PROGRAM PENGENDALIAN RESISTENSI
ANTIMIKROBA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. RM. PRATOMO
on
Bae RRO r|
rr. .
7 BAGANSIAPIAPI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. RM.PRATOMO
J, Pahlawan no, 13 Telp. (0767) 21731 - 21864 Fax (0767)-21731
Email :rsudpratomo@ yahoo.com
Bagansiapiapi- RokanHilir
2018PROGRAM KERJA KOMITE PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIMIKROBA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. RM PRATOMO,
1. PENDAHULUAN
Keselamatan pasien di rumah sakit adalah sistem pelayanan dalam suatu RS yang
memberikan asuhan pasien menjadi lebih aman. Risiko terjadinya kesalahan medis yang
dialami pasien di rumah sakit sangat besar. Besarnya risiko dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain lamanya pelayanan, keadaan pasien, kompetensi dokter, serta prosedur dan
kelengkapan fasilitas, Kesalahan medis tersebut bisa saja terjadi pada saat komunikasi dengan
pasien, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, diagnosis maupun terapi dan tindak lanjut,
namun bukan disebabkan oleh penyakit underlying diseases. Risiko klinis tersebut bisa
berakibat cedera, kehilangankerusakan atau bisa juga Karena faktor kebetulan atau ada
tindakan dini tidak berakibat cedera.
Kejadian risiko yang mengakibatkan pasien tidak aman sebagian besar dapat dicegah
dengan beberapa cara. Antara lain meningkatkan kompetensi diri, kewaspadaan dini, dan
Komunikasi aktif dengan pasien. Salah satu yang bisa dilakukan untuk mendukung program
patient safety tersebut adalah penggunaan antibiotik secara bijak dan penerapan pengendalian
infeksi secara benar. Diharapkan penerapan “Program Pengendalian Resistensi Antibiotik”
dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya penanganan kasus-kasus infeksi di
Tumah sakit serta mampu meminimalkan risiko terjadinya kesalahan medis yang dialami
pasien di rumah sakit
Il. LATAR BELAKANG
Hasil penelitian Antimicrobial Resistant in Indonesia (AMRIN-Study) tahun 2000-2005
pada 2494 individu di masyarakat, memperlihatkan bahwa 43% Escherichia coli resisten terhadap
berbagai jenis antibiotik antara lain: ampisilin (34%), kotrimoksazol (29%) dan kloramfenikol
(25%). Sedangkan pada 781 pasien yang dirawat di rumah sakit didapatkan 81% Escherichia coli
resisten terhadap berbagai jenis antibiotik, yaitu ampisilin (73%), kotrimoksazol (56%),
Kloramfenikol (43%), siprofloksasin (22%), dan gentamisin (18%). Hasil penelitian ini
‘membuktikan bahwa masalah resistensi antimikroba juga terjadi di Indonesia. Penelitian tersebut
memperlihatkan bahwa di Surabaya dan Semarang terdapat masalah resistensi antimikroba,
penggunaan antibiotik yang tidak bijak, dan pengendalian infeksi yang belum optimal. Penelitian
AMRIN ini menghasitkan rekomendasi berupa metode yang telah divalidasi (validated method)
untuk mengendalikan resistensi antimikroba secara efisien. Hasil penelitian tersebut telah
disebarluaskan ke rumah sakit lain di Indonesia melalui lokakarya nasional pertama di