You are on page 1of 9

UJI EFEKTIFITAS EKSTRAK

BAWANG PUTIH (ALLIUM SATIVUM)


SEBAGAI INSEKTISIDA
TERHADAP KUTU RAMBUT (PEDICULUS CAPITIS)

Ardhita Prilly Pritacindy


Supriyadi
Agung Kurniawan
Universitas Negeri Malang
e-mail: ardhita.cindy@gmail.com

Abstract: Hair lice are small parasites that live by sucking blood in humans. Almost all patients
consider the hair tick is a common thing, but if the hair louse is not treated immediately will cause
the emergence of Relapsing Fever disease caused by infection in the scalp of the patient. The
purpose of this study is to determine the effectiveness of garlic extract with concentrations of 4%,
6%, and 8% as an insecticide against hair lice. The research method used is true experimental or
real experiment using sample of each group (4%, 6%, and 8%) need 10 lice hair with 3 times
experiment so that require 120 samples of hair louse. Data analysis was done using One Way
Anova test with result F count 806.493> F table 2.87. Then there is the difference in the time to
kill a hair louse. While based on Post Hoc follow-up test obtained the probability value is <0.05
that can be said to have significant differences. The conclusion of hypothesis testing is garlic
extract with concentration 4%, 6%, and 8% effectiveness as insecticide to hair louse. Suggestions
that can be submitted in this study that requires further research to determine the right
concentration when it will be applied to the scalp and need further research to determine the form
of a good preparation for insecticides.

Key words : Head Lice, Garlic, Insecticide

Abstrak: Kutu rambut merupakan parasit kecil yang hidup dengan cara menghisap darah pada
manusia. Hampir semua penderita menganggap kutu rambut adalah hal yang biasa, padahal
apabila penderita kutu rambut tidak segera ditangani akan menyebabkan timbulnya penyakit
Relapsing Fever yang disebabkan adanya infeksi pada kulit kepala penderita.Tujuan dilakukan
penelitian ini yaitu untuk mengetahui efektifitas ekstrak bawang putih dengan konsentrasi 4%, 6%,
dan 8% sebagai insektisida terhadap kutu rambut. Metode penelitian yang digunakan adalah
metode true experimental atau eksperimen sungguhan dengan menggunakan sampel setiap
kelompok (4%, 6%, dan 8%) membutuhkan 10 kutu rambut dengan 3 kali percobaan sehingga
memerlukan 120 sampel kutu rambut. Analisa data dilakukan menggunakan uji One Way Anova
dengan hasil F hitung 806,493 > F tabel 2,87. Maka terdapat perbedaan waktu bunuh kutu rambut.
Sedangkan berdasarkan uji lanjutan Post Hoc didapatkan nilai probabilitas yaitu 0,00 < 0.05
sehingga dapat dikatakan memiliki perbedaan yang signifikan. Kesimpulan dari pengujian
hipotesis tersebut adalah ekstrak bawang putih dengan konsentrasi 4%, 6%, dan 8% efektiv
sebagai insektisida terhadap kutu rambut. Saran yang dapat disampaikan pada penelitian ini yaitu
memerlukan penelitian lanjutan untuk menentukan konsentrasi yang tepat apabila akan
diaplikasikan ke kulit kepala dan perlu penelitian lanjutan untuk mengetahui bentuk sediaan yang
baik untuk insektisida.

Kata Kunci : Kutu Rambut, Bawang Putih, Insektisida

Kutu rambut (pediculus capitis) mengenai penderita kutu rambut karena


merupakan parasit kecil yang hidup hampir semua penderita menganggap
dengan cara menghisap darah pada 1 kutu rambut adalah hal yang biasa,
bagian kepala manusia (Ansyah, 2013). padahal apabila tidak segera ditangani
Di Indonesia tidak terdapat data akan menyebabkan timbulnya penyakit
relapsing fever yang disebabkan karena Merupakan bahan beracun yang
adanya infeksi pada kulit kepala dapat merusak sistem pencernaan
penderita (Public School NSW, 2013). serangga.
Keberadaan kutu rambut di kepala juga 2. Racun kontak
dapat menyebabkan kekurangan zat besi Merupakan bahan beracun yang
dan anemia. Pada anak yang terinfeksi dapat membunuh atau menganggu
kutu rambut dewasa sekitar 30 ekor perkembangbiakan serangga, jika bahan
dapat kehilangan darah sekitar 0,008 ml beracun tersebut mengenai tubuh
perhari (Nindia, 2016). serangga.
Penderita kutu rambut (pediculus 3. Racun nafas
capitis) biasanya anak-anak pra-sekolah Merupakan bahan beracun yang
karena pada usia tersebut kurang mampu biasanya berbentuk gas atau bahan lain
menjaga kebersihan dirinya secara yang mudah menguap jika terhisap oleh
mandiri. Sekitar 63% remaja di atas usia sistem pernafasan serangga tersebut.
15 tahun memiliki kemungkinan 4. Racun saraf
terjangkit kutu rambut karena banyak Merupakan insektisida yang cara
remaja yang masih belum mengetahui kerjanya menganggu sistem saraf
bahaya yang diakibatkan oleh kutu serangga.
rambut (Fadilha, 2015). 5. Racun protoplasmik
Penanggulangan kutu rambut dapat Merupakan racun yang bekerja
dilakukan dengan dua cara yaitu secara dengan cara merusak protein dalam sel
mekanis dan secara kimiawi. Secara tubuh serangga (Hudayya, 2012).
mekanis dapat dilakukan dengan cara Berdasarkan tingginya dampak
menjaga kebersihan kepala, sedangkan negatif dari penggunaan insektisida
kimiawi dapat dilakukan dengan cara kimia maka diperlukan alternatif
menggunakan obat pembasmi kutu pembasmian kutu rambut (pediculus
rambut yang beredar di pasaran (Alatas, capitis) menggunakan insektisida alami.
2013). Penggunaan insektisida kimia Insektisida alami yang dapat digunakan
diyakini dapat membasmi vektor untuk membasmi kutu rambut salah
penyakit secara cepat namun memiliki satunya yaitu tanaman bawang putih
dampak buruk bagi kesehatan manusia (allium sativum) (Asmaliyah, 2012).
dan lingkungan apabila digunakan Bawang putih atau garlic berasal
secara berlebihan. Menurut WHO dari bahasa inggris kuno yang artinya
(World Health Organization) sebanyak “gar” yang berarti tombak atau ujung
44.000-2.000.000 orang setiap tahunnya tombak dan “lic” yang berarti umbi atau
mengalami keracunan akibat insektisida bakung. Dan memiliki nama latin allium
kimia (Yenie, 2013). sativum yang berasal dari bahasa caltic
Banyaknya dampak negatif akibat yang artinya “all” berarti berbau tidak
insektisida kimia membuat pemerintah sedap dan “sativum” berarti tumbuh
mengeluarkan PERMENKES No. (Yuniastuti, 2006). Bawang putih adalah
374/MENKES/PER/III/2010 tentang herbal semusim berumpun yang
pengendalian vektor penyakit yang di mempunyai ketinggian sekitar 60 cm.
dalamnya terdapat standar dan syarat Memiliki batang semu berwarna hijau
penggunaan insektisida (Kemenkes, dan bagian bawahnya bersiung-siung
2012). bergabung menjadi umbi besar berwarna
Insektisida kimia memiliki cara putih (Khairani, 2014).
kerja dan kemampuan untuk mematikan Bawang putih memiliki kandungan
hama sesuai dengan sifat bahan kimia berbagai zat yang menguntungkan bagi
dari insektisida tersebut. Insektisida manusia, beberapa zat yang terkandung
tergolong menjadi. dalam bawang putih terbukti ampuh
1. Racun perut atau lambung mengobati berbagai penyakit dan
menjaga kesehatan tubuh (Trishadi,
2016). Bawang putih tidak hanya
memiliki kandungan gizi yang lengkap membutuhkan energi, semakin banyak
tetapi juga terdapat kandungan kimia racun yang masuk kedalam tubuh
non-gizi yang memiliki manfaat untuk serangga mengakibatkan terhambatnya
kesehatan sekaligus dapat digunakan metabolisme sehingga serangga
sebagai pembasmi vektor penyakit kekurangan energi dan mengalami
secara alami. Kandungan senyawa kimia kematian (Nisma, 2011).
yang terdapat pada bawang putih yaitu 3. Saponin
allixin, adenosin, ajoene, flavonoid, Saponin merupakan racun yang
saponin, tuberholosida, scordinin. dapat menghancurkan butir darah atau
Dimana aliixin, saponin, dan flavonoid hemalosis pada darah , bersifat racun
merupakan bahan kimia yang dapat pada hewan berdarah dingin dan saponin
difungsikan sebagai insektisida terutama bersifat racun yang biasa disebut
dalam membasmi kutu rambut yang sapotoksin (Rachman, 2015).
aman bagi kesehatan dan lingkungan Saponin masuk kedalam tubuh
(Sukma, 2016). vektor penyakit melalui dua cara yaitu
Beberapa sifat aliixin, flavonoid, melalui sistem pernafasan dan melalui
dan saponin yang berfungsi sebagai kontak fisik serta bekerja dengan cara
insektisida alami pembasmi kutu rambut menghambat enzim pencernaan
(pediculus capitis), yaitu: sehingga metabolisme vektor penyakit
1. Aliixin akan terganggu dan mengakibatkan
Kandungan kimia dari umbi kematian pada vektor penyakit
bawang putih per 100 gram mengandung (Muta’ali, 2015).
allixin sebesar 1,5% (Untari, 2010). Untuk mendapatkan senyawa
Kandungan allixin dapat mencapai 82% allixin, saponin, dan flavonoid dapat
dari keseluruhan kandungan dilakukan dengan cara ekstraksi
organosulfur yang ada didalam umbi menggunakan pelarut etanol dan untuk
bawang putih (Hernawan, 2003). umur bawang putih yang baik saat
Allixin merupakan senyawa yang dipanen yaitu bekisar 3,5-4 bulan
berperan memberi aroma yang khas dengan proses pengeringan bersusut
pada bawang putih. Allixin mengandung sampai sekitar 15% dari berat awal atau
sulfur dengan struktur tidak jenuh yang selama 7-10 hari proses penjemuran
mudah terurai serta allixin bekerja (Khairani, 2014).
dengan cara merusak membran sel Pemilihan bawang putih yang baik
parasit sehingga parasit tidak dapat dipengaruhi pada khasiat bawang putih
berkembang lebih lanjut. Allixin yang ditimbulkan. Bawang putih yang
merupakan zat aktif yang mempunyai baik memiliki umbi yang berisi dan
daya antibiotik cukup ampuh (Hanani, tidak keriput, berwarna putih bersih, dan
2013). pada siung bawang putih masih utuh
2. Flavonoid sehingga lebih terjaga dari kontaminan
Flavonoid merupakan senyawa dan bawang putih yang segar akan lebih
yang berperan sebagai antioksidan yang sulit saat dikupas dari pada bawang
juga memiliki sifat sebagai racun perut putih yang sudah lama karena bawang
(stomach poisoning), yang bekerja putih yang sudah lama akan berkurang
apabila senyawa tersebut masuk dalam ukurannya. Umur bawang putih yang
tubuh serangga maka akan mengganggu baik untuk dipanen yaitu bekisar antara
organ pencernaan. Senyawa racun yang 3,5-4 bulan dengan proses pengeringan
bersifat racun akan masuk ke dalam sampai bawang putih bersusut 15% dari
tubuh dan mengalami biotransformasi berat awal atau 7-10 hari penjemuran
menghasilkan senyawa yang larut dala (Khairani, 2014).
bersifat racun akan masuk ke dalam
tubuh dan mengalami biotransformasi METODE
menghasilkan senyawa yang larut dalam Penelitian ini menggunakan
air. Proses metabolisme tersebut pendekatan kuantitatif dengan metode
penelitian yang digunakan adalah kematian kutu rambut dengan indikator
metode true experimental atau tidak bergeraknya kutu rambut atau
eksperimen sungguhan dan tidak berpindah tempat dengan
menggunakan rancangan perbandingan menggunakan bantuan milimeterblok.
kelompok statis (posttest only control Metode analisis data dilakukan
group design). Populasi dalam penelitian menggunakan uji oneway ANOVA
ini yaitu kutu rambut manusia dengan karena penelitian berupa variabel
sampel sebanyak 10 sapel dengan numerik lebih dari 2 kelompok tidak
pengulangan 3 kali percobaan pada 4 berpasangan. Teknik analisi data
kelompok yaitu kelompok kontrol, dilakukan dengan tahap melakukan uji
kelompok perlakuan 4%, kelompok normalitas untuk mengetahui apakah
perlakuan 6%, dan kelompok perlakuan data yang digunakan berdistribusi
8%. Sehingga memerlukan total sampel normal, selanjutnya melakukan uji
sebanyak 160 sampel kutu rambut. homogenitas untuk mengetahui data
Data diperoleh berdasrkan lama yang digunakan bersifat homogen atau
waktu yang digunakan untuk membasmi tidak. Apabila data yang digunakan
kutu rambut (pediculus capitis) dan memiliki distribusi normal dan bersifat
menjadi indikator efektifitas ekstrak homogen maka dapat langsung
bawang putih (allium sativum) sebagai dilanjutkan dengan uji oneway ANOVA
insektisida terhadap kutu rambut
(pediculus capitis). HASIL
Tahap pelaksanaan dengan cara Dalam penelitian ini data yang
menyemprotkan ekstrak bawang putih dianalisis yaitu waktu bunuh kutu
yang telah ditetapkan pada sampel rambut (pediculus capitis) menggunakan
kelompok perlakuan dan dilakukan pada ekstrak bawang putih (allium sativum).
suhu yang efektif untuk kutu rambut Penelitian dilakukan pada ruangan
bergerak. Selanjutnya mencatat waktu dengan rentang suhu 28,3°C – 29,4°C.

Pengulangan (°C)
MEAN
I II III
Kelompok Kontrol 28,3 28,3 28,3 28.3
Perlakuan konsentrasi 4% 28,9 29 29,4 28.7
Perlakuan konsentrasi 6% 28,7 28,3 29,2 28.8
Perlakuan konsentrasi 8% 29,2 29,7 28,5 29.3
MEAN 28,77
Dari hasil tabel diatas diketahui 5
putih (allium sativum) terhadap kutu
suhu rata-rata yang digunakan dalam rambut (pediculus capitis) yaitu
penelitian uji efektivitas ekstrak bawang 28,77°C.

UJI NORMALITAS
Unstandardized Residual

N 40

Asymp. Sig. .060

Berdasarkan hasil uji normalitas dapat dikatakan berdistribusi normal dan


didapatkan hasil sig. 0,06, dimana hasil dapat dilakukan uji One Way Anova.
tersebut kurang dari 0,05 sehingga data
UJI HOMOGENITAS
Levene Statistic Sig.

16,505 .000

Berdasarkan hasil uji homogenitas tersebut memiliki varian yang homogen


tersebut, didapatkan hasil levene statistic sehingga dapat dilakukan uji lanjutan
16,505. Dimana hasil tersebut lebih dari yaitu uji One Way Anova.
0,05. Sehingga dapat dikatakan data

UJI ONEWAY ANOVA


F Sig.
Uji Anova Oneway 806,493 .000

Dari data tersebut F hitung sebesar Berdasarkan nilai probabilitas yang


806,493, sedangkan F tabel sebesar 2,87. tercantum pada kolom sig. diperoleh
Karena F hitung lebih dari F tabel maka nilai 0,000, dimana nilai tersebut kurang
dapat dikatakan Ho ditolak. Sehingga dari 0,05 sehingga dapat dikatakan Ho
dapat disimpulkan bahwa terdapat ditolak atau terdapat perbedaan
perbedaan rata-rata waktu kematian kutu efektifitas ekstrak bawang putih
rambut (pediculus capitis) dari berdasarkan konsentrasi bawang putih.
perlakuan 4%, 6%, dan 8%.

UJI LANJUTAN POST HOC

Mean Difference Std. Erro Sig.

1 2 8,53900 0,21824 .000


3 8,83600 0,21824 .000
4 8,91100 0,21824 .000
2 1 -8,52900 0,21824 .000
3 0,30700 0,21824 .168 6
4 0,38200 0,21824 .089
3 1 -8,83600 0,21824 .000
2 -0,30700 0,21824 .168
4 0,07500 0,21824 .733
4 1 -8,91100 0,21824 .000
2 -0,38200 0,21824 .089
3 -0,07500 0,21824 .733
Keterangan:
1=kelompok kontrol,
2=kelompok perlakuan 4%
3=kelompok perlakuan 6%
4=kelompok perlakuan 8%

Kelompok kontrol memiliki nilai probabilitas kurang dari 0,05,


perbedaan dengan kelompok perlakuan sehingga dapat dikatakan ekstrak
yang signifikan dengan kelompok bawang putih memiliki pengaruh yang
perlakuan 4%, 6%, dan 8% dengan signifikan antara kelompok kontrol
menggunakan uji bonferroni. Hal ini dengan kelompok perlakuan pada
dikarenakan kelompok kontrol memiliki konsentrasi 4%, 6%, dan 8%.
Dari hasil diagram tersebut anoplura) dan hidup pada kulit kepala
menunjukan sebaran data setiap manusia. Kutu rambut (pediculus
kelompok. Dari hasil grafik tersebut capitis) berada pada rambut kepala
dapat dilihat rata – rata waktu bunuh terutama pada bagian tengkuk, telinga,
kutu rambut (pediculus capitis) dengan dan siklus hidup kutu rambut dihabiskan
tingkat konsentrasi yang semakin tinggi pada kepala manusia. Siklus hidup kutu
maka akan semakin cepat waktu bunuh rambut (pediculus capitis) dimulai
kutu rambut seperti halnyapada dengan peletakan telur yang
konsentrasi terendah 4% membutuhkan ditempelkan pada rambut kepala.
waktu bunuh selama 0,4450 jam , Setelah 3 – 4 hari telur kutu rambut akan
konsentrasi 6% membutuhkan waktu menetas menjadi nimfa, nimfa
bunuh selama 0,1380 jam, dan mengalami 3 kali pengupasan kulit dan
konsentrasi tertinggi 8% membutuhkan menjadi kutu dewasa. 24 jam sesudah
waktu bunuh selama 0,0630 jam. Dan terjadi perkawinan kutu jantan dan kutu
dapat disimpulkan bahwa pada betina, kutu betina akan meletakkan
konsentrasi 8% ekstrak bawang putih telur sebanyak 7 – 10 telur (nits) setiap
(allium sativum) lebih efektiv sebagai hari. Lama hidup kutu rambut (pediculus
insektisida terhadap kutu rambut capitis) dapat mencapai 30 hari dan
(pediculus capitis) karena membutuhkan hidup dengan menghisap darah manusia.
waktu bunuh yang lebih cepat sehingga Kutu rambut (pediculus capitis) tidak
semakin tinggi tingkat konsentrasi yang dapat hidup tanpa darah dalam waktu
digunakan maka akan semakin cepat 15–20 jam. Nimfa dan kutu dewasa
waktu bunuh yang dibutuhkan untuk menghisap darah dan dalam proses ini
kutu rambut (pediculus capitis). penderita akan merasa gatal sehingga
menggaruk kulit kepala. Kaki kutu
PEMBAHASAN rambut (pediculus capitis) didesain
Dalam penelitian uji efektivitas untuk mencengkram rambut dan dapat
ekstrak bawang putih (allium sativum), berjalan 2–3 cm permenit. Kutu rambut
sampel yang didapatkan berasal dari 3 (pediculus capitis) hanya dapat hidup 1-
anak dengan usia 7 – 9 tahun. 2 hari diluar kulit kepala sedangkan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan telurnya dapat bertahan hingga 10 hari
Rumampuk (2014), anak yang (Rumampuk,2014).
terinfestasi kutu kepala (pediculus Berdasarkan hasil penelitian
capitis) rata – rata berusia 7 – 12 tahun didapatkan data yang menunjukan
dengan gejala yang dirasakan yaitu rasa bahwa pada kelompok kontrol
gatal pada kulit kepala dan munculnya memerlukan waktu bunuh rata – rata
iritasi pada kulit kepala. 8,9740 jam. Dengan kata lain,
Kutu rambut (pediculus capitis) berdasarkan hasil penelitian yang
merupakan kutu penghisap darah (ordo dilakukan, kutu rambut (pediculus
7

capitis) tidak dapat hidup tanpa darah < untuk perkembangan kutu rambut yaitu
15 jam. Sedangkan untuk kelompok antara 28°C - 32°C. Kutu rambut
perlakuan dengan konsentrasi 4% (pediculus capitis) dapat bertahan
menghasilkan rata – rata waktu bunuh selama 10 hari pada suhu 5°C tanpa
0,4450 jam. Untuk kelompok perlakuan makan, dapat menghisap darah untuk
dengan konsentrasi 6% menghasilkan waktu yang lama, mati pada suhu 40°C
waktu bunuh rata – rata 0,1380. Dan dan dapat memusnahkan telur kutu
untuk kelompok perlakuan dengan rambut pada suhu 60°C dalam waktu 15-
konsentrasi 8% menghasilkan waktu 30 menit.
bunuh 0,0630. Berdasarkan hasil rata – Berdasarkan Tabel data waktu
rata waktu bunuh kutu rambut bunuh kelompok kontrol kutu rambut
(pediculus capitis) didapatkan hasil F (pediculus capitis) menunjukan bahwa
hitung sebesar 806,493 dengan F tabel hasil suhu perlakuan uji efektivitas
sebesar 2.87. maka dapat disimpulkan F ekstrak bawang putih (allium sativum)
hitung > F tabel yang berarti terdapat pada kelompok kontrol menghasilkan
perbedaan waktu bunuh kutu rambut mean sebesar 28,3°C, kelompok
(pediculus capitis). Sedangkan perlakuan dengan konsentrasi 4%
berdasarkan uji lanjutan Post Hoc sebesar 28,7°C, kelompok perlakuan
didapatkan hasil bahwa kelompok dengan konsentrasi 6% sebesar 28,8°C,
kontrol memiliki perbedaan yang dan kelompok perlakuan dengan
signifikan dengan kelompok perlakuan konsentrasi 8% sebesar 29,3°C. Hasil
dengan konsentrasi 4%, 6%, dan 8%. tersebut sesuai dengan suhu optimal
Dari hasil uji Post Hoc didapatkan nilai perkembangan kutu rambut (pediculus
probabilitas yaitu 0,000 < 0,05, sehingga capitis). Sehingga suhu yang dilakukan
dapat dikatakan memiliki perbedaan dalam penelitian tidak mempengaruhi
yang signifikan. waktu bunuh kutu rambut (pediculus
Pada penelitian yang dilakukan capitis).
sebelumnya oleh Hanani (2014), larutan Pada penelitian yang telah
bawang putih sebagai insektisida nabati dilakukan Tigauw (2015), ekstrak
untuk membunuh larva nyamuk aedes bawang putih dapat dimanfaatkan
aegypty dengan konsentrasi 25%, 50%, sebagai bioinsektisida dengan ditandai
75%, dan 100%. Berdasarkan hasil uji adanya pengaruh yang nyata terhadap
statistik yang dilakukan terdapat mortalitas kutu daun. Dimana kutu daun
perbedaan daya bunuh larutan bawang (myzus persicae Sulz) memiliki
putih dengan konsentrasi 25%, 50%, klasifikasi yang sama dengan kutu
75%, dan 100% dalam membunuh larva rambut (pediculsu capitis) yaitu
nyamuk aedes aegypti. Sedangkan memiliki kingdom animalia, phylum
menurut penelitian yang dilakukan arthropoda, dan kelas insekta.
Burton (2013), rata – rata jumlah larva Konsentrasi ekstrak bawang putih yang
nyamuk culex sp. yang mati pada efektif dalam mengendalikan populasi
kelompok yang diberikan ekstrak kutu daun (M. Persicae) tertinggi
bawang putih 4% adalah 31, pada 5% terdapat pada konsentrasi 60% dengan
adalah 45,2, pada 6% adalah 50,6, pada mortalitas sebanyak 72,33%, diikuti
7% adalah 57,8, dan pada 8% adalah dengan konsentrasi 45% dengan
78,4. Berdasarkan hasil uji statistika mortalitas sebanyak 54,00%, dan
menunjukkan terdapat perbedaan yang terendah berada pada konsentrasi 0%
bermakna. Artinya, ekstrak bawang (kontrol) dengan mortalitas sebanyak
putih mempunyai efektivitas terhadap 34,67%. Hasil pengujian terhadap
larva. mortalitas kutu daun yang paling efektif
Menurut Nindia (2016) sebagai bioinsektisida adalah ekstrak
menjelaskan masa inkubasi kutu rambut bawang putih pada konsentrasi 60%
(pediculus capitis) membutuhkan iklim dengan rata – rata mortalitas sebanyak
lembab dan hangat. Suhu yang optimal 72,33%.
8

Ditinjau dari hasil penelitian yang dengan konsentrasi lebih tinggi untuk
telah dilakukan dapat diketahui bahwa mengetahui konsentrasi ekstrak bawang
ekstrak bawang putih (allium sativum) putih yang lebih efektif.
sangat efektif sebagai insektisida
terhadap kutu rambut (pediculus DAFTAR RUJUKAN
capitis). Efek ekstrak bawang putih Alatas, S. 2013. Hubungan Tingkat
(allium sativum) terhadap kutu rambut Pengetahuan Mengenai
(pediculus capitis) pada konsentrasi Pedikulosis Kapitis Dengan
terendah 4% membutuhkan waktu Karakteristik Demografi Santri
bunuh selama 0,4450 jam , konsentrasi Pesantren X Jakarta Timur.
6% membutuhkan waktu bunuh selama Jurnal Karya Ilmiah, 1(1):54.
0,1380 jam, dan konsentrasi tertinggi Ansyah, A. 2013. Hubungan Personal
8% membutuhkan waktu bunuh selama Hygiene Dengan Angka
0,0630 jam. Berdasarkan Susilo (2013) Kejadian Pediculosis Capitis
efektivitas adalah suatu ukuran yang Pada Santri Putri Pondok
menyatakan seberapa jauh target Pesantren Modern Islam
(kualitas, kuantitas, dan waktu) telah Assalaam
tercapai. Sehingga dapat disimpulkan Surakarta.Skripsi.Surakarta:
bahwa semakin tinggi tingkat Universitas
konsentrasi yang digunakan maka akan Muhammdadiyah Surakarta.
semakin tinggi efektivitas ekstrak Asmaliyah. Wati, E. 2010. Pengenalan
bawang putih (allium sativum) sebagai Tumbuhan Penghasil Pestisida
insektisida terhadap kutu rambut Nabati Dan Pemanfaatannya
(pediculus capitis). Secara Tradisional. Palembang:
Kementrian Perhutanan.
KESIMPULAN Burton, R. 2013. Efek Infusa Bawang
Dari hasil penelitian yang Putih (Allium Sativum) Sebagai
dilakukan didapatkan kesimpulan yaitu Lavarsida Nyamuk Culex sp
ekstrak bawang putih efektif sebagai Serta Penentuan LD-50. Skripsi.
insektisida terhadap kutu rambut. Pada Bandung: Universitas
konsentrasi 4% membutuhkan waktu Kristen Maranatha.
bunuh selama 0,4450 jam, dengan Fadilah, H. 2015. Perbedaan Metode
konsentrasi 6% membutuhkan waktu Ceramah Dan Leaflet Terhadap
bunuh 0,1380 jam, dan pada konsentrasi Skor Pengetahuan Santriwati
8% membutuhkan waktu bunuh 0,0630 Tentang Pedikulosis Kapitis Di
jam. Dimana semakin tinggi konsentrasi Pondok Pesantren Al-
ekstrak bawang putih maka semakin Mimbar Sambongdukuh
efektif sebagai insektisida terhadap kutu Jombang. Skripsi. Jakarta:
rambut sehingga ekstrak bawang putih Universitas Negeri Syarif
dengan konsetrasi 8% lebih efektif dari hidayatullah Jakarta.
pada ekstrak bawang putih dengan Hanani, S. 2013. Uji Efektivitas Larutan
konsentrasi 4% dan 6%. Bawang Putih Sebagai
Insektisida Nabati Untuk
SARAN Membunuh Larva Nyamuk
Berdasarkan kesimpulan diatas Aedes Aegyti. Skripsi.
maka peneliti memberikan saran untuk Gorontalo: Universitas Negeri
melakukan penelitian lebih lanjut untuk gorontalo.
menentukan konsentrasi yang tepat Hernawan, U. 2013. Senyawa
apabila akan diaplikasikan pada kulit Organosulfur Bawang Putih
kepala, melakukan penelitian lebih (Allium Sativum) Dan
lanjut unutk mengetahui bentuk sediaan Aktivitas Biologi. Jurnal
yang paling baik untuk insektisida, dan Biofarmasi, 1(2):65-67
melakukan penelitian lebih lanjut
Hudayya, A. 2012. Pengelompokan Ekstrak Metanol Daun
Pestisida Berdasarkan Cara Binahong (Anredera cordifolia
Kerjanya (Mode Of (Ten.) Steenis). Chem Info,
action). Lembang: Yayasan 1(1):1.
Bina Tani sejahtera Rumampuk, M. 2014. Peranan
Kepmenkes RI. 2012. Pedoman 9 Kebersihan Kulit Kepala Dan
Penggunaan Insektisida Rambut Dalam
(Peptisida). Jakarta: Penanggulangan
Kementrian Kesehatan. Epidemiologi Pediculus
Khairani, A. 2014. Bawang Putih Raja Humanus Capitis. Jurnal Ners,
Tanaman Kedokteran. 9(1):36.
Surabaya: Alfasyam Sukma, D. 2016. Sehat Tanpa Obat
Publishing. Dengan Bawang Merah Dan
Muta’ali, R. 2015. Pengaruh Ekstraksi Bawang Putih.
Daun Beluntas (Plucea Indica) Yogyakarta: Rapha Publishing
Terhadap Mortalitas Dan Susilo, F. 2013. Peningkatan Efektivitas
Perkembangan Larva Pada Proses
Spodoptera Litura F. Pembelajaran.Skripsi.Surabaya:
Jurnal Sains Dan Seni, 4 Universitas Negeri Surabaya.
(02):56-57. Tigauw, S. 2015. Eektivitas Ekstrak
Nindia, Y. 2016. Prevalensi Infestasi Bawang Putih Dan Tembakau
Kutu Kepala (Pediculus Terhadap Kutu Daub (Myzus
Humanus Capitis ) Dan percisae Sulz.) Pada Tanaman
Faktor Resiko Penularannya Cabai.Eugenia, 21 (03):6.
Pada Anak Sekolah Dasar Di Trishadi, R. 2016. Pestisida Nabati
Kota Sabang Provinsi Aceh. Ramah Lingkungan Untuk
Skripsi. Bogor: Institusi Mengendalikan Hama Dan
Pertanian Bogor. Penyakit 10
Tanaman.
Nisma. Utarmi, N. 2011. Isolasi Probolinggo: Dinas
Senyawa Flavonoid Dari Perkebunan Dan
Ekstrak Air Serbuk Daun Perhutanan.
Gamal (Gliricidia Maculata) Yenie, E. 2013. Pembuatan Pestisida
Dan Uji Toksisitasnya Organik Mengunakan Metode
Terhadap Hama Kutu Putih Ekstraksi Dari Sampah
Pepaya (Paracoccus Marginatus). Daun Pepaya Dan Umbi
Skripsi. Bandar Lampung: Bawang Putih. Jurnal Teknik
Universitas lampung. Lingkungan, 10 (1):47.
Public School NSW. 2013. Pilihan Yuniastuti, K. 2006. Ekstraksi Dan
Pengobatan Kutu Kepala. Identifikasi komponen Sulfida
Nitbusters Goverment. Pada Bawang Putih (Allium
Rachman, A. 2015. Isolasi Dan Sativum). Tesis. Semarang:
Identifikasi Senyawa Saponin Universitas Negeri Semarang.

You might also like