You are on page 1of 8

PENGARUH RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP

PENURUNAN PERILAKU KEKERASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA


DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH KLATEN

Suryanti, Dwi Ariani


Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Keperawatan

Abstract: Violent Behavior, Schizophrenia, Progressive Relay Therapy. Management


or treatment of violent behavior is necessary and can be done in three ways, namely
prevention programs, anticipation and restraint. Progressive relaxation is part of the
anticipatory program. The progressive relaxation technique is to focus on a muscle
activity, by identifying the tense muscles and then decreasing the tension by performing
relaxation techniques to get relaxed feelings (Murphy, 1996). The purpose of this study
is to determine the effect of progressive relaxation on the risk of violent behavior in
patients with schizophrenia RSJD Klaten. The type of research is Quasi experiment with
research design using One Group Pre and Post test Design. Sampling using non
probability sampling technique by purposive sampling which amounted to 30
respondents in RSJD Klaten. Sample is done pre test fill out questionnaire BPRS
(General Response Function Adaptif) which include behavioral response, verbal
response, emotional response, and physical response with scale 1-14 .. Data analysis
used is Paired t-test with the help of computer SPSS for Windows version 18.0. The
results of research on progressive relaxation implant dillakuakn in RS Klaten Klaten,
after analyzed with bivariate showed that there is a decrease of average between before
and after given progressive relaxation action from before action 2.07 to after action
1.63 (t count 0.44) and P value 0,000 < (0.05). Interpretation of this research that
progressive relaxation therapy is very influential in reducing the level of perilakukan
violence in schizophrenic patients.

Keywords: Violent Behavior, Schizophrenia, Progressive Relay Therapy

Abstrak: Perilaku Kekerasan, Skizofrenia, Terapi Relakasasi Progresif.


Penatalaksanaan atau penanganan perilaku kekerasan sangat diperlukan dan dapat
dilakukan dengan tiga cara, yaitu program pencegahan, antisipasi dan pengekangan.
Relaksasi progresif merupakan bagian dari program antisipasi. Teknik relaksasi
progresif adalah memusatkan perhatian pada suatu aktifitas otot, dengan
mengidentifikasi otot yang tegang kemudian menurunkan ketegangan dengan
melakukan teknik relaksasi untuk mendapatkan perasaan relaks (Murphy, 1996). Tujuan
penlitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Relaksasi Progresif Terhadap Resiko
Penurunan Perilaku Kekerasan Pada Pasien Skizofrenia RSJD Klaten. Jenis penelitian
adalah Quasi eksperimen dengan design penelitian menggunakan One Group Pre and
Post test Design. Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik non probability
sampling dengan cara purposive sampling yang berjumlah 30 responden di RSJD
Klaten. Sample dilakukan pre test mengisi angket BPRS (Respon Umum Fungsi
Adaptif) yang meliputi respon perilaku, respon verbal, respon emosi, dan respon fisik

67
68 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume 7, No 1,Mei 2018, hlm 01-100

dengan skala 1-14.. Analisa data yang digunakan adalah Paired t-test dengan bantuan
komputer SPSS for Windows versi 18,0. Hasil penelitian tentang pengaaruh relaksasi
progresif yang dillakuakn di RSJD Klaten, setelah dianalisa dengan bivariat
menunjukkan bahwa ada penurunan rerata antara sebelum dan sesudah diberi tindakan
relaksasi progresif dari sebelum tindakan 2,07 menjadi setelah tindakan 1,63 (t hitung
0,44) dan P value 0,000 < (0,05). Interpretasi penelitian ini bahwa terapi relaksasi
progresif sangat berpengaruh dalam menurunkan tingkat perilakukan kekerasan pada
pasien skizofrenia.

Kata Kunci: Perilaku Kekerasan, Skizofrenia, Terapi Relakasasi Progresif

PENDAHULUAN pengekangan. Relaksasi progresif


Kehidupan manusia dewasa ini merupakan bagian dari program antisipasi.
yang semakin sulit dan kompleks serta Teknik relaksasi progresif adalah
semakin bertambahnya stressor memusatkan perhatian pada suatu aktifitas
psikososial akibat budaya masyarakat otot, dengan mengidentifikasi otot yang
modern yang cenderung lebih sekuler, tegang kemudian menurunkan ketegangan
menyebabkan manusia tidak dapat dengan melakukan teknik relaksasi untuk
menghindari tekanan-tekanan hidup yang mendapatkan perasaan relaks (Murphy,
mereka alami. Kondisi kritis ini membawa 1996).
dampak terhadap peningkatan kualitas Berdasarkan latar belakang diatas
maupun kuantitas penyakit mental- penulis tertarik untuk meneliti tentang
emosional manusia. Salah satu dampak Pengaruh relaksasi progresif terhadap
negative dari penyakit mental-emosional penurunan Resiko perilaku kekerasan
adalah perilaku kekerasan (Hidayati Pada Pasien Skizofrenia di RSJD Klaten.
(2000) dalam Nurjanah (2004). Schizofrenia merupakan suatu
Perilaku kekerasan adalah suatu sindrome klinis atau proses penyakit yang
keadaan dimana seseorang melakukan mempengaruhi kognisi, persepsi, emosi,
tindakan yang dapat membahayakan perilaku, dan fungsi sosial, tetapi
secara fisik baik terhadap diri sendiri, schizofrenia mempengaruhi setiap
orang lain, maupun lingkungan. individu dengan cara yang berbeda.
Perilaku kekerasan dianggap sebagai suatu Derajat gangguan pada fase akut atau fase
akibat yang ekstrim dari rasa marah atau psikotik dan fase kronis atau fase jangka
ketakutan yang mal adaptif (panik). panjang sangat bervariasi diantara
Perilaku agresif dan perilaku kekerasan itu individu (Videbeck, 2008).
sendiri sering dipandang sebagai suatu Perilaku kekerasan adalah suatu
dimana agresif verbal di suatu sisi dan keadaan dimana seseorang melakukan
perilaku kekerasan (violence) di sisi yang tindakan yang dapat membahayakan
lain. secara fisik baik terhadap diri sendiri,
Penatalaksanaan atau penanganan orang lain, maupun lingkungan.
perilaku kekerasan sangat diperlukan dan Dalam keperawatan, katagori pasien
dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu perilaku kekerasan dibuat dengan skor
program pencegahan, antisipasi dan RUFA (Respons Umum Fungsi Adaptif)/
GAFR (General Adaptive Function
Suryanti, Pengaruh Relaksasi Progresif Terhadap 69

Response) yang merupakan modifikasi kekerasan dengan kriteria inklusi sebagai


dari skor GAF. Sedangkan untuk berikut : usia 18 – 55 tahun; alasan
mengetahui perkembangan perilaku dirawat : klien dengan perilaku kekerasan;
kekerasan menggunakan skala BPRS (the klien (keluarga) bersedia jadi responden ;
Brief Psychiatric Rating Scale), karena hari kedua perawatan. Sampel berjumlah
keperawatan menggunakan pendekatan 80 orang, yang diambil dengan metode
respons manusia dalam memberikan “Total Sampling”.
asuhan keperawatan sesuai dengan fungsi Penelitian dilakukan untuk
respons yang adaptif. menganalisa perubahan penurunan
Relaksasi adalah satu teknik dalam perilaku kekerasan sebelum dan sesudah
terapi perilaku untuk mengurangi perlakuan terapi musik serta
ketegangan dan kecemasan. Teknik ini membandingkan antara kelompok yang
dapat digunakan oleh pasien tanpa mendapatkan terapi generalis dan terapi
bantuan terapis dan mereka dapat musik dengan kelompok yang hanya
menggunakannya untuk mengurangi mendapatkan terapi generalis. Setiap
ketegangan dan kecemasan yang dialami kelompok berjumlah 40 orang. Pada
sehari-hari di rumah. kelompok yang mendapat terapi musik
Teknik relaksasi progresif adalah dilakukan pertemuan sebanyak 4 sesi
memusatkan perhatian pada suatu aktifitas dalam rentang waktu 4 hari.
otot, dengan mengidentifikasi otot yang Perilaku kekerasan yang meliputi
tegang kemudian menurunkan respon fisik, respon kognitif, respon
ketegangan. Strategi pencegahan antara perilaku dan respon sosial diukur dengan
lain melalui self awarenness perawat, menggunakan kuesioner, observasi, dan
pendidikan kesehatan, dan latihan asertif. pemeriksaan fisik serta dianalisis
Strategi antisipasi, terdiri dari : tekhnik menggunakan dependent t-test,
komunikasi, perubahan lingkungan, independent t-test, chi-square dan regresi
perilaku, dan pemberian obat antipsikotik. liniear ganda dengan tampilan dalam
Strategi pengekangan yang terdiri dari : bentuk tabel dan distribusi frekwensi.
tindakan manajemen krisis, pengikatan
dan pembatasan gerak. HASIL PENELITIAN
Ketiga strategi tersebut digunakan sebagai Penelitian ini dilaksanakan tanggal
pendekatan dalam menguraikan tindakan 1 Mei sampai 8 Juni 2009, di Rumah Sakit
keperawatan perilaku kekerasan yang Jiwa Daerah Surakarta terdapat 80 klien
akan diberikan pada penanganan perilaku yang terdiri dari 40 klien mendapatkan
kekerasan. terapi generalis dan 40 klien terapi musik
dengan kelompok yang hanya mendapat
METODE PENELITIAN terapi generalis. Adapun hasil penelitian
Penelitian ini menggunakan sebagi berikut :
metode “quasi experiment pre-post test Hasil analisis menunjukan bahwa
with control group” dengan intervensi dari 80 klien rerata umur 31,30 tahun
terapi musik pada tanggal 1 Mei sampai dengan umur termuda 18 tahun dan tertua
dengan 8 Juni 2009. 52 tahun. Sedangkan rerata frekwensi
Sampel penelitian ini adalah klien perawatan sebanyak 2,88 kali dengan
Skizoprenia yang mengalami perilaku jumlah perawatan yang terendah 1 kali
70 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume 7, No 1,Mei 2018, hlm 01-100

dan tertinggi frekwensiperawatan respon perilaku nilai P= 0,215 respon


perawatannya 10 kali. Rerata lama sakit sosial nilai P= 0,823, respon komposit
4,46 tahun dengan lama sakit seluruh nilai P= 0,606 berarti pada alpha 5%
responden yang terpendek 0,1 tahun dan terlihat perilaku kekerasan antara kedua
yang terlama sakit 26 tahun. Demikian kelompok setara.
juga dari hasil ini pada alpha 5% Hasil analisis disimpulkan pada
didapatkan adanya kesetaraan baik untuk alpha 5 % didapatkan adanya penurunan
umur, frekwensi perawatan dan lama perilaku kekerasan secara bermakna (p
menderita gangguan jiwa antara value 0,000), pada respon fisik skor ini
kelompok yang mendapatkan terapi turun sebesar 2,58, respon kognitif skor
generalis dan terapi musik dengan ini turun sebesar 6,80, pada respon
kelompok yang hanya mendapat terapi perilaku skor ini turun sebesar 8,86,
generalis (pvalue > 0,05). respon sosial skor ini turun sebesar 4,30,
Hasil analisis terhadap proporsi respon komposit skor ini turun sebesar
klien yang berjenis kelamin laki-laki lebih 16,88 pada kelompok yang mendapatkan
banyak 68,8% (55) dari perempuan. Pada terapi generalis dan terapi musik.
pendidikan terbanyak SLTP dan SMU Demikian juga pada kelompok yang
masing-masing 26 orang (32.5% ), hanya mendapatkan terapi generalis pada
sedangkan untuk proporsi tidak bekerja alpha 5 % didapatkan adanya penurunan
lebih banyak ( 62,5% /50) dari pada yang perilaku kekerasan secara bermakna (p
bekerja. Proporsi klien tidak kawin lebih value 0,000), pada respon fisik skor ini
banyak kawin (63,8% /51) dari pada yang turun sebesar 2,18 respon kognitif skor ini
kawin. Demikian juga dari hasil ini pada turun sebesar 4,72 pada respon perilaku
alpha 5% didapatkan adanya kesetaraan skor ini turun sebesar 4,30, respon sosial
baik pada jenis kelamin, pendidikan, skor ini turun sebesar 2,70, respon
pekerjaan dan staus perkawinan antara komposit skor ini turun sebesar 11,97.
kelompok yang mendapatkan terapi Hasil analisis diperoleh bahwa
generalis dan terapi musik dengan pada alpha 5% didapatkan adanya
kelompok yang hanya mendapat terapi penurunan rerata perilaku kekerasan
generalis (pvalue > 0,05). secara bermakna pada kelompok
Hasil analisis perilaku kekerasan mendapatkan terapi generalis dan terapi
sebelum intervensi terapi musik memiliki musik dalam respon fisik lebih rendah
rerata total respon fisik dengan skor 8,05, sebesar -0,75 (p value 0,003), dalam
respon kognitif dengan skor 14,86 respon respon kognitif lebih rendah sebesar -2,35
perilaku dengan skor 10,91 respon (p value 0,001) dalam respon perilaku
komposit dengan skor 35,81. Sedangkan lebih rendah sebesar -1,65 (p value 0,000)
hasil rerata pada kelompok yang dalam respon sosial lebih rendah sebesar
mendapatkan terapi generalis dan terapi -2,02 (p value 0,000)a dalam respon
musik dengan kelompok yang hanya komposit lebih rendah sebesar -5,78 (p
mendapat terapi generalis, sebelum value 0,000). Berdasarkan hasil uji
intervensi terapi musik pada pada alpha statistik dapat disimpulkan penurunan
5% didapatkan adanya kesetaraan. respon perilaku kekerasan baik respon
Didapatkan pada respon fisik nilai P= fisik, respon kognitif, respon perilaku,
0,321, respon kognitif nilai P= 0, 678, respon sosial dan respon komposit
Suryanti, Pengaruh Relaksasi Progresif Terhadap 71

menunjukan lebih rendah secara bermakna Tabel 1


sesudah perlakuan antara kelompok Analisis Kesetaraan Perilaku
mendapatkan terapi generalis dan terapi Kekerasan Sebelum Pelaksanaan
musik dengan kelompok yang hanya Terapi Musik di RSJD
mendapatkan terapi generalis (p value Variabel Kelompok N Mean SD P value
<0.005). Respon Intervensi 40 7,88 1.7 0,321
Fisik Kontrol 40 8,23 4
Faktor-faktor yang berkontribusi
1,3
terhadap respon perilaku kekerasan 7
Hasil analisis menunjukkan bahwa Terapi Respon Intervensi 40 14,73 2,89 0,678
Musik dan jenis kelamin berhubungan kognitif Kontrol 40 15,00 3,00
dengan respon komposit (respon kognitif, Respon Intervensi 40 10,53 2,78 0,215
perilaku, sosial).Terapi musik (p value perilaku Kontrol 40 11,30 2,77
Respon Intervensi 40 10,13 3,37 0,823
0,004) dan jenis kelamin (p value 0,001 ). sosial Kontrol 40 9,95 3,59
Hubungan Terapi Musik dan jenis Komposit Intervensi 40 35,38 7,65 0,606
kelamin dengan respon fisik menunjukkan (Kognitif, Kontrol 40 36,25 7,47
ada hubungan/ hubungan sedang Peri
(R=0,465). Terapi musik dan jenis laku,
Sosial)
kelamin mempunyai peluang sebesar 21,7
% terhadap pernurunan respon komposit.
Sedangkan karakteristik lainnya yaitu Tabel 2
usia, frekwensi perawatan, lama gangguan Analisis Perbedaan Perilaku Kekerasan
jiwa, pendidikan, pekerjaan, status Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan
perkawinan, tidak berpeluang terhadap Terapi Musik di RSJD
Kelp. Intervensi N Mean SD P value
penurunan perilaku kekerasan. Respon Fisik
Sebelum 40 7,88 1,74 0,000
PEMBAHASAN Sesudah 40 5,30 0,65
Hasil analisis menunjukkan bahwa Selisih 2,58
Terapi Musik dan jenis kelamin Respon kognitif
Sebelum 40 14,73 2,89 0,000
berhubungan dengan respon kognitif. Sesudah 40 7,93 1,94
Terapi musik (p value 0,012 : alpha 0,05) Selisih 6,80
dan jenis kelamin (p value 0,000 : alpha Respon perilaku
0,05). Hubungan Terapi Musik dan jenis Sebelum 40 10,53 2,78 0,000
kelamin dengan respon kognitif Sesudah 40 5,35 0,77
Selisih 8.86
menunjukkan ada hubungan/ hubungan Respon sosial
kuat (R=0,501). Terapi musik dan jenis Sebelum 40 10,13 3,37 0,000
kelamin mempunyai peluang sebesar 25,1 Sesudah 40 5,23 0,58
% terhadap pernurunan respon kognitif. Selisih 4,30
Komposit
(Kognitif
Perilaku , Sosial) 40 35,38 7,65 0,000
Sebelum 40 18,50 251
Sesudah 16,88
Selisih
72 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume 7, No 1,Mei 2018, hlm 01-100

Tabel 3 Perilaku Kekerasan mencakup


Analisis Selisih Penurunan Perilaku respon fisik, kognitif, perilaku dan sosial
Kekerasan Pada Kelompok Intervensi seperti menurut Rawlins, dkk., (1993).
dan Kelompok Kontrol di RSJD Boyd dan Nihart, (1996) mengungkapkan
Surakarta karakteristik perilaku kekerasan dikaji
Variabel Kelompok n Selisih P melalui respon perilaku, sosial, kognitif
Mean value dan fisik atau respon perilaku internal.
Respon Intervensi 40 2,58 0,000 Dalam bagian ini akan diuraikan pengaruh
Fisik Kontrol 40 2,18
terapi musik terhadap respon fisik, respon
Respon Intervensi 40 6,80 0.000
kognitif, respon sosial, dan perilaku
kognitif Kontrol 40 4,72
berdasarkan hasil penelitian yang
Respon Intervensi 40 5,18 0.000
perilaku Kontrol 40 4,30 diperoleh.
Hasil penelitian menunjukan
Respon Intervensi 40 4,90 0.000 bahwa sebelum dilakukan terapi musik
sosial Kontrol 40 2,70
Komposit Intervensi 40 16,88 0.000
hasilnya adalah setara antara kelompok
(Kognitif, Kontrol 40 11,97 yang mendapatkan terapi generalis dan
Perilaku, terapi musik dengan kelompok yang
Sosial) hanya mendapat terapi generalis. Hasil
rerata skor untuk respon fisik dengan skor
Tabel 4 8,05 (tinggi) respon kognitif dengan skor
Analisis Perbedaan Penurunan 14,86 (sedang), respon perilaku dengan
Perilaku Kekerasan Sesudah skor 10,91 (sedang) respon komposit
Pelaksanaan Terapi Musik Pada dengan skor 35,81 (sedang). Hasil ini
Kelompok Intervensi dan Kontrol di menunjukan bahwa klien berada pada
RSJD Surakarta perilaku kekerasan dalam katagori sedang
Variabel Kelomp P sampai tinggi.
n Mean SD SE
value Menurut Rawlins, dkk., (1993)
Respon Intervensi 40 5,30 0,6 0.10 0,00
fisik Kontrol 40 6,05 5 0.22 3 gejala yang muncul pada klien dengan
Selisih -0,75 1,4 perilaku kekerasan dalam respon fisik
0 meliputi kurang dapat mengendalikan diri,
Respon Intervensi 40 7,93 1,9 3,07 0,00 ketegangan tubuh, peningkatan perilaku
kognitif Kontrol 40 10,28 4 3,64 1 muka merah, pandangan, tajam, tekanan
Selisih -2,35 3,6
4
darah meningkat, nadi meningkat,
Respon Intervensi 40 5,35 0,7 0,12 0,00 pernafasan meningkat. Demikian juga
Perilaku Kontrol 40 7,00 7 0,40 0 dalam respon kognitif akan muncul gejala:
Selisih. -1,65 2,5 bingung, kayalan, bantahan, menentang,
2 ancaman verbal, merencanakan perilaku
Respon Intervensi 40 5,23 0,5 0,09 0,00
kekerasan. Pada klien dengan perilaku
sosial Kontrol 40 7,25 8 0,42 0
Selisih -2,02 2,6 kekerasan akan mengalami perubahan
7 dalam respon sosial yang mengakibatkan
Komposit Intervensi 40 18,50 2,5 0,40 0,00 ketidakmampuan klien dalam melakukan
(Kognitif, Kontrol 40 24,28 1 1,19 0 hubungan interpersonal secara tepat (Boyd
Perilaku, Selisih -5,78 7,5 & Nihart,1996). Kondisi klien
Sosial) 5
menunjukan perlu penanganan segera jika
Suryanti, Pengaruh Relaksasi Progresif Terhadap 73

tidak akan membahayakan bagi orang lain pemberian terapi musik menurunkan
dan diri sendiri dan lingkungan. perilaku kekerasan secara bermakna.
Berdasarkan penurunan respon Demikian juga berdasarkan
perilaku kekerasan pada kelompok yang perbedaan rerata menunjukkan adanya
mendapatkan terapi generalis dan terapi pengaruh terhadap penurunan perilaku
musik dengan kelompok yang hanya kekerasan baik dalam respon fisik (-0,75),
mendapatkan terapi generalis, kedua kognitif (-2,35), perilaku (-1,65) dan
sama-sama mengalami penurunan lebih sosial (-2,02) serta komposit (-5,79)
rendah secara bermakna (p value 0,000). menunjukan lebih rendah secara bermakna
Demikian berdasarkan hasil post sesudah perlakuan antara kelompok
intervensi pada kelompok yang hanya mendapatkan terapi generalis dan terapi
mendapatkan terapi generalis menunjukan musik dengan kelompok yang hanya
penurunan perilaku kekerasan dalam mendapatkan terapi generalis (p value
respon fisik skor menurun 2,18, respon <0.005).
kognitif skor menurun 4,72 respon Hasil penelitian ini sesuai dengan
perilaku skor menurun 4,30, respon sosial penelitian Gold (2007) menyatakan bahwa
skor menurun 2,70 , respon komposit mengikuti terapi musik dapat lebih
skor menurun 11,97, Hasil ini memperbaiki gejala pada klien
menunjukan pada kelompok klien yang Skizoprenia dibanding standar perawatan
hanya mendapatkan terapi generalis dengan total skor -9.00 dengan standart
mengalami penurunan perilaku kekerasan perawatan ditambah musik terapi
dalam katagori rendah sampai sedang. dibanding hanya memakai standar
Hal diatas membuktikan bahwa keperawatan (-2,96) dengan P=0.045).
pemberian terapi generalis menurunkan Maka berdasarkan hasil diatas
perilaku kekerasan dari tinggi kesedang terapi musik dapat ditetapkan sebagai
menjadi rendah ke sedang, seperti dalam salah satu program dalam meningkatkan
Keliat (2003) hasil penelitian terapi kualitas asuhan keperawatan jiwa,
generalis dengan menggunakan SAK khususnya untuk klien dengan perilaku
perilaku kekerasan berpengaruh terhadap kekerasan.
kemampuan mencegah perilaku Hasil analisis menunjukkan hanya
kekerasan sebesar 86,6% dan bantuan jenis kelamin yang mempunyai peluang
13,4 %. sebesar 21,7 % terhadap pernurunan
Berdasarkan perbedaan selisih perilaku kekerasan dan pada respon
sebelum dan sesudah dilakukan terapi kognitif merupakan peluang yang paling
musik antara kelompok yang tinggi sebesar 25,1 % serta menunjukkan
mendapatkan terapi generalis dan terapi hubungan kuat (R=0,501). Sedangkan
musik dengan kelompok yang hanya pada karakteristik lainnya yaitu usia,
mendapatkan terapi generalis, frekwensi perawatan, lama gangguan jiwa,
menunjukan pengaruh terhadap penurunan pendidikan, pekerjaan, status perkawinan,
perilaku kekerasan lebih besar secara tidak berpeluang terhadap penurunan
bermakna pada respon fisik (0,40), perilaku kekerasan
kognitif (2,02), perilaku (0,88) dan sosial Jenis kelamin berpeluang terhadap
(2,20). Hal ini membuktikan bahwa penurunan perilaku kekerasan, hal ini
dikuatkan bahwa proporsi terbanyak klien
74 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume 7, No 1,Mei 2018, hlm 01-100

berjenis laki-laki. Hal ini pula dapat mendapatkan terapi generalis dan terapi
dirasakan saat pemnelitian klien yang musik dengan kelompok yang hanya
berjenis laki-laki lebih menggunakan mendapatkan terapi generalis (p value <
kognitifnya dari pada perasaan juga α :0.05).
mudah mengekpresikan respon perilaku Hubungan Terapi Musik dan
pada perilaku kekerasan lebih cepat jenis kelamin dengan perilaku kekerasan
terlihat perubahannya dibandingkan klien pada respon kognitif menunjukkan ada
yang berjenis perempuan. hubungan/ hubungan kuat (R=0,501).
Terapi musik dan jenis kelamin
KESIMPULAN DAN SARAN mempunyai peluang sebesar 25,1%
Karakteristik klien pada umumnya terhadap pernurunan respon kognitif.
berada dalam rata-rata usia 31-32 tahun, 3 Berdasarkan hasil penelitian
kali frekwensi perawatan, lama menderita diatas, maka RSJD Surakarta dapat
gangguan jiwa 4-5 tahun, jenis kelamin menetapkan terapi musik sebagai salah
laki-laki, pendidikan SLTP-SMU, tidak satu program dalam meningkatkan
bekerja dan tidak kawin. Antara kelompok kualitas asuhan keperawatan jiwa,
intervensi dan kelompok kontrol secara khususnya untuk klien dengan perilaku
statistik hasilnya menunjukan setara (p- kekerasan.
value > α 0,05).
Perilaku kekerasan di RSJD DAFTAR RUJUKAN
Surakarta sebelum dilakukan intervensi Boyd, M.A., & Nihart, M.A. (1998).
pada kelompok mendapatkan terapi Psychiatric nursing contemporary
generalis dan terapi musik dengan practice, Philadelphia: Lippincott.
kelompok yang hanya mendapatkan terapi Gold,C. (2007). Music therapy improves
generalis pada alpha 5% didapatkan symptoms in aduls hospitalised
adanya kesetaraan. Perilaku kekerasan di with schizophrenia evidence-
RSJD Surakarta sebelum dan sesudah based mental health, http://www.
dilakukan intervensi pada kelompok yang music therapy, org/factsheets/b.b-
mendapatkan terapi generalis dan terapi psychopathology.pdf. diperoleh
musik dengan kelompok yang hanya 17 Maret 2009
mendapatkan terapi generalis, kedua Keliat, B.A.,(2003). Pemberdayaan klien
sama-sama mengalami penurunan lebih dan keluarga dalam perawatan
rendah secara bermakna. Perbedaan klien skizoprenia dengan perilaku
selisih penurunan Perilaku kekerasan di kekerasan di Rumah Sakit Jiwa
RSJD Surakarta sebelum dan sesudah Pusat Bogor: Desertasi,
dilakukan intervensi pada kelompok Jakarta:FKM UI.
mendapatkan terapi generalis dan terapi Rawlins, William & Beek. (1993).
musik dengan kelompok yang hanya Mental health psychiatric nursing
mendapatkan terapi generalis terdapat A holistic life cycle approach.
penurunan lebih besar secara bermakna. Third Edition. USA: Mosby Years
Penurunan respon perilaku Book.
kekerasan di RSJD Surakarta menunjukan RSJD Surakarta.(2008). Profil Rumah
lebih rendah secara bermakna sesudah Sakit Jiwa Daerah Surakart.
dilakukan intervensi antara kelompok RSJD Surakarta.

You might also like