Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
2.3.Insidens
Insiden terjadinya dari seluruh tumor tulang primer : 65,8% bersifat jinak
dan 34,2% bersifat ganas, ini berarti dari setiap tiga tumor tulang terdapat satu
yang bersifat ganas. Tumor ganas tulang menempati urutan kesebelas dari
seluruh tumor ganas yang ada dan hanya 1,5% dari seluruh tumor ganas organ.
Perbandingan insiden tumor tulang pada pria dan wanita adalah sama. Tumor
jinak tulang primer yang paling sering ditemukan adalah osteoma (39,3%),
osteokondromo (32,5%), kondroma (9,8%) dan sisanya adalah tumor tulang
jinak yang lain. Osteogenik sarkom (48,8%) merupakan tumor ganas primer
tulang yang paling sering ditermukan, diikuti giant cell tumor (17,5%),
kondrosarkomo (10%) dan sisanya adalah tumor tulang ganas yang lain.3,4,5
Tabel. Insidens tumor Jinak dan tumor Ganas primer pada tulang
Tumor Jinak Tumor Ganas
Jenis Insiden Jenis Insiden
Osteoma 39,3% Osteogenik Sarcoma 48,8%
Osteokondroma 32,5% Giant cell Tumor 17,5%
Kondroma 9,8% Kondrosarkoma 10%
DLL 18,4% DLL 23,7%
2.4.Etiologi
a. Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi.
b. Beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya seperti penyakit Paget
(akibat pajanan radiasi).
c. Keturunan, Contoh faktor genetika yang dapat meningkatkan resiko
kanker tulang adalah:
Multiple exostoses
Rothmund-Thomson sindrom
Retinoblastoma genetik
Li-Fraumeni sindrom
d. Beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya, seperti : penyakit paget
(akibat pajanan radiasi ).
Tulang merupakan organ ketiga yang paling sering diserang oleh penyakit
metastatik (penyakit dari suatu organ yang menyebar ke bagian tubuh
lainnya).2 Kanker yang paling sering menyebar ke tulang adalah kanker
payudara, paru-paru, prostat, tiroid dan ginjal. Bila dibandingkan antara
karsinoma dan sarkoma, maka jenis kanker yang lebih sering menyebar ke
tulang adalah karsinoma. Tulang pertama yang biasanya terkena adalah tulang
rusuk, tulang panggul dan tulang belakang; tulang-tulang distal (ujung tubuh)
jarang terkena.2,5
Penyebaran terjadi jika suatu tumor tunggal atau sekumpulan sel tumor
masuk ke dalam aliran darah dan melalui pembuluh darah di kanalis Harves
sampai ke sumsum tulang, dimana mereka berkembangbiak dan membentuk
pembuluh darah yang baru. Pleksus vena Batson di tulang belakang
memungkinkan sel-sel kanker masuk ke dalam sirkulasi tulang belakang tanpa
harus melalui paru-paru terlebih dahulu. Aliran darah di dalam pleksus ini
sangat lambat sehingga sel-sel kanker bisa bertahan hidup dan mempertinggi
angka kejadian metastase kanker prostat ke tulang belakang.2
Penyebab pasti terjadinya tumor tulang tidak diketahui. Akhir-akhir ini,
penelitian menunjukkan bahwa peningkatan suatu zat dalam tubuh yaitu C-
Fos dapat meningkatkan kejadian tumor tulang.4,7
2.5.Klasifikasi
Table. Klasifikasi Tumor Tulang Menurut WHO
Klasifikasi Tumor Tulang
Asal Sel Jinak Ganas
Osteogenik Osteoma Osteosarkoma
Osteoid Osteoma Parosteal osteosarkoma
Osteoblatoma Osteoblatoma
Koundrogenik Kondroma Kondrosarkoma
Osteokondroma Kondrosarkoma jucsta
kortikal
Giant cell tumor Osteoklastoma
Mielogenik Sarkoma Erwing
Sarkoma reticulum
Limfosarkoma Mieloma
Vaskuler Hemangioma Angiosarkoma
Limfangioma
Tumor glamous
Intermediate:
Hemangioma –
endotelioma
Hemangioma perisitoma
Jaringan lunak Fibroma desmoplastik Fibrosarkoma
Liposarkoma
Mesenkimoma ganas
Sarkoma tak
berdeferensiasi
Tumor lain Neurinoma Kardoma
Neurofibroma Adamantinoma
Tumor tanpa klasifikasi Kista soliter
Kista aneurisma
Kista jucsta artikuler
Defek metafisis
Granuloma eosinofil
Displasia Fibrosa
Miositis eosifikasi
a. T = Tumor Induk
j. M = Metastatis jauh
l. M1 = Metastasis jauh
2.7. Diagnosis
Untuk menetapkan diagnosis Tumor Tulang, dibutuhkan beberapa hal
yaitu7 :
A. Anamnesis
Anamnesis dilakukan untuk mengetahui riwayat penderita, apakah
sebelumnya sudah ada riwayat kelainan (bawaan) atau trauma. Faktor
yang dipertimbangkan untuk anamnesis ini antara lain: umur, lama dan
perkembangan tumor, nyeri, serta pembengkakan. Nyeri menjadi keluhan
utama bagi penderita tumor ganas, karena menjadi indikator adanya
ekspansi tumor yang cepat dan terjadi penekanan pada jaringan
disekitarnya, perdarahan atau degenerasi.
B. Pemeriksaan klinik
1. Lokasi
Beberapa jenis tumor mempunyai lokasi yang klasik dan tempat
tempat predileksi tertentu seperti didaerah epifisis, metafisis tulang
atau menyerang tulang tulang tertentu misalnya osteoma pada daerah
tengkorak, osteogenik sarkoma pada daerah metafisis, osteoblatoma
pada daerah vertebra.
2. Besar, bentuk, batas dan sifat tumor.
Tumor yang kecil kemudian suatu tumor jinak, sedangkan tumor
yang besar kemungkinan adalah tumor ganas, penting pula
diperhatikan bentuk tumor apakah disertai pelebaran pembuluh darah
atau ulkus yang merupakan karateristik suatu tumor ganas, tanda tanda
efusi sendi mungkin dapat ditemukan pada tumor yang berdekatan
dengan sendi.
3. Gangguan pergerakan sendi
Pada tumor yang besar disekitar sendi akan memberikan gangguan
pada pergerakan sendi.
4. Spasme otot dan kekakuan tulang belakang.
Apabila tumor terdapat pada tulang belakang, baik jinak atau
ganas, dapat memberikan spasme atau kekakuan otot tulang belakang.
5. Fraktur patologis
Beberapa tumor ganas dapat memberikan komplikasi fraktur oleh
karena terjadi kerapuhan pada tulang sehingga penderita akan datang
dengan gejala fraktur.
C. Pemeriksaan neurologis
Pemeriksaan ini dilakukan secara cermat bila ada keluhan dari
penderita untuk menentukan apakah gangguan diakibatkan penekanan
tumor pada saraf tertentu.
D. Pemeriksaan Biopsi
Tujuan untuk memperoleh material yang cukup untuk pemeriksaan
histologis, untuk membantu menentapkan diagnosisi serta staging tumor.
Waktu pelaksanaan biopsi sangat penting sebab dapat mempengaruhi hasil
pemeriksaan radiologis yang dipergunakan pada staging.
Dikenal dua metode pemeriksaan biopsi yaitu secara tertutup dan
secara terbuka. Biopsi tertutup dilakukan dengan menggunakan jarum
halus (fine nidle aspiration biopsi) untuk melakukan stadiodiagnosis,
merupakan salah satu cara biopsi untuk melakukan diagnosa pada tumor.
Metode biopsi melalui tindakan operatif. Biopsi dapat dilakukan dengan
cara yaitu biopsy insisional yang dilakukan melalui pengambilan sebagian
jaringan tumor dan biopsi eksisional yang dilakukan dengan mengeluarkan
seluruh tumor baik dengan hanya seluruh jaringan atau dikeluarkan
bersama sama dengan amputasi.
E. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan radiologis (foto polos, scanning radionuklida, CT-Scan,
MRI-scan, PET-scan) penting untuk menegaskan diagnosis.
a. Rontgen (x-ray) tulang yang terkena,
b. CT-scan tulang yang terkena,
c. MRI-scan untuk mengetahui struktur dalam tulang yang terkena,
d. PET-scan bagian tulang yang terkena,
e. CT-scan dada untuk melihat apakah ada indikasi penyebaran ke
paru-paru,
f. Scanning tulang untuk melihat penyebaran tumor.
g. Skrening tulang untuk melihat penyebaran tumor.
F. Pemeriksaan Radiodiagnostik Berdasarkan Tumor
1. OSTEOID OSTEOMA:
a) Definisi:
merupakan tumor osteoblastik jinak terdiri dari inti osteoid
dengan vaskularisasi tinggi dan merupakan tumor jinak tulang
dengan potensi pertumbuhan yang terbatas.
b) Insidens:
Pria : Wanita = 2:1 10-25 tahun
c) Patologi:
Didapat sebagai jaringan yang seluler, banyak vaskularisasinya.
Jika nidus diangkat,terlihat gambaran lingkaran merah tulang
trabekular biasanya kurang dari 1 cm. Kelainan terdiriatas
jaringan seluler dengan tingkat vaskularisasi yang tinggi dari
jaringan tulang yang belummatang serta jaringan osteoid
d) Lokasi:
Dapat mengenai semua tulang, tetapi biasanya pada tulang
panjang seperti Femur danTibia. Caput femur merupakan salah
satu tempat yang paling sering didapat.
e) Gejala klinis:
Nyeri bersifat menetap/putus-putus yang tidak hilang oleh
istirahat
Nyeri biasanya di malam hari
Nyeri dapat bersifat ringan sampai hebat
Nyeri dapat berkurang dengan pemberian aspirin dosis rendah
f) Gambaran X-Ray polos
2. OSTEOKONDROMA
a. Definisi :
Osteokondroma adalah tumor jinak tulang dengan penampakan
adanya penonjolan tulang yang berbatas tegas sebagai eksostosis
yang muncul dari metafisis, penonjolan tulang ini ditutupi(diliputi)
oleh cartilago hialin. Tumor ini berasal dari komponen tulang
(osteosit) dan komponen tulang rawan (chondrosit).
Osteokhondroma merupakan tumor jinak tersering kedua
(32,5%) dari seluruh tumor jinak tulang dan terutama ditemukan
pada remaja yang pertumbuhannya aktif dan pada dewasa muda.9
b. Patofisiologi
Tumor terjadi karena pertumbuhan abnormal dari sel-sel
tulang (osteosit) dan sel-sel tulang rawan (kondrosit) di metafisis.
Pertumbuhan abnormal ini awalnya hanya akan menimbulkan
gambaran pembesaran tulang dengan korteks dan spongiosa yang
masih utuh. Jika tumor semakin membesar maka akan tampak
sebagai benjolan menyerupai bunga kol (cauliflower) dengan
komponen osteosit sebagai batangnya dan komponen kondrosit
sebagai bunganya.
Tumor akan tumbuh dari metafisis, tetapi adanya
pertumbuhan tulang yang semakin memanjang maka makin lama
tumor akan mengarah ke diafisis tulang. Lokasi osteokondroma
biasanya pada metafisis tulang panjang khususnya femur distal,
tibia proksimal dan humerus proksimal, dapat juga ditemukan pada
tulang scapula dan illium.
c. Gambaran Radiologis
Ada 2 tipe osteokondroma yaitu bertangkai (pedunculated)/
narrow base dan tidak bertangkai (sesile) / broad base. Pada tipe
pedunculated, pada foto polos tampak penonjolan tulang yang
menjauhi sendi dengan korteks dan spongiosa masih normal.
Penonjolan ini berbentuk seperti bunga kol (cauliflower) dengan
komponen osteosit sebagai tangkai dan komponen kondrosit
sebagai bunganya.
Densitas penonjolan tulang inhomogen (opaq pada tangkai
dan lusen pada bunga). Terkadang tampak adanya kalsifikasi
berupa bercak opaq akibat komponen kondral yang mengalami
kalsifikasi. Lihat gambar dibawah ini :
1. X-Ray
Lesi geografik litik IA/IB margin sklerosis
Pada umumnya eksentrik daripada gambaran sentral dalam
tulang
Jarang menembusi korteks
Kalsifikasi matriks kondroid dalam (30-50)%
Periosteal reaction dalam (30-50)% kasus
Selalunya berlaku pada tulang diaphysis/metaphysicMRI
Lesi geografik lesi berbatas tegas di daerah epifisis
Sinyal intermediate pada T1
Sinyal tinggi pada T2 bercampur dengan sinyal rendah
Volume cairan tampak dalam tumor yang mengalami
aneurismal bone change
Edema yang ektensif yang mengelilingi tumor
Efusi sendi dalam(30-50)% kasus
3. KONDROMA
Disebut juga enkondroma, merupakan tumor jinak tulang dengan frekuensi
9,8% dari seluruh tumor jinak tulang, biasanya ditemukan pada usia dewasa muda
tetapi dapat pula pada setiap umur. Gejalanya biasanya berupa benjolan yang
tidak nyeri.
a. Lokasi
Terutama pada os phalanxs, os tarsal, costa dan tulang tulang
panjang yang bersifat soliter tapi dapat juga multiple sebagai
enkondromatosis yang bersifat kongenital (penyakit Ollier).
b. Patologi
Terdapat pembentukan tulang rawan yang matur tanpa tanda tanda
pleimof, mitosis, atau gejala gejala keganasan lainnya. Sering
ditemukan adanya perubahan miksoid pada jaringan lunak, maka
kelainan ini disebut sindroma Maffuci. Perubahan kearah keganasan
pada enkondromatosis (enkondroma multiple) lebih sering dari pada
enkondroma soliter.
Tanda tanda keganasan biasanya terjadi setelah umur 30 tahun
dengan gejala gejala berupa nyeri, pembesaran tumor yang tiba tiba
dan erosi korteks tulang.
4. KONDROBLASTOMA 11,12
Kondroblastoma merupakan sejenis neoplasma kartilago jinak yang ditandai
peninggian pada epiphysis / apophysis pada tulang panjang dalam kalangan pasien
pada usia muda. Ia juga merupakan salah satu neoplasma epiphyseal jinak yang
sering terjadi pada pasien di usia muda.
a. Epidemiologi
Kasus kondroblastoma mewakili kurang daripada 1% dari tumor
tulang. Sering terjadi di kalangan warga muda (<20 tahun) dan
kondroblastoma sering terjadi pada pria berbanding wanita.
b. Gejala Klinis
Nyeri sendi
Muscle wasting
Tenderness
Pembengkakan
Massa local
c. Patologi
Secara mikroskopik, kondroblastoma terdiri daripada kondroblast,
kondroid matrix dan cartilage yang sering terkait rapat dengan ‘giant
multinucleated cells’. Padas el polyhedral mengelilingi kondroblastoma
dan ini adan memberi gambaran “chicken wire”. Neoplasma jinak ini
sering juga bertransformasi menjadi maligna. Penyakit sekunder untuk
kondroblastoma ini adalah aneurysmal bone cyst.
d. Lokasi
Sering dijumpai pada epifisis pada tulang panjang, dimana 70% pada
tulang humerus diikuti dengan tulang femur & tibia, manakala 9 -10%
pada extremitas.
e. Gambaran Radiografi
Berbentuk huruf ‘C’ dalam fegnomastic mnemonic untuk lesi kista
jinak.
Plain Film
Lytic lesions berbatas tegas / bermargin yang berlobul dengan rim
sclerosis yang tipis meninggi pada tulang tubular panjang di daerah
epifisis/apophysis di tulang femur, humerus dan tibia. Kalsifikasi
internal dapat dilihat pada 40% - 60% kasus. Efusi sendi dapat dilihat
pada 1/3 pasien.Ukuran kista kondroblastoma bervariasi dalam 1-10
cm dan paling banyak adalah 3-4cm ketika diagnosis.
Kondroblastoma pada kaki, knee joint dan scapula
CT Scan
CT scan mendemonstrasi delineasi hubungan antara growth plate
dan articula surface dengan lebih baik. Reaksi periosteal dapat dilihat
dalam kira-kira 50% kasus dan kalsifikasi interna dalam ½ dari
seluruh kasus, “cortical breach” dan “endosteal scalloping” dapat
dilihat.
MRI
MRI ideal untuk evaluasi terhadap transphyseal/ ekstensi
transkortikal dan untuk mendemonstrasi area yang berasosiasi pada
edema sum sum tulang yang berlaku dalam proporsi kasus yang
banyak.
Lesi kistik pada kondroblastoma mempunyai sinyal tipikal seperti di
bawah :
T1 : lesion itself is of low to intermediate signal
T2 / STIR : lesion is of intermediate to high signal
Volume cairan dapat dilihat, ini mungkin karena aneurysmal bone
cyst.
6. SARKOMA EWING14
Disebut juga “Small Round Blue Cell”. Menyerang golongan usia muda,
kebanyakan dibawah usia 20 tahun dengan prevalensi kurang lebih 80%.
Lebih banyak didapat pada kaum pria.
a. Klinis
Penderita mengeluh sakit dengan diseretai adanya benjolan.
Kemungkinan ada suhu badan yang meninggi, berkeringat berlebih,
lekositosis dan laju endap darah meningkat.
b. Lokasi
Pada diafsisis tulang-tulang panjang, paling sering pada femur,
humerus, tibia,ulna dan fibula, dapat juga mengenai tulang-tulang tipis.
mid-diaphysis : 33%
metadiaphysis : 44%
metaphysis : 15%
epiphysis : 1 - 2%
Ekstremitas bawah : 45% (femur)
Pelvis : 20%
Ekstremitas atas : 13%
Spine and ribs : 13%
(sacrococcygeal region)
Skull / face : 2%
Bentuk tulang:
Tulang panjang: 50 - 60%
femur : 25%
tibia : 11%
humerus : 10%
Tulang pipih : 40%
pelvis : 14%
scapula
c. Radiologi
Tampak proses destruksi tulang dengan batas yang tidak jelas.
Pembentukantulang reaktif baru oleh periosteum bisa berlapis-lapis yang
memberikan gambaran Onion Skin atau tegak lurus yang nampak sebagai
Sunbrust.
Gambar. Radiologis tampak destruksi tulang dengan batas tidak jelas,
gambaran MRI terdapat kerusakan korteks. Pada MRI menunjukkan
kerusakan kortek dan gangguan pada jaringan lunak sekitarnya.
d. Patologi
Terdapat gambaran highly cellular, neoplasma infiltrat dengan
bagian yang padat, round cell dengan sitoplasma yang jernih “ round blue
cell tumor”, dan adanya ekstensif nekrosis yang ditunjukkan dengan
gambaran occasional Homer-Wrightrossetes.
Gambar. Patologis dengan noeplasma infiltrate, round blue cell
tumor dan Hommer-Wright rossetess.
MRI
Memberi gambaran terperinci jaringan lunak di tubuh.
Penting untuk penentuan tahap tumor dan penanganan surgical.
Gambar. MRI, coronal view; osteosarcoma of distal femur showing
low-intensity signal
CT SCAN
Membantu dengan penampilan radiografi yang membingungkan,
terutama di daerah anatomi yang kompleks.
Memberikan indikasi yang lebih jelas tentang kerusakan tulang,
serta luasnya setiap massa jaringan lunak
8. KONDROSARKOMA
Kondrosarkoma ialah tumor ganas dengan ciri khas pembentukan jaringan
tulang rawan oleh sel-sel tumor dan merupakan tumor ganas tulang primer
terbanyak kedua setelah osteosarkoma. Kondrosarkoma merupakan tumor
tulang yang terdiri dari sel-sel kartilago (tulang rawan) anaplastik yang
berkembang menjadi ganas. Kondrosarkoma biasanya ditemukan pada daerah
tulang femur, humerus, kosta dan bagian permukaan pelvis.
a. Epidemiologi
Kondrosarkoma dapat dibagi menjadi kondrosarkoma primer dan
sekunder. Untuk keganasan yang berasal dari kartilago itu sendiri disebut
kondrosarkoma primer. Sedangkan apabila merupakan bentuk degenerasi
keganasan dari penyakit lain seperti enkondroma, osteokondroma dan
kondroblastoma disebut kondrosarkoma sekunder.
Kondrosarkoma sekunder kurang ganas dibandingkan kondrosarkoma
primer. Menurut Spjut dkk. serta Lichtenstein, kondrosarkoma lebih sering
ditemukan pada pria daripada wanita. Terbanyak pada orang dewasa (20-
40 tahun). Tujuh puluh enam persen, kondrosarkoma primer berasal dari
dalam tulang (sentral) sedangkan kondrosarkoma sekunder banyak
ditemukan berasal dari tumor jinak seperti osteokondroma atau
enkondroma yang mengalami transformasi.
b. Etiologi
Etiologi kondrosarkoma masih belum diketahui secara pasti. Namun
berdasarkan penelitian yang terus berkembang didapatkan bahwa
kondrosarkoma berhubungan dengan tumor-tumor tulang jinak seperti
enkondroma atau osteokondroma sangat besar kemungkinannya untuk
berkembang menjadi kondrosarkoma.
Tumor ini dapat juga terjadi akibat efek samping dari terapi radiasi
untuk terapi kanker selain bentuk kanker primer. Selain itu, pasien dengan
sindrom enkondromatosis seperti Ollier disease dan Maffucci syndrome,
beresiko tinggi untuk terkena kondrosarkoma.
c. Gejala Klinis
Nyeri
Pembengkakan
Massa yang teraba
Frekuensi miksi meningkat
d. Gambaran Radiologi
X RAY
Dilakukan untuk diagnosis awal kondrosarkoma.
Gambaran radiolusen pada area dekstruksi korteks. Bentuk
destruksi biasanya berupa pengikisan dan reaksi eksternal
periosteal pada formasi tulang baru.
Karena ekspansi tumor, terjadi penipisan korteks di sekitar tumor
yang dapat mengakibatkan fraktur patologis. Scallop erosion pada
endosteal cortex terjadi akibat pertumbuhan tumor yang lambat
dan permukaan tumor yang licin.
CT SCAN
Didapatkan hasil lebih sensitif untuk penilaian distribusi
kalsifikasi matriks dan integritas korteks.
Endosteal cortical scalloping pada tumor intramedullar juga
terlihat lebih jelas pada CT scan dibandingkan dengan foto
konvensional.
CT scan ini juga dapat digunakan untuk memandu biopsi
perkutan dan menyelidiki adanya proses metastase di paru-paru.
MRI
MRI adalah metode pilihan untuk mengklarifikasi perpanjangan
intramedulla dan extraosseous dari sebuah chondrosarcoma.
2.8. Tatalaksana
Penatalaksanaan tumor tumor jinak biasanya tidak terlalu sulit dibandingkan
tumor tumor ganas. Pada tumor tumor ganas diperlukaa kerjasama dan
konsultasi antara ahli bedah onkologi, ahli bedah ortopedi, ahli radiologi, ahli
patologi serta ahli prostetik dan rehabilitasi. 16
1. Tumor jinak yang jelas, misalnya osteokondroma yang kecil tidak
diperlukan tindakan khusus. Apabila jenis tumor diragukan maka perlu
dilakukan pemeriksaan biopsi.
2. Curiga akan tumor ganas apabila suatu lesi pada tumor primer dicurigai
sebagai suatu keganasan dmaka penderita sebaiknya dirawat untuk
pemeriksaan lengkap, pemeriksaan darah, foto paru paru, pencitraan baik
dengan foto polos maupun CT scan dan biopsi tumor.
A. Operasi
Eksisi tumor dengan cara operasi dapat dilakukan dengan beberapa teknik:
a. Intralesional atau intrakapsuler
Tehnik ini dilakukan dengan eksisi/kuretase tumor, tidak dianjurkan
pada tumor ganas dan biasanya dilakukan pada kelompok low grade
tumour, misalnya giant cell tumor.
b. Eksisi marginal
Adalah pengeluaran tumor diluar dari kapsulnya. Teknik ini
terutamadilakukan pada tumor jinak atau tumor ganas jenis low
garade malignancy.
c. Eksisi luas (eksisi en – bloc)
Pada eksisi luas, tumor dikeluarkan secara utuh disertai jaringan di
sekitar tumor yang berupa pseudokapsul atau jaringan yang bereaksi
diluar. Tindakan eksisi luas dilakukan pada tumor ganas dan biasanya
dikombinsi dengan pemberian kemoterapi atau radioterapi pada
pre/pascaopeasi.
d. Operasi radikal
Operasi radikal dilakukan seperti pada eksisi luas dan ditambah
dengan pengeluarn seluruh tulang serta sendi dan jaringan sebagai
suatu bagian yang utuh. Cara ini biasanya berupa amputasi anggota
gerak di atasnya dan disertai pengeluaran sendi atasnya. Dengan
staging yang tepat serta pemberian kemoterapi untuk mengontrol
penyebaran tumor, tindakan amputasi dapat dihindarkan dengan suatu
teknik yang disebut imb-sparin surgery (limb saving procedure) yaitu
berupa eksisi yang luas disertai dengan penggantian anggota gerak
dengan mempergunakan bone graft atau protesis yang disesuaikan
dengan anggota gerak tersebut yang dibuat khusus secara individu.
B. Radioterapi
Radiasi dengan energi tinggi merupakan suatu cara eradikasi tumor tumor
ganas radiosensitif dan dapat juga sebagai tindakan awal sebelum tindakan
operasi dilakukan. Kombinasi radioterapi dapat pula diberikan bersama
sama dengan kemoterapi. Radioterapi dilakukan pada keadaan keadaan
yang inoperable misalnya adanya metastasis atau keadaan lokal yang tidak
memungkinkan untuk tindakan operasi.
C. Kemoterapi
Kemoterapi merupakan suatu pengobatan tambahan pada tumor ganas
tulang dan jaringan lunak. Obat obatan yang dipergunakan adalah
metotreksat, adriamisin, siklofosfamid, vinkristin, sisplatinum, pemberian
kemoterapi biasanya dilakukan pada pre/pasca operasi.
2.9. Komplikasi
a. Gangguan produksi antibodi
b. Infeksi akibat kerusakan sumsum tulang
c. Fraktur patologik
d. Gangguan Hematologik
BAB 3
KESIMPULAN
4. pembengkakan yang timbul secara pelahan lahan dan jangka waktu yang
lama.
1. Pemeriksaan klinik meliputi: lokasi; besar, bentuk, batas dan sifat tumor;
adanya gangguan pengerakan sendi; spasme otot dankekakuan tulang
belakang; faktur patologis.
4. Pemeriksaan biopsy