You are on page 1of 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keselamatan pasien menjadi isu prioritas dalam perawatan kesehatan, dimana gerakan
keselamatan pasien dimulai sejak tahun 2000 yang berawal ketika Institute of Medicine
menerbitkan laporan To Err Is Human Building a Safer Health System (Cahyono, 2012).
Keselamatan pasien merupakan hak pasien. Pasien berhak memperoleh keamanan dan
keselamatan dirinya selama dalam perawatan di rumah sakit (Kemenkes,2009).
Dalam proses pemberian layanan kesehatan dapat terjadi kesalahan berupa kesalahan
diagnosis, pengobatan, pencegahan, serta kesalahan sistem lainnya. Berbagai kesalahan
tersebut pada akhirnya berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien. Hal ini berarti bahwa
kesalahan dapat mengakibatkan cedera dan dapat pula tidak mengakibatkan cedera terhadap
pasien.
Keamanan adalah prinsip yang paling fundamental dalam pemberian pelayanan
kesehatan dan sekaligus aspek yang paling kritis dari manajemen kualitas. Keselamatan
pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih
aman, mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan
suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Sistem tersebut
meliputi pengenalan resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan
resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut
dan implementasi solusi untuk meminimalkan resiko.
Hampir setiap tindakan medik menyimpan potensi resiko. Banyaknya jenis obat, jenis
pemeriksaan dan prosedur, serta jumlah pasien dan staf Rumah Sakit yang cukup besar,
merupakan hal yang potensial bagi terjadinya kesalahan medis (medical errors). Menurut
Institute of Medicine (1999), medical error didefinisikan sebagai: The failure of a planned
action to be completed as intended (i.e., error of execusion) or the use of a wrong plan to
achieve an aim (i.e., error of planning). Artinya kesalahan medis didefinisikan sebagai: suatu
Kegagalan tindakan medis yang telah direncanakan untuk diselesaikan tidak seperti yang
diharapkan (yaitu., kesalahan tindakan) atau perencanaan yang salah untuk mencapai suatu
tujuan (yaitu., kesalahan perencanaan). Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis ini

1
akan mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien, bisa berupa Near
Miss atau Adverse Event (Kejadian Tidak Diharapkan/KTD).
Near Miss atau Nyaris Cedera (NC) merupakan suatu kejadian akibat melaksanakan
suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
(omission), yang dapat mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi, karena
keberuntungan (misalnya,pasien terima suatu obat kontra indikasi tetapi tidak timbul reaksi
obat), pencegahan (suatu obat dengan overdosis lethal akan diberikan, tetapi staf lain
mengetahui dan membatalkannya sebelum obat diberikan), dan peringanan (suatu obat
dengan overdosis lethal diberikan, diketahui secara dini lalu diberikan antidotenya).
Adverse Event atau Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) merupakan suatu kejadian yang
mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena suatu tindakan
(commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission), dan bukan
karena “underlying disease” atau kondisi pasien.
Kesalahan tersebut bisa terjadi dalam tahap diagnostic seperti kesalahan atau
keterlambatan diagnose, tidak menerapkan pemeriksaan yang sesuai, menggunakan cara
pemeriksaan yang sudah tidak dipakai atau tidak bertindak atas hasil pemeriksaan atau
observasi; tahap pengobatan seperti kesalahan pada prosedur pengobatan, pelaksanaan terapi,
metode penggunaan obat, dan keterlambatan merespon hasil pemeriksaan asuhan yang tidak
layak; tahap preventive seperti tidak memberikan terapi provilaktik serta monitor dan follow
up yang tidak adekuat; atau pada hal teknis yang lain seperti kegagalan berkomunikasi,
kegagalan alat atau system yang lain.
Dalam kenyataannya masalah medical error dalam sistem pelayanan kesehatan
mencerminkan fenomena gunung es, karena yang terdeteksi umumnya adalah adverse event
yang ditemukan secara kebetulan saja. Sebagian besar yang lain cenderung tidak dilaporkan,
tidak dicatat, atau justru luput dari perhatian kita semua.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa kebijakan yang ditetapkan untuk keselamatan pasien
2. Apa tujuan kebijakan keselamatan pasien
3. Siapa yang mengeluarkan kebijakan tersebut
4. Apa saja standar keselamatan pasien

2
1.3 Tujuan
1. Untuk mengatahui kebijakan yang ditetapkan untuk keselamatan pasien
2. Untuk mengetahui tujuan dari kebijakan keselamatan pasien
3. Untuk mengetahui institusi yang mengeluarkan kebijakan tersebut
4. Untuk mengetahui standar keselamatan pasien

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kebijakan yang ditetapkan untuk keselamatan pasien


a) Rumah Sakit wajib melaksanakan sistim keselamatan pasien.
b) Rumah Sakit wajib melaksanakan 7 langkah menuju keselamatan pasien.
c) Rumah Sakit wajib menerapkan standar keselamatan pasien.
d) Evaluasi pelaksanaan keselamatan pasien akan dilakukan melalui program
akreditasi rumah sakit.

2.2 Tujuan kebijakan keselamatan pasien


a) Terciptanya budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit
b) Meningkatnya akuntabilitas Rumah Sakit terhadap pasien dan masyarakat
c) Menurunnya KTD di Rumah Sakit.
d) Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan KTD

2.3 Institusi yang mengeluarkan kebijakan


Menteri kesehatan republic Indonesia

2.4 Standar keselamatan pasien


1. Hak pasien
Standarnya adalah
Pasien & keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang rencana &
hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya KTD (Kejadian Tidak Diharapkan).
Kriterianya adalah
a. Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan
b. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan
c. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan yang jelas dan
benar kepada pasien dan keluarga tentang rencana dan hasil pelayanan, pengobatan
atau prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan terjadinya KTD

4
Contoh :

Perawat X sudah menerapkan tanggung jawab dimana perawat tersebut tanpa disuruh
oleh dokter. perawat sendiri melakukan tindakan pemasangan infuse dalam mengatasi
gejala awal dari pasien, akan tetapi perawat tersebut tidak bertanggung jawab terhadap
tindakan yang dilakukan sehinggakeadaan atau kondisi dari pasien itu semakin
memburuk. Hak - Hak Pasien Pada kasus diatas perawat melanggar hak pasien dimana
perawat tidakmemberikan penjelasan serta meminta persetujuan pada pasien dan
keluarga saat memasang infuse.

a. Pasal 32d UU No.44/2009

“Setiap pasien mempunyai hak memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai
dengan standar profesi dan standar prosedur operasional”

b. Pasal 32e UU No.44/2009

“Setiap pasien mempunyai hak memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga
pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi”

c. Pasal 32j UU No.44/2009

“Setiap pasien mempunyai hak tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan
komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta
perkiraan biaya pengobatan”

d. Pasal 32q UU No.44/2009

“Setiap pasien mempunyai hak menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila
Rumah Sakit diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik
secara perdata ataupun pidana”

2. Mendidik pasien dan keluarga


Standarnya adalah
RS harus mendidik pasien & keluarganya tentang kewajiban & tanggung jawab pasien
dalam asuhan pasien.

5
Kriterianya adalah:
Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dgn keterlibatan pasien
adalah partner dalam proses pelayanan. Karena itu, di RS harus ada system dan
mekanisme mendidik pasien & keluarganya tentang kewajiban & tanggung jawab pasien
dalam asuhan pasien.Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien & keluarga dapat:
1) Memberikan info yg benar, jelas, lengkap dan jujur
2) Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab
3) Mengajukan pertanyaan untuk hal yg tdk dimengerti
4) Memahami dan frmenerima konsekuensi pelayanan
5) Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan RS
6) Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa
7) Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati

Contoh : Perawat A mengajarkan pasien dan keluarga untuk memberikan obat dengan
baik dan benar , bertujuan untuk Mencegah terjadinya kesalahan obat , Menjaga
keamanan pemakaian obat , maka perawat memberikan penjelasan kepada pasien dan
keluarga untuk mengenali perbedaan karakteristik dari pengobatan dengan tepat.
Perawat A juga memerikan informasi tentang penggantian obat.

3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan


Standarnya adalah
RS menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar tenaga dan
antar unit pelayanan.
Kriterianya adalah:
a) Koordinasi pelayanan secara menyeluruh
b) Koordinasi pelayanan disesuaikan kebutuhan pasien dan kelayakan sumber daya
c) Koordinasi pelayanan mencakup peningkatan komunikasi
d) Komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan

Contoh :

Seorang perawat A ingin memberikan obat suntik kedalam pembuluh darah pasien yang
bernama Tn. D, tetapi ketika mau melakukan penyuntikan karena terburu-buru dan

6
kurang berhati-hati, perawat tersebut salah memasukan atau memberikan obat kepada
Tn.D sehingga pasien mengalami syok dan sakitnya tambah parah, itu semua adalah
kesalahan perawat A Karena kelalaian dalam memberikan obat. ini adalah kejadian salah
obat salah masuk pasien.

4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan


program peningkatan keselamatan pasien.
Standarnya adalah
RS harus mendesign proses baru atau memperbaiki proses yg ada, memonitor &
mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif KTD, &
melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta KP.
Kriterianya adalah
a) Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan (design) yang baik,
sesuai dengan ”Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit”.
b) Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja
c) Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif
d) Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi hasil analisis

Contoh :

Perawat harus berkolaborasi oleh dokter untuk meningkatkan keselamatan dan kesehatan
pasien dengan menerapkan asuhan keperawatan dengan informasi yang benar atau
pengumpulan data sesuai yang disampaikan oleh dokter.

5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien


Standarnya adalah
a) Pimpinan dorong & jamin implementasi progr KP melalui penerapan “7 Langkah
Menuju KP RS ”.
b) Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif identifikasi risiko KP &
program mengurangi KTD.
c) Pimpinan dorong & tumbuhkan komunikasi & koordinasi antar unit & individu
berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang KP
d) Pimpinan mengalokasikan sumber daya yg adekuat utk mengukur, mengkaji, &
meningkatkan kinerja RS serta tingkatkan KP.

7
e) Pimpinan mengukur & mengkaji efektifitas kontribusinyadalam meningkatkan
kinerja RS & KP.

Kriterianya adalah

a) Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien.


b) Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan program
meminimalkan insiden,
c) Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari rumah
sakit terintegrasi dan berpartisipasi
d) Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan kepada
pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain dan penyampaian
informasi yang benar dan jelas untuk keperluan analisis.
e) Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan insiden,
f) Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden
g) Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan antar
pengelola pelayanan
h) Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan
i) Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan kriteria
objektif untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja rumah sakit dan
keselamatan pasien

Contoh : perawat memberikan harus informasi yang jelas terkait agar pasien
meningkatkan kesehatannya ditandai dengan bebasnya pasien dari harm(cedera) yang
termasuk didalamnya adalah penyakit, cedera fisik, psikologis, sosial, penderitaan,
cacat, kematian dll yang seharusnya tidak terjadi

6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien


Standarnya adalah
1. RS memiliki proses pendidikan, pelatihan & orientasi untuk setiap jabatan mencakup
keterkaitan jabatan dengan KP secara jelas.
2. RS menyelenggarakan pendidikan & pelatihan yang berkelanjutan untuk
meningkatkan & memelihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan
interdisiplin dalam pelayanan pasien.

8
Kriterianya adalah

a) Memiliki program diklat dan orientasi bagi staf baru yang memuat topik
keselamatan pasien
b) mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan inservice
training dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan insiden.
c) menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok (teamwork) guna
mendukung pendekatan interdisiplin dan kolaboratif dalam rangka melayani
pasien.

Contoh :

Rumah sakit harus melakukan pendidikan pelatihan bagi staf , khususnya untuk staf
yang baru , dimana staf baru belum terlalu memahami bagaimana tindakan –
tindakan yang ada di RS , misalnya dengan melakukan diklat tentang keselamatan
pasien yaitu bagaimana cara pengurangan resiko pasien jatuh.

7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.


Standarnya adalah
a) RS merencanakan & mendesain proses manajemen informasi KP untuk
memenuhi kebutuhan informasi internal & eksternal.
b) Transmisi data & informasi harus tepat waktu & akurat.

Kriterianya adalah

a) Disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses manajemen untuk


memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait dengan keselamatan pasien.
b) Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk merevisi
manajemen informasi yang ada

Contoh :

Perawat harus bersedia dan bias memahami gaya yang berbeda dari komunikasi yang
digunakan oleh pasien , keluarga , dan profesional perawatan kesehatan lainnya, melakukan
komunikasi dengan pasien , keluarga dan system selama transisi dalam perawatan , dan
menggunakan teknologi komunikasi untuk melakukan edukasi dan promosi kesehatan

9
kepada pasien dalam berbagai cara. Dengan komunikasi pasien dan keluarga menjadi
mengerti apa yang di sampaikan oleh perawat

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Keselamatan adalah bebas dari cidera aksidental atau menghindarkan cidera pada pasien
akibat perawatan medis dan kesalahan pengobatan. Patient safety (keselamatan pasien)
rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman.
Hal ini termasuk : assesment resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan
dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insident
dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko.
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang di sebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya dilakukan
Ada kebijakan harus diteraokan di Rumah sakit yaitu Rumah Sakit wajib melaksanakan
sistim keselamatan pasien. , Rumah Sakit wajib melaksanakan 7 langkah menuju
keselamatan pasien. ,Rumah Sakit wajib menerapkan standar keselamatan pasien. ,
Evaluasi pelaksanaan keselamatan pasien akan dilakukan melalui program
akreditasi rumah sakit.

11
Daftar pustaka

https://www.slideshare.net/setyo14/permenkes-no-1691-ttg-keselamatan-pasien-rumah-sakit

https://marsenorhudy.wordpress.com/2011/01/07/patient-safetiy-keselamatan-pasien-rumah-
sakit/

https://www.academia.edu/31058437/STANDAR_KESELAMATAN_PASIEN.docx

12

You might also like