You are on page 1of 2

HUBUNGAN ANTARA STATUS ZAT BESI BAYI DAN RISIKO GANGGUAN

NEUROLOGIS

Buntat, Nurhayati Masloman, Johnny Rompis

Kekurangan zat besi adalah gangguan nutrisi yang umum ditemukan dan masih
menjadi masalah, terutama di Indonesia. Kekurangan zat besi selama periode kritis
dalam perkembangan otak selama masa kanak-kanak diperkirakan dapat menyebabkan
kerusakan permanen yang menghambat perkembangan bayi. Kekurangan zat besi,
tidak hanya terganggunya pengiriman jaringan oksigen, tetapi proliferasi,
pertumbuhan, diferensiasi, mielinogenesis, fungsi kekebalan tubuh, metabolisme
energi, absorbsi, dan biotransformasi juga berpengaruh yang dapat menyebabkan
pertumbuhan dan perilaku yang tidak normal.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai hubungan potensial antara status
zat besi pada bayi dan gangguan perkembangan neurologis.
Penelitian menggunakan studi cross-sectional, dilakukan dari Maret hingga Mei
2015 dan melibatkan semua bayi sehat yang berusia 7 - 10 bulan di Klinik Rawat Jalan
Pertumbuhan dan Perkembangan, Rumah Sakit Prof. Dr. R. D. Kandou, Manado.
Metode penelitian dengan menggunakan consecutive sampling, diperoleh 44 bayi sehat
usia 7 hingga 10 bulan yang memenuhi kriteria inklusi. Kriteria inklusi adalah bayi
yang terdaftar sebagai pasien di rumah sakit kami (baik diklinik atau rawatan), dengan
catatan medis kelahiran yang jelas, status gizi yang baik, lahir cukup bulan dengan
berat badan lahir ≥ 2.500 gram, skor Apgar ≥ delapan pada menit ke-5 , dan dengan
inform consent orang tua. Kriteria eksklusi adalah riwayat komplikasi perinatal,
termasuk trauma kepala, hipoglikemia, sindrom gangguan pernapasan, infeksi, atau
malaria. Hemoglobin serum dan feritin pasien diperiksa untuk status zat besi.
Defisiensi besi didefinisikan sebagai serum ferritin <12 µg / mL, dengan atau
tanpa anemia. Anemia adalah manifestasi umum dari defisiensi zat besi. Anemia
didefinisikan sebagai kadar hemoglobin <11 g / dL. Kadar Hb diukur dengan tes
cyanmethemoglobin dan kadar feritin serum diukur dengan immunochemiluminiscence
(ICMA). Kekurangan zat besi biasanya terjadi pada tahun kedua kehidupan yang
merupakan akibat dari tidak adekuat asupan zat besi, diberi susu formula yang
diperkaya non-besi, atau status besi ibu. Gangguan perkembangan otak, termasuk
gangguan kognitif, perilaku, dan psikomotor adalah manifestasi yang paling
mengkhawatirkan dari kekurangan zat besi. Penelitian telah menunjukkan bahwa
beberapa gangguan ini terjadi selama periode pertumbuhan otak (usia <2 tahun).
Risiko gangguan neurologis pada bayi dinilai dengan Bayley Infant
Neurodevelopmental Screener (BINS). BINS merupakan kombinasi dari evaluasi
neurologis dan perkembangan pada empat area konseptual dari kemampuan, seperti
fungsi dasar neurologis, fungsi reseptif, fungsi ekspresif, dan proses kognitif. Hasil
pemeriksaan BINS dikategorikan sebagai risiko tinggi, sedang, atau rendah.
Analisis data deskriptif digunakan untuk karakteristik subyek dan analisis data
korelatif dengan Spearman rho yang digunakan untuk menilai kemungkinan hubungan
antara status besi bayi dan perkembangan neurologis. Hasilnya, dari 14 bayi dengan
defisiensi besi, 8 bayi memiliki risiko tinggi gangguan perkembangan, 4 bayi risiko
sedang, dan 2 bayi risiko rendah. Dari 30 subjek tanpa defisiensi besi, 4 bayi memiliki
risiko tinggi gangguan perkembangan. 10 bayi risiko sedang, dan 16 bayi memiliki
risiko rendah gangguan perkembangan. Hubungan antara status besi bayi dan
perkembangan neurologis dianalisis menggunakan Spearman rho, dengan r = -0,547
dengan P <0,0001. Temuan ini signifikan secara statistik. Semakin rendah kadar
ferritin serum (defisiensi besi), semakin tinggi risiko gangguan perkembangan
neurologis.
Keterbatasan penelitian ini, tidak menilai faktor lain yang mungkin
mempengaruhi status zat besi dan perkembangan neurologis, seperti asuhan, genetika,
kualitas makanan, dan status zat besi ibu.
Kesimpulannya, kadar feritin serum yang lebih rendah (defisiensi besi) secara
bermakna dikaitkan dengan tingginya risiko dari gangguan perkembangan neurologis .
Oleh karena itu, kami merekomendasikan suplemen besi dan beberapa stimulasi otak
untuk bayi dengan risiko sedang-tinggi dari gangguan perkembangan neurologis.

You might also like