 1 mempunyai
12. nilai reflectance 0.64%, sedangkan nilai
Berdasarkan hasil analisis dari volatile matter/vm sebesar 60.3%,
proximate yang sudah disampaikan diatas nilai reflectance dan nilai volatile
maka dapat dihubungkan antara matter/vm pada seam ini merupakan nilai
keberadaan caloric value/cv, volatile tertinggi dibandingkan seam yang lain.
matter/vm dan fixed carbon/fc pada sumur Berdasarkan data tersebut maka terjad i
pemboran AL 25. Hubungan antara ketidak wajaran dimana nilai reflectance
ketiganya tersebut dapat dilihat pada pada tinggi nilai volatile matter/vm juga tinggi,
grafik gambar 11. ini bisa terjadi karena pada kadar volatile
Secara teoritis terdapat hubungan matter/vm yaitu oksigen, hydrogen,
antara reflectance vitrinite dan volatile nitrogen banyak terdapat pada seam rover
matter/vm yaitu apabila persentase dari 1 ini, sehingga pada saat pengujian
volatile matter/vm tinggi maka persentase kualitas nilai volatile matter/vm lebih
dari reflectance vitrinite rendah, begitu tinggi dibandingkan dengan seam yang
pula dengan sebaliknya jika persentase lain, sedangkan nilai reflectance yang
dari reflectance vitrinite tinggi maka sangat tinggi ini dikarenakan adanya
persentase dari volatile matter/vm rendah. kesalahan penembakan maseral.
Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 13 Penembakan pada seam rover 1 dilakukan
dan gambar grafik 12. pada maseral inertinite sehingga nilai
Hubungan antara reflectam vitrinite reflectance sangat tinggi, oleh karena itu
dan volatile matter/vm terjadi karena seam rover 1 tidak diikut sertakan karena
semakin batubara mempunyai tingkat bisa merusak hasil dari grafik hubungan
kematangan yang tinggi maka akan reflectance dan volatile matter/vm.
mempunyai nilai reflectance vitrinite yang
tinggi, namun batubara tersebut akan 6.4 Korelasi Antara Maseral, Rank dan
mempunyai nilai persentase volatile Kualitas Batubara
matter/vm yang rendah, ini disebabkan Berdasarkan hasil analisis maseral
karena semakin batubara menerima yang sudah dilakukan pada kedelapan
tekanan (overburden pressure), dan panas seam, yaitu seam rover 3, seam rover 2,
yang tinggi maka komposisi air dan sisa seam rover 1, seam mid 30, seam mid 50,
oksigen, hydrogen, nitrogen dalam seam mid 2.5, seam low 30 dan seam low
batubara akan berkurang, sehingga nilai 1, maka dari analisis maseral dapat
dari volatile matter/vm berkurang. diketahui komposisi pembentuk batubara
Grafik antara reflectance vitrinite tersebut, selain itu dapat diketahui juga
dan volatile matter/vm menghasilkan peringkat (rank) dengan pengukuran
korelasi koofisien (R2 ) sebesar 0.5417, terhadap sinar yang dipantulkan kembali
hasil tersebut menurut Sugiyono (2007), (refleksi) yang sebelumnya ditembakkan
bahwa hubungan antara kedua variabel pada maseral telocollinite, sub kelompok
dalam hal ini adalah reflectance sebagai X maseral telovitrinite, kelompok maseral
dan volatile matter (vm) sebagai Y vitrinite , reflectance vitrinite tersebut
mempunyai hubungan korelasi koofisien dinyatakan dalam persentase.
dengan tingkatan sedang, ini menunjukkan Hasil analisis kualitas batubara
adanya keterkaitan hubungan antara dengan melakukan analisis proximate,

9
hasil yang didapatkan adalah (Total value maka batubara tersebut mempunyai
Moisture/TM), komposisi air bawaan kualitas yang bagus.
(Inherent Moisture/IM), komposisi abu Pada gambar grafik terlihat
(Ash), komposisi zat terbang (Volatile menghasilkan korelasi koofisien (R2 )
matter/vm), komposisi karbon (Fixed sebesar 0.6645, hasil tersebut menurut
Carbon/FC), komposisi sulfur (Total Sugiyono (2007), bahwa hubungan antara
Sulphur/TM) dan nilai kalori (Caloric kedua variabel dalam hal ini adalah caloric
Value/CV). Berdasarkan hasil kalori yang value/cv sebagai X dan reflectance sebagai
didapatkan maka dapat diketahui peringkat Y mempunyai hubungan korelasi koofisien
batubara berdasarkan nilai dari kalorinya. dengan tingkatan kuat, ini menunjukkan
Berdasarkan analisis-analisis yang telah adanya keterkaitan hubungan antara
dilakukan, maka berikut adalah hubungan keduanya yaitu jika nilai caloric value/cv
antara maseral, rank dan caloric value tinggi maka nilai reflectance juga tinggi,
batubara pada sumur pemboran AL 25 begitu pula sebaliknya jika nilai caloric
dapat dilihat pada tabel 14. value/cv tinggi maka nilai reflectance
Pada tabel 14 diatas rover 1 tidak tinggi.
diikut sertakan karena pada seam rover 1
mempunyai nilai reflectance 0.64%, VII. KESIMPULAN DAN SARAN
sedangkan nilai dari caloric value/cv 7.1 Kesimpulan
sebesar 12040.35 Btu/lb. Nilai reflectance a. Berdasarkan hasil pengukuran strike
seam ini merupakan nilai tertinggi pada perlapisan batuan dan lapisan
dibandingkan seam yang lain, namun seam batubara menghasilkan arah N 108 0 E -
ini memiliki nilai caloric value/cv paling N 1580 E ( tenggara – baratlaut) maka
rendah dibandingkan dengan seam yang dapat disimpulkan bahwa pelamparan
lainnya. Berdasarkan data tersebut maka lapisan batubara berarah tenggara-
terjadi ketidak wajaran dimana nilai baratlaut, sedangkan kemiringan dari
reflectance tinggi namun nilai caloric lapisan batuan dan batubara berkisar
value/cv rendah. Hal ini bisa terjadi karena antara 90 - 460
kesalahan penembakan maseral. b. Berdasarkan hasil analisis maseral
Penembakan pada seam rover 1 dilakukan dapat diketahui komposisi maseral dan
pada maseral inertinite sehingga nilai peringkat (rank) dari seam batubara,
reflectance sangat tinggi, oleh karena itu hasil analisisnya maseral dan rank
seam rover 1 tidak diiikut sertakan karena batubara adalah sebagai berikut:
bisa merusak hasil dari grafik hubungan  Rank Lignite: seam rover 3 dengan
reflectance dan caloric value/cv. nilai reflectance 0.17% dan seam
Berdasarkan grafik pada gambar 13 rover 2 yang mempunyai nilai
terlihat bahwa nilai persentase reflectan reflectance pada seam ini adalah
tinggi maka nilai caloric value nya juga 0.21%
tinggi, ini disebakan karena tingginya nilai  Rank Sub Bituminous: Seam Mid
reflectan dan tingginya nilai caloric value 30 nilai reflectance pada seam ini
dipengaruhi oleh faktor yang sama yaitu adalah 0.43%, Seam Mid 50 nilai
tekanan, temperature dan umur. Semakin reflectance pada seam ini adalah
besar lapisan batubara terkena tekanan dan 0.43%, Seam Mid 2.5 nilai
temperature serta mempunyai umur yang reflectance pada seam ini adalah
lama maka lapisan batubara tersebut akan 0.41% dan Seam Low 30 dengan
semakin matang. Tingkat kematangan nilai reflectance 0.39%.
batubara ditandai oleh tingginya nilai  Rank High Volatile Bituminous B:
reflectan dan nilai caloric value. Semakin Seam rover 1 nilai reflectance pada
tinggi nilai reflectan dan nilai caloric seam ini adalah 0.64% dan Seam

10
low 1 nilai reflectance pada seam bagus serta seam Mid 2.5 yang
ini adalah 0.60%. merupakan lapisan batubara yang
c. Bersadarkan hasil analisis kualitas paling tebal dibanding yang lainnya.
batubara, maka dapat diketahui nilai
kalori (Caloric Value/CV), adapun VIII. UCAPAN TERIMA KASIH
hasil nilai kalori dari setiap seam Terima kasih saya sampaikan
adalah sebagai berikut: kepada PT Anugerah Lumbung Energi,
 Kelas High Volatile Bituminous C: yang telah memberikan ijin penelitian di
Seam rover 3 mempunyai nilai lapangan Kintap, para Geologist PT
Caloric Value/CV sebesar Anugerah Lumbung Energi, yang telah
12956.57 Btu/lb (dmmf), seam memberikan banyak ilmu baru, terutama
rover 1 mempunyai nilai Caloric Bapak Bagus Zaqqie selaku pembimbing
Value/CV sebesar 12040.35 Btu/lb lapangan saya, Bapak Prakosa
(dmmf) dan seam low 30 Rachwibowo dan Pak Dian Agus Widiarso
mempunyai nilai Caloric Value/CV selaku pembimbing saya di kampus yang
sebesar 12969.10 Btu/lb (dmmf). telah memberikan masukan dan arahan
 Kelas High Volatile Bituminous B: dalam penulisan hasil penelitian ini, dan
Seam rover 2 mempunyai nilai kepada seluruh pihak yang telah
Caloric Value/CV sebesar mendukung saya selama melaksanakan
13142.64 Btu/lb (dmmf), seam mid penelitian hingga selesai.
50 mempunyai nilai Caloric
Value/CV sebesar 13468.98 Btu/lb DAFTAR PUSTAKA
(dmmf), seam mid 2.5 mempunyai Buku Referensi:
nilai Caloric Value/CV sebesar Agus, Binsar Tommy. 2012. Seminar:
13241.06 Btu/lb (dmmf) dan seam Petrografi Batubara Dan
low 1 mempunyai nilai Caloric Kegunaannnya. Teknik Geologi
Value/CV sebesar 13786.69 btu/lb Universitas Diponegoro:
(dmmf). Semarang. (Tidak dipublikasikan).
d. Berdasarkan analisis yang sudah American Society for Testing and
dilakukan, terdapat hubungan Materials (ASTM), 1994, Standard
keterkaitan antara maseral, rank dan test method for microscopical
kualitas batubara, dimana nilai determination of the reflectance of
reflectance tinggi, maka nilai Caloric vitrinite in a polished specimen of
Value/CV tinggi dan nilai volatile coal: Annual book of ASTM
matter (VM) rendah dan sebaliknya standards: gaseous fuels; coal and
jika reflectance rendah, maka nilai coke, sec. 5, v. 5.05, D 2798-91, p.
Caloric Value/CV rendah dan nilai 280-283.
volatile matter (VM) tinggi. Anarta, Rudi. Dian Agus Widiarso.2010.
Maseral Vitrinit: Semarang.
7.2 Saran Aries Setiawan Cahyo.2010. Tugas Akhir:
a. Berdasarkan arah strike lapisan Sebaran Nilai Kualitas Batubara
batubara N 1200 E - N 1520 E yang Seam 1 dan 2 Berdasarkan
berarah tenggara – baratlaut maka Analisis Kandungan Air, Abu, Zat
disarankan arah eksplorasi berikutnya Terbang, Karbon dan Nilai Kalori
mengikuti arah strike, dengan Di wilayah Konsesi PT. Telen Eco
kemiringan lapisan batubara (dip) 110 - Coal, Daerah Ben Heas,
250 Kecamatan Muara Wahau,
b. Berdasarkan hasil penelitian, maka Kabupaten Kutai Timur,
eksplorasi dapat difokuskan pada seam Kalimantan Timur. Teknik Geologi
Low 1 yang mempunyai kualitas paling

11
Universitas Diponegoro: . 2005. Batubara dan
Semarang. (Tidak dipublikasikan). Pemanfaatannya. Fakultas teknik
Cook, A.C, 1982. The Origin and Universitas Gadjah Mada, Gajah
Petrology of Organic Matter in Mada University Press :
Coals. Oil Shales and Petroleum Yogjakarta
Source - Rocks, The University of
Wollongong, N.S.W.106 pp Internet:
Darlan, Yudi, Rina Zuraida, Catur
Purwanto, Rini Sulistyanti, Agus Sugiyono. 2007. Korelasi Linear
Sederhana (diakses pada tanggal
Setyabudhi dan Achmad Masduki.
23-12-2013)
1999. Studi Regional Cekungan
Batubara Wilayah Pesisir Tanah http://www.cahangon.net/statistik/k
orelasi-linier-sederhana.html
Laut-Kotabaru Kalimantan
Selatan. Pusat Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara
(TEKMIRA). 2010. Batubara:
Geologi Kelautan (PPGL):
Bandung (diakses pada tanggal 23-
Bandung.
Geoservice, Ltd. 2008. Kualitas Batubara 10-2013).
http://www.tekmira.esdm.go.id/kp/
Dan Stockpile Management :
Jakarta Batubara)
Ningrum, N.S, 2001. Petrologi Batubara,
Departemen Pertambangan dan
Energi, Direktorat Jendral
Pertambangan umum, Pusat
Penelitian dan Pengambangan
Teknologi Mineral dan Batubara:
Bandung
Nurjihan Ahmad. 2011. Tugas Akhir:
Geologi dan Pengaruh Sesar
Mendatar Tutupan Terhadap
Perbedaan Peringkat Batubara
Seam T120 Berdasarkan
Parameter Nilai reflektan Vitrinit
Daerah Tutupan Selatan,
Kecamatan Tabjung Kabupaten
Tabalong Provinsi kalimantan
Selatan. Fakultas Teknologi
Mineral Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” : Yogyakarta.
(Tidak dipublikasikan)
Sikumbang,N, R Heryanto.1994. Peta
Geologi Lembar Banjarmasin,
kalimanatan Selatan. Pusat
Penelitian dan Pengembangan
Geologi: Bandung
Sukandarrumidi. 1995. Batubara dan
Gambut. Fakultas teknik
Universitas Gadjah Mada, Gajah
Mada University Press :
Yogjakarta

12
LAMPIRAN GAMBAR

Gambar 1 Peta Geologi Lapangan Kintap Gambar 2 Profil Geologi Lapangan Kintap

Gambar 3 Kenampakan sayatan polished block seam rover 3 Gambar 4 Kenampakan sayatan polished block seam rover 2
dibawah mikroskop polished sinar pantul dengan 200 kali dibawah mikroskop polished sinar pantul dengan 200 kali
pembesaran (Tekmira,2013) pembesaran (Tekmira, 2013)

13
Gambar 5 Kenampakan sayatan polished block seam rover 1 Gambar 6 Kenampakan sayatan polished block seam mid 30 dibawah
dibawah mikroskop polished sinar pantul dengan 200 kali mikroskop polished sinar pantul dengan 200 kali pembesaran
pembesaran (Tekmira, 2013) (Tekmira, 2013)

Gambar 7 Kenampakan sayatan polished block seam mid 50 Gambar 8 Kenampakan sayatan polished block seam mid 2.5
dibawah mikroskop polished sinar pantul dengan 200 kali dibawah mikroskop polished sinar pantul dengan 200 kali
pembesaran (Tekmira, 2013) pembesaran (Tekmira, 2013)

Gambar 9 Kenampakan sayatan polished block seam low 30 Gambar 10 Kenampakan sayatan polished block seam low 1
dibawah mikroskop polished sinar pantul dengan 200 kali dibawah mikroskop polished sinar pantul dengan 200 kali
pembesaran (Tekmira, 2013) pembesaran (Tekmira, 2013)
14
VM, FC (dmmf) %

Caloric Value/CV
(Btu/lb)

Gambar 11 Grafik Hubungan Caloric Value/CV, Volatile Matter/vm dan Fixed Carbon/FC

Gambar 12 Grafik hubungan antara Reflectance Vitrinite dan


Volatile Matter/VM Gambar 13 Korelasi antara reflectance dan Caloric Value

15
LAMPIRAN TABEL

Tabel 1 Klasifikasi maseral ke dalam subkelompok dan kelompok,


berdasarkan pada Australian Standard System (AS2856-1986) Tabel 2 Klasifikasi Batubara Menurut ASTM (Geiger and
[* pada brown coal maserals] (Dalam nurjihan, 2011) Gibson,1981; dalam sukandarrumidi, 2005)

KELOMPOK S UB KELOMPOK
MAS ERAL
MAS ERAL MAS ERAL
Textinite*
Telovitrinite Texto-ulminite*
(Humotelinite) E-ulminite*
Telocollinite
VITRINITE Attrinite*
Detrovitrinite
(HUM INITE) Densinite*
(Humodetrinite)
Desmocollinite
Corpogelinite
Gelovitrinite
Porigelinite*
(Humocolinite)
Eugelinite
Sporinite
Cutinite
Resinite
Liptodetrinite
LIPTINITE
Alginite
(EXINITE)
Suberinite
Fluorinite Tabel 3 Klasifikasi peringkat batubara berdasarkan harga
Exsudatinite reflectance vitrinite rata – rata, menurut American Siciety for
Bituminite testing Materials (ASTM, 1994)
Fusinite
Telo-inertinite Semifusinite
Sclerotinite
INERTINITE Inertodetrinite
Detro-inertinite
M icrinite
Gelo-inertinite M acrinite

16
Tabel 4 Hasil Analisis Maseral Seam Tabel 5 Hasil Analisis Maseral Seam Tabel 6 Hasil Analisis Maseral Seam
Rover 3 (Tekmira, 2013) Rover 2 (Tekmira, 2013) Rover 1 (Tekmira, 2013)

Tabel 7 Hasil Analisis Maseral Seam Mid Tabel 8 Hasil Analisis Maseral Seam Mid Tabel 9 Hasil Analisis Maseral Seam Mid
30 (Tekmira, 2013) 50 (Tekmira, 2013) 2.5 (Tekmira, 2013)

17
Tabel 10 Hasil Analisis Maseral Seam Tabel 11 Hasil Analisis Maseral Seam Tabel 13 Hubungan antara reflectance
Low 30 (Tekmira, 2013) Low 1 (Tekmira, 2013) vitrinite dan volatile matter/vm

Tabel 14 Korelasi antara maseral, rank dan


kalori batubara

Tabel 12 Hasil Analisis Kualitas Batubara


(PT. Anugerah Lumbung Energi, 2013)

18

You might also like