Jumel Riset Indust Vol. V, No.9, 2044, Hal. 257-263
KONVERSI LIMBAH PLASTIK SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF
CONVERTING OF PLASTIC WASTE AS A SOURCE OF ENERGY ALTERNATIVE
Rahyani Ermawati
Balai Besar Kimia dan Kemasan, Kementorian Parindustrian
ABSTRAK
Sampan masin menjadi masalan utama di negare-negara di dunia, tetmasuk Indonesia. Dari semua jenis sampan
yang ade saat ini, sampah yang berasal dan plastk ternyata jumlannya cukup besar. Penggunaan limbah plastik
‘merupakan alterat yang m emungkinkan sebagai material pengnasit energ| Proses cracking merupakan proses
luntuk menguban imban plasti dant rantal ai! panjang polyolerins menjaai nyarocaroons. Berbagal peneiltian
telah dilakukan untuk mengurangi moan plastk tersebut merjaci material yang permantast. Salah satunya
adalah mengkonvers! |mban plastk menjad. sumber energ). Pada kajian in, dpaparkan beberapa metode yang
telah beriasil teil) dalam mengkonversi limbah piasiik, diantaranya adalah proses pirolsis ({iiermal cracking).
hnyareoreckng aan nierorsomersasi. Selan metode dan proses yang clgunakan, jenis katalis yang agunakan
dalam prases ternyata mempengaruni tinga) rendannya Kompass! produk yang elnasikan yaitu gas, eairan dan
padatan yang terbentuk. Dengan ikembangkanaya metoce terseout, dinarapkan limban plastk yang selama ini
‘masin menjadi permasaiahan serlus oi masyarakat dapat menjacl sesuatu yang bemantaat bagi kepentingan
‘manusta dan lingkungan
Kata kunci: Limbah plastk, Konversi, Enerai, Katalis, Prolisis
ABSTRACT
Garbage become the main emirorment problem in all of counties, Including Indonesia From various Kinds of
garbag= waste, plastics are the piggest one Convering plastic waste into source of energy 1s an aternaive
Cracking process are proposed for converting plastic waste from iong alky! chains of the poyoletins (0 valuable
hyoracarbons. Many researcher has investigated to study converting plastic to valuable materials as a sources of
energy. This paper iroduces some of those methods whieh are researched for convelting ins paste: waste
Some of trase methads are pyrolysis (thermal cracking), nyaro-crackng, ang hyare-samerizaten Besices kings
of methods and processes whit Is used, the type of catalyst also affects product composition ‘2 gas, lauid and
solid However, improvement of those metiiods & necessary fo get the valuable resut. Finally, we hove that
plastic wasie, which Is @ main problem in many county, could be sove as an useful thing Tor human being ite
‘and envronment
Keywords. Plastic waste, Converting, Catalysi, Energy, PyroWsis
PENDAHULUAN sendiri dibagi menjadi dua, yailu High Density
Polyetilene (HDPE) dan Low Density
‘Seiring bertambahnya jumlah penduduk dunia,
konsumsi akan barang-barang berbahan
plastik semakin meningkat. Menurut data
statistik, kebutuhan plastik di Eropa Barat
100 kg per orang per tahun (APME, 2004),
sedangkan di Jepang, jumlah limbah plastik
mencapai lebih dari 10 juta ton per tahun
(Nishino, ef. a/., 2003). Meningkatnya jumlah
permintaan plastik disebabkan karena plastik
‘memiliki banyak kelebihan dibandingkan
bahan lainnya. Barang berbahan baku plastik
umumnya lebih ringan, bersifat isolator, dan
proses pembuatannya lebih murah. Plastik
yang banyak terdapat di masyarakat banyak
berasal dari bahan polyethylene. Polyethylene
Polyetliene (LDPE). HDPE banyak digunakan
sebagai botol minumam, sedangkan LDPE
banyak digunakan sebagai kantong plastik.
Selain pengelompokan plastik seperti di
atas, plastic secara komersial dikenal dengan
berbagal macam nama. Penamaan ini dibuat
berdasarkan bahan penyusunnya. Jenis-
jonis plastik tersebut adalah polyethylene (PE),
poly vinyl chlorida (PVC), poly propylen
(PP), poly methyl methyl acrylaat (PMMA),
acrylonitrt butadieen styreen (ABS), poly
amide (PA). polyester (calran pengeras dan
perapat), dan poly ethylene terephthalate
(PET)(http:/info.gexcess com/id/info/Pe
ngertiandanJenis_Jenis_Plastik info)
257HOPE
Pa LOPE
Keterangan: HOPE (High Densty Poyetnyene), LOPE
{Low Densty Poy Ethene) PET (Poy einjene
Tetephthaleis), PP (Poy Propylene), PS (Poly
siyrene), PVC (Poly Viyl Chiorge)
Gambar 1. Distribusi plastik pada
pembuangan akhir (Miller, 2005)
Namun dibalik semua kelebihannya, bahan
plastik memiliki masalah setelah barang
tersebut tidak digunakan lagi. Barang berbahan
plastik tidak dapat membusuk, tidak dapat
‘menyerap ait, maupun tidak dapat berkarat,
dan pada akhimya tidak dapat diuraikan/
didegradasi dalam tanah sehingga menim-
bulkan masalah bagi lingkungan. Limbah
plastik yang ada pada saat ini pada
umumnya hanya dibuang (landfil), dibakar
atau didaur ulang (recycle). Proses tersebut
belum menyelesaikan semua permasalahan
limbah plastik. Karena proses /andffill belum
dapat menguraikan limbah plastik, apabila
dibakar pada suhu rendah, limbah plastik
menghasikan senyawa yang berbahaya
yang bersifat karsinogen seperti poly chloro
dibenzodioxins dan poly chloro dibenzo-
Taran.
‘Untuk menghilangkan sifat Karsinogen akibat
pembakeren, limbah plastik tersebut dibaker
pada suhu tinggi hingga 1000 °C sehingga
tidak ekonomis. Daur ulang limbah plastik
merupaken satu-salunya cara yang dapat
‘mengurangi jumlah limbah plastik yang ada.
Namun kenyataannya hanya sedikit dari
limbah plastik yang dapat didaur ulang dan
bahan hasil daur ulang mempunyai kualitas
yang rendah sehingga metode daur ulang
dipandang tidak efisien untuk memecahkan
masalah limbah plastik. Untuk itu dicari cara
lain untuk mengatasi limbah plastik untuk
dijadikan suatu produk yang lebih berguna
dan bermanfaat bagi masyarakat paca masa
yang akan datang. Bagaimanapun juga dilinat
258
dari bahan dasamya limbah plastik berpotensi
mempunyai nilai ekonomis sebagai sumber
bahan baku jika diolah dengan cara yang
tepat yaitu akan menghasilkan hidrokarbon
sebagal bahan dasar energi.
Dalam tulisan ini dibahas mengenai
kemungkinan penggunaan limbah palstik
sebagai sumber energi alternatif, disamping
itu juga dipeparkan beberapa tulisan diluar
Negeri yang telah berhasil.
PROSES KONVERS! LIMBAH PLASTIK
Selama ini, sumber energi yang banyak
digunakan dalam kehidupan masyarakat
berasal dari fosil, baik dari batubara maupun
minyak bumi. Seperti yang telah diketahui,
sumber energi ini memiliki jumlah yang
terbatas sehingga akan semakin menipis
jika dieksploitasi secara terus-menerus demi
kepentingan manusia. Maka dari itu para
penelti di seluruh dunia telah mengembangkan
berbagal penemuan mengenal sumber energl
yang dapat diperbarul sejak beberapa
dekade yang lalu. Sumber-sumber energi
tersebut antara lain energi geothermal,
energi solar, hidro-energi, biomass, biogas,
biofuel, energi dari angin dan lain-iain.
Sumber-sumber energi ini dapat kita peroleh
dl berbagal lokasi di dunia, termasuk di
Indonesia. Namun, walaupun jumiahnya
melimpah dan selalu tersedia, sumber-sumber
energi ini juga tidak iuput dari berbagai
kekurangan. Jika dibandingkan dengan
sumber energl yang berasal dari fosil, sumber-
sumber energi ini mengalami permasalahan
pada mahalnya biaya pengolahan dan
sulifnya mengumpulkan sumber-sumber energi
tersebut agar dapat mencukupi kapasitas
yang diinginkan untuk dikonsumsi, seperti
blogas, walaupun teknologi pengolahannya
tidak mahal, namun teknik pengumpulan dan
pemisahan sampah dari berbagai tempat
susah untuk dilakukan.
Seperti yang kita ketahul, limbah plastik
menjadi ancaman serius bagi lingkungan
tempat kita tinggal. Berbagai upaya dilakukan
untuk meminimalisasi jumlah sampah plastik
yang kian hari kian meningkat. Salah satu
upaya baru yang telah dilakukan oleh
peneil{i kita adalah mengubah limbah plastikJumal Riset Indust Vol. V, No.3, 2041, Hal. 257-263
tersebut menjadi sumber energi baru.
Walaupun penelitian ini ng baru,
namun penelitian ini telah diuji keber-
hasilannya oleh beberapa penellti.
Proses pengolahan limbah plastk menjadi
minyak penggerak mesin meliputi beberapa
tahapan/ proses yaitu
1. Proses Pirolisis
Pirolisis adalah teknik pembakaran sampah
(imbah plastik) tanpa O; dan dilakukan
pada suhu tinggi yaitu antara 800 °C sampai
1000 °C. Teknik ini mampu menghasilkan
gas pembakaran yang berguna dan aman
bagi lingkungan. Teknologi pirolisis ini dapat
dikatakan sebagai metode yang ramah
lingkungan sebab produk akhimya meng-
hasikan CO: dan H:0, yang merupa-kan
‘gas non toksk. Proses plrolisis menghasikan
‘senyawe-senyawe hidro-karbon cair mulal
dari C, hingga C, dan senyawa rantal
panjang seperti parafin dan olefin.
2. Proses Hydrotreating/Hydrocracking
Yaitu proses penyulingan untuk memisahkan
unsur-unsur yang dihasilkan pada proses
pirolisis. Proses ini bertujuan untuk
mengurangi atau menghilangkan senyawa
aromatik dan senyawa polar.
3. Proses Hidro-isomerisasi
Pada proses ini digunakan katalls khusus
yang berfungsi menjadikan molekutmolekul
Isomer mempunyal viskositas yang tinggl.
Penelitian dalam mengubah limbah plastik
menjadi minyak pelumas telah dibuktikan
oleh Stephen J. Miller bersama_rekan-
rekannya (2005) dalam publikasi peneltiannya
pada Jurnal American Chemical Society.
Pada peneltian tersebut, Miller memanaskan
plastik polyethylene menggunakan metode
pirolisis. Metode pembakaran sampah
sekaligus penyulingan bahan tanpa oksigen
dengan suhu tingg! (800 °C - 1000 °C) ini
ramah lingkungen Karena menghasilkan gas
CO2 & H.0. Selain gas, kelika dipanaskan,
polyethylene juga membentuk suatu senyawa
hidrokarbon cair mulai dari C, hingga Cs,
dan senyawa rantai panjang seperti parafin
dan olefin yang memiliki bentuk mirip wax
(lin). Banyaknya plastik yang terurai adalah
sekitar 60 %, suatu jumlah yang cukup
banyak. Laju degradasi konversi polyethylene
menjadi hidrokarbon cair telah itelti oleh
Lee et.al. (2003). Struktur kimia yang dimiliki
senyawa hidrokarbon cair tersebut memung-
kinkannya untuk diolah menjadi minyak
pelumas berkualtas tinggi. Hal ini disebabkan
karena sifat kimia senyawa hidrokarbon cair
dari hasil pemanasan limbah plastik mirip
dengan senyawa hidrokarbon yang terkandung
dalam minyak mentah sehingga dapat
diolah menjadi minyak pelumas (Miler,
et.al, 2005),
engubahan hidrokarbon cair hasil pirolisis
limbah plastik menjadi minyak pelumas
dapat dilakukan dengan menggunakan
metode hidroisomerisasi dan hydro-cracking.
Hidroisomerisasi merupakan proses _yang
menggunaken katalis khusus yang berfungsi
menjadikan molekutmolekul isomer mempunyai
viskositas yang tinggi, tingkat tik beku yang
rendah dan menjadikan pelumas dasar yang
|so-paraffinik, Sedangkan pada hydro-cracking,
hasil dari proses pirolisis dimasukkan ke
dalam tungku penyulingan pada tekanan
atmosfir dan kemudian divakum untuk
memisahkan unsur-unsur yang dihasilkan
dari proses awal. Proses ini berguna dalam
mengurangi/ menghilangkan komponen
aromatik dan komponen polar yang dihasilkan
dari proses pirolisis. Pada penelitian Miller
(2005), pengubahan hidrokarbon cair menjadi
minyak pelumas dilakukan dengan meng-
gunakan metode hidro-isomerisasl.
‘Sebenamya usaha pembuatan minyak sintetis
dari senyawa hidrokarbon cair ini bukaniah
suatu hal yang baru. Pada 1990-an,
Perusahaan Chevron telah mencoba
mengubah senyawa hidrokarbon cair menjadi
bahan bakar sintetis untuk tujuan komersial.
Hanya saja bahan baku yg digunakan untuk
menghasilkan senyawa hidrokarbon cair
berasal dari gas alam (umumnya gas metana)
melalul proses ketalitik yang dikenal nama
proses Fischer-Tropsch. Pada proses ini,
gas metana diubah menjadi gas sintetis
(syngas), yaitu campuran antara gas hydrogen
dan karbonmonoksida, dengan bantuan besi
259