You are on page 1of 14

LAPORAN SEMENTARA

PRAKTIKUM TEKNOLOGI BIOPROSES

IDENTITAS PRAKTIKAN
Nama : Bimo Alkautsar
NIM : 03031281320021
Shift / Kelompok : Senin siang / 7

I. JUDUL PERCOBAAN : Morfologi Sel

II. TUJUAN PERCOBAAN


1. Mengenal berbagai macam bentuk sel-sel mikroorganisme.
2. Praktikan diharapkan dapat mengenal bagian-bagian dari mikroskop dan
mampu menggunakan mikroskop untuk perbesaran berbagai jenis
mikroorganisme.
3. Melakukan pewarnaan sederhana untuk mengetahui morfologi bakteri.

III. DASAR TEORI

3.1. Morfologi
Suatu organisme terdiri dari organ-organ yang dapat diamati dengan kasat
mata. Apabila bagian organ-organ tersebut diuraikan terus-menerus maka pada
akhirnya akan didapatkan bagian yang sangat kecil dan tidak dapat diuraikan lagi.
Satuan terkecil dari makhluk hidup itulah yang dikenal dengan istilah sel. Dalam
praktikum ini akan diamati bentuk dan susunan sel. Cabang ilmu yang
mempelajari tentang bentuk dan struktur luar suatu organisme, termasuk sel
disebut morfologi.
Morfologi adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan
dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Morfologi mempelajari seluk-beluk
bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan
dan arti kata. Atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari
seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik
fungsi gramatik maupun fungsi semantik. Kata morfologi berasal dari kata
morphologie. Kata morphologie berasal dari bahasa Yunani morphe yang

1
2

digabungkan dengan logos. Morphe berarti bentuk dan logos berarti ilmu. Bunyi
[o] yang terdapat diantara morphedan logos ialah bunyi yang biasa muncul
diantara dua kata yang digabungkan. Jadi, berdasarkan makna unsur-unsur
pembentukannya itu, kata morfologi berarti ilmu tentang bentuk
Dalam kaitannya dengan kebahasaan, yang dipelajari dalam morfologi ialah
bentuk kata. Selain itu, perubahan bentuk kata dan makna yang muncul serta
perubahan kelas kata yang disebabkan perubahan bentuk kata itu, juga menjadi
objek pembicaraan dalam morfologi. Dengan kata lain, secara struktural objek
pembicaraan dalam morfologi adalah morfem pada tingkat terendah dan kata pada
tingkat tertinggi. Itulah sebabnya, dikatakan bahwa morfologi adalah ilmu yang
mempelajari seluk beluk kata (struktur kata) serta pengaruh perubahan-perubahan
bentuk kata terhadap makna dan kelas kata.

3.2. Sel
Sel dapat diartikan sebagai unit atau satuan zarah terkecil dari makhluk
hidup yang dapat melaksanakan kehidupan. Disebut bagian tubuh terkecil karena
sel tersebut tidak bisa dibagi lagi menjadi bagian yang berdiri sendiri. Tubuh
makhluk hidup tersusun atas sel-sel dan baru dapat berfungsi jika sel-sel
penyusunnya berfungsi. Oleh karena itulah, sel disebut juga sebagai satuan fungsi
makhluk hidup. Selain itu, sel mengandung materi genetik yang merupakan
penentu sifat-sifat makhluk hidup. Melalui materi genetik sifat-sifat makhluk
hidup diwariskan.
Sel berasal dari kata latin “cella” yang berarti ruangan kecil. Ahli-ahli yang
mempelopori penemuan sel pertama kali adalah Robert Hooke (1635 – 1703)
seseorang berkebangsaan Inggris yang ahli di bidang fisika dan matematika.
Dengan menggunakan mikroskop sederhana temuannya, Robert hooke
menemukan bentuk-bentuk mikroskopik dalam sayatan gabus tutup botol dan
dalam batang bermacam-macam tumbuhan. Dalam gabus ini ia melihat barisan
yang rapi yang terdiri dari kompartemen-kompartemen berdinding tebal yang
mengingatkannya kepada sarang lebah, sehingga kompartemen itu disebut “sel”.
Saat ini, diketahui bahwa ruangan-ruangan kecil yang ditemukan Hooke
3

merupakan sel-sel gabus yang telah mati. Sel mati tersebut kosong dan hanya
terdiri dari dinding sel yang tersusun atas selulosa.
Dan selanjutnya ditemukan oleh Brown (1831) yang mengemukakan bahwa
sel adalah suatu massa protoplasma yang berada di dalam ruangan yang dibatasi
oleh membran sel dan memiliki inti. Protoplasma yang terdapat di dalam inti
disebut dengan nukleoplasma (karioplasma atau plasma inti). Sedangkan
protoplasma yang berasal dari luar inti disebut sitoplasma atau plasma sel. Jadi,
protoplasma terdiri dari sitoplasma dan nukleoplasma yang terdapat dalam inti sel.
Walaupun merupakan bagian terkecil yang menyusun tubuh makhluk hidup,
sel juga tersusun atas organel-organel sel yakni antara lain :
1. Membran sel ( selaput plasma ) merupakan senyawa lipoprotein (bagian luar
dan dalam tersusun oleh protein, bagian tengah tersusun oleh lemak dan
lipida), bersifat semipermeabel, dan berfungsi untuk mengatur transportasi
zat-zat dari sel yang satu ke sel yang lain.
2. Plasma (cairan sel) terdiri dari nukleoplasma, yaitu plasma yang terdapat di
dalam inti, dan sitoplasma. Sitoplasma artinya plasma sel, yakni cairan yang
berada di dalam sel selain nukleoplasma. Sitoplasma berfungsi sebagai tempat
penyimpanan bahan-bahan kimia yang penting bagi metabolisme sel, seperti
enzim-enzim, ion-ion, gula, lemak, da protein.
3. Organel-organel sel (benda-benda di dalam sel), inti sel atau nukleus
merupakan organel terbesar yang berada di dalam sel. Di dalam inti sel
terdapat matriks yang disebut nukleoplasma, nukleolus, dan kromosom.
Kromosom terdiri atas protein, DNA, dan RNA. DNA berfungsi untuk
menyampaikan informasi genetika dan sintesis protein. Sedangkan RNA
berfungsi untuk sintesis protein. Benang-benang kromatin, merupakan butir-
butir yang mudah menyerap warna yang mengandung gen (pembawa sifat)
dan akan menebal dan memendek berubah menjadi kromosom saat
pembelahan sel. Bila inti tidak bermembran disebut prokarion, sedangkan
yang bermembran disebut eukarion. Nukleus memiliki arti penting bagi sel,
4

yang berfungsi sebagai pengendali seluruh kegiatan sel, pengatur pembelahan


sel, dan sebagai pembawa informasi genetik.
4. Mitokondria, dinding dalam berlekuk-lekuk, disebut krista, yang berfungsi
untuk memperluas bidang permukaan agar proses pembentukan energi lebih
efektif. Tempat terjadinya respirasi sel, oksidasi gula atau glukosa dan segala
proses yang ada kaitannya dengan pembentukan energi.
5. Sentriol merupakan organel yang dapat dilihat pada saat sel melakukan
pembelahan.
6. Retikulum endoplasma, ada 2 macam yaitu RE kasar (yang ditempeli ribosom)
dan RE halus (tidak ditempeli ribosom).
7. Ribosom yang menempel pada RE berfungsi untuk mensintesa protein untuk
dibawa keluar sel melalui RE dan kompleks golgi. Sedangkan ribosom yang
melayang, mensintesa protein untuk keperluan di dalam sel.

3.3. Mikroba
Segala jasad hidup yang berukuran kecil disebut mikroba atau
mikroorganisme ataupun jasad renik. Disebut jasad renik karena ukurannya yang
kecil (kurang dari 0,1 mm), sehingga sukar dilihat dengan mata biasa, umumnya
hanya dapat dilihat dengan alat pembesar atau mikroskop, ada mikroba yang
berukuran besar sehingga dapat dilihat tanpa alat pembesar, pengaturan
kehidupannya yang lebih sederhana dibandingkan dengan jasad tingkat
tinggi.Mikroba adalah organisme berukuran mikroskopis yang antara lain terdiri
dari bakteri, fungi dan virus (Waluyo, 2009). Bakteri merupakan mikroba
prokariotik yang rata-rata selnya berukuran 0,5-1 x 2-5 μm, berbentuk elips, bola,
batang atau spiral (Pelczar dan Chan, 2005). Menurut Gandjar (2006), fungi
adalah organisme eukariotik, bersifat heterotrof, dinding selnya mengandung
kitin, tidak berfotosintesis, mensekresikan enzim ekstraseluler ke lingkungan dan
memperoleh nutrien dengan cara absorpsi. Mikroba dapat terdiri dari satu sel (uni
seluler) dan dapat juga berbentuk serat (filamen). Contoh mikroba yang terdiri
dari satu sel yaitu bakteri, ragi dan mikroalga. Sedangkan serat (filamen)
5

merupakan rangkaian sel yang terdiri dari 2 sel atau lebih yang berbentuk rantai,
seperti yang umum terdapat pada fungi dan mikroalga.
Sel mikroba yang ukurannya sangat kecil ini merupakan satuan struktur
biologi. Banyak mikroba yang terdiri dari satu sel saja (uniseluler), sehingga
semua tugas kehidupannya dibebankan pada sel itu. Mikroba ada yang
mempunyai banyak sel (multiseluler). Pada jasad multiseluler umumnya sudah
terdapat pembagian tugas diantara sel atau kelompok selnya, walaupun organisasi
selnya belum sempurna. Setelah ditemukan mikroskop elektron, dapat dilihat
struktur halus di dalam sel hidup, sehingga diketahui menurut perkembangan
selnya terdapat dua tipe jasad, yaitu:
1. Prokariota (jasad prokariotik atau primitif), yaitu jasad yang perkembangan
selnya belum sempurna. Karena sel yang intinya belum memiliki membran,
artinya sistem membran belum ada, sehingga dalam sel tersebut belum
diketemukan organel sel kecuali ribosom. Contoh pada bakteri dan alga hijau-
biru.
2. Eukariota (jasad eukariotik), yaitu jasad yang perkembangan selnya telah
sempurna. Karena selnya yang sudah memiliki inti sel yang jelas, artinya
sudah memiliki sistem membran. Contoh pada sel hewan termasuk protozoa
dan sel tumbuhan termasuk jamur dan alga. Selain yang bersifat seluler, ada
mikroba yang bersifat nonseluler, yaitu virus. Virus adalah jasad hidup yang
bersifat parasit obligat, berukuran super kecil atau submikroskopik. Virus
hanya dapat dilihat dengan mikroskop elektron. Struktur virus terutama terdiri
dari bahan genetik. Virus bukan berbentuk sel dan tidak dapat membentuk
energi sendiri serta tidak dapat berbiak tanpa menggunakan jasad hidup lain.
Viroid membawa sifat genetiknya sendiri yang dapat diekspresikan di dalam
sel inang.
Selain virus ada jasad hidup yang disebut viroid, yaitu bahan genetik RNA
yang bersifat infeksius (dapat menginfeksi) sel inang. Viroid membawa sifat
genetiknya sendiri yang dapat diekspresikan di dalam sel inang. Jasad yang lebih
sederhana dari virus adalah prion, yang terdiri suatu molekul protein yang
6

infeksius. Adanya kenyataan ini merupakan perkecualian sistem biologi, sebab


prion menyimpan sifat genetiknya di dalam rantaian polipeptida, bukan di dalam
RNA atau DNA. Prion dapat menggandakan diri di dalam sel inang dengan
mekanisme yang belum diketahui dengan jelas.
Berdasarkan penampakannya, fungi dikelompokkan ke dalam kapang
(mold), khamir (yeast), dan cendawan (mushroom). Cendawan merupakan fungi
yang berukuran makroskopis, sedangkan kapang dan yeast adalah fungi yang
berukuran mikroskopis. Menurut Rachmawan (2001), rata-rata sel kapang
berukuran 1-5 x 5-30 μm dan yeast berukuran 1-5 x 1-10 μm. Kapang adalah
fungi multiseluler berfilamen dengan susunan hifa yang menyerupai benang
(Brock et al., 2006). Yeast merupakan fungi uniselular. Pada yeast tertentu yang
bersifat patogenik seperti Candida sp., mengalami dua fase (dimorfisme) dalam
siklus hidupnya, yaitu fase yeast (membentuk sel tunggal) dan fase miselium
untuk penetrasi ke jaringan inangnya (Bambang, 2009).Viroid membawa sifat
genetiknya sendiri yang dapat diekspresikan di dalam sel inang.
Selain berinteraksi intraspesies, mikroba tersebut juga berinteraksi secara
interspesies dengan manusia, tumbuhan, dan hewan. Dalam interaksinya dengan
manusia, mikroba tersebut ada yang bersifat menguntungkan dan merugikan.
Contohnya bakteri patogen Escherichia coli dan kelompok bakteri Coliform dapat
menyebabkan diare, kolera, dan penyakit saluran pencernaan lainnya (Waluyo,
2009). Kapang dan khamir menyebabkan penyakit karena menghasilkan racun
(mikotoksin) dan menginfeksi permukaan tubuh seperti kulit, kuku, dan rambut
(mikosis superfisial), serta menyerang jaringan dalam tubuh melalui peredaran
darah (mikosis sistemik) (Gandjar, 2006).
Salah satu upaya untuk melawan mikroba tersebut adalah dengan
menggunakan mikroba lain yang mempunyai sifat antagonis (antimikroba)
sebagai pengganggu atau penghambat metabolisme mikroba lainnya. Mikroba
antagonis yang memiliki kemampuan antimikroba tersebut dapat menghasilkan
senyawa antimikroba. Senyawa antimikroba yang dihasilkan oleh mikroba pada
umumnya merupakan metabolit sekunder yang tidak digunakan untuk proses
7

pertumbuhan (Schlegel, 1993), tetapi untuk pertahanan diri dan kompetisi dengan
mikroba lain dalam mendapatkan nutrisi, habitat, oksigen, cahaya dan lain-lain
(Bakerdan Cook, 1974). Senyawa antimikroba tersebut dapat digolongkan sebagai
antibakteri atau antifungi (Pelczar dan Chan, 2005). Beberapa senyawa
antimikroba adalah fenol, formaldehida, (Dwidjoseputro, 2003), antibiotik, asam,
dan toksin (Verma et al., 2007). Mikroba yang memiliki kemampuan antimikroba
dan menghasilkan senyawa antimikroba adalah bakteri,aktinomycetes, dan kapang
(Radji, 2005; Tortora et al., 2002). Aktinomycetes dan kelompok bakteri, seperti
kelompok bakteri asam laktat dan bakteri gram positif telah banyak diteliti dan
dikenal sebagai sumber berbagai senyawa antimikroba (Hoover and Chen 2003).
Kapang tanah yang mempunyai aktivitas antimikroba adalah genus Aspergillus,
Penicillium, Paecilomyces, Trichoderma (Gandjar, 2006), dan Fusarium (Nemec
et al., 1963). Aspergillus menghasilkan senyawa antimikroba mevionin dan
aspersilin (Gandjar, 2006). Penicillium sp. menghasilkan penisilin untuk
menghambat sintesis peptidoglikan dinding sel bakteri (Deacon, 2006). Verma et
al. (2007) menyatakan bahwa, Trichoderma sp. menghasilkan senyawa
antimikroba yaitu enzim 1,3 glukanase dan khitinase yang dapat menghancurkan
dinding hifa dari beberapa fungi dan serta isocyanide-3-(-isocyanocyclopent-2-
enylidene) propionic acid yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri E. coli.
Genus-genus kapang tanah lainnya yang mampu menghasilkan senyawa
antimikroba masih belum banyak diteliti. Sehingga, sesuai dengan pendapat
Gandjar (2006), skrining isolat-isolat kapang tanah baru terutama dari berbagai
daerah di Indonesia masih harus terus dilakukan untuk mengetahui potensinya
sebagai agen antimikroba.
Mikroba yang memiliki kemampuan antimikroba dan menghasilkan
senyawa antimikroba adalah bakteri, aktinomycetes, dan kapang (Radji, 2005;
Tortora et al., 2002). Aktinomycetes dan kelompok bakteri, seperti kelompok
bakteri asam laktat dan bakteri gram positif telah banyak diteliti dan dikenal
sebagai sumber berbagai senyawa antimikroba. Kapang tanah yang mempunyai
aktivitas antimikroba adalah genus Aspergillus, Penicillium, Paecilomyces,
8

Trichoderma (Gandjar, 2006), dan Fusarium (Nemec et al., 1963). Aspergillus


menghasilkan senyawa antimikroba mevionin dan aspersilin (Gandjar, 2006).
Penicillium sp. menghasilkan penisilin untuk menghambat sintesis peptidoglikan
dinding sel bakteri (Deacon, 2006). Verma et al. (2007) menyatakan bahwa,
Trichoderma sp. menghasilkan senyawa antimikroba yaitu enzim 1,3 glukanase
dan khitinase yang dapat menghancurkan dinding hifa dari beberapa fungi serta
isocyanide-3-(- isocyanocyclopent-2-enylidene) propionic acid yang dapat
menghambat pertumbuhan bakteri E. coli. Viroid membawa sifat genetiknya
sendiri yang dapat diekspresikan di dalam sel inang.
Genus-genus kapang tanah lainnya yang mampu menghasilkan senyawa
antimikroba masih belum banyak diteliti. Sehingga, sesuai dengan pendapat
Gandjar (2006), skrining isolat-isolat kapang tanah baru terutama dari berbagai
daerah di Indonesia masih harus terus dilakukan untuk mengetahui potensinya
sebagai agen antimikroba.
Mikroba yang berbentuk filamen dapat berupa :
1. Filamen semu, jika hubungan antar sel tidak nyata misalnya pada jenis ragi
atau fungi.
2. Filamen benar, jika hubungan antar sel terlihat jelas pada beberapa jenis fungi
dan mikroalga.
Bentuk mikroba bervariasi yang didapatkan pada sel bakteria, yaitu bulat
(coccus) dan batang (basil). Dari kedua bentuk tersebut didapatkan bentuk variasi
seperti :
1. Diplococcus , jika dua sel berdempetan

2. Tetracoccus, jika empat sel berdempetan

3. Sarcina, jika delapan buah sel berdempetan, empat di bagian bawah dan
empat lagi di bagian atas.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keberadaan mikroba :
1. Kelembaban
2. pH ( > 2 atau < 9 )
9

3. Temperatur

3.4. Ciri Umum Mikroba


Mikroba di alam secara umum berperanan sebagai produsen, konsumen,
maupun redusen. Adapaun ciri umum dari mikroba, yaitu :
1. Jasad produsen yaitu menghasilkan bahan organik dari bahan anorganik
dengan energi sinar matahari. Mikroba yang berperanan sebagai produsen
adalah algae dan bakteri fotosintetik.
2. Jasad konsumen yaitu menggunakan bahan organik yang dihasilkan oleh
produsen. Contohnya protozoa.
3. Jasad redusen yaitum menguraikan bahan organik dan sisa-sisa jasad hidup
yang mati menjadi unsur-unsur kimia (mineralisasi bahan organik), sehingga
di alam terjadi siklus unsur-unsur kimia. Contohnya bakteri dan jamur (fungi).

3.5. Mikroba Penyubur Tanah


Di dalam tanah yang menjadi pijakan sehari-hari, mengandung banyak
sekali mikroba dengan jenis dan fungsi mikroba penyubur tanah yang sangat
mempengaruhi kesuburan tanah. Hal tersebut mengakibatkan banyak tumbuhan
yang ditanam di bawah maupun di atas tanah dapat tumbuh dan menghasilkan
buah yang lezat. Masing-masing mikroba tersebut memiliki fungsi yang berbeda
satu sama lain. Jenis mikroba pertama adalah fiksasi nitrogen, yaitu beberapa jenis
bakteri yang mampu memfiksasi nitrogen adalah bakteri foto autotrofik yang
biasa ditemukan pada genangan air dan pada permukaan tanah.
Selain bakteri foto autotrofik, ada juga bakteri heterotrofik yang berada
dalam tanah. Ada beberapa mikroba yang mampu melarutkan fosfat juga termasuk
jenis dan fungsi mikroba penyubur tanah. Yang digunakan sebagai salah satu
solusi untuk dapat meningkatkan efisiensi pemupukan yang ramah lingkungan
dan menghemat penggunaan pupuk fosfat. Mikroba yang berkemampuan
melakukan pelarutan fosfat di antaranya yaitu Bacillus, Micrococcus,
Pseudomonas, Penicilium, Sclerotium, Aspergillus, Flavobacterium, dan
Fusarium.
10

Selain dua jenis dan fungsi mikroba penyubur tanah yang sudah disebutkan
di atas masih ada beberapa mikroba lain yang bermanfaat untuk tingkat kesuburan
pada tanah. Jenis yang ketiga adalah mikoriza yang berfungsi untuk peningkatan
serapan yang dilakukan oleh akar. Jenis mikroba selanjutnya yaitu bakteri yang
mampu mereduksi sulfat. Bakteri ini adalah hasil dari perombakan yang terjadi
antara bahan organik utama yang berada di dalam sedimen anaerob. Rizobakteria
adalah jenis mikroba yang cukup dikenal yang berfungsi sebagai mikroba yang
dapat mempercepat pertumbuhan tanaman. Pemanfaatan jenis dan fungsi mikroba
penyubur tanah yang sesuai dengan keadaan tanah dapat menjadi solusi alternatif
yang dapat diterapkan untuk peningkatan kesuburan tanah, produktivitas tanaman,
efisiensi lingkungan, dan mengurangi pencemaran lingkungan. Manfaat dari
mikroba penyubur tanah di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Melindungi bagian akar tanaman dari serangan penyakit dan hama.
2. Menyediakan kebutuhan unsur hara bagi tanaman.
3. Mengembangkan sistem perakaran yang lebih sempurna.
4. Membantu mitosis yang ada pada jaringan meristem.
5. Sebagai penawar beberapa racun dari logam-logam berat.

3.6. Pemanfaatan Mikroba dalam Industri Pangan


Banyak yang menduga bahwa mikroorganisme membawa dampak yang
merugikan bagi kehidupan hewan, tumbuhan, dan manusia, misaknya pada bidang
mikrobiologi kedokteran dan fitopatologi banyak ditemukan mikroorganisme
yang patogen yang menyebabkan penyakit dengan sifat-sifat kehidupannya yang
khas. Meskipun demikian, masih banyak manfaat dapat diambil dari
mikroorganisme-mikroorganisme tersebut, salah satunya adalah dengan
memanfaatkan mikroba sebagai bahan industri pangan.
Beberapa bahan makanan yang sampai saat ini dibuat dengan menggunakan
mikroorganisme sebagai bahan utama prosesnya, misalnya pembuatan bir dan
minuman anggur dengan menggunakan ragi, pembuatan roti dan produk air susu
dengan bantuan bakteri asam laktat, dan pembuatan cuka dengan bantuan bakteri
11

cuka. Pengolahan kacang kedelai di beberapa negara banyak yang menggunakan


bantuan fungi, ragi, dan bakteri-bakteri asam laktat. Bahkan asam laktat dan asam
sitrat yang dalam jumlah besar diperlukan oleh industri bahan makanan masing-
masing dibuat dengan bantuan asam laktat dan Aspergillus Niger. Beberapa
kelompok mikroorganisme dapat digunakan sebagai indikator kualitas
makanan.Ada beberapa mikroba yang mampu melarutkan fosfat juga termasuk
jenis dan fungsi mikroba penyubur tanah. Yang digunakan sebagai salah satu
solusi untuk dapat meningkatkan efisiensi pemupukan yang ramah lingkungan
dan menghemat penggunaan pupuk fosfat.Mikroorganisme ini merupakan
kelompok bakteri yang keberadaannya di makanan di atas batasan jumlah tertentu,
yang dapat menjadi indikator suatu kondisi yang terekspos yang dapat
mengintroduksi organisme berbahaya dan menyebabkan proliferasi spesies
patogen maupun toksigen. Misalnya E. Coli tipe I, coliform dan fekal streptococci
digunakan sebagai indikator penanganan pangan secara tidak higienis, termasuk
keberadaan patogen tertentu. Mikroorganisme indikator ini sering digunakan
sebagai indikator kualitas mikrobiologi pada pangan dan air.
12

IV. ALAT DAN BAHAN


4.1. Alat
1. Mikroskop
2. Tabung reaksi
3. Pipet tetes
4. Pisau cutter tajam
5. Api Bunsen
6. Pinset
4.2. Bahan
1. Aquadest
2. Methylen Blue
3. Minyak Emersi
4. Air comberan atau lendir makanan basi
5. Roti segar
6. Roti rusak
7. Bawang merah segar
8. Bawang merah rusak

V. PROSEDUR PERCOBAAN
5.1. Simple Staining (Pewarnaan sederhana)

1. Bersihkan kaca objek dengan alkohol 75%

2. Siapkan setetes air comberan atau lendir makanan basi yang akan diwarnai

3. Ambil 1 atau 2 ose biakan dan letakkan ditengah-tengah gelas objek

4. Dengan menggunakan ujung jarum ose, sebarkan biakan hingga melebar dan

diperoleh apusan tipis berdiameter 1-2 cm

5. Lakukan fiksasi dengan mengangin-anginkan atau dengan melewatkannya

diatas nyala api bunsen hingga apusan tampak kering dan transparan.

6. Teteskan Methylen blue ke atas kaca objek tadi

7. Semprotkan sedikit aquadest

8. Keringkan hati-hati dengan tissue (jangan sampai terkena apusan)


13

9. Amati dengan mikroskop dengan variasi perbesaran dan bantuan minyak


emersi
10. Gambar bentuk sel yang terlihat
5.2. Pengamatan sel bawang merah, daun dan serat kapas
1. Bersihkan kaca objek
2. Iris tipis belaian bawang merah atau daun atau serat kapas
3. Ambil pinset dan letakkan di kaca objek
4. Tetesi aquadest
5. Amati dibawah mikroskop dengan variasi perbesaran
6. Gambarkan bentuk sel yang terlihat
5.3. Pengamatan untuk roti, tempe, kentang (segar dan rusak)
1. Bersihkan kaca objek
2. Ambil sedikit preparat yang segar
3. Tetesi dengan aquadest
4. Amati dibawah mikroskop dengan variasi perbesaran
5. Lakukan hal yang sama untuk preparat dengan bahan yang rusak
6. Bandingkan hasilnya
7. Gambar bentuk sel yang terlihat

DAFTAR PUSTAKA

Dianti, Sri. Sebutkan Pengertian Sel Makhluk Hidup Biologi.


http://www.sridianti .com/sebutkan-pengertian-sel-makhluk-hidup-
biologi.html. (Diakses pada tanggal 26 Februari 2015)
14

Feiny, Reiny. 2011. Organel-Organel Sel dan Fungsinya. http://reinyfeiny.blogsp


ot.com/2011/11/organel-organel-sel-dan-fungsinya.html. (Diakses pada
tanggal 27 Februari 2015)
Maulida. 2012. Macam-Macam Sel. http://maulidascout.blogspot.com/2012/11/
macam-macam-sel.html. (Diakses pada tanggal 26 Februari 2015)
Miyati, Nuril. 2011. Morfologi dan Struktur Mikroba. http://nurilmiyatimb.blogsp
ot.com/2011/03/4-morfologi-dan-struktur-mikroba.html. (Diakses pada
tanggal 26 Februari 2015)
Ramdanh, Asep. 2010. Pengertian Mikrobiologi dan Mikroba. http://asepramdanh
.blogspot.com/2010/11/pengertian-mikrobiologi-dan-mikroba.html. (Diakses
pada tanggal 26 Februari 2015)

You might also like