Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
PEMBAHASAN
A. Definisi
Hidup sehat seperti yang didefinisikan oleh badan kesehatan perserikatan bangsa-
bangsa (PBB) World Health Organization (WHO) adalah keadaan sejahtera dari badan,
jiwa, dan sosial yang memungkinkan orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Sedangkan kesehatan jiwa adalah keadaan yang memungkinkan perkembangan fisik,
mental, intelektual, emosional, dan sosial yang optimal dari seseorang. Dalam Undang
Undang Nomor 23 Tahun 1992 pasal 45 tentang Kesehatan ditegaskan bahwa
”Kesehatan Sekolah” diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat
peserta didik dalam lingkungan hidup sehat sehingga peserta didik dapat belajar,
tumbuh dan berkembang secara harmonis dan optimal sehingga diharapkan dapat
menjadikan sumber daya manusia yang berkualitas. Menurut Sumantri (2007), peserta
didik itu harus sehat dan orang tua memperhatikan lingkungan yang sehat dan makan
makanan yang bergizi, sehingga akan tercapai manusia soleh, berilmu dan sehat (SIS).
Dalam proses belajar dan pembelajaran materi pembelajaran berorientasi pada head,
heart dan hand, yaitu berkaitan dengan pengetahuan, sikap/nilai dan keterampilan.
Namun masih diperlukan faktor kesehatan (health) sehingga peserta didik memiliki 4 H
(head, heart, hand dan health).
Kegiatan utama usaha kesehatan sekolah di sebut dengan trias uks, yang terdiri dari
:
1. Pendidikan kesehatan
2. Pelayanan kesehatan
3. Pembinanan lingkungan kehidupan sekolah yang sehat
Dengan demikian trias uks perpaduan antara pendidikan dengan upaya pelayanan
keseahatan. Pendidikan kesehatan merupakan upaya pendidikan kesehatan yang di
laksanakan sesuai dengan kurikulum sekolah. Pelayanan kesehatan merupakan upaya
kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan peserta didik agar dapat tumbuh dan
berkembang secara sehat, yang pada akhirnya dapat mningkatkan produktivitas belajar
dan berprestasi belajar. Sedangkan pembinaan lingkungan sekolah yang sehat
merupakan gabungan antara upaya pendidikan dan upaya kesehatan untuk dapat
diterapkan dalam lingkungan sekolah dan kehidupan sehari-hari peserta didik.
Secara umum UKS bertujuan meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi belajar
peserta didik dengan meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat serta derajat
kesehatan peserta didik. Selain itu juga menciptakan lingkungan yang sehat, sehingga
memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis dan optimal dalam
rangka pembentukan manusia Indonesia berkualitas. Sedangkan secara khusus tujuan
UKS adalah menciptakan lingkungan kehidupan sekolah yang sehat, meningkatkan
pengetahuan, mengubah sikap dan membentuk perilaku masyarakat sekolah yang sehat
dan mandiri. Di samping itu juga meningkatkan peran serta peserta didik dalam usaha
peningkatan kesehatan di sekolah dan rumah tangga serta lingkungan masyarakat,
meningkatkan keteramplan hidup sehat agar mampu melindungi diri dari pengaruh
buruk lingkungan.
Sasaran pelayanan UKS adalah seluruh peserta didik dari tingkat pendidikan:
Untuk sekolah dasar pendidikan sekolah dasar di prioritaskan kelas I, III, dan
kelas VI. Alasannya adalah kelas I, merupakan fase penyusuaian dalam lingkungan
sekolah yang baru dan lepas dari pengawasan orang tua, kemungkinan kontak dengan
berbagai penyebab penyakit lebih besar karena ketidaktahuan dan ketidakmengertian
tentang kesehatan. Di samping itu kelas satu adalah yang lebih baik untuk di berika
imunisasi ulangan. Pada kelas I ini di lakukan penjaringan untuk mendeteksi
kemungkinan adanya kelainan yang mungkin timbul sehingga mempermudah
pengawasan untuk jenjang selanjutnya. Kelas III, di laksanakan di kelas III untuk
mengevaluasi hasil pelaksanaan hasil pelaksanaan uks di kelas satu dahulu dan
langkah-langkah selanjutnya yang akan di lakukan dalam program pembinaan
uks. Kelas VI, dalam rangka mempersiapkan kesehatan peserta didik ke jenjang
pendidikan selanjutnya, sehingga memerlukan pemeliharaan dan pemeriksaan
kesehatan yang ckup.
Untuk belajar dengan efektif peserta didik sebagai sasaran UKS memerlukan
kesehatan yang baik. Kesehatan menunjukkan keadaan yang sejahtera dari badan, jiwa,
dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis. Kesehatan bagi peserta didik merupakan sangat menentukan keberhasilan
belajarnya di sekolah, karena dengan kesehatan itu peserta didik dapat mengikuti
pembelajaran secara terus menerus. Kalau peserta didik tidak sehat bagaimana bisa
belajar dengan baik. Oleh karena itu kita mencermati konsep yang dikemukakan oleh
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), bahwa salah satu indikator kualitas sumber daya
manusia itu adalah kesehatan, bukan hanya pendidikan. Ada tiga kualitas sumber daya
manusia, yaitu pendidikan yang berkaitan dengan berapa lama mengikuti pendidikan,
kesehatan yang berkaitan sumber daya manusianya, dan ekonomi yang berkaitan
dengan daya beli. Untuk tingkat ekonomi Indonesia masih berada pada urutan atau
ranking yang sangat rendah yaitu 108 pada tahun 2008, dibandingkan dengan negara-
negara tetangga. Kemajuan ekonomi suatu bangsa biasanya berkorelasi dengan tingkat
kesehatan masyarakatnya. Semakin maju perekonomiannya, maka bangsa itu semakin
baik pula tingkat kesehatannya. Oleh karena itu, jika tingkat ekonomi masih berada di
urutan yang rendah, maka tingkat kesehatan masyarakat pada umumnya belum sesuai
dengan harapan. Begitu pula dengan sumber daya manusianya yang diharapkan
berkualitas masih memerlukan proses dan usaha yang lebih keras lagi.
c. Pemberian imunisasi
e. Pengobatan sederhana
f. Pertolongan pertama
Pada era globalisasi ini banyak tantangan bagi peserta didik yang dapat
mengancam kesehatan fisik dan jiwanya. Tidak sedikit anak yang menunjukkan
perilaku tidak sehat, seperti lebih suka mengkonsumsi makanan tidak sehat yang tinggi
lemak, gula, garam, rendah serat, meningkatkan risiko hipertensi, diabetes melitus dan
obesitas, dan sebagainya. Apalagi sebelum makan tidak mencuci tangan terlebih
dahulu, sehingga memungkinkan masukkan bibit penyakit ke dalam tubuh. Selain itu
meningkatnya perokok pemula, usia muda, atau usia peserta didik sekolah sehingga
risikonya akan mengakibatkan penyakit degeneratif. Perilaku tidak sehat lainnya yang
mengkhawatirkan adalah melakukan pergaulan bebas, sehingga terjerumus ke dalam
penyakit masyarakat seperti penggunaan narkoba atau tindakan kriminal. Apalagi
perilaku tidak sehat ini, disebabkan lingkungan yang tidak sehat, seperti kurang
bersihnya rumah, sekolah, atau lingkungan masyarakatnya.
Tantangan lain tentang perilaku tidak sehat muncul dari diri peserta didik sendiri.
Aktifitas fisik mereka kurang bergerak, olahraga pun kurang, malas sehingga tidak
bergairah baik di rumah maupun atau di sekolah. Peserta didik pun cenderung lebih
menyukai dan banyak menonton televisi, bermain videogames, dan play station,
sehingga mengakibatkan fisiknya kurang bugar. Akibatnya mereka rentan mengalami
sakit dan beresiko terhadap berbagai penyakit degeneratif di usia dini. Untuk itu
diperlukan fasilitas dan program pendidikan jasmani atau olah raga memadai dan
terprogram dengan baik, di sekolah dan di lingkungan masyarakat sekitar. Hal ini
sangat mendukung dan memungkinkan peserta didik untuk bergerak, berkreasi, dan
berolah raga dengan bebas, menyenangkan dan bermanfaat bagi kesehatan dan
kebugaran fisiknya. Kesehatan fisik peserta didik berkorelasi positif terhadap
kematangan emosi sosialnya. Guru atau orang tua perlu memberikan bekal yang
penting bagi peserta didik yaitu menciptakan kematangan emosi-sosialnya agar dapat
berhasil dalam menghadapi segala macam tantangan, termasuk tantangan untuk
berhasil secara akademik. Peserta didik pun akan mampu mengendalikan stress yang
dialaminya, karena jika stress tidak dikendalikan akan menyebabkan timbulnya
berbagai penyakit dan akan menjadi kendala untuk keberhasilan belajarnya.
Menurut WHO (Depkes, 2008) ada enam ciri utama sekolah yang dapat
mempromosikan atau meningkatkan kesehatan, yaitu
Upaya lain yang dilakukan dalam pembinaan lingkungan sekolah sehat dan
promosi gaya hidup sehat melalui pendekatan life skills education atau pendidikan
kecakapan hidup. Setiap individu akan mengalami kehidupan yang sehat fisik dan
mentalnya apabila dapat menuntaskan tugas-tugas perkembangan sesuai dengan
usianya. Implikasi tugas perkembangan ini terhadap pendidikan adalah bahwa dalam
penyelenggaraan pendidikan perlu disusun struktur kurikulum yang muatannya dapat
memfasilitasi perkembangan kesehatan sebagai suatu kecakapan hidup (life skills).
Kecakapan hidup adalah kecakapan yang diperlukan untuk hidup. yang meliputi
pengetahuan, mental, fisik, sosial, dan lingkungan untuk mengembangkan dirinya
secara menyeluruh untuk bertahan hidup dalam berbagai keadaan dengan berhasil,
produktif, bahagia, dan bermartabat. WHO atau World Health Organization)
mendefinisikan kecakapan hidup sebagai keterampilan atau kemampuan untuk dapat
beradaptasi dan berperilaku positif, yang memungkinkan seseorang mampu
menghadapi berbagai tuntutan dan tantangan dalam kehidupan secara lebih efektif.
Selain itu, dapat membantu seseorang menarik keputusan yang tepat, berkomunikasi
secara efektif, dan membangun keterampilan mengelola diri sendiri yang dapat
membantu mereka mencapai hidup yang sehat dan produktif. Sedangkan UNICEF
memberikan definisi tentang kecakapan hidup yang merujuk pada kecakapan psiko-
sosial dan interpersonal yang dapat membantu orang untuk mengambil keputusan yang
tepat, berkomunikasi secara effektif, memecahkan masalah, mengatur diri sendiri, dan
mengembangkan sikap hidup sehat dan produktif.
Pendidikan kecakapan hidup didasarkan atas konsep bahwa peserta didik perlu
learning to be (belajar untuk menjadi), learning to learn (belajar untuk belajar) atau
learning to know (belajar untuk mengetahui), learning to live with others (belajar untuk
hidup bersama), dan learning to do (belajar untuk melakukan). Berdasarkan konsep ini,
kecakapan hidup terbagi atas empat kategori yaitu kecakapan hidup personal learning to
be), kecakapan hidup social (learning live with others), kecakapan hidup akademik
(learning to learn/ learning to know), dan kecakapan hidup vokasional (learning to do).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hidup sehat seperti yang didefinisikan oleh badan kesehatan perserikatan bangsa-
bangsa (PBB) World Health Organization (WHO) adalah keadaan sejahtera dari badan,
jiwa, dan sosial yang memungkinkan orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Sedangkan kesehatan jiwa adalah keadaan yang memungkinkan perkembangan fisik,
mental, intelektual, emosional, dan sosial yang optimal dari seseorang. Dalam Undang
Undang Nomor 23 Tahun 1992 pasal 45 tentang Kesehatan ditegaskan bahwa
”Kesehatan Sekolah” diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat
peserta didik dalam lingkungan hidup sehat sehingga peserta didik dapat belajar,
tumbuh dan berkembang secara harmonis dan optimal sehingga diharapkan dapat
menjadikan sumber daya manusia yang berkualitas. Menurut Sumantri, M. (2007)
peserta didik itu harus sehat dan orang tua memperhatikan lingkungan yang sehat dan
makan makanan yang bergizi, sehingga akan tercapai manusia soleh, berilmu dan sehat
(SIS). Dalam proses belajar dan pembelajaran materi pembelajaran berorientasi pada
head, heart dan hand, yaitu berkaitan dengan pengetahuan, sikap/nilai dan
keterampilan. Namun masih diperlukan faktor kesehatan (health) sehingga peserta didik
memiliki 4 H (head, heart, hand dan health).
DAFTAR PUSTAKA
Sujiono, Yuliani Nurani. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:
PT Mancana Jaya Cemerlang.
Mubarak, Wahid Iqbal & Chayatin, Nurul(2009) , ilmu kesehatan masyarakat : teori
dan
Departemen Kesehatan.
Sumantri, M. (2007). Pendidikan Wanita. Dalam Ali, M., Ibrahim, R., Sukmadinata,
N.S.
Kabupaten/Kota. http://bankdata.depkes.go.id