You are on page 1of 41

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan di Indonesia merupakan upaya kesehatan untuk


mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk dalam mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal. Keberhasilan pemerintah dalam
pembangunan nasional, telah terwujud hasil yang positif diberbagai bidang,
yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama dibidang medis sehingga dapat
meningkatkan kualitas kesehatan penduduk serta meningkatkan Usia
Harapan Hidup (UHH). Akibatnya jumlah penduduk yang berusia lanjut
cenderung meningkat dan bertambah lebih cepat (Depkes RI, 2006).

Salah satu hasil pembangunan kesehatan di Indonesia adalah


meningkatnya angka harapan hidup (life expectancy) semakin meningkatnya
UHH penduduk, menyebabkan jumlah penduduk lansia terus meningkat dari
tahun ke tahun. Peningkatan UHH dari 45 tahun di awal tahun 1950 menjadi
65 tahun pada saat ini (Fatmah, 2010). Hal ini berarti kelompok resiko dalam
masyarakat kita menjadi lebih tinggi. Meningkatnya populasi lansia ini
bukan hanya fenomena di Indonesia saja tetapi juga secara global
(Notoatmodjo, 2007).

Penduduk lansia di Indonesia pada tahun 1980 hanya 7,9 juta orang
(5,45%) dari jumlah penduduk di Indonesia dengan UHH 52,2 tahun. Pada
tahun 1990 terjadi peningkatan lansia mencapai angka 11,3 juta (6,29%) dari
jumlah penduduk di Indonesia dengan UHH 59,8 tahun. Pada tahun tahun
2000 jumlah ini meningkat menjadi 14,4 juta orang (7,18%) dari jumlah
penduduk di Indonesia dengan UHH 67,4 tahun. Pada tahun 2006 angka
meningkat hingga dua kali lipat menjadi 19 juta orang (8,9%) dari jumlah
penduduk di Indonesia dengan UHH 66,2 tahun dan diperkirakan tahun 2020

1
mencapai 28,8 juta orang (11,34%) dari jumlah penduduk di Indonesia
dengan UHH 71,1 tahun (Efendi & Makhfudli, 2009).

Peningkatan jumlah lansia di Indonesia ini memberikan suatu perhatian


khusus pada lansia yang mengalami suatu proses menua. Permasalahan-
permasalahan yang perlu perhatian khusus untuk lansia berkaitan dengan
berlangsungnya proses menjadi tua, yang berakibat timbulnya perubahan
fisik, kognitif, perasaan, sosial, dan seksual. Perubahan-perubahan pada
lansia di negaranegara maju yaitu perubahan pada sistem kardiovaskuler
yang merupakan penyakit utama yang memakan korban karena akan
berdampak pada penyakit lain seperti hipertensi, penyakit jantung koroner,
jantung pulmonik, kardiomiopati, stroke, gagal ginjal.(Fatmah, 2010)

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan sebuah kondisi medis


dimana orang yang tekanan darahnya meningkat diatas normal yaitu 140/90
mmHg. Faktor resiko hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu hipertensi
yang tidak bisa diubah dan hipertensi yang dapat diubah. Hipertensi yang
dapat diubah meliputi merokok, obesitas, gaya hidup yang monoton dan
stres. Hipertensi yang tidak dapat dirubah meliputi usia, jenis kelamin, suku
bangsa, faktor keturunan (Rusdi & Isnawati, 2009).

Hipertensi pada lansia di Amerika mempunyai prevalensi yang tinggi


pada usia 65 tahun didapatkan 60-80% atau sekitar lima puluh juta warga
lansia Amerika mempunyai prevalensi tinggi untuk hipertensi (Yenni, 2011).
Menurut Depkes (2006) pada golongan umur 55-64 tahun, penderita
hipertensi pada pria dan wanita sama banyak. Dari beberapa penelitian
tingginya prevalensi hipertensi sejalan dengan bertambahnya umur.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di 6 kota besar seperti Jakarta,
Padang, Bandung, Yogyakarta, Denpasar, dan Makasar terhadap usia lanjut
(55-85), didapatkan prevalensi hipertensi sebesar 52,5% (Sarasaty, 2011).

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Kendari pada tahun 2011
diperoleh bahwa penderita hipertensi lansia diatas umur 65 tahun tertinggi

2
berada di RSUD Kota Kendari. Merupakan Rumah Sakit yang berada di
kendari, Sulawesi Tenggara yang terdiri dari kelurahan dan kecamatan serta
mempunyai tiga posyandu lansia. Setelah di observasi data yang diperoleh
dari RSUD Kota Kendari jumlah lansia yang menderita hipertensi diatas 65
tahun sebanyak 89 orang. Hasil wawancara terhadap petugas kesehatan
diperoleh informasi bahwa penderita hipertensi pada lansia jarang melakukan
pengontrolan dan pengecekan tekanan darah secara rutin.

Dari hasil wawancara awal didapatkan 5 dari 7 lansia berumur


diatas 65 tahun yang menderita hipertensi mempunyai kebiasaan
merokok mengkonsumsi kopi, suka makan yang asin-asin, dan jarang
berolah raga. Melihat fenomena tersebut di atas, maka sangatlah penting
bagi lansia untuk melakukan pengontrolan tekanan darah secara rutin.
Mengingat penting hal tersebut, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian terhadap “faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi pada
lansia di atas umur 65”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-
faktor yang berhubungan dengan hipertensi pada lansia diatas umur 65
tahun.

B.Tujuan

1.1 Tujuan Umum

Mengetahui secara menyeluruh mengenai konsep teori dan konsep

asuhan keperawatan dengan hipertensi.

1.2 Tujuan Khusus

1. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian Hipertensi


2. Mahasiswa mampu mengetahui etiologi Hipertensi
3. Mahasiswa mampu mengetahui patofisiologi Hipertensi
4. Mahasiswa mampu mengetahui pathway Hipertensi
5. Mahasiswa mampu mengetahui klasifikasi Hipertensi

3
6. Mahasiswa mampu mengetahui manifestasi klinis Hipertensi
7. Mahasiswa mampu mengetahui factor resiko Hipertensi
8. Mahasiswa mampu mengetahui komplikasi Hipertensi
9. Mahasiswa mampu mengetahui pencegahan Hipertensi

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi & Fisiologi Kardiovaskuler

1. Definisi

Kardiovasculer terdiri dari 2 (dua) kata, yaitu cardiac yang berati


jantung dan vasculer yang berati pembuluh darah, sehingga sistem ini
menyangkut jantung, komponen darah dan pembuluh darah. (WHO,
1998).
Sistem kardiovaskuler adalah organ sirkulasi darah yang terdiri
dari jantung, komponen darah, dan pembuluh darah yang berfungsi untuk
menyalurkan oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan setiap jaringan
didalam tubuh yang dibutuhkan untuk proses metabolisme (WHO, 1998).
Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi adalah suatu
gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan
nutrisi yang dibawa oleh darah, terhambat sampai ke jaringan tubuh yang
membutuhkannya (Sustrani, 2006).
Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan
pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. WHO
(World Health Organization) memberikan batasan tekanan darah normal
adalah 140/90 mmHg, dan tekanan darah sama atau diatas 160/95 mmHg
dinyatakan sebagai hipertensi. Batasan ini tidak membedakan antara usia
dan jenis kelamin (Marliani, 2007).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten
dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90
mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan
sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg (Rohaendi, 2008).

5
2. Anatomi & Fisiologi

a. Jantung

1) Letak Jantung
Jantung adalah organ berotot dengan ukuran sekepalan. Jantung
terletak di rongga toraks (dada) sekitar garis tengah antara sternum atau
tulang dada di sebelah anterior dan vertebra (tulang punggung) di sebelah
posterior (Sherwood, Lauralee, 2001: 258). Bagian depan dibatasi oleh
sternum dan costae 3,4, dan 5. Hampir dua pertiga bagian jantung terletak
di sebelah kiri garis median sternum. Jantung terletak di atas diafragma,
miring ke depan kiri dan apex cordis berada paling depan dalam rongga
thorax. Apex cordis dapat diraba pada ruang intercostal 4-5 dekat garis
medio-clavicular kiri. Batas cranial jantung dibentuk oleh aorta ascendens,
arteri pulmonalis, dan vena cava superior (Aurum, 2007).
2) Ruang Jantung
Jantung dibagi menjadi separuh kanan dan kiri, dan memiliki
empat bilik (ruang), bilik bagian atas dan bawah di kedua belahannya.
Bilik-bilik atas, atria (atrium, tunggal) menerima darah yang kembali ke
jantung dan memindahkannya ke bilik-bilik bawah, ventrikel, yang
memompa darah dari jantung. Kedua belahan jantung dipisahkan oleh
septum, suatu partisi otot kontinu yang mencegah pencampuran darah dari
kedua sisi jantung. Pemisahan ini sangat penting, karena separuh kanan
jantung menerima dan memompa darah beroksigen rendah sementara sisi
kiri jantung menerima dan memompa darah beroksigen tinggi (Sherwood,
Lauralee, 2001: 259-260).
 Atrium Dextra
 Atrium Sinistra
 Ventrikel Dextra
 Ventrikel Sinistra

6
3) Katub-katub Jantung
Katup jantung berfungsi mempertahankan aliran darah searah
melalui bilik-bilik jantung. Setiap katub berespon terhadap perubahan
tekanan. Katub jantung dibagi dalam dua jenis, yaitu katub
atrioventrikuler, dan katub semilunar. (Aurum, 2007)
 Katub Atrioventrikuler
Letaknya antara atrium dan ventrikel, maka disebut katub
atrioventrikular. Katub yang terletak di antara atrium kanan dan
ventrikel kanan mempunyai tiga buah katub disebut katub trukuspid
(Setiadi, 2007: 169).
Terdiri dari tiga otot yang tidak sama, yaitu: 1) Anterior, yang
merupakan paling tebal, dan melekat dari daerah Infundibuler ke arah
kaudal menuju infero-lateral dinding ventrikel dextra. 2) Septal,
Melekat pada kedua bagian septum muskuler maupun membraneus.
Sering menutupi VSD kecil tipe alur keluar. 3) Posterior, yang
merupalan paling kecil, Melekat pada cincin tricuspidalis pada sisi
postero-inferior (Aurum, 2007).
Sedangkan katub yang letaknya di antara atrium kiri dan ventrikel
kiri mempunyai dua daun katub disebut katub mitral. Terdiri dari dua
bagian, yaitu daun katup mitral anterior dan posterior. Daun katup
anterior lebih lebar dan mudah bergerak, melekat seperti tirai dari basal
bentrikel sinistra dan meluas secara diagonal sehingga membagi ruang
aliran menjadi alur masuk dan alur keluar (Aurum, 2007).
 Katub Semilunar
Disebut semilunar (“bulan separuh”) karena terdiri dari tiga daun
katub, yang masing-masing mirip dengan kantung mirip bulan separuh
(Sherwood, Lauralee, 2007: 262).
Katub semilunar memisahkan ventrikel dengan arteri yang
berhubungan. Katub pulmonal terletek pada arteri pulmonalis,
memisahkan pembuluh ini dari ventrikel kanan. Katub aorta terletak
antara ventrikel kiri dan aorta. Adanya katub semilunar ini

7
memungkinkan darah mengalir dari masing-masing ventrikel ke arteri
pulmonalis atau aorta selama systole ventrikel, dan mencegah aliran
balik waktu diastole ventrikel (Setiadi, 2007: 170).
4) Lapisan Jantung
Dinding jantung terutama terdiri dari serat-serat otot jantung yang
tersusun secara spiral dan saling berhubungan melalui diskus interkalatus.
Dinding jantung terdiri dari tiga lapisan berbeda, yaitu: (Sherwood,
Lauralee, 2001: 262).
a. Perikardium (Epikardium)
Epi berarti “di atas”, cardia berarti “jantung”, yang mana bagian ini
adalah suatu membran tipis di bagian luar yang membungkis jantung.
(Setiadi, 2007)
b. Miokardium
Myo berarti “otot”, merupakan lapisan tengah yang terdiri dari
otot jantung, membentuk sebagian besar dinding jantung. Serat-serat
otot ini tersusun secara spiral dan melingkari jantung (Sherwood,
Lauralee, 2001: 262).
c. Endokardium
Endo berarti “di dalam”, adalah lapisan tipis endothelium, suatu
jaringan epitel unik yang melapisi bagian dalam seluruh sistem sirkulasi
(Sherwood, Lauralee, 2007: 262).
5) Persarafan Jantung
Jantung dipersarafi oleh sistem saraf otonom. Kecepatan denyut
jantung terutama ditentukan oleh pengaruh otonom pada nodus SA.
Jantung dipersarafi oleh kedua divisi sistem saraf otonom, yang dapat
memodifikasi kecepatan (serta kekuatan) kontraksi, walaupun untuk
memulai kontraksi tidak memerlukan stimulasi saraf. Saraf parasimpatis
ke jantung, yaitu saraf vagus, terutama mempersarafi atrium, terutama
nodus SA dan AV. Saraf-saraf simpatis jantung juga mempersarafi atrium,
termasuk nodus SA dan AV, serta banyak mempersarafi ventrikel
(Sherwood, Lauralee, 2001: 280)

8
a. Vaskularisasi Jantung (pembuluh darah)

Pembuluh darah adalah prasarana jalan bagi aliran darah. Secara


garis besar peredaran darah dibedakan menjadi dua, yaitu peredaran darah
besar yaitu dari jantung ke seluruh tubuh, kembali ke jantung (surkulasi
sistemik), dan peredaran darah kecil, yaitu dari jantung ke paru-paru,
kembali ke jantung (sirkulasi pulmonal).

 Arteri
Suplai darah ke miokardium berasal dari dua arteri koroner
besar yang berasal dari aorta tepat di bawah katub aorta. Arteri
koroner kiri memperdarahi sebagian besar ventrikel kiri, dan arteri
koroner kanan memperdarahi sebagian besar ventrikel kanan
(Setiadi, 2007: 179).
 Vena
Distrubusi vena koroner sesungguhnya parallel dengan
distribusi arteri koroner. Sistem vena jantung mempunyai tiga
bagian, yaitu (Setiadi, 2007: 181):
- Vena tabesian, merupakan sistem terkecil yang menyalurkan
sebagian darah dari miokardium atrium kanan dan ventrikel
kanan.
- Vena kardiaka anterior, mempunyai fungsi yang cukup berarti,
mengosongkan sebagian besar isi vena ventrikel langsung ke
atrium kanan.
- Sinus koronarius dan cabangnya, merupakan sistem vena yang
paling besar dan paling penting, berfungsi menyalurkan
pengembalian darah vena miokard ke dalam atrium kanan
melalui ostinum sinus koronaruis yang bermuara di samping
vena kava inferior.

9
B. HIPERTENSI
1. Etiologi
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah
terjadinya perubahan– perubahan pada : (Sutanto, 2009)
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun, kemampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi
karenakurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

2. PATOFISIOLOGI
Terdapat perbedaan pada kelompok lansia yang terkena hipertensi
memiliki regulasi tekanan darah, patofisiologi, dan penatalaksanaan yang
sama. Secara fisiologi tekanan darah diregulasi melalui mekanisme sistem
saraf otonom, perpindahan cairan kapiler, sistem hormon dan proses
regulasi oleh ginjal sehingga seluruh jaringan dalam tubuh mendapatkan
suplai darah yang mencukupi untuk menjalankan fungsinya masing-
masing (Lionakis et al, 2012).
Patofisiologi hipertensi pada lansia dikelompokan menjadi tiga
berdasarkan penyebabnya, yaitu :

a. Kekakuan Arteri
Penuaan akan menyebabkan perubahan pada arteri dalam tubuh
menjadi lebih lebar dan kaku yang mengakibatkan kapasitas dan rekoil
darah yang diakomodasikan melalui pembuluh darah menjadi
berkurang. Pengurangan ini menyebabkan tekanan sistol menjadi
bertambah dan tekanan diastol menurun. Kekakuan arteri juga dapat

10
disebabkan oleh adanya mediator vasoaktif yang bekerja di pembuluh
darah (Lionakis et al, 2012).

b. Neurohormonal dan disregulasi otonom

Penuaan akan menyebabkan terganggunya mekanisme


neurohormonal seperti sistem renin-angiotensin-aldosteron dan juga
menyebabkan meningkatnya konsentrasi plasma perifer norepinefrin
hingga dua kali lipat yang diduga sebagai mekanisme kompensasi dari
menurunnya β-adrenergik. Selain itu menurunnya fungsi sensitivitas
barorefleks akibat penuaan menyebabkan hipotensi ortostatik pada
lansia. Sedangkan hipertensi ortostastik disebabkan adanya perubahan
postur tubuh pada lansia (Lionakis et al, 2012).

c. Penuaan Ginjal

Glomerulosklerosis dan intestinal fibrosis merupakan tanda-tanda


penuaan pada ginjal. Hal ini mengakibatkan Glomerular Filtration Rate
(GFR) menurun, penurunan homeostatis tubuh, serta peningkatan
vasokonstriksi dan ketahanan vaskuler (Lionakis et al, 2012).

11
3. PATHWAY

Faktor predisposisi: usia,jenis kelamin,merokok,stress,kurang olahraga,


genetic,alcohol,konsentrasi garam,obesitas

Kerusakan vaskuler pembuluh darah Hipertensi

Perubahan struktur

Penyumbatan pembuluh darah

vasokontriksi

gangguan sirkulasi otak resistensi pembuluh darah otak

pembuluh darah nyeri kepala

sistemik

vasokontriksi

afterload penurunan curah jantung

12
4. KLASIFIKASI
a. Klasifikasi hipertensi menurut WHO (World Health Organization) dalam
Rohaendi (2008) :

1) Tekanan darah normal, yakni tekanan sistolik kurang atau sama


dengan 140 mmHg dan tekanan diastoliknya kurang atau sama dengan
90 mmHg.
2) Tekanan darah borderline (perbatasan), yakni tekanan sistolik 140-159
mmHg dan tekanan diastoliknya 90-94 mmHg
3) Tekanan darah tinggi atau hipertensi, yakni sistolik 1ebih besar atau
sama dengan 160 mmHg dan tekanan diastoliknya lebih besar atau
sama dengan 95mmHg.

b. Menurut Salma Elsanti (2009), klasifikasi penyakit hipertensi terdiri dari:

Tekanan sistolik:
1) < 119 mmHg : Normal
2) 120-139 mmHg : Pra hipertensi
3) 140-159 mmHg : Hipertensi derajat 1
4) 160 mmHg : hipertensi derajat 2

Tekanan diastolik

1) < 79 mmHg : Normal


2) 80-89 mmHg : pra hipertensi
3) 90-99 mmHg : hipertensi derajat 1
4) >100mmHg : hipertensi derajat 2
Stadium 1: Hipertensi ringan (140-159 mmHg 90-99 mmHg)
Stadium 2: Hipertensi sedang (160-179 mmHg 100-109 mmHg)
Stadium 3: Hipertensi berat (180-209 mmHg 110-119 mmHg)

13
5. MANIFESTASI KLINIS
Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak
memiliki gejala khusus. Gejala-gejala yang mudah diamati antara lain yaitu :
(Sutanto, 2009)
a. Gejala ringan seperti pusing atau sakit kepala
b. Sering gelisah
c. Wajah merah
d. Tengkuk terasa pegal
e. Mudah marah
f. Telinga berdengung
g. Sukar tidur
h. Sesak napas
i. Rasa berat ditengkuk
j. Mudah lelah
k. Mata berkunang-kunang
l. Mimisan ( keluar darah dari hidung)

6. FAKTOR RESIKO

Faktor resiko yang mempengaruhi hipertensi yang dapat atau tidak


dapat dikontrol, antara lain: (Elsanti, 2009)

a. Faktor Resiko Yang Tidak Dapat Dikontrol:

1. Jenis kelamin

Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Wanita


yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang
berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar
kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah
terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai
penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Pada premenopause
wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini
melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana

14
hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara
alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun. (Anggraini
dkk, 2009).

2. Umur

Hipertensi pada usia lanjut harus ditangani secara khusus. Hal ini
disebabkan pada usia tersebut ginjal dan hati mulai menurun, karena itu dosis obat
yang diberikan harus benar-benar tepat. Tetapi pada kebanyakan kasus , hipertensi
banyak terjadi pada usia lanjut. Pada wanita, hipertensi sering terjadi pada usia
diatas 50 tahun. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan hormon sesudah
menopause.

Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga


prevalensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan kematian
sekitar 50 % diatas umur 60 tahun. Arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan
serta tekanan darah meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Peningkatan
kasus hipertensi akan berkembang pada umur lima puluhan dan enam
puluhan.Sehingga bertambahnya umur, dapat meningkatkan risiko hipertensi

a. Keturunan (Genetik)

Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu
mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan
kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium
Individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih
besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga
dengan riwayat hipertensi. Selain itu didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial
dengan riwayat hipertensi dalam keluarga (Anggraini dkk, 2009). Seseorang akan
memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang
tuanya adalah penderita hipertensi (Marliani, 2007).

Tekanan darah tinggi cenderung diwariskan dalam keluarganya. Jika salah


seorang dari orang tua anda ada yang mengidap tekanan darah tinggi, maka anda
akan mempunyai peluang sebesar 25% untuk mewarisinya selama hidup anda.

15
Jika kedua orang tua mempunyai tekanan darah tingi maka peluang anda untuk
terkena penyakit ini akan meningkat menjadi 60%. (Rohaendi, 2009)

b. Faktor Resiko Yang Dapat Dikontrol:

1. Obesitas

Pada usia pertengahan ( + 50 tahun ) dan dewasa lanjut asupan kalori


sehingga mengimbangi penurunan kebutuhan energi karena kurangnya
aktivitas. Itu sebabnya berat badan meningkat. Obesitas dapat memperburuk
kondisi lansia. Kelompok lansia karena dapat memicu timbulnya berbagai
penyakit seperti artritis, jantung dan pembuluh darah, hipertensi (Rohendi,
2008).

Untuk mengetahui seseorang mengalami obesitas atau tidak,


dapatdilakukan dengan mengukur berat badan dengan tinggi badan, yang
kemudian disebut dengan Indeks Massa Tubuh (IMT). Rumus perhitungan
IMT adalah sebagai berikut:

Berat Badan (kg)

IMT = ------------------------------------------------

Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)

IMT berkorelasi langsung dengan tekanan darah, terutama tekanan darah


sistolik. Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang obes 5 kali lebih
tinggi dibandingkan dengan seorang yang berat badannya normal. Pada
penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-30% memiliki berat badan lebih.

Obesitas beresiko terhadap munculnya berbagai penyakit jantung dan


pembuluh darah. Disebut obesitas apabila melebihi Body Mass Index (BMI)
atau Indeks Massa Tubuh (IMT). BMI untuk orang Indonesia adalah 25. BMI
memberikan gambaran tentang resiko kesehatan yang berhubungan dengan
berat badan. Marliani juga mengemukakan bahwa penderita hipertensi
sebagian besar mempunyai berat badan berlebih, tetapi tidak menutup
kemungkinan orang yang berat badanya normal (tidak obesitas) dapat
menderita hipertensi. Curah jantung dan sirkulasi volume darah penderita

16
hipertensi yang obesitas lebih tinggi dibandingkan dengan berat badannya
normal. (Marliani,2007).

2. Kurang olahraga

Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit tidak


menular, karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan
perifer yang akan menurunkan tekanan darah (untuk hipertensi) dan melatih
otot jantung sehingga menjadi terbiasa apabila jantung harus melakukan
pekerjaan yang lebih berat karena adanya kondisi tertentu.

Kurangnya aktivitas fisik menaikan risiko tekanan darah tinggi karena


bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk. Orang-orang yang tidak aktif
cenderung mempunyai detak jantung lebih cepat dan otot jantung mereka
harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi, semakin keras dan sering
jantung harus memompa semakin besar pula kekuaan yang mendesak arteri.
Latihan fisik berupa berjalan kaki selama 30-60 menit setiap hari sangat
bermanfaat untuk menjaga jantung dan peredaran darah. Bagi penderita
tekanan darah tinggi, jantung atau masalah pada peredaran darah, sebaiknya
tidak menggunakan beban waktu jalan. Riset di Oregon Health Science
kelompok laki-laki dengan wanita yang kurang aktivitas fisik dengan
kelompok yang beraktifitas fisik dapat menurunkan sekitar 6,5% kolesterol
LDL (Low Density Lipoprotein) faktor penting penyebab pergeseran arteri
(Rohaendi, 2008).

3. Kebiasaan Merokok

Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat dapat


dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko
terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami ateriosklerosis. Menurut
penelitian kohort prospektif oleh dr. Thomas S Bowman dari Brigmans and
Women’s Hospital, Massachussetts terhadap 28.236 subyek yang awalnya tidak
ada riwayat hipertensi, 51% subyek tidak merokok, 36% merupakan perokok
pemula, 5% subyek merokok 1-14 batang rokok perhari dan 8% subyek yang
merokok lebih dari 15 batang perhari. Subyek terus diteliti dan dalam median

17
waktu 9,8 tahun. Kejadian hipertensi terbanyak pada kelompok subyek dengan
kebiasaan merokok lebih dari 15 batang perhari (Rahyani, 2007).

4. Mengkonsumsi garam berlebih

Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization (WHO)


merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko
terjadinya hipertensi. Kadar yodium yang direkomendasikan adalah tidak lebih
dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram yodium atau 6 gram garam) perhari.
Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam
cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya cairan intraseluler
ditarik ke luar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat.
Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan
meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya
hipertensi. (Wolff, 2008).

5. Minum alcohol

Banyak penelitian membuktikan bahwa alkohol dapat merusak jantung


dan organ-organ lain, termasuk pembuluh darah. Kebiasaan minum alkohol
berlebihan termasuk salah satu faktor resiko hipertensi (Marliani, 2007).

6. Stress

Hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf


simpatis peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara intermiten
(tidak menentu). Stress yang berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan
darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti akan tetapi angka
kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di
pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami
kelompok masyarakat yang tinggal di kota (Rohaendi, 2003). Mengatakan
stress akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung
sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Stress dapat berhubungan
dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik personal.
(Anggraini dkk, 2009)

18
7. KOMPLIKASI
Menurut Sustrani (2006), membiarkan hipertensi membiarkan jantung
bekerja lebih keras dan membiarkan proses perusakan dinding pembuluh
darah berlangsung dengan lebih cepat. Hipertensi meningkatkan resiko
penyakit jantung dua kali dan meningkatkan resiko stroke delapan
kalindibanding dengan orang yang tidak mengalami hipertensi.
Selain itu hipertensi juga menyebabkan terjadinya payah jantung,
gangguan pada ginjal dan kebutaan. Penelitian juga menunjukkan bahwa
hipertensi dapat mengecilkan volume otak, sehingga mengakibatkan
penurunan fungsi kognitif dan intelektual. Yang paling parah adalah efek
jangka panjangnya yang berupa kematian mendadak.
1. Penyakit jantung koroner dan arteri

Ketika usia bertambah lanjut, seluruh pembuluh darah di tubuh akan


semakin mengeras, terutama di jantung, otak dan ginjal. Hipertensi sering
diasosiasikan dengan kondisi arteri yang mengeras ini. (Amru Sofian, 2012)

2. Payah jantung

Payah jantung (Congestive heart failure) adalah kondisi dimana


jantung tidak mampu lagi memompa darah yang dibutuhkan tubuh. Kondisi
ini terjadi karena kerusakan otot jantung atau system listrik jantung.
(Douglas, 2002)

3. Stroke

Hipertensi adalah faktor penyebab utama terjadinya stroke, karena


tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pembuluh darah yang
sudah lemah menjadi pecah. Bila hal ini terjadi pada pembuluh darah di otak,
maka terjadi perdarahan otak yang dapat berakibat kematian. Stroke juga
dapat terjadi akibat sumbatan dari gumpalan darah yang macet di pembuluh
yang sudah menyempit. (Sidarta, 2010)

4. Kerusakan ginjal

19
Hipertensi dapat menyempitkan dan menebalkan aliran darah yang
menuju ginjal, yang berfungsi sebagai penyaring kotoran tubuh. Dengan
adanya gangguan tersebut, ginjal menyaring lebih sedikit cairan dan
membuangnya kembali kedarah. Gagal ginjal dapat terjadi menjadi kronik
dan diperlukan cangkok ginjal baru.(Marliani, 2007)

5. Kerusakan penglihatan

Hipertensi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah di mata,


sehingga mengakibatkan mata menjadi kabur atau kebutaan. (Betz dkk, 2000)

8. PENCEGAHAN
Agar terhindar dari komplikasi fatal hipertensi, harus diambil tindakan
pencegahan yang baik, dengan cara sebagai berikut: (Gunawan, 2001)

1. Mengurangi konsumsi garam.

Pembatasan konsumsi garam sangat dianjurkan, maksimal 2 g


garam dapur untuk diet setiap hari.

2. Menghindari kegemukan (obesitas).

Hindarkan kegemukan (obesitas) dengan menjaga berat badan (b.b)


normal atau tidak berlebihan. Batasan kegemukan adalah jika berat badan
lebih 10% dari berat badan normal.

3. Membatasi konsumsi lemak.

Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolesterol darah


tidak terlalu tinggi. Kadar kolesterol darah yang tinggi dapat
mengakibatkan terjadinya endapan kolesterol dalam dinding pembuluh
darah. Lama kelamaan, jika endapan kolesterol bertambah akan
menyumbat pembuluh nadi dan menggangu peredaran darah. Dengan
demikian, akan memperberat kerja jantung dan secara tidak langsung
memperparah hipertensi.

20
4. Olahraga teratur.

Menurut penelitian, olahraga secara teratur dapat meyerap atau


menghilangkan endapan kolesterol dan pembuluh nadi. Olahraga yang
dimaksud adalah latihan menggerakkan semua sendi dan otot tubuh
(latihan isotonik atau dinamik), seperti gerak jalan, berenang, naik sepeda.
Tidak dianjurkan melakukan olahraga yang menegangkan seperti tinju,
gulat, atau angkat besi, karena latihan yang berat bahkan dapat
menimbulkan hipertensi.

5. Makan banyak buah dan sayuran segar.

Buah dan sayuran segar mengandung banyak vitamin dan mineral.


Buah yang banyak mengandung mineral kalium dapat membantu
menurunkan tekanan darah.

21
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Biodata

a. Identitas pasien

Nama, Umur, Jenis Kelamin, Alamat, Status Perkawinan,

pekerjaan, Suku, Agama, Pendidikan dll

b. Identitas penanggung jawab

Nama, Umur, Jenis Kelamin, Alamat, Pekerjaan, Hubungan

dengan pasien.

2. Aktivitas / istirahat

Gejala : Kelelahan terus-menerus, nyeri dada, insomnia, dispnoe saat

istirahat atau pada pengerahan tenaga.

Tanda : Gelisah, perubahan status mental, (misalnya letargi) tanda vital

berubah pada saat beraktivitas.

3. Sirkulasi

Gejala : Riwayat Hipertensi. Gagal jantuk kronis, penyakit katup

jantung, bedah endokarditis, anemia, syok, septik.

Tanda : a. TD rendah. Tinggi karena kelebihan cairan.

b. Tekanan nadi sempit, penurunan volume nadi sekuncup.

c. Frekuensi jantumh takhikardi (gagal jantung kiri).

d. Irama jantung disritmia.

e. Bj S3 dan S4 dapat terjadi. S1 dan S2 lemah.

22
f. Murmur sistolik dan diastolik, tanda adanya stenosis katup

atau insupisiensi.

g. Nadi perifer berkurang, nadi sentral kuat.

h. Warna kebiruan, pucat, abu-abu, sianosis.

i. Kuku pucat (stenosis dengan pengisian kapiler lambat).

j. Hepar, pembesaran / dapat diraba, refleks hepato jugularis.

k. Bunyi nafas, krekels, ronchi.

l. Edema umum atau pitting, khususnya pada ekstremitas.

3. Integritas Ego

Gejala : Ancietas, kuatir, takut. Stres yang berhubungan dengan

penyakit.

Tanda : Marah, ketakutan, mudah tersinggung.

4. Eliminasi.

Tanda : a. Penurunan frekuensi BAK, urien berwarna gelap.

b. Berkemih pada malam hari ( nokturia ).

c. Diare / konstipasi.

5. Makanan / cairan

Gejala : Kehilangan nafsu makan, mual, muntah, pembengkakan

ekstremitas bawah, diet rendah garam, makanan, kaleng,

lemak, gula, kafein, rokok.

Tanda : Penambahan BB cepat & distensi abdomen (ascites), edema,

(umum, dependen, tekanan, pitting).

23
6. Hygiene

Gejala : Keletihan, kelemahan, kelelahan selama aktivitas.

Tanda : Penampilan, perawatan personal menurun.

7. Neorosensori

Gejala : Kelemahan, pening, episode pingsan.

Tanda : Letargi, kusut fikir, disorientasi, perubahan perilaku, mudah

tersingung.

8. Nyeri / kenyamanan

Gejala : a. Nyeri dada, angina akut / kronis.

b. Nyeri abdomen kanan atas, sakit pada otot.

9. Pernafasan

Gejala : a. Dispnea saat tidur, tidur sambil duduk atau dengan

beberapa kontrol.

b. Batuk dengan / tanpa kontrol.

c. Riwayat penyakit paru kronis.

Tanda : a. Pernafasan tachipnoe, nafas dangkal, pernafasan laboret.

b. Penggunaan otot bantu pernafasan.

a. Batuk ; kering, nyaring, non produktif/ batuk terus menerus

tanpa pembentukan sputum.

b. Bunyi nafas tidak terdengar, krikels, basiler, dan mengi.

10. Keamanan

Gejala : Perubahan fungsi mental, kehilangan kekuatan / tonus otot,

kulit lecet.

24
11. Interaksi sosial

Gejala : Penurunan keikutsertaan dalam aktivitas sosial.

A. Masalah Yang Lazim Muncul

Masalah yang lazim muncul pada penyakit gagal jantung (Amin

Huda N. Dan Hardi kusuma, 2015) :

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas

2. Ketidakefektifan pola nafas

3. Gangguan pertukaran gas

4. Nyeri akut

5. Resiko penurunan perfusi jaringan jantung

6. Kelebihan volume cairan

7. Intoleransi aktifitas Kerusakan integritas kulit

B. Discharge Planning

Discharge Planning pada penyakit gagal jantung (Amin Huda N. Dan

Hardi kusuma, 2015) :

1. Berhenti merokok

2. Berikan instruksi spesifik tentang obat dan efek sampingnya

3. Belajar untuk rileks dan mengendalikan stress

4. Batasi konsumsi alkohol

5. Jika mengalami obesitas turunkan berat badan hingga kisaran normal

6. Menjalani diet sesuai dengan anjuran dokter

7. Olahraga secara teratur

25
BAB IV
TINJAUAN KASUS

Pengkajian dilakukan pada tanggal 20 – 22 November 2017

A. Pengkajian
1. Identitas klien
 Nama : Tn. K
 Umur : 65 Tahun
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Alamat : Jl. Lasitarda, kel. Kambu
 Agama : Islam
 Suku / Bangsa : Tolaki / Indonesia
 Pekerjaan : Pensiunan
 MRS : Minggu, 06 Februari 2017, 07.50
 Pengkajian : Minggu, 06 Februari 2017, 09.48
 No.Register : 081673
 Diagnosa Medis : Hipertensi
2. Identitas penanggung jawab
 Nama : Ny. R
 Umur : 54 Tahun
 Jenis kelamin : Perempuan
 Alamat : Jl. Lasitarda, kel. Kambu
 Pekerjaan : IRT
 Hubungan Dengan Klien : Istri
B. Riwayat Kesehatan

1. Keluhan Utama

mengeluh pusing seperti sedang berputar Klien -putar

2. Riwayat Penyakit Sekarang

26
Pada saat melakukan pengkajian klien datang ke puskesmas dengan
keluhan sakit kepala sejak 3 hari yang lalu, klien mengatakan sakitnya berdenyut-
denyut serta terasa kaku kuduk, sakitny dating sewaktu-waktu, klien tampak
memegang kepalanya, sebelumnya klien pernah berobat ke dukun tetapi tidak ada
perubahan, klien juga mengatakan nyeri sendi dan penglihatannya kabur, klien
bertanya-tanya tentang penyakitnya, dan saat ini penyakit yang di rasakan oleh
klien adalah hipertensi.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Klien juga pernah merasakan pusing, nyeri sendi dan gatal-gatal 3 bulan
terakhir ini

4. Riwayat penyakit keluarga

Pada kluarga tidak ada yang menderita penyakit Hipertensi seperti


pasien.

3. Status Fisiologis
1. Postur tulang belakang : postur tulang belakang klien saat berjalan tegap.
2. Keadaan umum klien : Lemah
TTV : TD : 190/100 mmHg
N : 60x/m
P : 16x/m
S : 37°c
3. Pengkajian Head to Toe
a. Kepala
Normocephalus, rambut tampak ubanan, dan kelihatan kotor, tidak ada
luka, tidak ada nyeri tekan pada kepala dan tidak ada benjolan.

b. Mata
Bentuk tampak simetris, konjungtiva tampak anemis, sclera tidak ikterik,
pupil isokor, penglihatan kabur, tidak ada peradangan, tampak menggunakan
kaca mata, tidak ada nyeri dan tidak ada benjolan.

27
c. Hidung
Bentuk tampak simetris, tidak ada luka, tidak ada peradangan, tidak ada
secret pada hidung, tidak ada nyeri tekan, penciuman masih cukup baik.
d. Mulut dan Tenggorokan
Mulut tampak sedikit kotor, mukosa mulut tampak kering, tidak ada
peradangan, gigi tampak kuning, tampak careas gigi dan gigi tampak ompong,
sudah hilang tiga, mengalami kesulitan saat mengunyah dan tidak ada kesulitan
saat menelan.
e. Telinga
Bentuk simetris, tidak ada luka, tidak tampak serumen, tidak ada
peradangan, tidak nyeri tekan pada bagian belakng telinga (mastoideus), tidak
ada benjolan, pendengaran masih bagus
f. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, tidak ada luka, tidak ada
bendungan vena jugularis, klien mengeluh leher bagian belakang, terasa berat
(kaku kuduk).
g. Dada
Tampak simetris, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada nyeri tekan.
h. Abdomen
Bentuk simetris, tidak ada oedema, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
massa.
i. Genetalia
Tidak ada perubahan pada area genitalia
j. Ekstremitas
Kekuatan otot tangan kanan dan kiri 4, kaki kanan dan kiri 4
k. Integument
Kebersihan cukup baik, warna kulit hitam, lembab, tidak ada gangguan
pada kulit.

28
4. Pengkajian Perkembangan Untuk Lansia
a. Perubahan posisi atau gerakan keseimbangan
Klien mendorong tubuhnya ke atas dengan tangan saat bangun
dari tempat duduk baik kursi maupun lantai, dan tampak klien tidak stabil
pada saat berdiri pertama kali. Setelah berdiri klien berhenti sejenak lalu
berjalan, saat duduk klien tampak duduk secara perlahan, pandangan
mata kabur, klien mengeluh pusing dan terasa berat di leher bagian
belakang, saat mengambil sesuatu klien tampak perlahan-lahan dan
terkadang dibantu, klien merasakan nyeri pinggang saat membungkukkan
badan.

b. Komponen gaya berjalan dan gerakan


Klien tampak berjalan dengan perlahan-lahan tanpa alat bantu
seperti tongkat, melangkah secara hati-hati dan perlahan, jalan tampak
sempoyongan.

5. Pengkajian Psikososial
Klien mengatakan hubungan dengan anak-anaknya baik, selalu
berkumpul dengan anak-anaknya karena ke empat anaknya tinggal bersama,
klien juga mengatakan terkadang berinterakasi dengan tetangga sekitar
rumahnya.Komunikasi dengan tetangga sekitar masih bagus dan baik, emosi
terkadang tidak stabil jika banyak pikiran, klien kooperatif saat diajak bicara dan
memberikan umpan balik dari sesuatu yang sedang dibicarakan.

6. Pengkajian Status Mental


Klien mengatakan tidak pernah merasa sedih dan selalu merasa ceria,
klien tidak pernah berkecil hati tentang masa depan karena klien merasa senang
tinggal bersama cucu dan istrinya, klien tidak pernah merasa gagal dalam
membimbing anak-anaknya karena berhasil dalam menjadi kepala keluarga,
klien juga merasa puas dengan keadaannya yang sekarang, klien mengatakan
cepat lelah apabila melakukn aktivitas yang berlebihan.

29
7. Pengkajian Masalah Emosional
a. Masalah Emosional
Klien mengatakan tidak mengalami kesulitan tidur. Tetapi
terkadang Klien terbangun pada malam hari untuk kencing, Klien
mengatakan tidak pernah mempunyai masalah dengan orang lain dan
klien tidak pernah mengkonsumsi obat tidur mupun obat penenang serta
klien mengatakan tidak pernah mengurung diri, klien selalu ditemani
oleh istri dan cucunya.

8. Pengkajian Perilaku Terhadap Kesehatan


a. Pola kebiasaan : Klien mengatakan sering merokok menghabiskan
lebih dari 3 batang perhari dan minum kopi setiap
hari.
b. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
1. Nutrisi
Klien mengatakan biasa makan 3 kali sehari terkadang tidak
teratur dengan menhabiskan 2 porsi makanan dengan lauk pauk
seadanya, klien tidak senang makan tampa garam, klien juga mengatakan
makan makanan yang sama dengan keluarganya tampa adanya perbedaan
makanan, klien minum 7-8 gelas per hari.
2. Pola istirahat tidur
Klien tidur kurang lebih 4-6 jam perhari, klien sering terbangun
saat malam hari karenan ingin kencing, klien jarang tidur siang, klien
sering merenung nasib cucu-cucunya, saat waktu luang klien biasanya
bermain dengan cucu nya.
3. Eliminasi
Klien tidak mengalami gangguan saat BAB dan BAK.Klien BAB
1 kali per hari dengan konsistensi lembek dan BAK 4-5 kali per hari
lancar tanpa ada gangguan.

30
4. Pola aktivitas
Klien masih bisa melakukan kegiatan dapur seperti memasak,
mencucui piring, klien berusaha untuk mandiri dan tidak merepotkan
anak-anaknya.
5. Personal hygiene
Klien mengatakan biasanya mandi 2 kali sehari yaitu pagi dan
sore harimenggunakan sabun, sikat gigi setiap kali mandi, menggunakan
pasta gigi, biasanya mengganti pakaian 2 hari sekali.

9. Pengkajian Lingkungan
a. Pemukiman
Luas bangunan rumah klien 6:5, klien tinggal bersama dengan
istri dan 3 orang cucu-cucunya, bentuk rumah petak dengan jenis
bangunan atap rumah menggunakan atap genteng berdindingkan tembok,
lantai semen. Kebersihan lantai kurang, ventilasi <15% luas lantai dan
teras pengap, pencahayaan kurang karena tidak ada ventilasi dan ukuran
rumah yang sempit, cara pengaturan dalam hal menata perabotan kurang
dimana sepeda gayung di letakkan di ruang tamu dan tertumpuk dengan
barang-barang yang lain, alat rumah tangga tidak lengkap karena karpet
atau kursi tempat duduk tamu tidak ada.Kulkas tidak ada dan tempat
gallon untuk air bersih tidak ada dan banyak yang lainnya.
b. Sanitasi
Sumber penyediaan air bersih yaitu sumur dan Tn”H”
mengatakan air yang diminum air biasa tanpa direbus, pengelolaan
jamban bersama dengan jenis jamban leher angsa dan dengan jarak < 10
meter dari sumber air, sarana pembuangan air limbah tidak lancer, bekas
sampah biasanya dibuang sembarang ke kali
c. Fasilitas
Klien tidak memelihara ternak dan tidak bekerja sebagai nelayan,
anak-anaknya kebanyakan bekerja sebagai buruh batu, tidak terdapat

31
sarana olah raga, taman dan ruang pertemuaan.Sarana hiburan yang ada
hanyalah televisi.
d. Keamanan Dan Transportasi
Klien mengatakan dilingkungannya tidak ada alat
penanggulangan kebakaran dan bencana Sarana komunikasi yang
dimiliki yaitu handphone.

32
KLASIFIKASI DATA

1. DS :

- Klien mengeluh pusing seperti sedang berputar-putar

- Klien mengeluh sakit kepala sejak 3 hari yang lalu

- Klien mengatakan kepalanya terasa berdenyut-denyut

- Klien mengatakan terasa kaku kuduk dikepala

- Klien mengatakan nyeri sendi dan penglihatannya kabur

2. DO :

- Klien nampak sering memagangi kepalanya


- Klien nampak meringis
- Klien nampak lemah
- Klien nampak sulit untuk melakukan aktivitas secara mandiri

TTV :

- TD : 190/100 mmHg
- N : 60x/m
- P : 16x/m
- S : 37°c

33
ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah


1. DS : Faktor predisposisi (usia, Penurunan curah
- Klien mengeluh stress, merokok, genetic) jantung
pusing seperti
sedang
berputar-putar Beban kerja jantung
- Klien mengeluh meningkat
sakit kepala
sejak 3 hari
yang lalu Tekanan sistemik darah
DO : meningkat
- Klien nampak
sering
memagangi Hipertensi
kepalanya
- Klien nampak
meringis Kerusakan vaskuler
Pembuluh darah
TTV :
- TD : 190/100
mmHg Perubahan struktur
- N : 60x/m
- P : 16x/m
- S : 37°c Penyumbatan pembuluh
darah

vasokontriksi

34
Afterload meningkat

Penurunan curah jantung


2. DS : Faktor predisposisi (usia, Nyeri akut
-Klien stress, merokok, genetic)
mengatakan
kepalanya terasa
berdenyut- Beban kerja jantung
denyut meningkat
-Klien
mengatakan
terasa kaku Tekanan sistemik darah
kuduk dikepala meningkat
-Klien
mengatakan
nyeri sendi dan Hipertensi
penglihatannya
kabur
DO : Kerusakan vaskuler
- Klien nampak Pembuluh darah
lemah
- Klien nampak
sulit untuk Perubahan struktur
melakukan
aktivitas Penyumbatan pembuluh
secara darah
mandiri

35
vasokontriksi

gangguan sirkulasi

Resistensi pembuluh darah


ke otak meningkat

Nyeri akut

Diagnosa Keperawatan

a. Domain 4: Aktivitas atau Istirahat


Kelas 4 : Respon kardiovaskular atau pulmonal
Penurunan curah jangtung (00029) b/d peningkatan afterload,
vasokontriksi.

b. Domain 12 : Kenyamanan
Kelas 1 : kenyamanan fisik
Nyeri Akut (00132) b/d peningkatan vaskuler serebral dan iskemia

36
Intervensi NANDA NIC dan NOC
1. Domain 4: Aktivitas atau Istirahat
Kelas 4 : Respon kardiovaskular atau pulmonal
Penurunan curah jangtung (00029) b/d peningkatan afterload, vasokontriksi.
NOC
Domain 2 : Physiologic Health

Level 2 : Cardiopulmonary

(0414) : Cardiopulmonary Status

NIC

Domain 1 : Physiologic : Basic

Level 2 : Activity and Exercise Management

(0200) : Exercise Promotion

2. Domain 12 : Kenyamanan
Kelas 1 : Kenyamanan Fisik
Nyeri Akut (00132) b/d peningkatan tekanan vaskuler serebral dan iskemia
NOC
Domain 4 : Health Knowledge & Behavior
Level 2, Kelas 3 : Health Knowledge
(1843) : Pain management

NIC
Domain :
Level :

37
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan


pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. WHO (World
Health Organization) memberikan batasan tekanan darah normal adalah 140/90
mmHg, dan tekanan darah sama atau diatas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai
hipertensi. Batasan ini tidak membedakan antara usia dan jenis kelamin (Marliani,
2007).

1) Klasifikasi hipertensi menurut WHO (World Health Organization) dalam


Rohaendi (2008) :
a. Tekanan darah normal, yakni tekanan sistolik kurang atau sama dengan 140
mmHg dan tekanan diastoliknya kurang atau sama dengan 90 mmHg.
b. Tekanan darah borderline (perbatasan), yakni tekanan sistolik 140-159
mmHg dan tekanan diastoliknya 90-94 mmHg
c. Tekanan darah tinggi atau hipertensi, yakni sistolik 1ebih besar atau sama
dengan 160 mmHg dan tekanan diastoliknya lebih besar atau sama dengan
95mmHg
2) Menurut Salma Elsanti (2009), klasifikasi penyakit hipertensi terdiri dari:
Tekanan sistolik:
1. < 119 mmHg : Normal
2. 120-139 mmHg : Pra hipertensi
3. 140-159 mmHg : Hipertensi derajat 1
4. 160 mmHg : hipertensi derajat 2
Tekanan diastolic

1. < 79 mmHg : Normal

2. 80-89 mmHg : pra hipertensi

38
3. 90-99 mmHg : hipertensi derajat 1
4. >100mmHg : hipertensi derajat 2

Stadium 1: Hipertensi ringan (140-159 mmHg 90-99 mmHg)

Stadium 2: Hipertensi sedang (160-179 mmHg 100-109 mmHg)

Stadium 3: Hipertensi berat (180-209 mmHg 110-119 mmHg)

B. Saran

 Institusi

Penulis berharap makalah ini dapat menjadi referensi tambahan untuk

STIKES karya kesehatan kendari pada khususnya dan semua pembaca

pada umumnya.

 Mahasiswa

Penulis berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa

tentang kelainan pada sistem kardiovaskuler yaitu Gagal Jantung.

 Masyarakat

Sangat diharapkan agar terhindar dari penyakit gagal jantung ini

dilakukan dengan menghindari penyebab dari penyakit ini misalnya

menjaga gaya hidup yang sehat terutama pada makanan yang dikonsumsi

diharapkan tidak yang melihat enaknya saja tetapi juga

mempertimbangkan gizi yang terkandung dalam, makanan tersebut.

 Bagi Keperawatan

Mampu memberikan Asuhan Keperawatan sesuai dengan kondisi pada

pasien gagal jantung kongestive, melakukan pengkajian secara lengkap

39
untuk mengetahui keluhan yang muncul, dan menyusun rencana

keperawatan yang sesuai dengan kondisi dan prioritas masalah pasien.

 Bagi Pelayanan Kesehatan

Mampu memberikan Pelayanan Kesehatan sesuai dengan kondisi pada

pasien gagal jantung, dan membantu masyarakat untuk mencegah

terjadinya gagal jantung serta dapat hidup sehat .

40
DAFTAR PUSTAKA

Doenges., 2003. Rencana Asuhan Keperawatan.EGC. Jakarta


Fatimah.,2010. Merawat manusia Lanjut usia.Trans Info media.Jakarta
Ma’rifatul Lilik Azizah.,2011.Keperawatan lanjut usia.Graha ilmu.Jogjakarta.
Asuhan Keperawatan : Hipertensi pada Lansia
Sustrani, 2006. Anatomi & Fisiologi Kardiovaskuler
Sutanto, 2009.

41

You might also like