You are on page 1of 10

HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DENGAN

KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP DI BADAN PELAYANAN


KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KABUPATEN MAGELANG

Susi Andriani 1, Sunarto2


1,2 : Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Indonesia Jogjakarta

Abstract
Background: Unrighteous of hospital was confronted with challenge of emulation and environment
competitively. Hence to reply challenge of emulation in the future, hospital does not only have to can
create high technological new product and service, innovative and creative, but also should be able to
give service of health qualities including several things that is appearance of adequate physical,
reliability, energy of listen carefully of guarantee with respect to safeness and also reliably, empathy
and achievability of hospital from facet of expense and also location
Purpose: To know the level of satisfaction of in-patient and illustration about quality of health service at
BPK RSU Regency of Magelang.
Method: This Research is non experimental analytic descriptive research with cross-sectional
approach. With analyzing the correlation between the qualities of health service with patient
satisfaction at level take care to lodge.
Result: The quality of health service have an average value 63,69, level of patient satisfaction have an
average value of patient satisfaction take care of lodging 41,98. The result of correlation test showed
value p = 0,000 < p = 0,005, and the sum of correlation coefficient value equal to 0,514.
Conclusion: There is positive and significant correlation between service qualities and satisfaction
level which the inclusive of into medium category. This matter indicates that high lower of patient
satisfaction level influenced by high lower given service quality.

Keyword: Level of satisfaction, quality of health service, Hospital

PENDAHULUAN kreatif. Rumah sakit dituntut


Banyak organisasi penyedia memberikan pelayanan kesehatan
pelayanan kesehatan yang dikelola yang berkualitas yang mencangkup
oleh pihak pemerintah maupun pihak beberapa hal yaitu penampilan fisik
swasta menawarkan berbagai jenis yang memadai, keandalan, daya
pelayanan kesehatan terutama rumah tanggap jaminan perasaan aman serta
sakit yang ditujukan untuk seluruh dapat dipercaya, empati dan
kalangan masyarakat. Meningkatnya keterjangkauan rumah sakit baik dari
teknologi kedokteran beserta segi biaya maupun lokasi.
komponen lainnya, memaksa pihak Pengukuran kepuasan
rumah sakit harus berfikir dan pelanggan merupakan salah satu cara
berusaha secara-ekonomi dalam untuk mengukur penampilan rumah
mengelola rumah sakitnya. Rumah sakit dalam memberikan pelayanan
sakit (RS) dihadapkan dengan kesehatan kepada masyarakat.
tantangan persaingan dan lingkungan Pemantauan terhadap pelayanan yang
yang kompetitif. Menjawab tantangan diberikan kepada pasien harus terus
persaingan di masa yang akan datang, dilakukan. Kondisi ini dilakukan
rumah sakit harus dapat menciptakan sebagai langkah untuk melihat apakah
jasa dan produk baru yang pelayanan yang bermutu telah
berteknologi tinggi, inovatif dan diberikan kepada pengguna jasa

Hubungan Kualitas Pelayanan Kesehatan demean Kepuasan Pasien…..(Susi Andriani, dkk) 71


rumah sakit atau belum. Pemantauan pelayanan kesehatan dengan kepuasan
yang dilakukan terus menerus pasien rawat inap di BPK RSU
merupakan bagian dari peningkatan Kabupaten Magelang. Hasil penelitian
pelayanan bermutu yang ini penting sebagai salah satu dasar
berkesinambungan dan terus menerus pengembangan kualitas pelayanan
melakukan improvisasi demi kesehatan BPK RSU Kabupaten
tercapainya pelayanan kesehatan yang Magelang untuk masa yang akan
bermutu. datang.
RSUD Kabupaten Magelang Berdasarkan pertimbangan
didirikan pada tanggal 1 Juni 1926 oleh tersebut di atas rumusan masalahnya
Biara OSF. Pada tahun 1977 Bupati adalah bagaimana hubungan kualitas
Kabupaten Magelang memberikan pelayanan kesehatan dengan kepuasan
ganti rugi rumah sakit yang diikuti pasien rawat inap di BPK RSU
dengan pengembalian ruang bersalin Kabupaten Magelang. Tujuan
RSU Muntilan. Status RSUD penelitian ini adalah untuk
Kabupaten Magelang meningkat mengetahui hubungan kualitas
menjadi Badan Pelayanan Kesehatan pelayanan kesehatan dengan kepuasan
Kabupaten (BPK) Magelang pasien rawat inap di BPK RSU
berdasarkan Perda Nomor 14 tahun Kabupaten Magelang.
2002 tanggal 26 Oktober 2002 sebagai Manfaat Penelitian adalah untuk
pengganti Perda Nomor 20 tahun mengetahui gambaran kepuasan
19951,8. pasien terhadap mutu pelayanan di
Kegiatan pelayanan kesehatan rumah sakit, sehingga dapat dijadikan
yang diselenggarakan oleh Badan masukan pada pihak rumah sakit
Pelayanan Kesehatan RSU Kabupaten sebagai dasar pengembangan kualitas
Magelang meliputi pelayanan medis, pelayanan kesehatan dalam rangka
pelayanan penunjang medis dan non peningkatan kepuasan pasien.
medis, pelayanan dan asuhan Hasilnya dapat menjadi salah satu
keperawatan dan pelayanan rujukan dasar pertimbangan dalam membuat
pada umumnya telah berjalan dengan dan melakukan kebijakan-kebijakan
baik. Selama tahun anggaran 2004 baru di bidang pelayanan kesehatan.
indikator yang tidak sesuai standar
adalah tingkat penggunaan tempat Keaslian Penelitian
tidur (TOI), tingkat frekwensi
pemakaian tempat tidur (BTO), rata- Beberapa penelitian telah
rata lamanya pasien dirawat (Av LOS), meneliti mengenai kepuasan pasien
indikator kematian netto (NDR) dan terhadap pelayanan kesehatan, antara
angka kematian umum (GDR) 2 . lain:
RSU Kabupaten Magelang perlu 1. Supriyati dengan judul ”Kepuasan
mengetahui faktor-faktor apa saja yang Pasien Terhadap Mutu Pelayanan
mempengaruhi dan berhubungan Keperawatan di Ruang Inap 1 RS
dengan tingkat kepuasan pasien rawat DR. Sardjito Yogyakarta ” yang
inap terhadap kualitas pelayanan membahas tentang pelayanan
kesehatan. Demikian maka sangat keperawatan di ruang inap dan
diperlukan sebuah penelitian yang menyimpulkan bahwa semakin
tetbaru tentang hubungan kualitas tinggi mutu pelayanan

72 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, VOL. 2, NO. 1, JUNI 2009 Hal 71-79
keperawatan, maka semakin tinggi (organizational performance results).
tingkat kepuasan yang dirasakan Perbedaannya adalah pada subjek,
oleh pasien. Perbedaannya adalah metode dan variable yang diteliti3.
pada subyek dan lokasi yang 4. Yohanita, dkk meneliti tentang
diteliti 9. Pengembangan Desain Mutu
2. Marsuli, dkk. meneliti tentang Pelayanan Rawat Inap Puskesmas
Mutu Pelayanan Pasien Peserta Karanganyar Kebumen
Akses dan Umum di Instalasi Menggunakan Quality Function
Rawat Jalan Rumah Umum Daerah Deployment. Penelitian ini
Dr. M. Yunus Propinsi Bengkulu. menggunakan studi kasus
Dilakukan secara cross sectional deskriptif, dan didapatkan hasil
survey yang juga dilengkapi penelitiannya bahwa peningkatan
dengan wawancara untuk mutu perawat adalah prioritas
mengetahui tingkat kepuasan utama untuk memenuhi
terhadap mutu pelayanan yang kebutuhan dan harapan staf.
diterima. Hasil penelitian ternyata Sedangkan bagi pasien, kebutuhan
pasien umum dan Akses merasa dan harapan utamanya adalah
tidah puas dengan mutu kenyamanan ruangan, lingkungan
pelayanan rawat jalan baik secara dan fasilitas toilet. Dan secara
umum maupun pada setiap teknis puskesmas Karanganyar
dimensi mutunya. Urutan dimensi unggul dalam hal upaya
mutu yang terpenting adalah peningkatan mutu perawat,
responsiveness, emphaty, assurance kesesuaiannya reward dengan
dan reliability. Perbedaannya adalah kinerja dan monitoring evaluasi
pada subyek dan lokasi penelitian kerja. Perbedaannya adalah pada
5. lokasi dan variabel yang diteliti12.
3. Dumilah, dkk. (2005) meneliti
tentang Penilaian Mutu Rumah BAHAN DAN CARA PENELITIAN
Sakit Tugu Ibu dengan The Malcom
Baldrige National Quality Award Jenis penelitian yang akan
tahun 2005. Hasil penelitian digunakan bersifat deskriptif analitik
menunjukkan bahwa mutu non eksperimental dengan pendekatan
organisasi RSTI relatif belum baik cross-sectional. Dan menggunakan
dilihat dari 7 kriteria MBNQA sampel dari populasi yaitu seluruh
yaitu: kepemimpinan (leadership), pasien yang mempergunakan fasilitas
perencanaan strategi (strategic pelayanan kesehatan di BPK RSU
planning), fokus pada pasien, Kabupaten Magelang. Metode
pelanggan lain dan pasar (focus on pengambilan sampel yang
patient, others customer and market), dipergunakan adalah Probability
pengukuran, analis,dan samples atau random sample Adapun
manajemen pengetahuan kriteria sampelnya sebagai berikut,
(measurement, analysis and inklusi : semua pasien rawat inap
management knowledge), fokus staff dengan minimal 3 hari.Pasien dapat
(staff focus), manajemen proses berkomunikasi dengan baik. Kriteria
(process management), dan hasil- eksklusi, pasien yang akan dirujuk,
hasil kinerja organisasi pasien berumur kurang dari 18 tahun,

Hubungan Kualitas Pelayanan Kesehatan demean Kepuasan Pasien…..(Susi Andriani, dkk) 73


pasien yang menolak untuk menjadi 5. Tangible, adalah suatu wujud nyata
responden. Jumlah pasien rawat inap di BPK RSU Kabupaten Magelang
pada bulan April–Juni tahun 2008 berupa fasilitas dan peralatan yang
sebanyak 1.108 orang, dengan rata- menunjang dalam melayani setiap
rata per bulannya adalah 369 orang. pasien.
Dari penghitungan sampel didapatkan 6. Kepuasan adalah tingkat perasaan.
jumlah sampel pasien rawat inap: 192 senang atau kecewa seseorang atau
orang. masyarakat setelah
Variabel penelitian meliputi membandingkan hasil kinerja yang
variabel bebas yaitu mutu pelayanan dirasakan dengan harapannya.
yang terdiri dari kehandalan 7. Pasien rawat inap merupakan
(realibility), daya tanggap pasien yang dirawat diruang rawat
(responsiveness), jaminan (assurance), inap minimal selama 3 hari di RSU
empati dan wujud nyata (tangible) yang Kabupaten Magelang
meliputi fasilitas dan peralatan yang
dipergunakan. Dan variabel terikat Instrumen yang digunakan
yaitu kepuasan pasien yang terdiri dari dalam penelitian ini adalah dengan
prosedur pelayanan dan fasilitas yang kuesioner yang telah diadaptasi.
diterima. Kuesioner yang dipergunakan antara
Definisi operasional dari lain: pertama, kuesioner tentang
penelitian ini adalah: karakteristik responden yang meliputi:
1. Realibility adalah kemampuan umur, jenis kelamin, status
pelaku pelayanan kesehatan baik perkawinan, tingkat pendidikan,
medis maupun nonmedis dalam pendapatan perbulan, form berapa
memberikan pelayanan di BPK lama perawatan, tanggal masuk RS
RSU Kabupaten Magelang. dan tempat dirawat yang diisi sesuai
2. Responsiveness, adalah keinginan dengan identitas pasien. Kedua,
pelaku pelayanan kesehatan baik kuesioner tentang mutu pelayanan
medis maupun nonmedis dalam yang meliputi: wujud nyata,
memberikan tanggapan dan kehandalan, ketanggapan, jaminan,
kepedulian terhadap pasien yang empati, kesopanan, kemampuan dan
datang. keamanan, kuesioner diambil dari
3. Assurance, adalah kompetensi yang Supriyati dengan mengalami
dimiliki oleh pelaku pelayanan perubahan bahasa . Alternatif jawaban
9

kesehatan baik meddis maupun deskripsi yang dipergunakan ialah


nonmedis di BPK RSU Kabupaten tidak pernah, kadang-kadang, sering,
Magelang dalam menjaga ke- dan selalu, jawaban yang digunakan
amanan pasien dan sopan santun. skala 1 sampai 4.
4. Emphaty, adalah sikap yang Nilai yang didapat akan
diberikan pelaku pelayanan dijumlahkan, setelah itu dapat
kesehatan kepada pasien yang diperoleh hasil: kategori sangat baik,
datang dengan cara memberikan dengan total skor 55-72, kategori baik,
kemudahan-kemudahan, dengan total skor 37-54, kategori cukup
komunikasi yang baik, memahami baik, dengan total skor 19-36 dan
kebutuhan pasien sehingga pasien kategori kurang baik, dengan total skor
merasa nyaman. ≤18

74 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, VOL. 2, NO. 1, JUNI 2009 Hal 71-79
Kuesioner tentang kepuasan dengan uji statistik korelasi. Variabel
meliputi: aspek sikap, pengetahuan, tingkat kepuasan pasien merupakan
keterampilan petugas kesehatan dan variabel ordinal (sangat puas, puas,
prosedur pelayanan serta fasilitas. cukup puas, dan kurang puas),
Alternatif jawaban deskripsi yang sedangkan variabel mutu pelayanan
digunakan ialah tidak puas, cukup merupakan variabel ordinal (sangat
puas, puas dan sangat puas, dengan baik, baik, cukup baik, dan kurang
menggunakan skala 1 sampai 4. baik).
Kuesioner diambil dari Untuk menilai besar korelasi
Supriyati (2004) dengan mengalami antara dua variabel maka dilakukan uji
sedikit perubahan bahasa. Nilai yang non parametrik dengan menggunakan
didapat akan dijumlahkan, setelah itu uji korelasi Pearson jika sebaran data
dapat diperoleh hasil: kategori sangat normal, dan jika tidak normal akan
puas, dengan total skor 43-56, kategori menggunakan uji korelasi Spearman,
puas, dengan total skor 29-42, kategori dengan syarat variabel ordinal-ordinal
cukup puas, dengan total skor 15-28 10 . Interprestasi hasil yang akan
dan kategori kurang puas, dengan total disajikan berdasarkan:
skor ≤14.
Analisis data yang dilakukan
setelah pengambilan sampel adalah
1. Kekuatan korelasi
0,00-0,199 sangat lemah
0,20-0,399 lemah
0,40-0,599 sedang
0,60-0,799 kuat
0,80-1,000 sangat kuat
2. Nilai p p<0,05 terdapat korelasi
p>0,05 tidak dapat korelasi
3. Arah korelasi +(positif) searah. Makin besar nilai satu variabel
maka makin besar pula variabel lainnya.
-(negatif) berlawanan arah. Semakin besar nilai satu
variabel,semakin kecil nilai variabel lainnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN kualitas pelayanan yang diterima


Dari 192 responden pasien termasuk kategori sangat baik. Dan
rawat inap yang terlibat dalam sebanyak 33 orang (17%) menyatakan
penelitian ini, pasien perempuan kualitas pelayanan
mendominasi, dengan kelompok usia
>48 tahun, sebagian besar
berpendidikan SD dan sudah menikah,
serta pekerjaan yang paling banyak
pada responden adalah sebagai petani.
Data hasil penelitian kualitas
pelayanan terhadap pasien rawat inap
diperoleh bahwa pada responden
sebanyak 159 orang (83%) menyatakan Gambar 1. Kategori dan Distribusi
Frekuensi Variabel Kualitas Pelayanan

Hubungan Kualitas Pelayanan Kesehatan demean Kepuasan Pasien…..(Susi Andriani, dkk) 75


Data hasil penelitian kepuasan Tabel 1. Uji korelasi Spearman antara
pasien rawat inap ini diperoleh bahwa variabel kualitas pelayanan
pada responden sebanyak 79 orang dan tingkat kepuasan pasien
(41%) menyatakan bahwa kepuasan Correlations
yang dirasakan oleh pasien termasuk kualitas kepuasan
kategori sangat puas. Sebanyak 94 Spearman's kualitas Correlation Coeff 1.000 .514**
Sig. (2-tailed)
orang (49%) menyatakan termasuk N 192
. .000
192
kepuasan yang dirasakan kategori kepuasa Correlation Coeff .514** 1.000
puas. Dan sebanyak 19 orang (10%) Sig. (2-tailed) .000 .
N
menyatakan bahwa kepuasan yang 192 192
**.Correlation is significant at the .01 level (2-tailed).
dirasakan oleh pasien termasuk
kategori cukup puas. Adanya temuan pada penelitian
ini dapat dijadikan sebagai perhatian
bagi banyak pihak terutama pengelola
rumah sakit yang dipandang sebagai
sebuah organisasi yang sangat
kompleks. Kompleksitas fungsi
penggerakan dan pelaksanaan
organisasi di sebuah rumah sakit
menurut Muninjaya 6, dipengaruhi
oleh dua aspek yaitu: pertama oleh
Gambar 2. Distribusi Kategori dan
sifat pelayanan kesehatan yang
Frekuensi Variabel Kepuasan Pasien
berorientasi pada konsumen penerima
jasa pelayanan. Hasil perawatan pasien
Pada hasil penelitian ini terbukti
sebagai penerima rumah sakit
menunjukkan bahwa kualitas
memiliki tiga kemungkinan yaitu
pelayanan mempunyai hubungan yang
sembuh sempurna, cacat (squalae),
positif dan signifikan dengan tingkat
atau mati. Apapun kemungkinan
kepuasan pasien rawat inap di BPK
hasilnya, kualitas pelayanan harus
RSU Kabupaten Magelang dengan nilai
diarahkan untuk kepuasan pasien dan
p = 0,000 < 0,05. Hasil analisis korelasi
keluarganya. Kedua, pelaksanaan
Spearman kualitas pelayanan dengan
fungsi penggerakan dan pelaksanaan
tingkat kepuasan pasien sebesar 0,514.
cukup kompleks karena tenaga kerja
Hal ini menunjukkan bahwa tinggi
yang bekerja dirumah sakit terdiri dari
rendahnya tingkat kepuasan pasien
berbagai jenis profesi.
dipengaruhi oleh tinggi rendahnya
Penelitian lain yang dilakukan
kualitas pelayanan yang diberikan.
oleh Suryawati, dkk dapat diketahui
Semakin baik kualitas pelayanan
bahwa sekitar 68,6 – 76,24% pasien
pasien maka akan semakin baik pula
merasa puas dengan pelayanan admisi,
tingkat kepuasan pasien, dan berlaku
dokter, perawat, makanan, obat-
sebaliknya jika kualitas pelayanan
obatan, fasilitas kamar dan rumah sakit
pasien kurang baik maka tingkat
umumnya serta pelayanan menjelang
kepuasan pasien pun akan berkurang.
keluar10. Dari penelitian ini ditemukan
8 dimensi pelayanan dengan 52
indikator: pelayanan admisi, 6
indikator, dokter 9 dimensi, perawat 9

76 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, VOL. 2, NO. 1, JUNI 2009 Hal 71-79
indikator, makanan 6 indikator, obat- dan tetap eksis dalam masyarakat. Bagi
obatan 7 indikator, lingkungan rumah pasien kualitas pelayanan dapat
sakit 6 indikator, fasilitas ruang dijadikan salah satu faktor untuk
perawatan 4 indikator dan pelayanan memilih rumah sakit yang berkualitas
keluar 5 indikator. Indikator kepuasan dan baik. Sedangkan bagi praktisi
pasien rawat inap rumah sakit dapat medis sendiri, selain terikat dengan
diterapkan dengan meningkatkan standar profesinya, dengan adanya
manajemen pelayanan rumah sakit kualitas pelayanan para praktisis
sehingga kepuasan pasien dapat medis dituntut untuk semakin teliti,
terwujud. Mutu pelayanan rumah sakit telaten dan hati-hati dalam bertindak.
dapat ditelaah dari tiga hal yaitu: Bagi pemerintah, adanya kualitas
struktur, proses dan outcome. pelayanan dapat dijadikan sebagai
Aspek mutu yang dapat dipakai standar dalam memutuskan salah atau
sebagai indikator untuk menilai mutu benarnya suatu kebijakan atau
pelayanan RS yaitu: penampilan pertimbangan pada rumah sakit7.
keprofesian (aspek klinis), efisiensi dan Kelemahan penelitian ini
efektivitas, keselamatan dan kepuasan adalah ada beberapa responden yang
pasien. Dalam pengalaman sehari-hari, menolak atau keberatan untuk mengisi
ketidakpuasan pasien yang paling kuesioner dengan alasan takut
sering dikemukakan dalam kaitannya pelayanan yang diberikan akan
dengan sikap dan perilaku petugas RS, berubah dan takut akan berpengaruh
antara lain: keterlambatan pelayanan terhadap biaya perawatan di rumah
dokter dan perawat, dokter sulit sakit jika mengisi kuesioner. Kedua,
ditemui, dokter yang kurang sebagian responden ada yang tidak
komunikatif dan informatif, lamanya dapat membaca/ menulis, sehingga
proses masuk rawat, aspek pelayanan waktu yang diperlukan menjadi lebih
penginapan di RS, serta ketertiban dan banyak karena harus membacakan
kebersihan lingkungan RS. Sikap kuesionernya satu per satu. Pada
perilaku, tutur kata, keacuhan, sebagian responden yang berusia
keramahan petugas, serta kemudahan lanjut, banyak yang kurang dapat
mendapatkan informasi dan berkomunikasi menggunakan bahasa
komunikasi menduduki peringkat Indonesia. Sehingga tenaga dan waktu
yang tinggi dalam persepsi kepuasan yang diperlukan lebih banyak karena
pasien RS. harus menggunakan bahasa daerah
Secara keseluruhan dari hasil- setempat dan keterbatasan peneliti.
hasil penelitian yang sejenis tersebut
dapat memberikan gambaran megenai KESIMPULAN
pentingnya kualitas pelayanan Berdasarkan hasil penelitian
kesehatan di rumah sakit dalam upaya sebagaimana yang telah disajikan
memberikan kepuasan pada pasien. didepan, maka dari penelitian ini
Dampak dari kualitas pelayanan dapat diambil beberapa kesimpulan
memiliki andil yang cukup besar sebagai berikut:
dalam meningkatkan derajat kesehatan 1. Kualitas pelayanan kesehatan di
masyarakat. Bagi rumah sakit, adanya Badan Pelayanan Kesehatan
kualitas pelayanan yang baik membuat Rumah Sakit Umum Kabupaten
rumah sakit menjadi mampu bersaing Magelang termasuk kategori

Hubungan Kualitas Pelayanan Kesehatan demean Kepuasan Pasien…..(Susi Andriani, dkk) 77


sangat baik, dengan rerata 1. Bagi Rumah Sakit
kualitas pelayanannya adalah Meningkatkan kualitas pelayanan
63,69. kesehatan yang diwujudkan lebih
2. Tingkat kepuasan pasien baik dengan meningkatkan
terhadap kualitas pelayanan di keterampilan staf (sumber daya
di Badan Pelayanan Kesehatan manusia) dan motivasi kerja dalam
Runah Sakit Umum Kabupaten memberikan pelayanan kesehatan
Magelang termasuk kategori pada masyarakat.
puas, dengan rerata kepuasan 2. Bagi peneliti yang akan datang
pasien rawat inap adalah 41,98. Perlu dilakukan penelitian lebih
3. Hasil uji hipotesis menunjukkan lanjut mengenai kualitas pelayanan
adanya hubungaun yang positif kesehatan yang diberikan para
dan signifikan antara kualitas pelaku kesehatan terhadap
pelayanan kesehatan dengan masyarakat dengan lokasi yang
tingkat kepuasan pasien rawat tingkatannya lebih rendah dari
inap di Badan Pelayanan rumah sakit umum kabupaten
Kesehatan Runah Sakit Umum seperti balai pengobatan atau
Kabupaten Magelang dengan p puskesmas. Dan penulis
= 0,000 < p = 0,005. Dan besar menyarankan supaya pengukuran
nilai koefisien korelasi antara tingkat kepuasan pasien dan
kualitas pelayanan kesehatan kualitas pelayanan kesehatan
dengan tingkat kepuasan pasien dalam suatu rumah sakit atau
sebesar 0,514. lembaga kesehatan manapun
dilakukan secara berkala atau
SARAN berkesinambungan.
Berdasarkan hasil penelitian ini,
dapat diajukan sebagai saran untuk
berbagai pihak, sebagai berikut:

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim, 2007. Profile dan Laporan Kegiatan Tahun 2007, Sub Bagian Rekam Medik
Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Kabupaten Magelang.

2. Dahlan, SM., 2004. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan, PT Arkans, Jakarta.

3. Dumilah, A., Sumarni, T., Adang, B, 2005, Penilaian mutu Rumah Sakit Tugu Ibu
dengan The Malcolm Baldrige National Quality Award Tahun 2005. Jurnal
Manajemen Pelayanan Kesehatan VOL. 08 No. 04. Jakarta

4. Lusa, JS. 2007. Quality assurance: penilaian aspek klinis, Media Kesehatan Online, diambil
dari www.medkes.online, , diunduh tanggal 24 September 2007

5. Marsuli, MAG., Utarini, A. 2005, Mutu pelayanan pasien peserta ASKES dan umum
di instalasi rawat jalan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. M. Yunus propinsi
Bengkulu. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan VOL.08 No.01.

6. Muninjaya, GAA. 2004. Manajemen Kesehatan (Edisi 2), EGC, Jakarta.

78 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, VOL. 2, NO. 1, JUNI 2009 Hal 71-79
7. Notoatmodjo, S., 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan, Rieka Cipta: Jakarta.

8. __________,Perda, Nomor 14 tentang Badan Pelayanan Kesehatan Kabupaten


Magelang, tahun 2002

9. Supriyati. 2004. Kepuasan Pasien Terhadap Mutu Pelayanan Keperawatan di Ruang Rawat
Inap Rumah Sakit Dr. Sardjipto Yogyakarta, Karya Tulis Ilmiah. Program Studi
Ilmu Keperawatan. Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

10. Surjaweni, WV., et al. 2006. SPSS untuk Paramedis, Ardana Media: Yogyakarta.

11. Suryawati, C., Dharminto, SZ. 2006, Penyusunan indikator kepuasan pasien rawat inap
rumah sakit di propinsi Jawa Tengah, Jurnal Manajemen Kesehatan VOL. 09 No. 04,
Fakultas Kesehatan dan Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro Semarang, Jawa Tengah.

12. Yohanit., et al. 2006. Pengembangan Desain Mutu Pelayanan Rawat Inap Puskesmas
Karanganyar Kebumen, diakses pada: www.jmpk-online.net/volume 9

Hubungan Kualitas Pelayanan Kesehatan demean Kepuasan Pasien…..(Susi Andriani, dkk) 79

You might also like