You are on page 1of 15

HANDOUT AJAR SIKLUS KREBS

Amallia N. Setyawati

dramallia@undip.ac.id

Bagian Biokimia FK UNDIP

Pendahuluan
Siklus asam sitrat atau yang dikenal juga dengan sebagai siklus krebs atau siklus
asam trikarboksilat merupakan lintasan akhir bersama oksidasi karbohidrat, lipid dan
protein. Adalah peran dari HA Krebs (1937) yang telah memberikan sumbangan
percobaan eskperimental dan konseptual agar siklus ini dapat dipahami.
Siklus Krebs terkait dengan segi metabolisme biokimia yang sebenarnya; bahan yang
masuk berasal dari karbohidrat dapat keluar membentuk lemak, sedangkan bahan
yang masuk berasal dari asam amino dapat keluar membentuk karbohidrat. Namun,
teramat jarang ialah dari lemak menuju karbohidrat.
Glukosa, asam lemak dan banyak asam amino akan dimetabolisasi menjadi asetil
koA atau intermediet yang ada pada siklus asam sitrat.
Asetil koA selanjutnya dioksidasi yang akan menghasilkan hidrogen atau elektron
sebagai ekuivalen pereduksi. Hidrogen tersebut kemudian memasuki rantai respirasi
tempat sejumlah besar ATP dihasilkan dalam prses fosforilasi oksidatif. Enzim enzim
yang berperanan pada siklus asam sitrat terdapat didalam mitokondria.

Lokasi
Sitosol~glikolisis

Mitokondria~Krebs

1
Setyawati AN (2010)
Matrix: lokasi enzim-
enzim siklus

Fungsi Utama Siklus Krebs


(1) Menghasilkan karbondioksida terbanyak pada jaringan manusia.
(2) Menghasilkan sejumlah koenzim tereduksi yang menggerakkan rantai
pernapasan untuk produksi ATP.
(3) Mengkonversi sejumlah energi serta zat intermidiet yang berlebihan
untuk digunakan pada sintesis asam lemak.
(4) Menyediakan sebagian bahan keperluan untuk sintesis protein dan asam
nukleat.
(5) Melakukan pengendalian langsung (produk bakal produk) atau tidak
langsung (alosterik) terhadap sistem enzim lain melalui komponen-
komponen siklus.

Kepentingan piruvat pada siklus Krebs


(1) Energi yang terkandung pada pada karbohidrat memasuki siklus
melalui piruvat, sumber utama asetil KoA.
(2) Kompleks enzim yang mendekarboksilasi piruvat menjadi asetil
KoA sangat mirip dari segi lokasi subsel, komposisi dan mekanisme
kerja dengan α-ketoglutarat dehidrogenase kompleks.

2
Setyawati AN (2010)
Dekarboksilasi piruvat melibatkan piruvat dehidrogenase kompleks, suatu gugus
enzim yang tersusun atas 3 komponen
E1 24 mol piruvat Kofaktor: TPP (tiamin
dehidrogenase pirofosfat)
E2 24 mol dihidrolipoil Lipoate, koenzim A
transasetilase
E3 12 mol dihidrolipoil FAD, NAD+
dehidrogenase

Pada tahapan terakhir kerja PDH kompleks akan dihasilkan NADH, H+, FAD, dan
NADH yang di rantai pernapasan akan teroksidai dan menghasilkan 3 molekul ATP,
H2O dan NAD.

Pengaturan Kompleks Piruvat Dehidrogenase


 Pengaturan cepat kompleks PDH, inhibisi hasil kegiatan PDH yaitu asetil KoA
dan NADH bersifat menghambat
 Pengaturan PDH:
a. Kompleks PDH bertindak atas besar muatan energi sel. Bila konsentrasi
ATP tinggi, glikolisis semakin lambat dan aktivitas kompleks PDH menurun
b. Kompleks PDH peka terhadap keadaan oksidasi-reduksi sel. Perbedaan
jumlah NAD+, NADH, NADP+, dan NADPH yang terkumpul intraseluler dalam
batas keseimbangan tertentu

3
Setyawati AN (2010)
Reaksi Siklus Krebs
Siklus reaksi diawali dengan reaksi antara asetil KoA dan (2C) dan asam oksaloasetat
(4C) yang menghasilkan asam trikarboksilat, sitrat. Selanjutnya sejumlah 2 molekul
atom CO2 dirilis dan teregenerasi. Sebenarnya hanya sedikit oksaloasetat yang
dibutuhkan untuk menginisiasi siklus asam sitrat sehingga oksaloasetat dikenal
dengan perannnya sebagai agen katalitik pada siklus Krebs.
LokasI: sitosol

Lokasi:
mitokondria

Tahapan Reaksi Siklus Krebs


Tahap 1. sitrat sintase (hidrolisis)
Asetil KoA + oksaloasetat + H2O sitrat + KoA-SH
Merupakan reaksi kondensasi aldol yg disertai hidrolisis dan berjalan searah
 Klinis: sitrat sintase sangat spesifik terhadap zat yang dikerjakan. Flouroasetil
KoA dapat menggantikan gugus –asetil KoA. Flourosasetat kadang digunakan
sebagai racun tikus. Bila termakan dapat berakibat fatal
Tahap 2. aconitase, memerlukan 2 tahap
Sitrat diubah menjadi isositrat oleh enzim akonitase yg mengandung Fe ++
caranya : mula2 terjadi dehidrasi menjadi cis-akonitat ( yg tetap terikat enzim )

4
Setyawati AN (2010)
kemudian terjadi rehidrasi menjadi isositrat
Tahap 3. isositrat dehidrogenase (dekarboksilasi pertama)
Isositrat dioksidasi menjadi oksalosuksinat (terikat enzim) oleh isositrat
dehidrogenase yg memerlukan NAD+
Reaksi ini diikuti dekarboksilasi oleh enzim yg sama menjadi α-ketoglutarat. Enzim
ini memerlukan Mn++ / Mg++
Ada 3 jenis isozim isositrat dehidrogenase :
satu jenis isozim menggunakan NAD+ (intramitokondria) isozim ini hanya
ditemukan di dalam mitokondria NADH + H+ yg terbentuk akan diteruskan dalam
rantai respirasi
Dua jenis isozim yg lain menggunakan NADP+ dan ditemukan di luar mitokondria
(ekstramitokondria) dan sitosol
Tahap 4. α-ketoglutarat dehidrogenase kompleks (dekarboksilasi)
Dekarboksilasi oksidatif α-ketoglutarat (caranya seperti pada dekarboksilasi oksidatif
piruvat) menjadi suksinil KoA oleh enzim α-ketoglutarat dehidrogenase kompleks
Enzim ini memerlukan kofaktor seperti : TPP, Lipoat,NAD+, FAD dan KoA-SH
Reaksi ini secara fisiologis berjalan searah
 Klinis: Reaksi ini dapat dihambat oleh arsenit mengakibatkan akumulasi /
penumpukan α-ketoglutarat
Tahap 5. suksinat thikonase (fosforilasi tingkat substrat)
Suksinil KoASuksinat
Reaksi ini memerlukan ADP atau GDP yg dengan Pi akan membentuk ATP atau GTP.
Juga memerlukan Mg++
Reaksi ini merupakan satu2nya dalam TCA cycle yg membentuk senyawa fosfat
berenergi tinggi pada tingkat substrat
Pada jaringan dimana glukoneogenesis terjadi ( hati & ginjal) terdapat 2 jenis isozim
suksinat thiokonase, satu jenis spesifik GDP, satu jenis untuk ADP.
Pada jaringan nonglukoneogenik hanya ada isozim yg menggunakan ADP
Tahap 6: Suksinat dehidrogenase (dehidrogenasi & oksidasi)
Suksinat + FAD Fumarat + FADH2
Reaksi ini tdak lewat NAD,
 Klinis: dihambat oleh malonat, asam dikarboksilat berkarbon 3. Suksinat
dapat tertimbun dan pernapasan terhambat
Tahap 7 : Fumarase (dehidrasi)
Fumarat + H2O L-Malat
Tidak memerlukan koenzim
Tahap 8: Malat dehidrogenase
L-Malat + NAD+ Oksaloasetat + NADH + H+
Reaksi ini membentuk kembali oksaloasetat
Terdapat 6 isozim MDH, 50% isozim MDH adalah tipe IV

5
Setyawati AN (2010)
 Klinis: kerusakan jaringan seringkali mengakibatkan kenaikan MDH tetapi
pemeriksaan MDH tidak lazim dilakukan, karena lebih mudah untuk
memeriksa dengan LDH

Regulasi siklus Asam Sitrat diatur oleh:


 citrate synthase
 isocitrate dehydrogenase
 α-ketoglutarate dehydrogenase
Konsumsi oksigen, reoksidasi NADH, dan produksi ATP yang dikoupling
Kontrol regulasi:
1. Ketersediaan substrat – oxaloacetate menstimulasi sitrat sintase
2. Inhibis produk- substrat sitrat berkompetisi dengan oksaloasetat untuk sitrat
sintase, NADH menginhibisi isositrat dehidrogenase dan α-ketoglutarate
dehydrogenase, succinyl-CoA menginhibisi α-ketoglutarate dehydrogenase
3. Inhibisi feedback kompetitif - NADH menginhibisi sitrat sintase, suksinil KoA
berkompetisi dengan asetil KoA pada reaksi sitrat sintase.
Regulator penting:
Substrat -acetyl-CoA dan oksaloasetat memproduksi - NADH

6
Setyawati AN (2010)
Regulasi Siklus Asam Sitrat
 Kontrol allosterik dari siklus enzim
 isocitrate dehydrogenase
 α-ketoglutarate dehydrogenase
 pyruvate dehydrogenase phosphatase
 ADP - allosteric activator dari isocitrate dehydrogenase
 ATP - inhibibis isocitrate dehydrogenase
 Ca2+ - activasi pyruvate dehydrogenase phosphatase,
 isocitrate dehydrogenase, α-ketoglutarate dehydrogenase

Sifat amfibolik siklus asam sitrat


Siklus asam sitrat bersifat amfibolik, yang artinya memiliki dua sifat yaitu anabolik
(sintesis molekul untuk menjadi senyawa yang lebih kompleks) maupun katabolik
(pemecahan molekul menjadi molekul yang lebih sederhana) hal ini disebabkan
karena senyawa intermidiete harus digantikan.

Pintasan yang menggunakan senyawa intermidiete siklus asam sitrat adalah:


1. Biosintesis glukosa (glukoneogenesis) –oxaloacetate.
(yang ditransportasikan sebagai malate)
2. Biosintesis lipid -acetyl-CoA from ATP-citrate lyase.
ATP + citrate + CoA  ADP + Pi + oxaloacetate + acetyl-CoA
3. Biosintesis asam amino - α-ketoglutarate (dehidrogenasi atau transaminasi dari
glutamate) dan transaminasi oxaloacetate.
4. Biosintesi porfirin - succinyl-CoA.

Sifat amfibolik yang dimiliki oleh siklus Asam Sitrat


Berkaitan dengan reaksi anaplerotik yang berperan menggantikan senyawa
intermidiet siklus Krebs yang habis:
 Pyruvate carboxylase
Pyruvate + CO2 + ATP + H2O oxaloacetate + ADP + Pi.
 Oksidasi asam lemak - succinyl-CoA.
 Katabolisme (Ile, Met, Val) - succinyl-CoA.
 Transaminasi dan deaminasi asam amino untuk menjadi - α- ketoglutarate
dan oxaloacetate.

Energetika Siklus Krebs


Persamaan berikut ini menunjukkan rangkuman reaksi kimia siklus Krebs:
Asetil KoA +3NAD+ +FAD+GDP+Pi+2H2O  2CO2+KoASH+3NADH+H++FADH2+GTP
Untuk setiap molekul asetil KoA yang mengalami pembakaran dalam siklus, 12 mol

7
Setyawati AN (2010)
ATP dapat dihasilkan:

3 NADH=9ATP
FADH2=2ATP
GTP=1ATP+
TOTAL=12ATP

Masuknya asam amino ke dalam siklus Krebs


Transaminasi asam amino oksaloasetat dan α-ketoglutarat mengandung rantai
karbon yang homolog dengan asam amino aspartat dan glutamat.
Piruvat juga homolog dengan alanin. Persediaan asam amino ini melebihi keperluan
biosintesis protein, kelebihannya dapat segera diubah menjadi zat-antara siklus
Krebs dan oksidasi kerangka karbonnya dapat menghasilkan energi.
Sebaliknya, asam-asam amino ini diperlukan misalnya untuk biosintesis,
pembentukannya menggunakan analog asam keto yang didaur Krebs. Sehingga,
demikian, daur Krebs yang biasa diartikan sebagai jalur katabolik dalam keadaan
tertentu mempunyai fungsi anabolik.
Interkonversi reversible antara asam α-amino dan α-keto dikatalisis oleh
transaminase, aminotransferase yang berperan sebagai perantara pertukaran gugus
karbonil dan gugus amino antara oksaloasetat glutamat dan piruvat glutamat.

Reaksi-reaksi anaplerotik
Pengisian kekurangan/reaksi anaplerotik dibutuhkan untuk menjamin kecukupan
zat-antara siklus Krebs. Hal ini diperlukan karena siklus Krebs dapat mengalami
kekurangan zat intermidiet, diakibatkan karena peningkatan biosintesis aspartat dan
glutamat. Keperluan akan zat antara dapat meningkat akibat jika terdapat sejumlah
besar piruvat atau asetil KoA sehingga menipiskan oksaloasetat sebagai reseptor
yang diperlukan pada sintesis sitrat.

a. Piruvat karboksilase. Pada kondisi dibebaskannya epinefrin sebagai akibat


tekanan emosi dapat dibentuk piruvat dari glukosa dan asetil KoA dari asam lemak
dapat dibentuk dalam jumlah yang besar.
Pada kondisi demikian, piruvat yang berlebih, akan diubah menjadi enzim alosterik
dengan asetil KoA sebagai efektor positif.
Konsentrasi asetil KoA yang tinggi akan mengaktifkan piruvat karboksilase untuk
sintesis oksaloasetat. Pada tahapan berikutnya, oksaloasetat menerima gugus asetil
KoA sehingga terbentuk sitrat yang sekarang dihasilkan lebih banyak dari biasa

8
Setyawati AN (2010)
b. Enzim malat. Reaksi ini akan merubah sebagian besar piruvat dari piruvat yang
masuk menjadi malat melalui reaksi karboksilasi reduktif. Malat yang merupakan
produksi tambahan dengan mudah diubah menjadi oksaloasetat.

Di antara kedua jalur anaplerotik ini lebih diutamakan jalur piruvat karboksilase,
Enzim malat namun demikian lebih reversibel dan menghasilkan lebih banyak
NADPH yang diperlukan pada sintesis asam lemak.

Kompartementalisasi mitokondria
Untuk kelangsungan fungsi mitokondria yang normal diperlukan kadar zat antara
yang mencukupi kerja enzim dan juga adanya keseimbangan osmotik dan ion antara
mitokondria dan sitosol.
Tidak semua zat dalam sitosol dapat menembus mitokondria; contoh enzim sitosol
(karena ukuran yang terlalu besar).
Koenzim sitosol, seperti NAD+ dapat menembus membran luar karena ukurannya
kecil, akan tetapi, tidak menembus membran dalam mitokondria.
Membran luar mitokondria permeabel terhadap hampir semua molekul kecil dan
ruang yang terselubungi oleh membran ini dinamakan ruang-luar mitokondria.

Ringkasan permeabilitas membran:


1. NAD, NADP, NADH, dan NADPH tidak menembus membran dalam mitokondria.
2. Zat intermidiete daur Krebs dapat bergerak dari luar dan ke dalam mitokondria
dengan beberapa pengecualiaan, biasanya dengan perantaran translokase.
3. Asam amino yang dapat menghasilkan zat-antara daur Krebs atau piruvat dapat
juga tembus ke ruang-dalam mitokondria.
4. ATP dan ADP dapat menembus dengan translokase khusus.

Translokase/enzim sistem transport


Memiliki sifat mirip dengan enzim yang bekerja pada larutan, akan tetapi karena
kerjanya bukan mengkatalisis reaksi namun mengakibatkan perubahan muatan
kovalen substrat sehingga seringkali tidak digolongkan sebagai enzim.
Konsep translokase ini menggarisbawahi konsep bahwa gerakan zat yang keluar-
masuk mitokondria sangat teratur dan terkontrol.
Setiap translokase merupakan sistem mandiri dan ada kerja-sama antar sistem.

9
Setyawati AN (2010)
Sifat-sifat translokase:
-Kespesifikan :Translokase ATP tidak akan bekerja pada uridin, sitidin
maupun inosin trifosfat (UTP, CTP, ITP).
-Kejenuhan :Translokas dapat jenuh dengan senyawa yang
diangkutnya; berarti memiliki pedanan tetapan Michaelis-
Menten (Km) atau kecepatan awal maksimum (Vmaks).
-Sifat inhibisi :Inhibitor yang khas menghambat aktivitas sebagian
besar translokase.
-Ciri vektorial :Mengikuti arah dimensi ruang atau bersifat vektorial.
Sebab itu, hanya bergerak ke luar mitokondria dan ADP
harus ke dalam. Ciri tersebut tidak ada padanannya
dalam enzimologi.
Translokase utama di mitokondria
Substrat Mitra ion Inhibitor
1. ADP ATP Atraktilat
2. Suksinat, malat, Pi Klorosuksinat atau 2-butil
malonat malonat
3. Glutamat OH- 4-Hidroksiglutamat atau 2-
aminoadipat
4. α-ketoglutarat Malat/malonat 2-Butilmalonat
5. Aspartat Glutamat atau 2-
amminoadipat
6. α-gliserofosfat Dihidroksiasetonfosfat

7. Fosfat, arsenat, asetat OH- p-kloromerkuribenzoat


8. Sitrat, isositrat, atau cis- Malat 2-butilmalonat atau
akonitat benzen-1,2,3 trikarboksilat

Fungsi mitokondria pada lipogenesis


Diketahui bahwa asetil KoA merupakan bakal pada awal sintesis asam lemak rantai
panjang. Enzim-enzim pembentuk asam lemak terdapat dalam sitosol; sehingga
diperlukan suatu jalur agar asetil KoA yang dihasilkan di dalam mitokondria dari
karbohidrat, asam amino atau prekrusor jenis karbohidrat lainnya haru s bisa
menemukan jalan untuk masuk ke dalam sitosol.
Keadaan bila gizi berkecukupann dengan glukosa dan asam-amsam amino melebihi
keperluan metabolisme aka energi yang berlebihan akan diubah menjadi lemak dan
disimpan dalam jaringan adiposa. Transaminasi asam amino langsung menghasilkan
zat-antara siklus Krebs sitrat dalam mitokondria.
Sitrat akan dikeluarkan dari mitokondria ke sitosol, di dalam sitosol di mana tempat
enzim sitrat liase yang akan memecahnya menjadi oksaloasetat dan asetil KoA.

10
Setyawati AN (2010)
Oksaloasetat akan diubah ke malat oleh MDH sitosol kemudian malat dengan
mudah diangkut kembali ke dalam mitokondria. Asetil KoA yang dihasilkan oleh
sitrat liase sekarang dapat digunakan di sitosol untuk biosintesis asam lemak.
Sitrat bukan saja wahana utama untuk mengangkut gugus asetil dari mitokondria ke
sitosol; zat ini juga berperan sebagai efektor alosterik yang positif pada langkah
pertama biosintesis asam lemak.
Kebanyakan asam amino tidak dapat memasuki daur Krebs langsung melalui
transaminasi; akan tetapi diperlukan transformasi metabolik.
Biosintesis asam lemak juga memerlukan NADPH. Fungsi mitokondria pada
lipogenesis:
1. Mitokondria menghimpun senyawa-senyawa berkarbon dua atau empat dari
berbagai sumber.
2. Sitrat intramitokondria pada konsentrasi tinggi dengan mudah dikeluarkan ke
dalam sitosol.
3. Sitrat merupakan sumber utama asetil KoA dalam sitosol yaitu sebagai bahan
utama biosintesis asam lemak.
4. Sitrat diperlukan sebagai efektor alosterik dalam tahap pertamanya untuk
biosintesis asam lemak.
5. Konsentrasi ATP yang tinggi menggeser pola oksidasi glukosa ke arah produksi
NADPH yang diperlukan untuk biosintesi s asam lemak.

11
Setyawati AN (2010)
Fungsi mitokondria pada glukoneogenesis, interkonversi siklus Krebs
Peranannya pada proses glukoneogenesis, proses yang hanya sedikit terdapat pada
sedikit jaringan terutama dalam hati dan ginjal.
Glukosa yang dihasilkan melalui jalur ini dapat masuk ke dalam peredaran darah
untuk memenuhi kebutuhan jaringan-jaringan seperti otak yang membutuhkan
glukosa dalam jumlah besar.
Dengan sedikit modifikasi, jalur ini dapat membuka peluang lain, yaitu kesempatan
untuk menimbun glukosa sebagai glikogen dalam hati dan otot rangka.
Terdapat tiga enzim yang memainkan peranan penting dalam proses
glukoneogenesis antara lain:
(1) Piruvat karboksilase: mengkatalisi reaksi anaplerotik dengan menghasilkan
oksaloasetat; enzim ini mutlak memerlukan asetil KoA untuk mempertahankan
kompleks tetramer.
Enzim ini juga peka terhadap inhibisi akhir yang disebabkan oleh ADP. Dengan
demikian, enzim mitokondria dengan peran kunci ini diaktifkan oleh muatan
energi-tinggi dan asetil KoA, suatu hasil oksidasi asam lemak.
Piruvat karboksilase mengubah piruvat intramitokondria menjadi oksaloasetat.
Oksaloasetat akan direduksi menjadai malaat dan setelah itu malat dapat
dengan bebas diubah menjadi oksaloasetat.
(2) PEP karboksikinase; enzim monomer yang mengubah oksaloasetat sitosol
menjadi PEP.
(3) Piruvat sintase; enzim yang termasuk keluarga oksidoreduktase yang berperan
dalam mengubah piruvat + CoA + 2 ferredoxin teroksidasi acetyl-CoA + CO2 +
2 ferredoxin tereduksi+ 2 H+.

 Klinis: Keadaan yang menuntut glukoneogenesis mengakibatkan peningkatan


sintesis PEP karboksikinase. Puasa, diabetes, atau pengobatan dengan
glukokortikoid dapat merangsang sintesis enzim ini.

12
Setyawati AN (2010)
Fungsi mitokondria pada glukoneogenesis:
1. Asam amino masuk ke dalam mitokondria, tempat enzim daur Krebs mengubah
derivat Keto, berasal dari asam tadi menjadi sitrat dan oksaloasetat.
2. Dari oksaloasetat akan dihasilkan malat atau aspartat yang dikeluarkan dari
sitosol, tempat rekonversi ke oksaloasetat terlaksana.
3. Piruvat mitokondria terkarboksilasi menjadi oksaloasetat melalui reaksi yang
menggunakan asetil KoA sebagai aktivator alosterik.
4. Oksaloasetat akan mengalami dekarboksilasi menjadi PEP yang selanjutnya
diubah menjadi glukosa atau glikogen.

Sistem pereduksi ekuivalen


Sistem shuttle (angkut). NAD akan tereduksi ke dalam rantai pernapasan. Sementara
itu nukleotida tidak dapat menembus membran dalam mitokondria. Hal tersebut
difasilitasi oleh malat-oksaloasetat translokase, atau sistem angkut yang dilakukan
dengan menyebrangkan 2H dari sisi satu ke sisi lain membran.
Sistem angkut yang lain bergabung pada pasangan oksidasi-reduksi
dihidroksiasetonfosfat dan α-gliserofosfat. Enzim yang berperan mempunyai bentuk
ekstramitokondria yang berbeda dan menggunakan FAD sebagai koenzim. FAD

13
Setyawati AN (2010)
tereduksi, yang langsung akan dirangkaikan dengan rantai pernapasan melalui
koenzim Q.
Sistem angkut gliserofosfat-dihidroksiasetonfosfat hanya mampu menghasilkan
2ATP dari satu NADH sitosol, sedangkan 3 ATP dapat dihasilkan oleh penggunaan
sistem angkut malat-aspartat.
Ciri siklus Krebs: tertutupnya jalur lemak untuk dapat diubah menjadi glukosa
Ciri siklus Krebs terkait dengan jumlah atom karbon memiliki 2 kekhasan:
1. Masuknya dua karbon ke dalam siklus Krebs sebagai asetil KoA dan keluarnya 2
atom karbon sebagai CO2 memberikan makanya tidak ada hasil bersih atom
karbon.
2. Atom karbon yang keluar sebagai CO2 tidak sama dengan yang masuk sebagai
asetil KoA.
Asam lemak yang umum banyak didapatkan pada asupan, asam lemak
dengan atom karbon genap tidak memberikan atom karbonnya untuk disintesis
menjadi metilmalonil KoA untuk terisomerisasi menjadi suksinil KoA bahan
oksaloasetat yang diperlukan sebagai bahan sintesis glukosa.
Asam lemak dengan atom karbon ganjil pada katabolisme akan menghasilkan
beberapa molekul asetil KoA dan satu molekul proprionil KoA. Proprionil KoA dapat
mengalami karboksilasi menjadi metilmalonil KoA yang seterusnya akan
terisomerisasi menjadi suksinil KoA. Suksinil KoA merupakan bahan bakal
oksaloasetat. Karena itu berbeda, dengan gugus asetil, gugus proprionil dapat
memberi hasil bersih berupa atom karbon yang dapat digunakan pada sintesis KoA.
Namun demikian secara umum hanya sedikit jumlah asam lemak dengan
jumlah atom karbon ganjil dan asam lemak berantai panjang. Sehingga, pandangan
umum bahwa sintesis asam lemak hanya sedikit yang berperan untuk memperoleh
hasil bersih sintesis glukosa.

Addendum:
Embden-Meyenhof pathway

14
Setyawati AN (2010)
Ringkasan

 Siklus Krebs merupakan sarana pengaruh bermacam zat yang berasal dari
berbagai jalur metabolisme menjadi beberapa macam zat-antara yang lazim
berperan pada jalur katabolisme dan anabolisme
 Beberapa enzim berperan sebagai alat bantu, mengkatalisis berbagai reaksi
anaplerotik untuk mempertahankan dan atau mengisi kembali komponen-
komponen siklus Krebs
 Kepentingan siklus Krebs erat rangkaiannya dengan rantai pernapasan serta
dihasilkannya ATP yang diperlukan pada gerakan, transportasi, dan
biosintesis

Singkatan:
NAD: icotinamide adenine dinukleotida, merupakan koenzim yang berperan dalam reaksi redoks, yang bila tereduksi menjadi
NADH/NADH2
FADH: Flavine adenine dinukleotida, merupakan koenzim yang berperan dalam reaksi redoks, yang bila tereduksi menjadi
FADH/FADH2g
ADP: Adenosine diphosphate, ADP merupakan produk akhir ketika ATP kehilangan salah satu gugus phosphate yang berlokasi
di ujung molekul fosfat

15
Setyawati AN (2010)

You might also like