You are on page 1of 49

PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa. Karena
atas berkat dan rahmtnya sehinnga laporan Pratikum Pemetaan Lahan Terapan ini
dapat terselesaikan dengan baik serta tepat pada waktunya.

Pratikum Pemetaan; Lahan Terapan ini merupakan suatu hal wajib bagi
seluruh mahasiswa yang mengambil mata kuliah ini. Hal ini dilakukan untuk
menerapkan teori yang didapatkan dalam ruang kuliah dengan di lapangan secara
langsung.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing


mata kuliah dan assisten laboratorium yang turut membantu mengarahkan dan
membimbing dalam menyelesaikan laporan ini.

Dalam laporan ini penulis menyadari bahwa banyak kekurangan-


kekurangan, sehingga penulis mengharapkan baik itu berupa saran dan kritik bagi
para pembaca yang sifatnya menbangun untuk menyempurnakan laporan ini.
Semoga laporan dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Cimahi, 2017

Penyusun

SADARMAN GULO (2411161092) 1


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

BAB I
DASAR TEORI
1.1. Latar Belakang
Ilmu ukur tanah merupakan salah satu bagian dari suatu ilmu geodesi yang
mempelajari cara-cara pengukuran dipermukaan bumi. Ilmu ini mempunyai dua
maksud yaitu:
a. Maksud Ilmiah
b. Maksud Praktis
Maksud ilmiah adalah menentukan bagian dari permukaan bumi,
sedangkan maksud praktis yaitu membuat bayangan sebagian besar atau sebagian
kecil permukaan bumi yang disebut peta. Di dalam peta terdapat skala yaitu
perbandingan jarak sebenarnya (dilapangan) dan jarak di atas kertas.
Ilmu ukur tanah adalah ilmu yang mempelajari dan menganalisis cara-
cara pengukuran tanah di permukaan bumi beserta objek-objek di atasnya untuk
keperluan pekerjaan-pekerjaan kontruksi.
Prinsip dasar pemetaan lahan merupakan pengukuran sudut dan jarak
untuk menentukan posisi (koordinat dan ketinggian) titik-titik di permukaan bumi.
Dengan demikian untuk mendapatkan koordinat suatu titik dapat dilakukan
dengan cara mengukur sudut dan jarak dari titik yang sudah diketahui
koordinatnya. Ada beberapa metode yang digunakan untuk mengetahui titik
koordinat salah satunya yaitu, dengan menggunakan kompas.

1.2. Maksud dan Tujuan


1.2.1. Maksud
Kegiatan ini bertujuan untuk lebih mengetahui bagaimana cara
melakukan pengukuran pemetaan lahan di lapangan dengan
menggunakan theodolit dan Waterpass.
1.2.2. Tujuan
a. Untuk mengetahui manfaat ilmu ukur tahan dan pemetaan

SADARMAN GULO (2411161092) 2


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

b. Untuk mengetahui peralatan dan prosedur dalam pengukuran


Theodolit dan Waterpass
c. Untuk dapat menggunakan alat-alat ukur tanah
d. Serta mengetahui cara menghitung jarak dan sudut.

1.3. Manfaat Pratikum


Manfaat dari pratikum ini adalah agar dapat mengetahui posisi yang
diukur selama kerja di lapangan dan mengenal alat-alat seta prosedur
pelaksanaannya.

1.4. Alat-alat Pratikum


1.4.1. Waterpass
Waterpass (penyipat datar) adalah alat yang digunakan untuk
mengukur dan menentukan beda tinggi sebuah benda atau garis dalam
posisi rata baik pengukuran secara vertikal maupun horizontal.

Gambar 1.1 Waterpass


Sumber : http://www.jasasipil.com

Bagian- bagian Waterpass yaitu :


a. Nivo Kotak merupakan bagian waterpass yang dpakai untuk
mengetahui tingkat kedataran pesawat.
b. Cermin membantu mempermudah pembacaan hasil pengukuran nivo
kotak.
c. Visier juga membantu proses pembididikan suatu objek secara kasar
sehingga berlangsung lebih cepat.

SADARMAN GULO (2411161092) 3


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

d. Lensa pembacaan sudut horizontal, memiliki peranan untuk


memperjelas bacaan sudut horizontal dengan membesarkannya.
e. Lensa okuler, mempunyai kegunaan untuk mengamati objek yang
dibidik.
f. Lensa objektif bagian yang berfungsi menerima objek yang dibidik.
g. Pelindung lensa objektif bermanfaat untuk melindungi lensa objektif
dari pancara sinar matahari langsung.
h. Sekrup A,B,C komponen waterpass yang bertugas untuk mengatur
tingkat kedataran suatu pesawat.
i. Sekrup pengatur fokus teropong berperan untuk mengatur derajat
kejelasan objek yang dibidik.
j. Teropong berguna untuk memperjelas objek yang dibidik.
k. Plat dasar memiliki fungsi sebagai landasan dudukan pesawat.
l. Klem aldehide horizontal merupakan bagian yang bertugas untuk
mengunci perputaran pesawat arah horizontal
m. Sekrup pengatur sudut berguna untuk mengatur landasan sudut datar.
n. Sekrup okuler pengamat ketajaman diafragma berfungsi untuk
mengatur tingkat ketajaman benang diafragma atau benang silang.

1.4.2. Theodolit
Theodolit adalah alat yang digunakan untuk mengukur sudut
dibidang horizontal dan vertikal.

Gambar 1.2 Theodolit


Sumber : Foto pribadi

SADARMAN GULO (2411161092) 4


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

Bagian-bagian pada theodolit


 Bagian atas terdiri dari :
 Pengangan theodolit
 Teropong
 Tempat baterai
 Sekrup fokus lensa objektif
 Sekrup fokus lensa okuler
 Bagian tengah :
 Sekrup pengunci vertikal,
Sekrup penggerak halus vertikal
 Sekrup pengunci horizontal,
Sekrup penggerak halus horizontal
 Lensa centre point,
Sekrup fokus lensa centre poin
 Bagian bawah
 Display
 Nivo tabung
 Nivo kotak (berbentuk lingkaran)
 Sekrup repetisi ( theodolit repetisi)
 Sekrup kiap (penyetel)
 Tribach

1.4.3. Rambu ukur


Rambu ukur mempunyai bentuk penampang segi empat panjang
yang ujung atas dan bawahnya diberi separu besi. Bidang lebar dari bak
ukur dilengkapi dengan ukuran milimeter dan diberi tanda pada bagian-
bagiannya dengan cat yang mencolok. Bak ukur diberi cat hitam dan
merah dengan dasar putih, maksudnya bila dilihat dari jauh tidak menjadi
silau. Bak ukur ini berfungsi untuk pembacaan pengukuran tinggi tiap
patok utama secara detail.

SADARMAN GULO (2411161092) 5


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

Gambar 1.3 Rambu ukur


Sumber : http://www.gpsmurah.com

1.4.4. Statif / Tripot


Berfungsi sebagai penyangga Theodolit/Waterpass dengan ketiga
kakinya dapat menyangga penempatan alat yang pada masing-masing
ujungnya runcing. Ketiga kaki statif ini dapat diatur tinggi rendahnya
sesuai dengan keadaan tanah tempat alat itu berdiri.

Gambar 1.4 Statif


Sumber : Foto Pribadi

1.4.5. Unting-unting
Unting-unting ini melekat dibawah penyetel kaki statif, dan
berfungsi sebagai tolak ukur apakah Theodolit/Waterpass tersebut sudah
berada tepat di atas patok.

SADARMAN GULO (2411161092) 6


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

Gambar 1.5 Unting unting


Sumber : http://www.docplayer.info.com

1.4.6. Kompas
Kompas digunakan untuk menentukan arah utara dalam
pengukuran yang biasa di sebut sudut azimut.

Gambar 1.5 Kompas


Sumber : http://www.pixabay.com

1.4.7. Tipe-x
Berfungsi untuk menandai titik yang akan diukur.

Gambar 1.6 Tipe-x


Sumber : Foto pribadi

1.4.8. Alat tulis


Berfungsi untuk menulis/mencatat hasil dari pengukuran.

SADARMAN GULO (2411161092) 7


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

Gambar 1.7 Alat tulis


Sumber : http://www.griswoldvt.com

1.5. Teknik pengukuran


1.5.1. Pengukuran horizontal
Pengukuran horizontal bertujuan untuk menentukan koordinat
sejumlah titik dalam satu sistem koordinat tertentu. Pengukuran dan
pemetaan polygon merupakan salah satu metode pengukuran dan
pemetaan.
Metode polygon ada dua yaitu :
a. Polygon Terbuka
Polygon terbuka biasanya digunakan untuk mengukur jalan,
sungai, maupun irigasi. Tapi kenyataannya bisa digunakan untuk
mengukur luas lahan terbuka. Namun, disarankan untuk
menggunakan polygon tertutup apabila mengukur luas lahan. Yang
dimaksud terbuka disini adalah polygon tersebut tidak mempunyai
sudut dalam seperti pada tertutup. Jadi, pengukuran di mulai dari
titik awal.

Gambar 1.10 Polygon terbuka


Sumber : http://www.jasasipil.com

b. Polygon Tertutup

SADARMAN GULO (2411161092) 8


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

Polygon tertutup adalah kerangka dasar yang membentuk


polygon segi banyak yang menutup. Yang dimaksud menutup
adalah apabila mulai dari titik 1 kemudian ke titik 2 dan seterusnya
akan akan kembali ke titik 1 lagi. Sehingga akan membentuk segi
banyak. Fungsi dari kembali titik awal adalah digunakan untuk
mengkoreksi besaran sudut pada tiap segi banyak tersebut. Namun
pada pengukuran di lapangan mempunyai besaran sudut yang
berbeda-beda. Pada prinsipnya peentuan jumlah titik polygon
disesuaikan dengan kondisi lapangan.

Gambar 1.11 Polygon Tertutup


Sumber : http://www.jasasipil.com

1.5.2. Pengukuran Vertikal


Pengukuran vertikal adalah pengukuran yang dilakukan untuk
menentukan beda tinggi antara titik-titik dimuka bumi serta menentukan
ketinggian terhadap suatu bidang referensi (bidang datum) ketinggian
tertentu.
Beda tinggi antara dua titik dapat ditentukan dengan cara-cara antara lain
sebagai berikut :
a. Cara sipat datar
b. Cara trigonometris
c. Cara barometris

SADARMAN GULO (2411161092) 9


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

BAB 2
WATERPASS POLYGON TERBUKA

2.1. Tujuan Pratikum


Pratikum ini bertujuan untuk mengetahui beda tinggi, jarak, belakang atas-
bawah, depan atas-bawah antara titik-titik yang saling berdekatan .

2.2. Alat-alat yang digunakan

1. Waterpass
Berfungsi sebagai untuk mengukur dan menentukan beda tinggi atau
sebuah benda dalam posisi rata baik secara vertikal maupun
horizontal.
2. Statif
Berfungsi sebagai penyanggah Waterpass.
3. Rambu ukur
Berfungsi untuk pembacaan pengukuran tinggi tiap patok utama
secara detail.
4. Tipe-x
Berfungsi untuk menandai titik yang di ukur.
5. Alat tulis
Berfungsi untuk menulis hasil dari pengukuran.
6. Payung
Berfungsi untuk melindungi dar hujan pada saat di lapangan

2.3. Prosedur pelaksanaan

1. Siapkan alat yang digunakan .


2. Tentukan titik yang akan di tinjau dan di ukur.
3. Gunakan tipe-x untuk menandai dimana pengujian akan dilakukan
sebanyak 8 titik.

SADARMAN GULO (2411161092) 10


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

4. Pasangkan Waterpass di atas statif antara titik A dan B atau di tengah-


tengah yang telah ditentukan dengan kedudukan yang benar.
5. Kemudian pastikan nivo kotak berada di tengah dengan cara memutar
sekrup koreksi dan mangangkat/mengeserkan 2 kaki statif guna
melihat kedataran.
6. Arahkan visier/teropong ke titik target pertama yaitu belakang atas-
muka dimana di titik tersebut ada rambu ukur. Lihat dan catat
hasilnya.
7. Setelah itu putar alat Waterpass ke titik berikutnya yaitu untuk
mengetahui tinggi muka atas-bawah. Lihat dan catat hasil bacaan
benangnya.
8. Kemudian pindahkan alat ke posisi selanjutnya, lakukan hal yang
sama seperti di atas dengan memastikan nivo kotak berada di tengah.

SADARMAN GULO (2411161092) 11


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

2.4 Data Pengamatan

PENGUKURAN WATERPASS POLYGON TERBUKA


Laboratorium Pemetaan Lahan
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Jenderal Achmad Yani
Kelompok 18 No. Lembar dari
Lokasi Depan Lab. Kimia Cuaca Cerah
Diukur Oleh Sadarman Gulo Alat Ukur Waterpass
Hari,Tanggal Jumat, 24 November 2017 Asisten Lab. Rizal Zulfikar

Gambar Sketsa

DATA PENGAMATAN
Bacaan Benang (dm) Jarak (dm) Beda tinggi
Titik Ting
Belakang Muka (m)
Sta yang Bela gi
Atas Atas Mu Tot
nd dibidi Tenga Tenga kan Titik
Bawa Bawa ka al (-) (+)
k h h g (m)
h h
A 17,12 13,24
1 16,895 12,935 45 61 106 0,396 685
B 16,67 12,63
B 14,45 14,09 685,3
2 14,24 13,88 42 42 84 0,036
96
C 14,03 13,67
C 15,45 12,68 685,4
3 15,135 12,405 63 39 102 0,265
32
D 15,82 12,29
D 14,38 13,85 685,6
4 14,165 13,6 43 50 93 0,056
97
E 13,95 13,35
E 15,2 12,75 686,7
5 14.97 12,425 45 65 110 0,254
53
F 14,75 12,1
F 14,55 12,95 686,0
6 14,35 12,67 40 56 96 0,168
07
G 14,15 12,39
G 13,32 14,1 686,1
7 13,05 13,75 54 70 124 0,07
75
H 12,78 13,4
686,
105

SADARMAN GULO (2411161092) 12


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

2.5. Pengolahan Data

Perhitungan Waterpass terbuka

a. Menghitung jarak antar titik


Jarak Belakang :
 Belakang (A-B)x100
= (17,12-16,67)x100
= 45
 Belakang (B-C)x100
= (14,45-14,03)x100
= 42
 Belakang (C-D)x100
= (15,45-15,82)x100
= 63
 Belakang (D-E)x100
= (14,38-13,95)x100
= 43
 Belakang (E-F)x100
= (15,2-14,75)x100
= 45
 Belakang (F-G)x100
= (14,55-14,15)x100
= 40
 Belakang (G-H)x100
= (13,32-12,78)x100
= 54

SADARMAN GULO (2411161092) 13


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

Jarak Muka :
 Muka (A-B)x100
= (13,24-12,63)x100
= 61
 Muka (B-C)x100
= (14,09-13,67)x100
= 42
 Muka (C-D)x100
= (12,68-12,29)x100
= 39
 Muka (D-E)x100
= (13,85-13,35)x100
= 50
 Muka (E-F)x100
= (12,75-12,1)x100
= 65
 Muka (F-G)x100
= 12,95-12,39)x100
= 56
 Muka (G-H)x100
= (14,1-13,4)x100
= 70
Jarak Total :
 dAB = jarak belakang + jarak muka
= 45 + 61
= 106
 dBC = jarak belakang + jarak muka
= 42 + 42
= 84
 dCD = jarak belakang + jarak muka

SADARMAN GULO (2411161092) 14


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

= 63 + 39
=102
 dDE = jarak belakang + jarak muka
= 43 + 50
= 93
 dEF = jarak belakang + jarak muka
= 45 + 65
= 110
 dFG = jarak belakang + jarak muka
= 40 + 56
= 96
 dGH = jarak belakang + jarak muka
= 54 + 70
= 124
b. Menghitung beda tinggi
Beda tinggi = (tengah belakang-tengah muka)
 Beda tinggi AB = (16,895 - 12,935)
= 0,396
 Beda tinggi BC = (14,24 - 13,88)
= 0,036
 Beda tinggi CD = (15,135 - 12,485)
= 0,265
 Beda tinggi DE = (14,165 - 13,6)
= 0.056
 Beda tinggi EF = (14.97 – 12,425)
= 0,254
 Beda tinggi FG = (14,35 – 12,67)
= 0,168
 Beda tinggi GH = (13,05 – 13,75)
= -0,07

SADARMAN GULO (2411161092) 15


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

c. Menghitung elevasi
Tinggi titik ± Beda tinggi
 Tinggi titik A = 685
 Tinggi titik B = 685 + 0,396
= 685,396
 Tinggi titik C = 685,396 + 0,036
= 685,432
 Tinggi titik D = 685,432 + 0,265
= 685,697
 Tinggi titik E = 685,697 + 0,056
= 685,753
 Tinggi titik F = 685,753 + 0,254
= 686,007
 Tinggi titik G = 686,007 + 0,168
= 686,175
 Tinggi titik H = 686,175 – 0,07
= 686,105

2.7. Kesimpulan

Berdasarkan pengukuran dan perhitungan yang telah dilakukan, dari setiap


titik memiliki perbedaan tinggi elevasi dan jarak. Hal ini terjadi karena perbedaan
masing-masing titik memiliki tinggi permukaan tanah yang berbeda.

Dari hasil perhitungan didapatkan tinggi elevasi sebesar :

A. = 685 m
B. = 685,396 m
C. = 685,432 m
D. = 685,697 m
E. = 686,697 m

SADARMAN GULO (2411161092) 16


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

F. = 686,753 m
G. = 686,007 m
H. = 686,175 m

A’ = 686,105 m

SADARMAN GULO (2411161092) 17


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

BAB III

WATERPASS POLIGON TERTUTUP

3.1. Tujuan Pratikum

Bertujuan untuk mengetahui beda tinggi, jarak, belakang atas-bawah,


muka atas-bawah antara titik yang saling berdekatan.

3.2. Alat yang Digunakan

1. Waterpass
Berfungsi sebagai untuk mengukur dan menentukan beda tinggi atau
sebuah benda dalam posisi rata baik secara vertikal maupin horizontal.
2. Statif
Sebagai penyanggah Waterpass
3. Rambu ukur
Berfungsi untuk pembacaan pengukuran tinggi tiap patok.
4. Tipe-x
Berfungsi untuk menandai titik yang di ukur.
5. Alat tulis
Berfungsi untuk menulis hasil pengukuran.
6. Payung
Berfungsi untuk melindungi dari hujan pada saat di lapangan.

3.3. Prosedur Pelaksanaan

1. Siapkan alat yang di gunakan.


2. Tentukan titik yang akan di tinjau dan di ukur.
3. Gunakan tipe-x untuk menandai dimana pengujian akan di lakukan
sebanyak 8 titik dengan metode polygon tertutup.
4. Pasangkan Waterpass di atas statif antara titik A dan B atau di tengah-
tengah yang telah di tentukan dengan kedudukan yang benar.

SADARMAN GULO (2411161092) 18


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

5. Kemudian pastikan nivo kotak berada di tengah dengan cara


mengangkat/menggeserkan ke dua kaki statif guna melihat kedataran.
6. Arahkan visier/teropong ke titik target pertama yaitu belakang atas-
bawah. Lihat dan catat hasil bacaan benangnya.
7. Setelah itu putar alat Waterpass ke titik berikutnya yaitu muka atas-
bawah. Lihat dan catat hasil bacaan benangnya.
8. Kemudian pindahkan alat ke posisi selanjutnya, lakukan hal yang
sama seperti langkah no 6 dan 7 dengan memastikan nivo kotak
berada di tengah.

SADARMAN GULO (2411161092) 19


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

3.4. Data Pengamatan

PENGUKURAN WATERPASS POLYGON TERTUTUP


Laboratorium Pemetaan Lahan
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Jenderal Achmad Yani
Kelompok 18 No. Lembar dari
Lokasi Dekanat Psikologi Cuaca Cerah
Diukur Oleh Sadarman Gulo Alat Ukur Waterpass
Hari,Tanggal Selasa, 05 Desember Asisten Lab. Rizal Zulfikar

Gambar Sketsa

DATA PENGAMATAN
Bacaan Benang (dm) Jarak (dm) Beda tinggi Ting
Titik
Stan Belakang Muka Bel (m) gi
yang Mu Tot
d Teng Atas Teng Atas aka Titik
dibidik ka al (-) (+)
ah Bawah ah Bawah ng (m)
A 12,1 12,4 12,9 0,03
1 11,66 88 81 169 685
B 11,22 95 12,09 85
B 13,17 13,7 13,4 13,8 0,02 684,
2 5
105 70 175
C 12,65 5 13,1 75 9165
C 13,20 13,48 12,4 12,75 0.07 684,
3 5
55 61 116
D 12,93 45 12,14 6 889
D 13,04 13,39 10,9 11,6 0,20 684,
4 5
69 121 190
E 12,7 95 10,39 5 965
E 13,66 14,58 11,8 13,01 0.18 685,
5 5
183 238 421
F 12,75 2 10,63 45 17
F 16,9 16,4 16,99 0,01 685,
6 16,3 120 114 234
G 15.7 2 15,85 2 3545
G 13,28 13,72 14,6 13,3 0,14 685,
7 5
87 121 208
H 12,85 95 14,09 14 3425
13,1 14,9 0,17 685,
8 H 13,61 15,32 91 80 171
55 2 65 2015
685,
025

SADARMAN GULO (2411161092) 20


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

3.5 Pengolahan Data


Perhitungan Waterpass tertutup
a. Menghitung jarak antar titik
Jarak belakang :
 Belakang = (A-B)x100
= (12,1-11,12)x100
= 88 dm
 Belakang = (B-C)x100
= (13,7-12,65)x100
= 105 dm
 Belakang = (C-D)x100
= (13,48-12,93)x100
= 55 dm
 Belakang = (D-E)x100
= (13,39-12,7)x100
= 69 dm
 Belakang = (E-F)x100
= (14,58-12,75)x100
= 183 dm
 Belakang = (F-G)x100
= (16,9-15,7)x100
= 120 dm
 Belakang = (G-H)x100
= (13,72-12,85)x100
= 87 dm
 Belakang = (H-A)x100
= (13,61-12,7)x100
= 91 dm

SADARMAN GULO (2411161092) 21


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

Jarak muka :
 Muka = (A-B)x100
= (12,9-12,09)x100
= 81 dm
 Muka = (B-C)x100
= (13,8-13,1)x100
= 70 dm
 Muka = (C-D)x100
= (12,75-12,14)x100
= 61 dm
 Muka = (D-E)x100
= (11.6-10,39)x100
= 121 dm
 Muka = (E-F)x100
= (13,01-10,63)x100
= 238 dm
 Muka = (F-G)x100
= (16,99-15,85)x100
= 114 dm
 Muka = (G-H)x100
= (13,3-14,09)x100
= 121 dm
 Muka = (H-A)x100
= (15,32-14,52)x100
= 80 dm

Jarak total :
 Total dAB = (jarak belakang + muka)
= (88+81)
= 169 dm

SADARMAN GULO (2411161092) 22


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

 Total dBC = (jarak belakang + muka)


= (105+70)
= 175 dm
 Total dCD = (jarak belakang + muka)
= (55+61)
= 116 dm
 Total dDE = (jarak belakang + muka)
= (69+121)
= 190 dm

 Total dEF = (jarak belakang + muka)


= (183+238)
= 421
 Total dFG = (jarak belakang + muka)
= (120+114)
= 234
 Total dGH = (jarak belakang + muka)
= (87+121)
= 208
 Total dHA = (jarak belakang + muka)
= (91+80)
= 171

b. Menghitung beda tinggi


Beda tinggi = tengah belakang – tengah muka)
 Beda tinggi AB = (tengah belakang – tengah muka)÷10
= (11,66-12,495)÷10
= -0,0835 m
 Beda tinggi BC = (tengah belakang – tengah muka)÷10
= (13,175-13,45)÷10
= -0.0275
 Beda tinggi CD = (tengah belakang – tengah muka)÷10
= (13,205-12,445)÷10
= 0,076
 Beda tinggi DE = (tengah belakang – tengah muka)÷10
= (13,045-10.995)÷10
= 0,205

SADARMAN GULO (2411161092) 23


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

 Beda tinggi EF = (tengah belakang – tengah muka)÷10


= (13,665-11,82)÷10
= 0,1845
 Beda tinggi FG = (tengah belakang – tengah muka)÷10
= (16,3-16,42)÷10
= -0,012
 Beda tinggi GH = (tengah belakang – tengah muka)÷10
= (13,285-14,695)÷10
= -0,141
 Beda tinggi HA = (tengah belakang – tengah muka)÷10
= (13,155-14,92)÷10
= -0,1765

c. Menghitung elevasi
Tinggi titik ± Beda tinggi
 Tinggi titik A = 685 m
 Tinggi titik B = 685–0,0835
= 684,9165 m
 Tinggi titik C = 684,9165-0,0275
= 684,889 m
 Tinggi titik D = 684,889+0,076
= 684,965 m
 Tinggi titik E = 684,965+0,205
= 685,17 m
 Tinggi titik F = 685,17+0,1845
= 685,3545
 Tinggi titik G = 685,3545-0,012
= 685,3425
 Tinggi titik H = 685,3425-0,141
= 685,2015
 Tinggi titik A = 685,2015-0,1765
= 685,025

d. Menghitung koreksi elevasi


 hB = tinggi titik B – tinggi titik A
= 684,9165-685
= -0,0835
 hC = tinggi titik C – tinggi titik B
= 684,889-684,9165

SADARMAN GULO (2411161092) 24


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

= -0,0275
 hD = tinggi titik D – tinggi titik C
= 684,965-684,889
= 0,076
 hE = tinggi titik E – tinggi titik D
= 685,17-684,965
= 0,205
 hF = tinggi titik F – tinggi titik E
= 685,3545-685,17
= 0,1845
 hG = tinggi titik G – tinggi titik F
= 685,3425-685,3545
= -0,012
 hH = tinggi titik H – tinggi titik G
= 685,2015-685,3425
= -0,141
 hA = tinggi titik A – tinggi titik H
= 685,025-685,2015
= -0,1765

e. Menghitung ∑h
 ∑h (+) = 0,4655
 ∑h (-) = 0,4405
 ∑hp = ∑h (+) - ∑h (-)
= 0,4655-0,4405
= 0,025
 ∑h = ∑h (+) + ∑h (-)
= 0,4655+0,4405
= 0,906
 e = ∑hp
= 0,025
 k =

=
= -0,0276

SADARMAN GULO (2411161092) 25


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

f. Menghitung nilai koreksi


 kB = k x [ hB ]
= -0,0276 x [ -0,0835 ]
= 0,002
 kC = k x [ hC ]
= -0,0276 x [ -0,0275 ]
= 0.0007
 kD = k x [ hD ]
= -0,0276 x [ 0,076 ]
= -0,002
 kE = k x [ hE ]
= -0,0276 x [ 0,205 ]
= -0,005
 kF = k x [ hF ]
= -0,0276 x [ 0.1845 ]
= -0,005
 kG = k x [ hG ]
= -0,0276 x [ -0,012 ]
= 0,0003
 kH = k x [ hH ]
= -0,0276 x [ -0,141 ]
= 0,003
 kA = k x [ hA ]
= -0,0276 x [ -0,1765 ]
= 0,004

g. Menghitung koreksi elevasi ditambah nilai kesalahan


 hB = hB + kB
= -0,0835+0,002
= -0,0815
 hC = hC + kC
= -0,0275+0,0007
= -0,0268
 hD = hD + kD
= 0,076+(-0,002)
= 0,074
 hE = hE + kE
= 0,205+(-0,005)
= 0,2

SADARMAN GULO (2411161092) 26


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

 hF = hF + kF
= 0,1845+(-0,005)
= 0,1795
 hG = hG + kG
= -0,012+0,0003
= -0,0117
 hH = hH + kH
= -0,141+0,003
= -0,138
 hA = hA + kA
= -0,1765+0,004
= -0,1726

h. menghitung elevasi setiap titik setelah dikoreksi


 A = 685
 B = A + hB
= 685+(-0,0815)
= 684,9185
 C = B + hC
= 684,9185+(-0,0268)
= 684,8917
 D = C + hD
= 684,8917+0,074
= 684,9657
 E = D + hE
= 684,9657+0,2
= 685,1657
 F = E + hF
= 685,1657+0,1795
= 685,3452
 G = F + hG
= 685,3452+(-0,0117)
= 685,3335
 H = G + hH
= 685,3335+(-0,138)
= 685,1955
 A = H + hA
= 685,1955+(-0,1726)
= 685,0229

SADARMAN GULO (2411161092) 27


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

3.6 Analisis Data


3.7 Kesimpulan
Berdasarkan pengukuran dan perhitungan yang telah dilakukan, dari setiap
titik memiliki perbedaan tinggi elevasi dan jarak. Hal ini terjadi karena perbedaan
masing-masing titik memiliki tinggi permukaan tanah yang berbeda.

Pada polygon tertutup, tinggi awal dan tinggi akhir memiliki hasil yang
sama. Dari hasil perhitungan didapatkan tinggi elevasi sebesar :

 Tinggi titik A = 685 m


 Tinggi titik B = 685–0,0835

= 684,9165 m

 Tinggi titik C = 684,9165-0,0275

= 684,889 m

 Tinggi titik D = 684,889+0,076

= 684,965 m

 Tinggi titik E = 684,965+0,205

= 685,17 m

 Tinggi titik F = 685,17+0,1845

= 685,3545

 Tinggi titik G = 685,3545-0,012

= 685,3425

 Tinggi titik H = 685,3425-0,141

= 685,2015

 Tinggi titik A = 685,2015-0,1765


= 685,025

SADARMAN GULO (2411161092) 28


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

Berdasarkan data di atas tinggi titik awal dan tinggi titik akhir tidak sama.
Seharusnya tinggi titik awal dan tinggi titik akhir memiliki hasil yang sama karena
polygon tertutup. Mungkin karena kesalahan dalam pengukuran dan perhitungan
sehingga titik awal dan titik akhir tidak sama.

SADARMAN GULO (2411161092) 29


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

BAB IV
THEODOLIT POLIGON TERBUKA

4.1. Tujuan pratikum

Pratikum ini bertujuan untuk mengetahui sudut elevasi dengan


menggunakan pengukuran polygon terbuka dengan menggunakan alat ukur
theodolit.

4.2. Alat-alat yang digunakan

1. Theodolit
Berfungsi sebagai untuk menentukan tinggi tanah dengan sudut
horizontal dan vertikal.
2. Statif
Berfungsi sebagai penyanggah Theodolit.
3. Rambu ukur
Berfungsi untuk pembacaan pengukuran tinggi tiap patok utama
secara detail.
4. Kompas
Berfungsi untuk menentukan arah.
5. Tipe-x
Berfungsi untuk menendai titik yang diukur.
6. Alat tulis
Berfungsi untuk menulis hasil dari pengukuran.
7. Payung
Berfungsi untuk melindungi dari hujan pada saat dilapangan.

4.3 Prosedur Pelaksanaan

1. Siapkan alat yang digunakan.


2. Tentukan titik yang akan ditinjau dan di ukur.

SADARMAN GULO (2411161092) 30


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

3. Gunakan tipe-x untuk menandai dimana pengujian dilakukan


sebanyak 8 titik.
4. Pasangkan Theodolit di atas Statif pada titik awal yaitu titik A dengan
kedudukan yang benar. Kemudian pusatkan alat dengan melihat
centre point dengan cara mengangkat/menggeserkan 2 kaki statif.
5. Sebelum memulai pengukuran alat di posisikan ke arah utara.
6. Ataur nivo kotak dengan menaik turunkan statif.
7. Pastikan nivo tabung berada di tengah dengan cara memutar sekrup
koreksi supaya menentukan sudut elevasi.
8. Arahkan visier/teropong ke titik target.
9. Tekan tombol set pada alat sampai angka nol tidak berkedip.
10. Kemudian bidik target pertama yaitu titik B. Setelah itu tekan tombol
Hold pada alat. Lihat dan catat hasilnya.
11. Pindahkan alat ke titit B. Kemudian atur centre point, nivo kotak dan
nivo tabung.
12. Arahkan visier/teropong ke titik A. Tekan tombol set pada alat sampai
angka nol tidak berkedip.
13. Putar alat ke titik C searah jarum jam dan bidik target.
14. Setelah di temukan targetnya tekan tombol Hold pada alat. Lihat dan
catat hasil bacaannya.
15. Kemudian pindahkan alat ke posisi titik selanjutnya, lakukan hal yang
sama seperti langkah no 11,12,13,14 dengan memastikan centre point,
nivo kotak dan nivo tabung berada di tengah.

SADARMAN GULO (2411161092) 31


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

4.4. Data Pengamatan

PENGUKURAN THEODOLITE POLYGON TERBUKA


Laboratorium Pemetaan Lahan
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Jenderal Achmad Yani
Kelompok 18 No. Lembar dari
Lokasi Depan Lab Kimia Cuaca Cerah
Diukur Oleh Sadarman Gulo Alat Ukur Theodolit
Hari,Tanggal Selasa, 21 November 2017 Asisten Lab. W. Reyda

Gambar Sketsa

DATA PENGAMATAN
Bacaan Sudut
Titik Tinjau Jarak (d)
Stand [X°Y’Z”]
(M)
α β Azimuth (α) Sudut (β)
A A–B 35 50’25”
o

B B–A–
96o48’25”
C
C C–B–
252o15’15”
D
D D–C–
112o15’15”
E
E E–D–
245o07’55”
F
F F–E–
115o53’40”
G
G G–H G–F–
235o22’50” 92o53’50”
H
H

SADARMAN GULO (2411161092) 32


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

4.5 Pengolahan Data

a. Menghitung jumlah kesalahan sudut


fα = (αakhir – αawal ) - ∑β + (n x 180)
= (235 22’50”-35 50’25”) - 915 14’20” (4x180 )
= 4 18’5” (n=4)
b. Menghitung besar sudut β
̅̅̅̅ = ̅̅̅̅ + fα

= 96 48’25”+ 4 18’5”

= 97 31’25,83”
̅̅̅̅ = ̅̅̅̅ + fα

= 252 15’15”+ 4 18’5”

= 252 58’15,8”
̅̅̅̅ = ̅̅̅̅ + fα

= 112 15’15”+ 4 18’5”

= 112 58’15,8”
̅̅̅̅ = ̅̅̅̅ + fα

= 245 07’55”+ 4 18’5”

= 245 50’55,8”
̅̅̅̅ = ̅̅̅̅ + fα

= 115 53’40”+ 4 18’5”

= 116 36’40,8”
̅̅̅̅ = ̅̅̅̅ + fα

= 92 53’50”+ 4 18’5”

= 93 36’50,83”
c. Menghitung azimuth (α)
 αAB = 35 50’25”

SADARMAN GULO (2411161092) 33


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

 αBC = αAB + ̅̅̅̅ – (n 180)


= 35 50’25”+ 97 31’25,83” - (0 180 )
= 133 21’50,8”
 αCD = αBC + ̅̅̅̅ – (n 180)
= 133 21’50,8”+ 252 58’15,8” - (0 180 )
= 386 20’6,6”
 αDE = αCD + ̅̅̅̅ – (n 180)
= 386 20’6,6”+ 112 58’15,8” - (0 180 )
= 499 18’22,4”
 αEF = αDE + ̅̅̅̅ – (n 180)
= 499 18’22,4”+ 245 50’55,8”- (2 180 )
= 385 9’18,2”
 αFG = αEF + ̅̅̅̅ – (n 180)
= 385 9’18,2”+ 116 36’40,8”- (1 180 )
= 321 45’59”
 αGH = αFG + ̅̅̅̅ – (n 180)
= 321 45’59”+ 93 36’50,83”- (1 180 )
= 235 22’49,8” = 235 22’50”

d. Menghitung selisih absis dan ordinat


 = dAB sin αAB
= 106 sin 35 50’25”
= 62.07 dm = 6,207 m
= dAB cos αAB
= 106 cos 35 50’25”
= 85,93 dm = 8,593 m
 = dBC sin αBC
= 84 sin 133 21’50,8”
= 61,07 dm = 6,107 m
= dBC cos αBC

SADARMAN GULO (2411161092) 34


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

= 84 cos 133 21’50,8”


= -57,67 dm = -5,767 m
 = dCD sin αCD
= 102 sin 386 20’6,6”
= 45,25 dm = 4,524 m
= dCD cos αCD
= 102 cos 386 20’6,6”
= 91,41 dm = 9,141 m
 = dDE sin αDE
= 93 sin 499 18’22,4”
= 60,67 dm = 6,67 m
= dDE cos αDE
= 93 cos 499 18’22,4”
= -70,51 dm = -7,051 m
 = dEF sin αEF
= 110 sin 385 9’18,2”
= 46,76 dm = 4,676 m
= dEF cos αEF
= 110 cos 385 9’18,2”
= 99,57 dm = 9,957 m
 = dFG sin αFG
= 96 sin 321 45’59”
= -59,41 dm = -5,941 m
= dFG cos αFG
= 96 cos 321 45’59”
= 75,41 dm = 7,541 m
 = dGH sin αGH
= 124 sin 235 22’49,98”
= -102,05 dm = -10,205 m
= dGH cos αGH

SADARMAN GULO (2411161092) 35


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

= 124 cos 235 22’49,98”


= -70,45 dm = -7,044 m
e. Menghitung koordinat absis dan ordinat
Koordinat absis :
 =0 ; = +
= 0 + 62,07
= 62,07 = 6,207 m
 = 62,07 ; = +
= 62,07 + 61,07
= 123,14 = 12,314 m
 = 123,14 ; = +
= 123,14 + 42,25
= 165,39 = 16,539 m
 = 165,39 ; = +
= 165,39 + 60,67
= 226,06 = 22,606 m
 = 226,06 ; = +
= 226,06 + 46,76
= 272,82 = 27,282 m
 = 272,82 ; = +
= 272,82 + (-59,41)
= 213,41 = 21,341 m
 = 213,41 ; = +
= 213,41 + (-102,05)
= 111,36 = 11,136 m

Koordinat ordinat :
 =0 ; = +
= 0 + 85,93
= 85,93 = 8,593 m

SADARMAN GULO (2411161092) 36


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

 = 85,93 ; = +
= 85,93 + (-57,67)
= 28,26 = 2,826 m
 = 28,26 ; = +
= 28,26 + 91,41
= 119,67 = 11,967 m
 = 119,67 ; = +
= 119,67 + (-70,51)
= 49,16 = 4,916 m
 = 49,16 ; = +
= 49,16 + 99,57
= 148,73 = 14,873 m
 = 148,73 ; = +
= 148,73 + 75,41
= 224,14 = 22,414 m
 = 224,14 ; = +
= 224,14 + (-102,05)
= 122,09 = 12,209 m

4.6 Analisis Data


4.7 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pratikum yang telah dilakukan, diperoleh data
pengukuran sebagaimana yang di atas dengan menggunakan alat theodo;it poligon
terbuka.

SADARMAN GULO (2411161092) 37


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

BAB V

THEODOLIT POLIGON TERTUTUP

5.1. Tujuan Pratikum

Bertujuan untuk mengetahui sudut elevasi dengan menggunakan


pengukuran polygon tertutup.

5.2 . Alat-alat yang digunakan


1. Theodolit
Berfungsi untuk menentukan tinggi tanah dengan sudut horizontal dan
vertikal.
2. Statif
Sebagai penyanggah Theodolit.
3. Rambu ukur
Berfungsi untuk pembacaan pengukuran tinggi tiap titik.
4. Kompas
Berfungsi untuk menentukan arah.
5. Tipe-x
Berfungsi untuk menandai titik yang di ukur.
6. Alat tulis
Befungsi untuk menulis hasil dari pengukuran.
7. Payung
Berfungsi untuk melindungi dari hujan pada saat melakukan
pengukuran di lapangan.

5.3. Prosedur Pelaksanaan

1. Siapkan alat yang digunakan.


2. Tentukan titik yang akan ditinjau dan di ukur.

SADARMAN GULO (2411161092) 38


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

3. Gunakan tipe-x untuk menandai dimana pengujian dilakukan


sebanyak 8 titik.
4. Pasangkan Theodolit di atas Statif pada titik awal yaitu titik A dengan
kedudukan yang benar. Kemudian pusatkan alat dengan melihat
centre point dengan cara mengangkat/menggeserkan 2 kaki statif.
5. Sebelum memulai pengukuran alat di posisikan ke arah utara.
6. Ataur nivo kotak dengan menaik turunkan statif.
7. Pastikan nivo tabung berada di tengah dengan cara memutar sekrup
koreksi supaya menentukan sudut elevasi.
8. Arahkan visier/teropong ke titik target.
9. Tekan tombol set pada alat sampai angka nol tidak berkedip.
10. Kemudian bidik target pertama yaitu titik B. Setelah itu tekan tombol
Hold pada alat. Lihat dan catat hasilnya.
11. Pindahkan alat ke titit B. Kemudian atur centre point, nivo kotak dan
nivo tabung.
12. Arahkan visier/teropong ke titik A. Tekan tombol set pada alat sampai
angka nol tidak berkedip.
13. Putar alat ke titik C searah jarum jam dan bidik target.
14. Setelah di temukan targetnya tekan tombol Hold pada alat. Lihat dan
catat hasil bacaannya.
15. Kemudian pindahkan alat ke posisi titik selanjutnya, lakukan hal yang
sama seperti langkah no 11,12,13,14 dengan memastikan centre point,
nivo kotak dan nivo tabung berada di tengah.

SADARMAN GULO (2411161092) 39


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

5.4. Data Pengamatan

PENGUKURAN THEODOLITE POLYGON TERTUTUP


Laboratorium Pemetaan Lahan
Jurusan Teknik Sipil
Universitas Jenderal Achmad Yani
Kelompok 18 No. Lembar dari
Lokasi Dekanat psikologi Cuaca Cerah
Diukur Oleh Sadraman Gulo Alat Ukur
Hari,Tanggal Selasa, 05 Desember 2017 Asisten Lab.

Gambar Sketsa

DATA PENGAMATAN
Bacaan Sudut
Titik Tinjau Jarak (d)
Stand [X°Y’Z”]
(M)
α β Azimuth (α) Sudut (β)
A A–B 351030’05”
B B–A–
88041’45”
C
C C–B–
225018’35”
D
D D–C–
238050’40”
E
E E–D–
266041’55”
F
F F–E–
266041’55”
G
G G–F–
183001’50”
H
H H–A H–G–
285044’35” 287048’35”
A

SADARMAN GULO (2411161092) 40


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

5.5 Pengolahan Data


a. Menghitung jumlah kesalahan sudut
fα = (αakhir – αawal ) - ∑β + (n x 180)
= (285 44’35”-351 30’05”) - 1556 44’5” + (9x180 )
= -2 29’35” (n=9)

b. Menghitung besar sudut β


̅̅̅̅ = ̅̅̅̅ + fα

= 88 41’45”+ (-2 29’35”)

= 88 20’22,86”
̅̅̅̅ = ̅̅̅̅ + fα

= 225 18’35”+ (-2 29’35”)

= 224 57’12,86”
̅̅̅̅ = ̅̅̅̅ + fα

= 238 50’40”+ (-2 29’35”)

= 238 29’17,86”
̅̅̅̅ = ̅̅̅̅ + fα

= 266 20’45”+ (-2 29’35”)

= 265 59’22,86”
̅̅̅̅ = ̅̅̅̅ + fα

= 266 41’55”+ (-2 29’35”)

= 266 20’32,86”
̅̅̅̅ = ̅̅̅̅ + fα

= 183 01’50”+ (-2 29’35”)

= 182 40’27,86”

SADARMAN GULO (2411161092) 41


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

̅̅̅̅ = ̅̅̅̅ + fα

= 287 48’35”+ (-2 29’35”)

= 287 27’12,86”

c. Menghitung azimuth (α)


 αAB = 351 30’05”
 αBC = αAB + ̅̅̅̅ – (n 180)
= 351 30’05”+ 88 20’23” - (1 180 )
= 259 50’28”
 αCD = αBC + ̅̅̅̅ – (n 180)
= 259 50’28”+ 224 57’12,86” - (1 180 )
= 304 47’41”
 αDE = αCD + ̅̅̅̅ – (n 180)
= 304 47’41”+ 238 29’17,86” - (1 180 )
= 363 16’59”
 αEF = αDE + ̅̅̅̅ – (n 180)
= 363 16’59”+ 265 59’22,86”- (1 180 )
= 449 16’22”
 αFG = αEF + ̅̅̅̅ – (n 180)
= 449 16’22”+ 266 20’32,86”- (1 180 )
= 535 36’55”
 αGH = αFG + ̅̅̅̅ – (n 180)
= 535 36’55”+ 182 40’27,86”- (1 180 )
= 538 17’23”
 αHA = αGH + ̅̅̅̅ – (n 180)
= 538 17’23”+ 287 27’12,86”- (3 180 )
= 285 44’35,8” = 285 44’36”
d. Menghitung selisih absis dan ordinat
 = dAB sin αAB

SADARMAN GULO (2411161092) 42


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

= 16,9 sin 351 30’05”


= -2,498 dm
= dAB cos αAB
= 16,9 cos 351 30’05”
= 16,714 dm
 = dBC sin αBC
= 17,5 sin 259 50’28”
= -17.226 dm
= dBC cos αBC
= 17,5 cos 259 50’28”
= -3,087 dm
 = dCD sin αCD
= 11,6 sin 304 47’41”
= -9,526 dm
= dCD cos αCD
= 11,6 cos 304 47’41”
= 6,619 dm
 = dDE sin αDE
= 19,0 sin 363 16’59”
= 1,088 dm
= dDE cos αDE
= 19,0 cos 363 16’59”
= 18,969 dm
 = dEF sin αEF
= 42,1 sin 449 16’22”
= 42,1 dm
= dEF cos αEF
= 42,1 cos 449 16’22”
= 0,534 dm
 = dFG sin αFG

SADARMAN GULO (2411161092) 43


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

= 23,4 sin 535 36’55”


= -1,789 dm
= dFG cos αFG
= 23,4 cos 535 36’55”
= -23,332 dm
 = dGH sin αGH
= 20,8 sin 538 17’23”
= 0,621 dm
= dGH cos αGH
= 20,8 cos 538 17’23”
= -20,791 dm
 = dHA sin αHA
= 17,1 sin 285 44’35”
= -16,459 dm
= dHA cos αHA
= 17,1 cos 285 44’35”
= 4,640 dm

e. Menghitung jumlah kesalahan


∑ = -0,111
∑ = 0,266
fx = (x awal – x akhir) – ∑
= (0-0) – (-0,111)
= 0,111
fy = (x awal – x akhir) - ∑
= (0-0) – 0,266
= -0,266

f. Menghitung selisih absis dan ordinat yang sudah dikoreksi

 ̅̅̅̅̅̅̅ =

SADARMAN GULO (2411161092) 44


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

= -2,498 0,111

= -2,487
̅̅̅̅̅̅̅̅ =

= 16,714 (-0,266)

= 16,687

 ̅̅̅̅̅̅̅ =

= -17,226 0,111

= -17,214
̅̅̅̅̅̅̅ =

= -3,087 (-0,266)

= -3,115

 ̅̅̅̅̅̅̅ =

= -9,526 0,111

= -9,518
̅̅̅̅̅̅̅̅ =

= 6,619 (-0,266)

= 6,601

 ̅̅̅̅̅̅̅̅ =

= 1,088 0,111

= 1,101
̅̅̅̅̅̅̅̅ =

= 18,969 (-0,266)

= 18,939

 ̅̅̅̅̅̅̅ =

SADARMAN GULO (2411161092) 45


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

= 42,1 0,111

= 42,128
̅̅̅̅̅̅̅ =

= 0,534 (-0,266)

= 0,468

 ̅̅̅̅̅̅̅ =

= 1,789 0,111

= 1,804
̅̅̅̅̅̅̅ =

= -12,332 (-0,266)

= -23,369

 ̅̅̅̅̅̅̅̅ =

= 0,621 0,111

= 0,635
̅̅̅̅̅̅̅̅ =

= -20,791 (-0,266)

= -20,824

 ̅̅̅̅̅̅̅̅ =

= -16,459 0,111

= -14,448
̅̅̅̅̅̅̅̅ =

= 4,64 (-0,266)

= 4,613

SADARMAN GULO (2411161092) 46


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

g. Menghitung koordinat setiap titik


 =0
 = ̅̅̅̅̅̅̅̅
=0 (-2,487)
= -2,487
 = ̅̅̅̅̅̅̅̅
= -2,487 (-17,214)
= -17,701
 = ̅̅̅̅̅̅̅̅
= -17,701 (-9,518)
= -29,219
 = ̅̅̅̅̅̅̅̅
= -29,219 1,101
= -28,118
 = ̅̅̅̅̅̅̅̅
= -28,118 42,128
= 14,01
 = ̅̅̅̅̅̅̅̅
= 14,01 1,804
= 15,814
 = ̅̅̅̅̅̅̅̅
= 15,814 0,635
= 16,449
 = ̅̅̅̅̅̅̅̅
= 16,449 (-16,448)
= 0,001

 =0
 = ̅̅̅̅̅̅̅̅

SADARMAN GULO (2411161092) 47


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

=0 16,687
= 16,687
 = ̅̅̅̅̅̅̅̅
= 16,687 (-3,115)
= 13,575
 = ̅̅̅̅̅̅̅̅
= 13,575 6,601
= 20,173
 = ̅̅̅̅̅̅̅̅
= 20,173 18,939
= 39,112
 = ̅̅̅̅̅̅̅̅
= 39,112 0,468
= 39,58
 = ̅̅̅̅̅̅̅̅
= 39,58 (-23,369)
= 16,211
 = ̅̅̅̅̅̅̅̅
= 16,211 (-20,824)
= -4,613
 = ̅̅̅̅̅̅̅̅
= -4,613 4,613
=0

5.6 Analisis Data


5.7 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pratikum yang telah dilakukan, diporelah data
pengukuran sebagaimana yang diatas dengan menggunakan alat theodolit poligon
tertutup.

SADARMAN GULO (2411161092) 48


PRAKTIKUM PEMETAAN LAHAN 2017

SADARMAN GULO (2411161092) 49

You might also like