You are on page 1of 17

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kusta adalah penyakit menular yang menahun dan disebabkan oleh kuman
kusta (Mycobacterium Leprae) yang menyerang saraf tepi, kulit dan bisa timbul
diseluruh tubuh seperti wajah, lengan, paha, dan kaki. Penyakit ini sering
menimbulkan masalah yang sangat kompleks. Kusta dapat menyebabkan
gangguan pada kulit, mati rasa, dan kelumpuhan pada tangan dan kaki. Kusta
dapat menular melalui kontak kulit dengan penderita atau melalui droplet dan
inhalasi (Emmy, 2008)
Laporan World Health Organization (WHO) tahun 2012, menunjukkan
bahwa jumlah total klien kusta lama dari 114 negara sebanyak 211.903 orang.
Prevalensi global penyakit kusta dari 130 negara di dunia selama tahun 2011
terdapat 192.246 kasus, dan jumlah kasus baru yang terdeteksi selama tahun 2010
sebanyak 228.474 (tidak termasuk jumlah kecil kasus di Eropa). Indonesia
menempati urutan ketiga dari negara dengan prevalensi (angka kejadian) kusta
terbanyak setelah India dan Brasil. Prevalensi kusta terbanyak adalah India
dengan 87.190 kasus, disusul Brasil 38.179 kasus, dan Indonesia 21.026 kasus
(Kompas, 2011).
Target Millenium Development Goal’s (MDG’s) 2015 salah satunya, yaitu
pemberantasan penyakit menular. Penyakit kusta merupakan salah satu penyakit
menular di Indonesia tersebar di wilayah endemik yaitu, Aceh, Jawa, Sulawesi
Selatan, Maluku Utara dan Papua (Kementerian Koordinator Bidang
Kesejahteraan Rakyat, 2009). Pulau Jawa khususnya Jawa Timur menduduki
peringkat pertama dan menjadi 30% penyumbang utama penderita kusta secara
Nasional (Citra, 2010; Dinas Kominfo Provinsi Jatim, 2012). Jumlah klien kusta
di Indonesia yang mengalami kecacatan sebanyak 1.982 (10,23%). (Profil
Kesehatan Indonesia, 2011).
Berdasarkan data Dinkes Provinsi Jatim pada akhir Desember 2012,
sebanyak 30% penderita kusta di Indonesia berada di Jawa Timur dengan angka
prevalensi 1,76 per 10000 penduduk. Hal ini masih jauh dari target nasional yaitu
dibawah 1 per 10000 penduduk. Proporsi kusta pada anak sebesar 9% dan
memiliki angka kecacatan tingkat 2 sebesar 12%. Kabupaten Jember menempati
urutan keempat se-Jawa Timur dari jumlah kasus kusta terbanyak. Peringkat
pertama adalah Kabupaten Sampang, tetapi dari angka prevalensi rate Jember
menempati peringkat 9 dengan prevalensi 1,57 per 10000 penduduk (Dinkes
Jatim, 2013).
Kecamatan Jenggawah sendiri merupakan salah satu penyumbang yang
cukup tinggi di Kabupaten Jember yaitu dengan angka kejadian kusta yang
tercatat sebanyak 36 kasus. Berdasarkan data Puskesmas Jenggawah pada tahun
2011-2014 dimana telah tercatat sebanyak 36 klien kusta yaitu 30 klien dengan
tipe kusta MB dan 6 klien tipe kusta PB. Data Puskesmas Jenggawah hingga
pertengahan tahun tercatat bahwa penyakit kusta telah mengalami peningkatan
yang signifikan yaitu 1 klien dengan tipe kusta MB dan 1 klien dengan tipe kusta
PB. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan yang signifikan terhadap
angka kejadian kusta di wilayah Jenggawah.
Penyakit kusta dapat memberikan dampak fisik, sosial, ekonomi, dan
psikologis bagi penderitanya. Secara fisik, penderita kusta mengalami gangguan
pada kulit, mati rasa, dan kelumpuhan pada tangan dan kaki. Penderita kusta yang
tidak tertangani dengan baik memiliki risiko kecacatan. Kondisi tersebut
mengakibatkan penderita kusta tidak mampu mendapatkan pekerjaan yang layak
untuk menunjang perekonomian keluarga. Hal ini disebabkan karena stigma di
masyarakat yang menganggap kusta merupakan penyakit yang menjijikkan,
penyakit yang tidak bisa disembuhkan, bahkan juga ada yang menganggap kusta
adalah penyakit kutukan sehingga perlu dijauhi sehingga penderita kusta akaan
sulit untuk bersosialisasi dalam masyarakat. Mayoritas penderita kusta akan
mengalami rasa kurang percaya diri atau minder, dan memutuskan mengurung diri
di rumah sehingga tidak produktif.
Di Indonesia pengobatan dari perawatan penderita kusta terintegrasi
dengan unit pelayanan kesehatan. Adapun sistem pengobatan yang dilakukan
adalah dengan kombinasi (MDT). Namun program yang telah dilakukan
pemerintah tersebut masih kurang optimal untuk mengatasi masalah penyakit
kusta. Sehingga diperlukan suatu terobosan untuk optimalisasi penanggulangan
penyakit kusta, salah satu program yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan
kusta adalah dengan membentuk Kelompok Perawatan Diri (KPD) yang telah
terbukti berhasil dilaksanakan di beberapa negara. Konsep KPD berasal dari
ALERT, Etiopia pada tahun 1995. KPD adalah suatu kelompok yang
beranggotakan orang yang terkena kusta, yang berkumpul untuk saling memberi
dukungan satu sama lain, terutama dalam usaha mencegah dan mengurangi
kecacatan, serta mencari solusi bagi persoalan-persoalan yang mereka hadapi
setiap hari akibat kusta. Prinsip utama KPD menyatakan bahwa peran anggota
adalah yang paling penting dalam pencegahan kecacatan. Mereka melakukan
perawatan diri di rumah dengan menggunakan bahan-bahan yang telah dianjurkan
dalam perawatan kusta. Sementara pertemuan KPD hanya diadakan untuk
mengontrol proses penyembuhan serta untuk saling bertukar pengalaman.
Keunggulan KPD yaitu dapat mengatasi masalah fisik, sosial, ekonomi, dan
psikososial yang dialami penderita kusta. Kabupaten Jember sendiri hingga saat
ini telah terbentuk dua KPD yakni di kecamatan Jenggawah dan Kecamatan
Tempurejo (Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2006).

1.2 Luaran Yang Diharapkan Dan Manfaat Kegiatan


Program pengabdian masyarakat ini memiliki luaran yang diharapkan berupa,
yaitu :
Optimalnya KPD (Kelompok Perawatan Diri) di Area Kerja Puskesmas
Jenggawah Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember. Dengan adanya KPD
tersebut akan terbentuk:
a. Adanya peningkatan penanggulangan, pengobatan, dan perawatan
penyakit kusta.
b. Adanya peningkatan pengetahuan serta upaya masyarakat Kecamatan
Jenggawah baik individu maupun kelompok terutama yang bermukim
di daerah kantong penderita kusta untuk mengenal lebih jauh penyakit
kusta.
c. Adanya peningkatan pengetahuan pada penderita kusta serta keluarga
terutama yang telah tergabung dalam kelompok perawatan diri (KPD)
di Area Kerja Puskesmas Jenggawah Kecamatan Jenggawah Kabupaten
Jember untuk menemukan pemecahan masalah fisik, sosial, ekonomi,
maupun psikologis terkait dengan penyakit yang dideritanya.
d. Hilangnya stigma masyarakat terhadap penderita kusta serta dapat
terciptanya opini publik dan kondisi masyarakat yang peduli terhadap
penyelenggaraan pengendalian penyakit kusta.
Kelompok Perawatan Diri (KPD) di wilayah kerja Puskesmas Arjasa juga
telah berdiri sejak tahun 2011 melalui pendanaan Program Kreatifitas Mahasiswa
(PKM) tahun pendanaan 2011. Kelompok Perawatan Diri (KPD) didirikan dan
dilaksanakan periode Februari sampai Juni 2011 oleh kelompok kelompok
penerima hibah PKM bersama masyarakat setempat, dan dilanjutkan secara
swadaya oleh masyarakat untuk meningkatkan Kelompok Perawatan Diri (KPD).
Hasil kegiatan Kelompok Perawatan Diri (KPD) di wilayah kerja Puskesmas
Arjasa lolos secara nasional dan dipresentasikan pada Pekan Ilmiah Mahasiswa
Nasional Ke-24 di Universitas Hassanudin Makassar Tahun 2011.

BAB 2. GAMBARAN UMUM MASYRAKAT SASARAN


Kabupaten Jember adalah sebuah Kabupaten di Provinsi Jawa Timur,
dengan Ibukotanya adalah Jember. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten
Probolinggo dan Kabupaten Bondowoso di utara, Kabupaten Banyuwangi di
timur, Samudra Hindia di selatan, serta Kabupaten Lumajang di barat. Kabupaten
Jember merupakan daerah terluas nomor lima di Propinsi Jawa Timur dengan luas
wilayah sebesar 3.293,34 km2. Berdasarkan data statistik hasil registrasi tahun
2006, jumlah penduduk Kabupaten Jember mencapai 2.308.914 jiwa, jumlah laki–
laki sebesar 1.139.255 jiwa, perempuan sebesar 1.169.659 jiwa, jumlah KK
sebanyak 502.850 KK, jumlah keluarga miskin sebesar 297.864 KK, sehingga
dapat disimpulkan bahwa hampir 59,24% keluarga di Kabupaten Jember termasuk
kedalam keluarga miskin yang tersebar di 31 Kecamatan, 49 Puskesmas, dan 2802
Posyandu (Dinkes Kabupaten Jember, 2006).
Kabupaten Jember pada dasarnya tidak mempunyai penduduk asli. Hampir
semuanya pendatang. Mayoritas penduduk yang mendiami Kabupaten Jember
adalah suku Jawa dan Madura yang sebagian besar beragama islam dan masih
dijumpai suku-suku lain serta warga keturunan asing sehingga melahirkan
karakter khas Jember dinamis, kreatif, sopan dan ramah tamah. Sebagian besar
penduduk Kabupaten Jember berpenghasilan utama sebagai petani, maka
perekonomian Jember masih banyak ditunjang dari sektor pertanian, dan terkenal
sebagai salah satu daerah penghasil tembakau utama di Indonesia.
Kabupaten Jember merupakan salah kabupaten yang menduduki peringkat
12 dengan jumlah penderita kusta terbanyak di Provinsi Jawa Timur. Kabupaten
Jember terdiri dari 49 kecamatan dengan dengan jumlah warga Kabupaten Jember
yang terdeteksi menderita kusta pada tahun 2008 sebanyak 951 orang, tahun 2009
sebanyak 736 orang, tahun 2011 sebanyak 376 orang dan tahun 2012 sebanyak
370 orang (Dinas kesehatan Jember dalam Fadilah, 2013). Kecamatan Jenggawah
sendiri merupakan salah satu penyumbang yang cukup tinggi di Kabupaten
Jember yaitu dengan angka kejadian kusta yang tercatat sebanyak 36 kasus.
Berdasarkan data Puskesmas Jenggawah pada tahun 2011-2014 dimana telah
tercatat sebanyak 36 klien kusta yaitu 30 klien dengan tipe kusta MB dan 6 klien
tipe kusta PB. Data Puskesmas Jenggawah hingga pertengahan tahun tercatat
bahwa penyakit kusta telah mengalami peningkatan yang signifikan yaitu 1 klien
dengan tipe kusta MB dan 1 klien dengan tipe kusta PB. Hal ini menunjukkan
bahwa terjadi peningkatan yang signifikan terhadap angka kejadian kusta di
wilayah Jenggawah.

BAB 3. METODE PELAKSANAAN


3.1 Mekanisme Pelaksanaan Kegiatan “KELOMPOK PERAWATAN DIRI
(KPD)”
Pelaksanaan kegiatan “KELOMPOK PERAWATAN DIRI (KPD)” ini
dilakukan oleh tiga orang mahasiswa PSIK Universitas Jember. Mekanisme
pelaksanaan kegiatan meliputi persiapan perijinan, pelaksanaan kegiatan dengan
menerjunkan mahasiswa ke lapangan/lokasi selama 12 minggu, dan evaluasi
program selama 1 minggu. Kegiatan di lapangan dilakukan selama 3 bulan.

3.2 Pelaksanaan
Kegiatan pelaksanaan Pengabdian Masyarakat ini akan dilakukan melalui
strategi pendekatan masyarakat dengan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD).
Kegiatan MMD ini akan dilakukan melalui 3 kali di Kecamatan Jenggawah.
Adapun penjelasan dari langkah-langkah pelaksanaan dan metode yang dilakukan
dalam kegiatan Pengabdian Masyarakat ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 Langkah dan Metode Pelaksanaan Program “KELOMPOK
PERAWATAN DIRI (KPD)”
No Langkah Metode Aktivitas Kerja Waktu
.
1. Pengkajian MMD I 1.1 Perkenalan dengan wilayah Minggu I
1.2 Perkenalan dengan tokoh sampai
masyarakat Minggu II
1.3 Perkenalan dengan kader
1.4 Perkenalan dengan pihak terkait
1.5 Penyampaian tujuan pembinaan
masyarakat
1.6 Penggalian permasalahan awal
melalui proses sosial yang ada
di masyarakat
1.7 Pengkajian permasalahan Kusta
di masyarakat dengan
pengembangan model Community as
Partner dari Anderson &
McFarland (2004)
2. Diagnosis 2.1 Pengumpulan data bersama Minggu
Masalah masyarakat III
Komunitas 2.2 Analisis data hasil pengkajian
2.3 Perumusan masalah kesehatan
komunitas berkaitan dengan masalah
perawatan diri Kusta
3. Perencanaan 3.1 Musyawarah dengan masyarakat Minggu
mengenai hasil pendataan IV sampai
3.2 Dilakukan analisis data hasil minggu
pendataan VI
3.3 Membuat perencanaan tindakan
bersama masyarakat
3.4 Sosialisasi program
MMD II
“KELOMPOK PERAWATAN DIRI
(KPD)”
3.5 Penyusunan kelompok kerja
kesehatan (POKJAKES)
3.6 Penyusunan plan of action dari
kegiatan program yang telah
disepakati
4. Implementas Pendidik 4.1 Pembentukan program Minggu
i an masyarakat setempat “KELOMPOK VII
Kesehata PERAWATAN DIRI (KPD)” sampai
n, Proses 4.2 Pembentukan kader terlatih dengan
Kelompo dalam masalah Kusta Minggu
k, 4.3 Screening dan pemetaan masalah XII
Pemberd Kusta di Kecamatan Jenggawah
ayaan, 4.4 Pembentukan Forum
dan Komunikasi Informasi, dan Edukasi
Kemitraa (KIE)
n Masalah kusta, perawatan kusta pada
petugas kesehatan, kelompok
perawatan diri
5. Evaluasi MMD III 5.1 Evaluasi dari pelaksanaan Minggu
program kerja “KELOMPOK XIII-
PERAWATAN DIRI (KPD)” Minggu
5.2 Identifikasi faktor pendukung XII
dan penghambat dari program
5.3 Penyusunan rencana tindak
lanjut dari program

Beberapa langkah kegiatan mulai dari pengkajian, perumusan diagnosis


keperawatan, penyusunan perencanaan keperawatan komunitas, implementasi
tindakan keperawatan, dan evaluasi keperawatan komunitas tersebut diaplikasikan
melalui beberapa pendekatan metode di masyarakat mulai dari Musyawarah
Masyarakat Desa I (MMD I), MMD II, pendidikan kesehatan, proses kelompok,
pemberdayaan masyarakat, dan kemiraan, kemudian MMD III.

3.3 Rencana Keberlanjutan Program


Program “KELOMPOK PERAWATAN DIRI (KPD)” yang sudah
diaplikasikan selama 3 bulan memerlukan tindak lanjut agar program tersebut
menjadi bertahan dan berlanjut di masyarakat. Program ini memerlukan
pengawasan dan pengendalian dari pihak masyarakat, tokoh masyarakat, kader,
perawat/bidan desa, dan Puskesmas, serta dinas kesehatan. Rencana tindak lanjut
yang akan dilakukan dalam program ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3.4 Rencana keberlanjutan Program “KELOMPOK PERAWATAN
DIRI (KPD)”
No Kegiatan Rencana Tindak Lanjut Penanggung
. Jawab
1 Rumah Pusat a. Adanya supervisi berlanjut terhadap Kader kesehatan
Perawatan Kelompok Perawatan Diri Tokoh masyarakat
Diri b. Adanya supervisi berlanjut terhadap Perawat desa
Koperasi KPD Puskesmas Dinas
kesehatan
2 Kelompok a. Konsultasi permasalahan kusta oleh Kader kesehatan
Perawatan kader terlatih atau perawat/bidan desa Perawat/bidan
Diri b. Kunjungan rumah oleh kader desa Puskesmas
kesehatan tiap sebulan sekali pada
keluarga dengan kusta
c. Pengobatan rutin kusta
3 Pelatihan a. Pelatiahan tiap 6 bulan sekali terkait Kader kesehatan
kader pengetahuan dan ketrampilan kader Perawat/ bidan
kesehatan terkait penatalaksanaan terkini masalah desa Puskesmas
penularan Kusta di Puskesmas atau
dinas kesehatan
b. Pelatihan Kader dalam memberi
pendampingan dan motivasi pada
keluarga dengan penderita Kusta
BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

4.1 Anggaran Biaya


No. Jenis pengeluaran Biaya (Rp.)
1 Bahan Habis Pakai 2.732.000
2 Peralatan Penunjang 4.800.000
3 Perjalanan 3.140.000
4 Lain-lain 4.275.000
Jumlah (Rp) 14.947.000

4.2 Jadwal Kegiatan


Minggu Ke-
No Jenis kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Survey awal lokasi
2 Musyawarah
Masyarakat Desa I
3 Pengkajian dan
pendataan penderita
Kusta dan potensi
wilayah
4 Pengumpulan data,
perumusan masalah,
dan penentuan
diagnosa komunitas
5 Musyawarah
Masyarakat Desa II
6 Sosialisasi program
Kelompok Perawatan
Diri (KPD) dan
penyusunan
kelompok kerja
kesehatan
7 Penyusunan Plan of
Action dari program
yang telah disepakati
masyarakat

8 Pembentukan
Kelompok Perawatan
Diri beserta struktur
dan pembagian kerja
9 Pembentukan kader
terlatih dalam
masalah Kusta
10 Screening dan
pemetaan masalah
kesehatan penderita
Kusta di Kecamatan
Jenggawah di
masing-masing
kelompok perawatan
diri
11 Optimalisasi
Kelompok Perawatan
Diri (KPD)
12 Pembentukan Forum
Komunikasi
Informasi, dan
Edukasi (KIE)
masalah Kusta,
Koperasi KPD,
pemeriksaan Kusta,
dan Kelompok
Perawatan Diri
13 Musyawarah
Masyarakat Dengan
III
14 Penyusunan rencana
tindak lanjut kegiatan
bersama
15 Monitoring evaluasi
dan Penyusunan
laporan akhir

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Hasil Pelaksanaan Program Kelompok Perawatan Diri
3.1.1 Hasil Pengkajian Dan Pendataan Kasus Kusta
Analisa Data Masalah Kesehatan
a. Jumlah Anggota Kelompok
Perawatan Diri 25 Orang Perilaku yang kurang
b. Jumlah Pengobatan Tuntas 18 orang mendukung kesehatan
c. Jumlah Pengobatan 2 orang

3.1.2 Prioritas Masalah Kesehatan


NO MASALAH KESEHATAN HAL PENTING KETERSEDIAAN
SUMBER
A B C D E F G H I J K L
1 Perilaku yang kurang 1 2 1 4 3 1 2 2 1 2 1 2

Keterangan Huruf:
A : Sesuai dengan peran Community Health Nursing
B : Sesuai dengan program pemerintah
C : Sesuai dengan intervensi pendidikan kesehatan
D : Risiko terjadi
E : Risiko parah
F : Minat masyarakat
G : kemudahan untuk diatasi
H : Tempat
I : Dana
J : Waktu
K : Fasilitas
L : Tenaga Kesehatan

Keterangan angka:
5 : Sangat Tinggi
4 : Tinggi
3 : Cukup
2 : Rendah
1 : Sangat Rendah
3.1.3 Musyawarah Masyarakat Desa
No Kegiatan Waktu dan Hasil Kegiatan
Pelaksanaan
1 Musyawarah 15 Oktober 2015 1. Masyarakat, dalam hal ini diwakilkan Kepala
Masyarakat Desa, bidan desa, ketua TP PKK dan kader
Desa I Pos KPD Permata 2. Mahasiswa diperkenankan melakukan
pengambilan data yang dibutuhkan untuk
kelancaran kegiatan, baik data primer maupun
data sekunder
3. Pertemuan musyawarah masayarakat desa
selanjutnya diadakan pada tanggal 29 Oktober
2015
2 Musyawarah 2 November 2015 1. Kelompok Perawatan Diri melaksanakan
Masyarakat kegiatan di Pos KPD Permata Kecamatan
Desa II Pos KPD Permata Jenggawah
2. Kelompok perawtan diri merupakan
perkumpulan penderita kusta yang melakukan
perawatan untuk mencegah kecacatan
3. Warga yang memanfaatkan Kelompok
Perawatan Diri perlu menandatangani Inform
Consent apabila menolak dibawa ke pelayanan
kesehatan Puskesmas

3 Musyawarah 26 Desember 2015 1. Kegiatan KPD akan dibina Puskesmas dengan


Masyarakat perkumpulan setiap 40 hari
Desa III Puskesmas 2. Kelompok perawatan diri akan dilanjutkan oleh
Jenggawah pengurus KPD Permata
3.1.4 Kelompok perawatan diri
Hasil pelaksanaan pengoptimalan Kelompok Perawatan Diri sesuai hasil
Musyawarah Masyarakat Desa I, II, dan III adalah sebagai berikut;
No. Target Realisasi Hasil Kegiatan

1 Kelompok Perawatan Diri 1. Masyarakat mengakses Kelompok Perawatan


Diri mulai bulan minggu ke-
1 bulan Oktober 2015
2. Masyarakat dapat memanfaatkan kelompok
perawatan diri sebagai pusat informasi dan edukasi
terkait kesehatan dan penyakit Kusta
3. Masyarakat terutama penderita Kusta dapat
memanfaatkan Kelompok Perawatan Diri sebagai
tempat perawatan penderita Kusta
2 Pelatihan Kader Kelompok Hasil dari pelatihan yang dilaksanakan di
Perawatan Diri KPD Permata didapatkan peningkatan pengetahuan
Kader setelah mengikuti pelatihan. Hasil evaluasi
kegiatan hari pertama yaitu pemateri memberikan
materi terkait posyandu plus, konsep dasar penyakit
Kusta dan perawatan penderita Kusta kepada peserta.
Setelah diberikan materi peserta akan diberikan
waktu untuk sesi tanya jawab dan diskusi. Dalam
penyuluhan ini peserta sangat antusias dan aktif.
3 Pengoptimalan Kelompok Posyandu yang dilakukan di Kelompok
Perawatan Diri perawatan diri Permata telah dilakukan dengan baik.
Pada kegiatan KPD di bulan Oktober telah dilakukan
sistem lima meja dan sudah terbentuk struktur
kepengurusan KPD. Terbentuknya kepengurusan KPD
merupakan usaha untuk menguatkan organisasi KPD.
Dengan adanya struktur kepengurusan membuat
kerja dan pembagian tugas masing- masing
anggota lebih jelas. Struktur KPD juga memudahkan
petugas kesehatan untuk menghubungi posyandu.
Berikut merupakan tugas pokok dan fungsi dari
pengurus Posyandu :
A. Ketua
1) Melakukan koordinasi antar kader dalam setiap
penyelenggaraan Posyandu
2) Memastikan kelengkapan sarana dan alat-alat
3.2 Pembahasan Hasil Kegiatan
Kelompok perawatan diri merupakan program dimana prioritas
pencegahan kecacatan dioptimalkan guna mendukung program pemerintah di
bidang kesehatan dan pencapaian target Millenium Development Goal’s
(MDG’s) 2015. Kegiatan ini dilakukan di Kelompok Perawatan Diri Permata
Kecamatan Jenggawah, Kabupaten Jember yang memiliki masalah yang sesuai
dengan program tersebut dengan pendekatan keilmuan keperawatan komunitas.
Program KPD, sesuai konsep keperawatan komunitas, diawali dengan
Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) I. Kegiatan ini merupakan awal
perkenalan pelaksana program dengan masyarakat dan pemangku kepentingan
setempat. Kegiatan kedua dilanjutkan dengan pendataan dan penjaringan yang
dilaporkan pada MMD II. Kesepakatan dengan masyarakat dan pemangku
kepentingan setempat untuk pelaksanaan program diambil pada saat MMD II
untuk kemudian dilaksanakan, yaitu diawali pengkajian dan dilanjutkan dengan
tindakan-tindakan yang diperlukan.
Hasil pendataan dan screening kasus baru membutuhkan peran serta dari
masing-masing Kader. Target Standar Pelayanan Minimal untuk layanan penderita
Kusta adalah 95%. Artinya capaian pelayanan di KPD masih perlu ditigkatkan.
Masalah kurangnya kunjungan penderita Kusta juga didukung oleh budaya
setempat yang masih malu untuk melakukan pemeriksaan kesehatannya.
Pelatihan kader KPD Permata melibatkan kader-kader posyandu di daerah
sulit dan para pemangku kepentingan. Kader-kader tersebut dilatih agar mampu
penggunaan materi dalam menyampaikan tanda dan gejala kusta sehingga dapat
melakukan screening dan perawatan anggota kelompok. Hasil analisis nilai rata-
rata sebelum dan sesudah pelatihan menunjukkan adanya peningkatan dan
perbedaan yang signifikan. Pembentukan KPD dilaksanakan di rumah bapak.
Rumah tersebut dipilih karena memiliki fasilitas sanitasi yang baik dan layanan
PLN serta akses yang mudah.
17

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Kelompok perawatan diri menjadi salah satu fasilitas layanan kesehatan bagi
klien dengan Kusta. Kegiatan kelompok perawatan diri antara lain screening masalah
kusta, kelas perawatan diri, dan perkumpulan rutin berupa support group bagi seorang
dengan kusta. Kelompok perawatan diri (KPD) Permata merupakan salah satu lembaga
swadaya masyarakat yang terbentuk dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan orang
dengan kusta.

4.2 Saran
Adapun saran yang dapat kami ajukan berdasarkan hasil kegiatan di atas antara lain
sebagai berikut:
1. Klien Kusta
Diharapkan klien kusta rutin untuk memeriksakan kondisi kesehatannya di pusat
pelayanan kesehatan sesuai anjuran petugas kesehatan, dan mendapatkan pengobatan.
2. Bagi kader
Diharapkan kader proaktif dalam melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait
pemanfaatan kelompok perawatan diri kusta.
3. Bagi Masyarakat
Diharapkan masyarakat selalu memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada dan
mendukung program pemerintah di bidang kesehatan.
4. Bagi petugas kesehatan
Diharapkan petugas kesehatan menggalakkan program yang dapat meminimalisir
tingkat penularan kusta serta tetap memanfaatkan kelompok perawatan diri.

You might also like