Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penduduk lansia di Indonesia pada tahun 1980 hanya 7,9 juta orang
(5,45%) dari jumlah penduduk di Indonesia dengan UHH 52,2 tahun. Pada
tahun 1990 terjadi peningkatan lansia mencapai angka 11,3 juta (6,29%) dari
jumlah penduduk di Indonesia dengan UHH 59,8 tahun. Pada tahun tahun
2000 jumlah ini meningkat menjadi 14,4 juta orang (7,18%) dari jumlah
penduduk di Indonesia dengan UHH 67,4 tahun. Pada tahun 2006 angka
meningkat hingga dua kali lipat menjadi 19 juta orang (8,9%) dari jumlah
penduduk di Indonesia dengan UHH 66,2 tahun dan diperkirakan tahun 2020
1
mencapai 28,8 juta orang (11,34%) dari jumlah penduduk di Indonesia
dengan UHH 71,1 tahun (Efendi & Makhfudli, 2009).
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Kendari pada tahun 2011
diperoleh bahwa penderita hipertensi lansia diatas umur 65 tahun tertinggi
2
berada di RSUD Kota Kendari. Merupakan Rumah Sakit yang berada di
kendari, Sulawesi Tenggara yang terdiri dari kelurahan dan kecamatan serta
mempunyai tiga posyandu lansia. Setelah di observasi data yang diperoleh
dari RSUD Kota Kendari jumlah lansia yang menderita hipertensi diatas 65
tahun sebanyak 89 orang. Hasil wawancara terhadap petugas kesehatan
diperoleh informasi bahwa penderita hipertensi pada lansia jarang melakukan
pengontrolan dan pengecekan tekanan darah secara rutin.
B.Tujuan
3
6. Mahasiswa mampu mengetahui manifestasi klinis Hipertensi
7. Mahasiswa mampu mengetahui factor resiko Hipertensi
8. Mahasiswa mampu mengetahui komplikasi Hipertensi
9. Mahasiswa mampu mengetahui pencegahan Hipertensi
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
5
2. Anatomi & Fisiologi
a. Jantung
1) Letak Jantung
Jantung adalah organ berotot dengan ukuran sekepalan. Jantung
terletak di rongga toraks (dada) sekitar garis tengah antara sternum atau
tulang dada di sebelah anterior dan vertebra (tulang punggung) di sebelah
posterior (Sherwood, Lauralee, 2001: 258). Bagian depan dibatasi oleh
sternum dan costae 3,4, dan 5. Hampir dua pertiga bagian jantung terletak
di sebelah kiri garis median sternum. Jantung terletak di atas diafragma,
miring ke depan kiri dan apex cordis berada paling depan dalam rongga
thorax. Apex cordis dapat diraba pada ruang intercostal 4-5 dekat garis
medio-clavicular kiri. Batas cranial jantung dibentuk oleh aorta ascendens,
arteri pulmonalis, dan vena cava superior (Aurum, 2007).
2) Ruang Jantung
Jantung dibagi menjadi separuh kanan dan kiri, dan memiliki
empat bilik (ruang), bilik bagian atas dan bawah di kedua belahannya.
Bilik-bilik atas, atria (atrium, tunggal) menerima darah yang kembali ke
jantung dan memindahkannya ke bilik-bilik bawah, ventrikel, yang
memompa darah dari jantung. Kedua belahan jantung dipisahkan oleh
septum, suatu partisi otot kontinu yang mencegah pencampuran darah dari
kedua sisi jantung. Pemisahan ini sangat penting, karena separuh kanan
jantung menerima dan memompa darah beroksigen rendah sementara sisi
kiri jantung menerima dan memompa darah beroksigen tinggi (Sherwood,
Lauralee, 2001: 259-260).
Atrium Dextra
Atrium Sinistra
Ventrikel Dextra
Ventrikel Sinistra
6
3) Katub-katub Jantung
Katup jantung berfungsi mempertahankan aliran darah searah
melalui bilik-bilik jantung. Setiap katub berespon terhadap perubahan
tekanan. Katub jantung dibagi dalam dua jenis, yaitu katub
atrioventrikuler, dan katub semilunar. (Aurum, 2007)
Katub Atrioventrikuler
Letaknya antara atrium dan ventrikel, maka disebut katub
atrioventrikular. Katub yang terletak di antara atrium kanan dan
ventrikel kanan mempunyai tiga buah katub disebut katub trukuspid
(Setiadi, 2007: 169).
Terdiri dari tiga otot yang tidak sama, yaitu: 1) Anterior, yang
merupakan paling tebal, dan melekat dari daerah Infundibuler ke arah
kaudal menuju infero-lateral dinding ventrikel dextra. 2) Septal,
Melekat pada kedua bagian septum muskuler maupun membraneus.
Sering menutupi VSD kecil tipe alur keluar. 3) Posterior, yang
merupalan paling kecil, Melekat pada cincin tricuspidalis pada sisi
postero-inferior (Aurum, 2007).
Sedangkan katub yang letaknya di antara atrium kiri dan ventrikel
kiri mempunyai dua daun katub disebut katub mitral. Terdiri dari dua
bagian, yaitu daun katup mitral anterior dan posterior. Daun katup
anterior lebih lebar dan mudah bergerak, melekat seperti tirai dari basal
bentrikel sinistra dan meluas secara diagonal sehingga membagi ruang
aliran menjadi alur masuk dan alur keluar (Aurum, 2007).
Katub Semilunar
Disebut semilunar (“bulan separuh”) karena terdiri dari tiga daun
katub, yang masing-masing mirip dengan kantung mirip bulan separuh
(Sherwood, Lauralee, 2007: 262).
Katub semilunar memisahkan ventrikel dengan arteri yang
berhubungan. Katub pulmonal terletek pada arteri pulmonalis,
memisahkan pembuluh ini dari ventrikel kanan. Katub aorta terletak
antara ventrikel kiri dan aorta. Adanya katub semilunar ini
7
memungkinkan darah mengalir dari masing-masing ventrikel ke arteri
pulmonalis atau aorta selama systole ventrikel, dan mencegah aliran
balik waktu diastole ventrikel (Setiadi, 2007: 170).
4) Lapisan Jantung
Dinding jantung terutama terdiri dari serat-serat otot jantung yang
tersusun secara spiral dan saling berhubungan melalui diskus interkalatus.
Dinding jantung terdiri dari tiga lapisan berbeda, yaitu: (Sherwood,
Lauralee, 2001: 262).
a. Perikardium (Epikardium)
Epi berarti “di atas”, cardia berarti “jantung”, yang mana bagian ini
adalah suatu membran tipis di bagian luar yang membungkis jantung.
(Setiadi, 2007)
b. Miokardium
Myo berarti “otot”, merupakan lapisan tengah yang terdiri dari
otot jantung, membentuk sebagian besar dinding jantung. Serat-serat
otot ini tersusun secara spiral dan melingkari jantung (Sherwood,
Lauralee, 2001: 262).
c. Endokardium
Endo berarti “di dalam”, adalah lapisan tipis endothelium, suatu
jaringan epitel unik yang melapisi bagian dalam seluruh sistem sirkulasi
(Sherwood, Lauralee, 2007: 262).
5) Persarafan Jantung
Jantung dipersarafi oleh sistem saraf otonom. Kecepatan denyut
jantung terutama ditentukan oleh pengaruh otonom pada nodus SA.
Jantung dipersarafi oleh kedua divisi sistem saraf otonom, yang dapat
memodifikasi kecepatan (serta kekuatan) kontraksi, walaupun untuk
memulai kontraksi tidak memerlukan stimulasi saraf. Saraf parasimpatis
ke jantung, yaitu saraf vagus, terutama mempersarafi atrium, terutama
nodus SA dan AV. Saraf-saraf simpatis jantung juga mempersarafi atrium,
termasuk nodus SA dan AV, serta banyak mempersarafi ventrikel
(Sherwood, Lauralee, 2001: 280)
8
a. Vaskularisasi Jantung (pembuluh darah)
Arteri
Suplai darah ke miokardium berasal dari dua arteri koroner
besar yang berasal dari aorta tepat di bawah katub aorta. Arteri
koroner kiri memperdarahi sebagian besar ventrikel kiri, dan arteri
koroner kanan memperdarahi sebagian besar ventrikel kanan
(Setiadi, 2007: 179).
Vena
Distrubusi vena koroner sesungguhnya parallel dengan
distribusi arteri koroner. Sistem vena jantung mempunyai tiga
bagian, yaitu (Setiadi, 2007: 181):
- Vena tabesian, merupakan sistem terkecil yang menyalurkan
sebagian darah dari miokardium atrium kanan dan ventrikel
kanan.
- Vena kardiaka anterior, mempunyai fungsi yang cukup berarti,
mengosongkan sebagian besar isi vena ventrikel langsung ke
atrium kanan.
- Sinus koronarius dan cabangnya, merupakan sistem vena yang
paling besar dan paling penting, berfungsi menyalurkan
pengembalian darah vena miokard ke dalam atrium kanan
melalui ostinum sinus koronaruis yang bermuara di samping
vena kava inferior.
9
B. HIPERTENSI
1. Etiologi
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah
terjadinya perubahan– perubahan pada : (Sutanto, 2009)
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun, kemampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi
karenakurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
2. PATOFISIOLOGI
Terdapat perbedaan pada kelompok lansia yang terkena hipertensi
memiliki regulasi tekanan darah, patofisiologi, dan penatalaksanaan yang
sama. Secara fisiologi tekanan darah diregulasi melalui mekanisme sistem
saraf otonom, perpindahan cairan kapiler, sistem hormon dan proses
regulasi oleh ginjal sehingga seluruh jaringan dalam tubuh mendapatkan
suplai darah yang mencukupi untuk menjalankan fungsinya masing-
masing (Lionakis et al, 2012).
Patofisiologi hipertensi pada lansia dikelompokan menjadi tiga
berdasarkan penyebabnya, yaitu :
a. Kekakuan Arteri
Penuaan akan menyebabkan perubahan pada arteri dalam tubuh
menjadi lebih lebar dan kaku yang mengakibatkan kapasitas dan rekoil
darah yang diakomodasikan melalui pembuluh darah menjadi
berkurang. Pengurangan ini menyebabkan tekanan sistol menjadi
bertambah dan tekanan diastol menurun. Kekakuan arteri juga dapat
10
disebabkan oleh adanya mediator vasoaktif yang bekerja di pembuluh
darah (Lionakis et al, 2012).
c. Penuaan Ginjal
11
3. PATHWAY
Perubahan struktur
vasokontriksi
sistemik
vasokontriksi
12
4. KLASIFIKASI
a. Klasifikasi hipertensi menurut WHO (World Health Organization) dalam
Rohaendi (2008) :
Tekanan sistolik:
1) < 119 mmHg : Normal
2) 120-139 mmHg : Pra hipertensi
3) 140-159 mmHg : Hipertensi derajat 1
4) 160 mmHg : hipertensi derajat 2
Tekanan diastolik
13
5. MANIFESTASI KLINIS
Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak
memiliki gejala khusus. Gejala-gejala yang mudah diamati antara lain yaitu :
(Sutanto, 2009)
a. Gejala ringan seperti pusing atau sakit kepala
b. Sering gelisah
c. Wajah merah
d. Tengkuk terasa pegal
e. Mudah marah
f. Telinga berdengung
g. Sukar tidur
h. Sesak napas
i. Rasa berat ditengkuk
j. Mudah lelah
k. Mata berkunang-kunang
l. Mimisan ( keluar darah dari hidung)
6. FAKTOR RESIKO
1. Jenis kelamin
14
hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara
alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun. (Anggraini
dkk, 2009).
2. Umur
Hipertensi pada usia lanjut harus ditangani secara khusus. Hal ini
disebabkan pada usia tersebut ginjal dan hati mulai menurun, karena itu dosis obat
yang diberikan harus benar-benar tepat. Tetapi pada kebanyakan kasus , hipertensi
banyak terjadi pada usia lanjut. Pada wanita, hipertensi sering terjadi pada usia
diatas 50 tahun. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan hormon sesudah
menopause.
a. Keturunan (Genetik)
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu
mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan
kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium
Individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih
besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga
dengan riwayat hipertensi. Selain itu didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial
dengan riwayat hipertensi dalam keluarga (Anggraini dkk, 2009). Seseorang akan
memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang
tuanya adalah penderita hipertensi (Marliani, 2007).
15
Jika kedua orang tua mempunyai tekanan darah tingi maka peluang anda untuk
terkena penyakit ini akan meningkat menjadi 60%. (Rohaendi, 2009)
1. Obesitas
IMT = ------------------------------------------------
16
hipertensi yang obesitas lebih tinggi dibandingkan dengan berat badannya
normal. (Marliani,2007).
2. Kurang olahraga
3. Kebiasaan Merokok
17
waktu 9,8 tahun. Kejadian hipertensi terbanyak pada kelompok subyek dengan
kebiasaan merokok lebih dari 15 batang perhari (Rahyani, 2007).
5. Minum alcohol
6. Stress
18
7. KOMPLIKASI
Menurut Sustrani (2006), membiarkan hipertensi membiarkan jantung
bekerja lebih keras dan membiarkan proses perusakan dinding pembuluh
darah berlangsung dengan lebih cepat. Hipertensi meningkatkan resiko
penyakit jantung dua kali dan meningkatkan resiko stroke delapan
kalindibanding dengan orang yang tidak mengalami hipertensi.
Selain itu hipertensi juga menyebabkan terjadinya payah jantung,
gangguan pada ginjal dan kebutaan. Penelitian juga menunjukkan bahwa
hipertensi dapat mengecilkan volume otak, sehingga mengakibatkan
penurunan fungsi kognitif dan intelektual. Yang paling parah adalah efek
jangka panjangnya yang berupa kematian mendadak.
1. Penyakit jantung koroner dan arteri
2. Payah jantung
3. Stroke
4. Kerusakan ginjal
19
Hipertensi dapat menyempitkan dan menebalkan aliran darah yang
menuju ginjal, yang berfungsi sebagai penyaring kotoran tubuh. Dengan
adanya gangguan tersebut, ginjal menyaring lebih sedikit cairan dan
membuangnya kembali kedarah. Gagal ginjal dapat terjadi menjadi kronik
dan diperlukan cangkok ginjal baru.(Marliani, 2007)
5. Kerusakan penglihatan
8. PENCEGAHAN
Agar terhindar dari komplikasi fatal hipertensi, harus diambil tindakan
pencegahan yang baik, dengan cara sebagai berikut: (Gunawan, 2001)
20
4. Olahraga teratur.
21
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Biodata
a. Identitas pasien
dengan pasien.
2. Aktivitas / istirahat
3. Sirkulasi
22
f. Murmur sistolik dan diastolik, tanda adanya stenosis katup
atau insupisiensi.
3. Integritas Ego
penyakit.
4. Eliminasi.
c. Diare / konstipasi.
5. Makanan / cairan
23
6. Hygiene
7. Neorosensori
tersingung.
8. Nyeri / kenyamanan
9. Pernafasan
beberapa kontrol.
10. Keamanan
kulit lecet.
24
11. Interaksi sosial
4. Nyeri akut
B. Discharge Planning
1. Berhenti merokok
25
BAB IV
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Nama : Tn. K
Umur : 65 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Lasitarda, kel. Kambu
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Tolaki / Indonesia
Pekerjaan : Pensiunan
MRS : Minggu, 06 Februari 2017, 07.50
Pengkajian : Minggu, 06 Februari 2017, 09.48
No.Register : 081673
Diagnosa Medis : Hipertensi
2. Identitas penanggung jawab
Nama : Ny. R
Umur : 54 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Lasitarda, kel. Kambu
Pekerjaan : IRT
Hubungan Dengan Klien : Istri
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
26
Pada saat melakukan pengkajian klien datang ke puskesmas dengan
keluhan sakit kepala sejak 3 hari yang lalu, klien mengatakan sakitnya berdenyut-
denyut serta terasa kaku kuduk, sakitny dating sewaktu-waktu, klien tampak
memegang kepalanya, sebelumnya klien pernah berobat ke dukun tetapi tidak ada
perubahan, klien juga mengatakan nyeri sendi dan penglihatannya kabur, klien
bertanya-tanya tentang penyakitnya, dan saat ini penyakit yang di rasakan oleh
klien adalah hipertensi.
Klien juga pernah merasakan pusing, nyeri sendi dan gatal-gatal 3 bulan
terakhir ini
3. Status Fisiologis
1. Postur tulang belakang : postur tulang belakang klien saat berjalan tegap.
2. Keadaan umum klien : Lemah
TTV : TD : 190/100 mmHg
N : 60x/m
P : 16x/m
S : 37°c
3. Pengkajian Head to Toe
a. Kepala
Normocephalus, rambut tampak ubanan, dan kelihatan kotor, tidak ada
luka, tidak ada nyeri tekan pada kepala dan tidak ada benjolan.
b. Mata
Bentuk tampak simetris, konjungtiva tampak anemis, sclera tidak ikterik,
pupil isokor, penglihatan kabur, tidak ada peradangan, tampak menggunakan
kaca mata, tidak ada nyeri dan tidak ada benjolan.
27
c. Hidung
Bentuk tampak simetris, tidak ada luka, tidak ada peradangan, tidak ada
secret pada hidung, tidak ada nyeri tekan, penciuman masih cukup baik.
d. Mulut dan Tenggorokan
Mulut tampak sedikit kotor, mukosa mulut tampak kering, tidak ada
peradangan, gigi tampak kuning, tampak careas gigi dan gigi tampak ompong,
sudah hilang tiga, mengalami kesulitan saat mengunyah dan tidak ada kesulitan
saat menelan.
e. Telinga
Bentuk simetris, tidak ada luka, tidak tampak serumen, tidak ada
peradangan, tidak nyeri tekan pada bagian belakng telinga (mastoideus), tidak
ada benjolan, pendengaran masih bagus
f. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, tidak ada luka, tidak ada
bendungan vena jugularis, klien mengeluh leher bagian belakang, terasa berat
(kaku kuduk).
g. Dada
Tampak simetris, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada nyeri tekan.
h. Abdomen
Bentuk simetris, tidak ada oedema, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
massa.
i. Genetalia
Tidak ada perubahan pada area genitalia
j. Ekstremitas
Kekuatan otot tangan kanan dan kiri 4, kaki kanan dan kiri 4
k. Integument
Kebersihan cukup baik, warna kulit hitam, lembab, tidak ada gangguan
pada kulit.
28
4. Pengkajian Perkembangan Untuk Lansia
a. Perubahan posisi atau gerakan keseimbangan
Klien mendorong tubuhnya ke atas dengan tangan saat bangun
dari tempat duduk baik kursi maupun lantai, dan tampak klien tidak stabil
pada saat berdiri pertama kali. Setelah berdiri klien berhenti sejenak lalu
berjalan, saat duduk klien tampak duduk secara perlahan, pandangan
mata kabur, klien mengeluh pusing dan terasa berat di leher bagian
belakang, saat mengambil sesuatu klien tampak perlahan-lahan dan
terkadang dibantu, klien merasakan nyeri pinggang saat membungkukkan
badan.
5. Pengkajian Psikososial
Klien mengatakan hubungan dengan anak-anaknya baik, selalu
berkumpul dengan anak-anaknya karena ke empat anaknya tinggal bersama,
klien juga mengatakan terkadang berinterakasi dengan tetangga sekitar
rumahnya.Komunikasi dengan tetangga sekitar masih bagus dan baik, emosi
terkadang tidak stabil jika banyak pikiran, klien kooperatif saat diajak bicara dan
memberikan umpan balik dari sesuatu yang sedang dibicarakan.
29
7. Pengkajian Masalah Emosional
a. Masalah Emosional
Klien mengatakan tidak mengalami kesulitan tidur. Tetapi
terkadang Klien terbangun pada malam hari untuk kencing, Klien
mengatakan tidak pernah mempunyai masalah dengan orang lain dan
klien tidak pernah mengkonsumsi obat tidur mupun obat penenang serta
klien mengatakan tidak pernah mengurung diri, klien selalu ditemani
oleh istri dan cucunya.
30
4. Pola aktivitas
Klien masih bisa melakukan kegiatan dapur seperti memasak,
mencucui piring, klien berusaha untuk mandiri dan tidak merepotkan
anak-anaknya.
5. Personal hygiene
Klien mengatakan biasanya mandi 2 kali sehari yaitu pagi dan
sore harimenggunakan sabun, sikat gigi setiap kali mandi, menggunakan
pasta gigi, biasanya mengganti pakaian 2 hari sekali.
9. Pengkajian Lingkungan
a. Pemukiman
Luas bangunan rumah klien 6:5, klien tinggal bersama dengan
istri dan 3 orang cucu-cucunya, bentuk rumah petak dengan jenis
bangunan atap rumah menggunakan atap genteng berdindingkan tembok,
lantai semen. Kebersihan lantai kurang, ventilasi <15% luas lantai dan
teras pengap, pencahayaan kurang karena tidak ada ventilasi dan ukuran
rumah yang sempit, cara pengaturan dalam hal menata perabotan kurang
dimana sepeda gayung di letakkan di ruang tamu dan tertumpuk dengan
barang-barang yang lain, alat rumah tangga tidak lengkap karena karpet
atau kursi tempat duduk tamu tidak ada.Kulkas tidak ada dan tempat
gallon untuk air bersih tidak ada dan banyak yang lainnya.
b. Sanitasi
Sumber penyediaan air bersih yaitu sumur dan Tn”H”
mengatakan air yang diminum air biasa tanpa direbus, pengelolaan
jamban bersama dengan jenis jamban leher angsa dan dengan jarak < 10
meter dari sumber air, sarana pembuangan air limbah tidak lancer, bekas
sampah biasanya dibuang sembarang ke kali
c. Fasilitas
Klien tidak memelihara ternak dan tidak bekerja sebagai nelayan,
anak-anaknya kebanyakan bekerja sebagai buruh batu, tidak terdapat
31
sarana olah raga, taman dan ruang pertemuaan.Sarana hiburan yang ada
hanyalah televisi.
d. Keamanan Dan Transportasi
Klien mengatakan dilingkungannya tidak ada alat
penanggulangan kebakaran dan bencana Sarana komunikasi yang
dimiliki yaitu handphone.
32
KLASIFIKASI DATA
1. DS :
2. DO :
TTV :
- TD : 190/100 mmHg
- N : 60x/m
- P : 16x/m
- S : 37°c
33
ANALISA DATA
vasokontriksi
34
Afterload meningkat
35
vasokontriksi
gangguan sirkulasi
Nyeri akut
Diagnosa Keperawatan
b. Domain 12 : Kenyamanan
Kelas 1 : kenyamanan fisik
Nyeri Akut (00132) b/d peningkatan vaskuler serebral dan iskemia
36
Intervensi NANDA NIC dan NOC
1. Domain 4: Aktivitas atau Istirahat
Kelas 4 : Respon kardiovaskular atau pulmonal
Penurunan curah jangtung (00029) b/d peningkatan afterload, vasokontriksi.
NOC
Domain 2 : Physiologic Health
Level 2 : Cardiopulmonary
NIC
2. Domain 12 : Kenyamanan
Kelas 1 : Kenyamanan Fisik
Nyeri Akut (00132) b/d peningkatan tekanan vaskuler serebral dan iskemia
NOC
Domain 4 : Health Knowledge & Behavior
Level 2, Kelas 3 : Health Knowledge
(1843) : Pain management
NIC
Domain :
Level :
37
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
38
3. 90-99 mmHg : hipertensi derajat 1
4. >100mmHg : hipertensi derajat 2
B. Saran
Institusi
pada umumnya.
Mahasiswa
Masyarakat
menjaga gaya hidup yang sehat terutama pada makanan yang dikonsumsi
Bagi Keperawatan
39
untuk mengetahui keluhan yang muncul, dan menyusun rencana
40
DAFTAR PUSTAKA
41