You are on page 1of 20

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya
kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Keperawatan
Komunitas I . Dalam makalah ini kami membahas tentang “Obesitas” .

Penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis membuka
diri untuk menerima berbagai masukan dan kritikan dari semua pihak. Penulis
berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca
khususnya.

Medan , 17 Oktober 2018

Penyusun

Kelompok 12
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 2 TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Obesitas

2.2 Etiologi Obesitas

2.3 Patofisiologi Obesitas

2.4 Manifestasi Klien

2.5 Komplikasi

2.6 Pemeriksaan Penunjang

2.7 Penatalaksanaan

2.8 Konsep Askep Obesitas

2.9 Diagnosa Keperawatan yang mungkin Muncul

2.10 Perencanaan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.2 Latar Belakang

Pada awalnya obesitas di pandang sebagai tren atau gaya hidup sebagai
tanda kesuksesan seseorang, dengan memiliki badan yang gemuk menandakan
seseorang hidup berkecukupn. Namun sekarang obesitas telah menjadi masalah
yang serius karena memicu timbulnya berbagai komplikasi penyakit yang
menyertainya. Masalah obesitas kini telah menjadi perhatian khusus badan
kesehatan dunia

Perhatian tidak hanya ditujukan kepada jumlah lemak yang ditimbun, tetapi juga
kepada lokasi penimbunan lemak tubuh.Pola penyebaran lemak tubuh pada pria
dan wanita cenderung berbeda.Wanita cenderung menimbun lemaknya di pinggul
dan bokong, sehingga memberikan gambaran seperti buah pir.Sedangkan pada
pria biasanya lemak menimbun di sekitar perut, sehingga memberikan gambaran
seperti buah apel.Masalah ini yang menjadikan bahasan dalam asuhan
keperawatan dengan obesitas menjadi sangat menarik untuk di angkat dan di
pelajari kelompok kami, semoga apa yang kami tulis dalam karya kami dapat
menjadi sesuatu yang berguba bagi kami mahasiswa keperawatan khususnya dan
khalayak ramai pada umunya.

1.2 Tujuan Penulisan

Adapun yang menjadi tujuan penulisan makalah ini, yaitu:

Memahami konsep dan karakterisitik Obesitas

Mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi Obesitas

Mengetahui upaya-upaya apa saja yang harus dilakukan agar pertumbuhan anak
bisa berkembang dengan baik dan sehat.
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Obesitas

Obesitas merupakan suatu penyakit multifaktorial, yang terjadi akibat


akumulasi jaringan lemak berlebihan, sehingga dapat mengganggu kesehatan.
Obesitas terjadi bila besar dan jumlah sel lemak bertambah pada tubuh
seseorang. Bila seseorang bertambah berat badannya, maka ukuran sel lemak
akan bertambah besar dan kemudian jumlahnya bertambah banyak. Obesitas
merupakan suatu kelainan kompleks pengaturan nafsu makan dan metabolisme
energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik spesifik. Faktor
genetik diketahui sangat berpengaruh bagi perkembangan penyakit ini. Secara
fisiologis, obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan akumulasi
lemak yang tidak normal atau berlebihan di jaringan adiposa sehingga
dapat mengganggu kesehatan. Keadaan obesitas ini, terutama obesitas sentral,
meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular karena keterkaitannya dengan
sindrom metabolik atau sindrom resistensi insulin yang terdiri dari resistensi 10
insulin/hiperinsulinemia, hiperuresemia, gangguan fibrinolisis,
hiperfibrinogenemia dan hipertensi (Sudoyo, 2009).

Obesitas timbul sebagai akibat masukan energi yang melebihi pengeluaran


energi. Bila energi dalam jumlah besar (dalam bentuk makanan) yang masuk ke
dalam tubuh melebihi jumlah yang dikeluarkan, maka berat badan akan
bertambah dan sebagian besar kelebihan energi tersebut akan di simpan sebagai
lemak. Oleh karena itu, kelebihan adipositas (obesitas) disebabkan masukan
energi yang melebihi pengeluaran energi. Untuk setiap kelebihan energi
sebanyak 9,3 kalori yang masuk ke tubuh, kira-kira 1 gram lemak akan disimpan.
Lemak disimpan terutama di aposit pada jaringan subkutan dan rongga
intraperitoneal, walaupun hati dan jaringan tubuh lainnya seringkali menimbun
cukup lemak pada orang obesitas. Perkembangan obesitas pada orang dewasa
juga terjadi akibat penambahan jumlah adiposit dan peningkatan ukurannya.
Seseorang dengan obesitas yang ekstrem dapat memiliki adiposit sebanyak empat
kali normal, dan setiap adiposit memiliki lipid d`ua kali lebih banyak dari orang
yang kurus (Guyton, 2007).
2.2 Etiologi Obesitas

Penyebab obesitas sangatlah kompleks. Meskipun gen berperan penting


dalam menentukan asupan makanan dan metabolisme energi, gaya hidup dan
faktor lingkungan dapat berperan dominan pada banyak orang dengan
obesitas. Diduga bahwa sebagian besar obesitas disebabkan oleh karena interaksi
antara faktor genetik dan faktor lingkungan, antara lain aktifitas, gaya hidup,
sosial ekonomi dan nutrisional (Guyton, 2007 )

a. Genetik

Obesitas jelas menurun dalam keluarga. Namun peran genetik yang pasti untuk
menimbulkan obesitas masih sulit ditentukan, karena anggota keluarga umumnya
memiliki kebiasaan makan dan pola aktivitas fisik yang sama. Akan tetapi, bukti
terkini menunjukkan bahwa 20-25% kasus obesitas dapat disebabkan faktor
genetik. Gen dapat berperan dalam obesitas dengan menyebabkan kelainan satu
atau lebih jaras yang mengatur pusat makan dan pengeluaran energi serta
penyimpanan lemak. Penyebab monogenik (gen tunggal) dari obesitas adalah
mutasi MCR-4, yaitu penyebab monogenik tersering untuk obesitas yang
ditemukan sejauh ini, defisiensi leptin kongenital, yang diakibatkan mutasi gen,
yang sangat jarang dijumpai dan mutasi reseptor leptin, yang juga jarang ditemui.

Semua bentuk penyebab monogenik tersebut hanya terjadi pada sejumlah kecil
persentase dari seluruh kasus obesitas. Banyak variasi gen sepertinya berinterakasi
dengan faktor lingkungan untuk mempengaruhi jumlah dan distribusi lemak
(Guyton, 2007).

b. Aktivitas fisik

Gaya hidup tidak aktif dapat dikatakan sebagai penyebab utama obesitas. Hal ini
didasari oleh aktivitas fisik dan latihan fisik yang teratur dapat meningkatkan
massa otot dan mengurangi massa lemak tubuh, sedangkan aktivitas fisik yang
tidak adekuat dapat menyebabkan pengurangan massa otot dan peningkatan
adipositas. Oleh karena itu pada orang obesitas, peningkatan aktivitas fisik
dipercaya dapat meningkatkan pengeluaran energi melebihi asupan makanan,
yang berimbas penurunan berat badan (Guyton, 2007).

Tingkat pengeluaran energi tubuh sangat peka terhadap pengendalian berat tubuh.
Pengeluaran energi tergantung dari dua faktor: 1) tingkat aktivitas dan olahraga
secara umum; 2) angka metabolisme basal atau tingkat energi yang dibutuhkan
untuk mempertahankan fungsi minimal tubuh. Dari kedua faktor tersebut
metabolisme basal memiliki tanggung jawab duapertiga dari pengeluaran energi
orang normal. Meski aktivitas fisik hanya mempengaruhi sepertiga pengeluaran
energi seseorang dengan berat normal, tapi bagi orang yang memiliki kelebihan
berat badan aktivitas fisik memiliki peran yang sangat penting. Pada saat
berolahraga kalori terbakar, makin banyak berolahraga maka semakin banyak
kalori yang hilang. Kalori secara tidak langsung mempengaruhi sistem
metabolisme basal. Orang yang duduk bekerja seharian akan mengalami penurunn
metabolisme basal tubuhnya. Kekurangan aktifitas gerak akan menyebabkan suatu
siklus yang hebat, obesitas membuat kegiatan olahraga menjadi sangat sulit dan
kurang dapat dinikmati dan kurangnya olahraga secara tidak langsung akan
mempengaruhi turunnya metabolisme basal tubuh orang tersebut. Jadi olahraga
sangat penting dalam penurunan berat badan tidak saja karena dapat membakar
kalori, melainkan juga karena dapat membantu mengatur berfungsinya
metabolisme normal (Guyton, 2007).

c. Perilaku makan

Faktor lain penyebab obesitas adalah perilaku makan yang tidak baik. Perilaku
makan yang tidak baik disebabkan oleh beberapa sebab, diantaranya adalah
karena lingkungan dan sosial. Hal ini terbukti dengan meningkatnya prevalensi
obesitas di negara maju. Sebab lain yang menyebabkan perilaku makan tidak baik
adalah psikologis, dimana perilaku makan agaknya dijadikan sebagai sarana
penyaluran stress. Perilaku makan yang tidak baik pada masa kanak-kanak
sehingga terjadi kelebihan nutrisi juga memiliki kontribusi dalam obesitas, hal ini
didasarkan karena kecepatan pembentukan sel-sel lemak yang baru
terutama meningkat pada tahun-tahun pertama kehidupan, dan makin besar
kecepatan penyimpanan lemak, makin besar pula jumlah sel lemak. Oleh karena
itu, obesitas pada kanak-kanak cenderung mengakibatkan obesitas pada
dewasanya nanti (Guyton, 2007).

d. Neurogenik

Telah dibuktikan bahwa lesi di nukleus ventromedial hipotalamus dapat


menyebabkan seekor binatang makan secara berlebihan dan menjadi obesitas.
Orang dengan tumor hipofisis yang menginvasi hipotalamus seringkali mengalami
obesitas yang progresif. Hal ini memperlihatkan bahwa, obesitas pada manusia
juga dapat timbul akibat kerusakan pada hipotalamus. Dua bagian hipotalamus
yang mempengaruhi penyerapan makan yaitu hipotalamus lateral (HL) yang
menggerakkan nafsu makan (awal atau pusat makan) dan hipotalamus
ventromedial (HVM) yang bertugas menintangi nafsu makan (pemberhentian atau
pusat kenyang). Dan hasil penelitian didapatkan bahwa bila HL rusak/hancur
maka individu menolak untuk makan atau minum, dan akan mati kecuali bila
dipaksa diberi makan dan minum (diberi infus). Sedangkan bila kerusakan terjadi
pada bagian HVM, maka seseorang akan menjadi rakus dan kegemukan.
Dibuktikan bahwa lesi pada hipotalamus bagian ventromedial dapat menyebabkan
seekor binatang makan secara berlebihan dan obesitas, serta terjadi perubahan
yang nyata pada neurotransmiter di hipotalamus berupa peningkatan oreksigenik
seperti NPY dan penurunan pembentukan zat anoreksigenik seperti leptin dan
α-MSH pada hewan obesitas yang dibatasi makannya (Guyton, 2007) .

e. Hormonal

Dari segi hormonal terdapat leptin, insulin, kortisol, dan peptida usus. Leptin
adalah sitokin yang menyerupai polipeptida yang dihasilkan oleh adiposit yang
bekerja melalui aktivasi reseptor hipotalamus. Injeksi leptin akan mengakibatkan
penurunan jumlah makanan yang dikonsumsi. Insulin adalah anabolik hormon,
insulin diketahui berhubungan langsung dalam penyimpanan dan penggunaan
energi pada sel adiposa. Kortisol adalah glukokortikoid yang bekerja dalam
mobilisasi asam lemak yang tersimpan pada trigliserida, hepatic
glukoneogenesis, dan proteolisis (Wilborn et al, 2005).

f. Dampak penyakit lain

Faktor terakhir penyebab obesitas adalah karena dampak/sindroma dari penyakit


lain. Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan obesitas adalah hypogonadism,
Cushing syndrome, hypothyroidism, insulinoma, craniophryngioma dan gangguan
lain pada hipotalamus. Beberapa anggapan menyatakan bahwa berat badan
seseorang diregulasi baik oleh endokrin dan komponenen neural. Berdasarkan
anggapan itu maka sedikit saja kekacauan pada regulasi ini akan mempunyai efek
pada berat badan (Flieretal,2005).

2.3 Patofisiologi Obesitas

Obesitas terjadi akibat ketidakseimbangan masukan dan keluaran kalori


dari tubuh serta penurunan aktifitas fisik (sedentary life style) yang
menyebabkan penumpukan lemak di sejumlah bagian tubuh (Rosen,2008).
Penelitian yang dilakukan menemukan bahwa pengontrolan nafsu makan dan
tingkat kekenyangan seseorang diatur oleh mekanisme neural dan humoral
(neurohumoral) yang dipengaruhi oleh genetik, nutrisi,lingkungan, dan sinyal
psikologis. Pengaturan keseimbangan energi diperankan oleh hipotalamus
melalui 3 proses fisiologis, yaitu pengendalian rasa lapar dan kenyang,
mempengaruhi laju pengeluaran energi dan regulasi sekresi hormon. Proses
dalam pengaturan penyimpanan energi ini terjadi melalui sinyal-sinyal eferen
(yang berpusat di hipotalamus) setelah mendapatkan sinyal aferen dari perifer
(jaringan adiposa, usus dan jaringan otot).

Sinyal-sinyal tersebut bersifat anabolik (meningkatkan rasa lapar serta


menurunkan pengeluaran energi) dan dapat pula bersifat katabolik(anoreksia,
meningkatkan pengeluaran energi) dan dibagi menjadi 2 kategori, yaitu sinyal
pendek dan sinyal panjang. Sinyal pendek mempengaruhi porsi makan dan waktu
makan, serta berhubungan dengan faktor distensi lambung dan peptida
gastrointestinal, yang diperankan oleh kolesistokinin (CCK) sebagai stimulator
dalam peningkatan rasa lapar. Sinyal panjang diperankan oleh fat-derived
hormon leptin dan insulin yang mengatur penyimpanan dan keseimbangan
energi (Sherwood, 2012).

Apabila asupan energi melebihi dari yang dibutuhkan, maka jaringan


adiposa meningkat disertai dengan peningkatan kadar leptin dalam peredaran
darah. Kemudian, leptin merangsang anorexigenic center di hipotalamus agar
menurunkan produksi Neuro Peptida Y (NPY) sehingga terjadi penurunan nafsu
makan. Demikian pula sebaliknya bila kebutuhan energi lebih besar dari asupan
energi, maka jaringan adiposa berkurang dan terjadi rangsangan pada orexigenic
center di hipotalamus yang menyebabkan peningkatan nafsu makan. Pada
sebagian besar penderita obesitas terjadi resistensi leptin, sehingga tingginya
kadar leptin tidak menyebabkan penurunan nafsu makan (Jeffrey, 2009).

2.4 Manifestasi Klien

Obesitas dapat terjadi pada semua golongan umur, akan tetapi pada anak biasanya
timbul menjelang remaja dan dalam masa remaja terutama anak wanita, selain
berat badan meningkat dengan pesat, juga pertumbuhan dan perkembangan lebih
cepat (ternyata jika periksa usia tulangnya), sehingga pada akhirnya remaja yang
cepat tumbuh dan matang itu akan mempunyai tinggi badan yang relative rendah
dibandingkan dengan anak yang sebayanya.

Bentuk tubuh, penampilan dan raut muka penderita obesitas :

a. Paha tampak besar, terutama pada bagian proximal, tangan relatif kecil dengan
jari – jari yang berbentuk runcing.

b. Kelainan emosi raut muka, hidung dan mulut relatif tampak kecil dengan dagu
yang berbentuk ganda.

c. Dada dan payudara membesar, bentuk payudara mirip dengan payudara yang
telah tumbuh pada anak pria keadaan demikian menimbulkan perasaan yang
kurang menyenangkan.

d. Abdomen, membuncit dan menggantung serupa dengan bentuk bandul lonceng,


kadang – kadang terdapat strie putih atau ungu.

e. Lengan atas membesar, pada pembesaran lengan atas ditemukan biasanya pada
biseb dan trisebnya.
Pada penderita sering ditemukan gejala gangguan emosi yang mungkin
merupakan penyebab atau keadaan dari obesitas. Penimbunan lemak yang
berlebihan dibawah diafragma dan di dalam dinding dada bisa menekan paru -
paru, sehingga timbul gangguan pernafasan dan sesak nafas, meskipun penderita
hanya melakukan aktivitas yang ringan. Gangguan pernafasan bisa terjadi pada
saat tidur dan menyebabkan terhentinya pernafasan untuk sementara waktu (tidur
apneu), sehingga pada siang hari penderita sering merasa ngantuk.

Obesitas bisa menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk nyeri


punggung bawah dan memperburuk osteoartritis (terutama di daerah pinggul, lutut
dan pergelangan kaki). Juga kadang sering ditemukan kelainan kulit. Seseorang
yang menderita obesitas memiliki permukaan tubuh yang relatif lebih sempit
dibandingkan dengan berat badannya, sehingga panas tubuh tidak dapat dibuang
secara efisien dan mengeluarkan keringat yang lebih banyak. Sering ditemukan
edema (pembengkakan akibat penimbunan sejumlah cairan) di daerah tungkai dan
pergelangan kaki.

2.5 Komplikasi

Mortalitas yang berkaitan dengan obesitas, terutama obesitas apple shaped,


sangat erat hubungannya dengan sindrom metabolik. Sindrom metabolik
merupakan satu kelompok kelainan metabolik selain obesitas, meliputi resistensi
insulin, gangguan toleransi glukosa, abnormalitas lipid dan hemostasis, disfungsi
endotel dan hipertensi yang kesemuanya secara sendiri-sendiri atau bersama-sama
merupakan faktor resiko terjadinya aterosklerosis dengan manifestasi penyakit
jantung koroner dan/atau stroke. Mekanisme dasar bagaimana komponen-
komponen sindrom metabolik ini dapat terjadi pada seseorang dengan obesitas
apple shaped dan bagaimana komponen-komponen ini dapat menyebabkan terjadi
gangguan vaskular, hingga saat ini masih dalam penelitian (Soegondo,2007).

2.6 Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis OA biasanya dilakukan berdasarkan riwayat penyakit dan pemeriksaan


fisik, tetapi evaluasi radiografi juga diperlukan. Radiografi adalah sensitif dan
murah sehingga dapat dijadikan sebagai pemeriksaan rutin untuk OA (Siddiqui &
Laborde, 2009).

Secara umum, antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut
pandang gizi, maka antropometri gizi adalah berhubungan dengan
berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari
berbagai tingkat umur dan gizi.
Pada pemeriksaan antropometri tujuan yang hendak dicapai adalah:

1) Penapisan status gizi, yang diarahkan untuk orang dengan keperluan


khusus.

2) Survei status gizi, yang ditujukan untuk memperoleh gambaran status gizi
masyarakat pada saat tertentu serta faktor yang berkaitan.

3) Pemantauan status gizi, yang digunakan untuk memberikan gambaran


perubahan status gizi dari waktu ke waktu.

Pemeriksaan antropometri dilakukan dengan mengukur ukuran fisik, seperti


tinggi badan, berat badan serta lingkar beberapa bagian tubuh tertentu.

2.7 Penatalaksanaan

a. Merubah gaya hidup

Diawali dengan merubah kebiasaan makan. Mengendalikan kebiasaan ngemil dan


makan bukan karena lapar tetapi karena ingin menikmati makanan dan
meningkatkan aktifitas fisik pada kegiatan sehari-hari. Meluangkan waktu
berolahraga secara teratur sehingga pengeluaran kalori akan meningkat dan
jaringan lemak akan dioksidasi (Sugondo,2008).

b. Terapi Diet

Mengatur asupan makanan agar tidak mengkonsumsi makanan dengan


jumlah kalori yang berlebih, dapat dilakukan dengan diet yang terprogram secara
benar. Diet rendah kalori dapat dilakukan dengan mengurangi nasi dan
makanan berlemak, serta mengkonsumsi makanan yang cukup memberikan
rasa kenyang tetapi tidak menggemukkan karena jumlah kalori sedikit, misalnya
dengan menu yang mengandung serat tinggi seperti sayur dan buah yang
tidak terlalu manis (Sugondo, 2008).

c. Aktifitas Fisik

Peningkatan aktifitas fisik merupakan komponen penting dari program


penurunan berat badan, walaupun aktifitas fisik tidak menyebabkan
penurunan berat badan lebih banyak dalam jangka waktu enam bulan. Untuk
penderita obesitas, terapi harus dimulai secara perlahan, dan intensitas
sebaiknya ditingkatkan secara bertahap. Penderita obesitas dapat memulai
aktifitas fisik dengan berjalan selama 30 menit dengan jangka waktu 3 kali
seminggu dan dapat ditingkatkan intensitasnya selama 45 menit dengan
jangka waktu 3 kali seminggu dan dapat ditingkatkan intensitasnya selama 45
menit dengan jangka waktu 5 kali seminggu (Sugondo, 2008).

d. Terapi perilaku

Untuk mencapai penurunan berat badan dan mempertahankannya, diperlukan


suatu strategi untuk mengatasi hambatan yang muncul pada saat terapi diet
dan aktifitas fisik. Strategi yang spesifik meliputi pengawasan mandiri terhadap
kebiasaan makan dan aktifitas fisik, manajemen stress, stimulus control,
pemecahan masalah, contigency management, cognitive restructuring dan
dukungan sosial (Sugondo,2008).

e. Farmakoterapi

Farmakoterapi merupakan salah satu komponen penting dalam program


manajemen berat badan. Sirbutramine dan orlistat merupakan obat-obatan
penurun berat badan yang telah disetujui untuk penggunaan jangka panjang.
Sirbutramine ditambah diet rendah kalori dan aktifitas fisik efektif menurunkan
berat badan dan mempertahankannya. Orlistat menghambat absorpsi lemak
sebanyak 30 persen. Dengan pemberian orlistat, dibutuhkan penggantian
vitamin larut lemak karena terjadi malabsorpsi parsial (Sugondo,2008).

2.8 Rencana Kegiatan Promosi

Analisa

Pernyataan masalah :

Berdasarkan data dari puskesmas Balimbing, Kec.Kuranji Padang adanya


peningkatan kejadian obesitas pada balita pada tahun 2009 – 2010. Tercatat dari
280 balita, 95 balita yang mengalami obesitas.

Perilaku penyebab dari permasalahan diatas adalah :

Kurangnya pengetahuan dan kesadaran orang tua terhadap obesitas pada balita.

Seringnya mengkonsumsi makanan siap saji.


Faktor keturunan dari orang tua.

Berdasarkan analisis dari permasalahan diatas, penyebab dari obesitas pada balita
di Desa Pasar Lalang, Kec.Kuranji Padang secara garis besar adalah Kurangnya
pengetahuan dan kesadaran orang tua terhadap obesitas pada balita.

Sasaran

Advokasi : Kepala Desa di Desa Pasar Lalng,Kec.Kuranji Padang.

Bermitra : PKK di Desa Pasar Lalng,Kec.Kuranji Padang.

Gerakan pemberdayaan masyarakat : Ibu yang mempunyai balita di Desa Pasar


Lalng,Kec.Kuranji Padang.

Tujuan

Advokasi

Lahirnya kebijakan Kepala Desa tentang kewajiban ibu memberikan makanan


pada balita sesuai pola makannya.

Bermitra

Keterlibatan PKK mengajak ibu yang memiliki balita untuk memberikan makanan
kepada balita sesuai pola makannya.

Gerakan pemberdayaan masyarakat

Ibu yang memiliki balita paham dan mengerti serta selalu memberikan makanan
pada balita sesusai pola makannya.

Metode dan Saluran Komunikasi

Advokasi

Metode :

Tatap muka
Dialog

Lobi

Media :

Gambar atau foto-foto balita yang mengalami obesitas.

Lembaran data balita yang mengalami obesitas.

Bermitra

Metode :

Diskusi

Rapat

Sosialisasi

Media :

Pertunjukan Slides (Melalui Slide, Laptop & LCD).

Pemberdayaan masyarakat

Metode :

Demonstrasi

Seminar

Media :

Gambar/ foto-foto balita obesitas.

Pembuatan makanan sesuai pola makan balita.

Tempat

Advokasi : Kantor Kepala Desa Pasar Lalang,Kec.Kuranji Padang.


Bermitra : Kantor PKK Desa Pasar Lalang, Kec.Kuranji Padang.

Gerakan Pemberdayaan masyarakat : Balai Desa Pasar Lalang,Kec.Kuranji


padang.

2.9 Konsep Askep Obesitas

1. Pengkajian

Identitas Pasien

Identitas klien Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,


suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, alamat, dan nomor register.

2. Riwayat kesehatan

Riwayat Kesehatan sekarang : keluhan pasien saat ini

Riwayat Kesehatan masa lalu : kaji apakah ada keluarga dari pasien yang
pernah menderita obesitas

Riwayat kesehatan keluarga : kaji apakah ada ada di antara keluarga yang
mengalami penyakit serupa atau memicu

Riwayat psikososial,spiritual : kaji kemampuan interaksi sosial , ketaatan


beribadah , kepercayaan.

3. Pemerikasaan fisik :

Sistem kardiovaskuler :Untuk mengetahui tanda-tanda vital, ada tidaknya


distensi vena jugularis, pucat, edema, dan kelainan bunyi jantung.

Sistem respirasi :Untuk mengetahui ada tidaknya gangguan kesulitan


napas

Sistem hematologi :Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan leukosit


yang merupakan tanda adanya infeksi dan pendarahan, mimisan.

Sistem urogenital : Ada tidaknya ketegangan kandung kemih dan keluhan


sakit pinggang.
Sistem musculoskeletal :Untuk mengetahui ada tidaknya kesulitan dalam
pergerakkan, sakit pada tulang, sendi dan terdapat fraktur atau tidak.

Sistem kekebalan tubuh :Untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran kelenjar


getah bening.

4. Pemeriksaan penunjang :

Pemeriksaan metabolik / endokrin dapat menyatakan tak normal, misal :


hipotiroidisme, hipopituitarisme, hipogonadisme, sindrom cushing (peningkatan
kadar insulin).

Pola fungsi kesehatan

a) Aktivitas istirahat :Kelemahan dan cenderung mengantuk, ketidakmampuan /


kurang keinginan untuk beraktifitas.

b) Sirkulasi :Pola hidup mempengaruhi pilihan makan, dengan makan


akan dapat menghilangkan perasaan tidak senang.

c) Makanan / cairan : Mencerna makanan berlebihan

d) Kenyamanan :Pasien obesitas akan merasakan ketidaknyamanan berupa


nyeri dalam menopang berat badan atau tulang belakang

e) Pernafasan : Pasien obesitas biasanya mengalami dipsnea

f) Seksualitas : Pasien dengan obesitas biasanya mengalami gangguan


menstruasi dan amenouria.

2.10 Diagnosa Keperawatan yang mungkin Muncul

1. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh yang berhubungan denganintake


makanan yang lebih.

2. Gangguan pencitraan diri yang berhubungan dengan biofisika atau psikosial


pandangan px tehadap diri.

3. Hambatan interaksi sosial yang berhubungan dengan ungkapan atau tampak


tidak nyaman dalam situasi sosial.

4. Pola napas tak efektif yang berhubungan dengan penurunan ekspansi paru,
nyeri, ansietas, kelemahan dan obstruksi trakeobronkial.
2.11 Perencanaan

Setelah pengumpulan data, megelompokkan dan menentukan diagnosa


keoerawatan yang mungkin muncul, maka tahapan selanjutnya adalah
menentukkan prioritas, tujuan dan rencana tindakkan keperawatan.

Diagnosa 1

Perubahan nutrisi :

Lebih dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan intake makanan yang
lebih.

Tujuan :

Kebutuhan nutrisi kembali normal.

Kriteria hasil :

Perubahan pola makan dan keterlibatan individu dalam program latihan

Menunjukan penurunan berat badan.

Intervensi :

1. Kaji penyebab kegemukan dan buat rencana makan dengan pasien

2. Timbang berat badan secara periodik

3. Tentukan tingkat aktivitas dan rencana program latihan diet

4. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentujan keb kalori dan nutrisi penurunan
berat badan

5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat penekan nafsu makan


(ex.dietilpropinion)

Rasional :

1. Mengidentifikasi / mempengaruhi penentuan intervensi

2. Memberikan informasi tentang keefektifan program

3. Mendorong px untuk menyusun tujuan lebih nyata dan sesuai dengan rencana

4. Kalori dan nurtisi terpenuhi secara normal

5. Penurunan berat badan

Diagnosa 2
Gangguan pencitraan diri b.d biofisika atau psikosial pandangan px tehadap diri

Tujuan :

Menyatakan gambaran diri lebih nyata

Kriterian hasil :

Menunjukkan beberapa penerimaan diri dari pandangan idealisme

Mengakui indiviu yang mempunyai tanggung jawab sendiri

Intervensi :

1. Beri privasi kepada px selama perawatan

2. Diskusikan dengan px tentang pandangan menjadi gemuk dan apa artinya


bagi px trsebut

3. Waspadai mitos px / orang terdekat

4. Tingkatkan komunikasi terbuka dengan px untuk menghondari kritik

5. Waspadai makan berlebih

6. Kolaborasi dengan kelompok terapi

Rasional :

1. Individu biasanya sensitif terhadap tubuhnya sendiri

2. Pasien mengungkapkan beban psikologisnya

3. Keyakinan tentang seperti apa tubuh yang ideal atau motifasi dapat menjadi
upaya penurunan berat badan

4. Meningkatkan rasa kontrol dan meningkatkan rasa ingin menyelesaikan


masalahnya :

a. Pola makan terjaga

b. Kelompok terapi dapat memberikan teman dan motifasi

Diagnosa 3

Hambatan interaksi sosial b.d ungkapan atau tampak tidak nyaman dalam situasi
sosial

Tujuan :
Mengungkapkan kesadaran adanya perasaan yang menyebabkan interaksi sosial
yang buruk

Kriteria hasil :

Menunjikan peningkatan perubahan positif dalam perilaku sosial dan


interpersonal

Intervensi :

1. Kaji perilaku hubungan keluarga dan perilaku sosial

2. Kaji penggunaan ketrampilan koping pasien

3. Rujuk untuk terapi keluarga atau individu sesuai dengan indikasi

Rasional :

1. Keluarga dapat membantu merubah perilaku sosial pasien

2. Mekanisme koping yang baik dapat melindungi pasien dari perasaan


kesepian isolasi

3. Pasien mendapat keuntungan dari keterlibatan orang terdekat untuk memberi


dukungan

Diagnosa 4

Pola napas tak efektif yang berhubungan dengan penurunan ekspansi paru, nyeri ,
ansietas , kelemahan dan obstruksi trakeobronkial

Tujuan :

Mengembalikan pola napas normal

Kriteria hasil :

Mempertahankan ventilasi yang adekuat

Tidak mengalami sianosis atau tanda hipoksia lain

Intervensi :

1. Awasi , auskultasi bunyi napas

2. Tinggikan kepala tempat tidur 30 derajat

3. Bantu lakukan napas dalam, batuk menekan insisi

4. Ubah posisi secara periodik


5. Berikan O2 tambahan / alat pernapasan lain

Rasional :

1. Peranapasan mengorok/ pengaruh anastesi menurunkan ventilasi, potensial


atelektasis, hipoksia.

2. Mendorong pengembangan diafragma sehingga ekspansi paru optimal,


pasien lebih nyaman.

3. Ekspansi paru maksimal, pembersihan jalan napas, resiko atelektasis


minimal.

4. Memaksimalkan sediaan O2 untuk pertukaran dan penurunan kerja napas.


DAFTAR PUSTAKA

Ayu, R., & Sartika, D. (2011). FAKTOR RISIKO OBESITAS PADA ANAK 5-
15 TAHUN DI INDONESIA, 15(1), 37–43.

Hariyanto, D., Madiyono, B., Sjarif, D. R., & Sastroasmoro, S. (2009). Hubungan
Ketebalan Tunika Intima Media Arteri Carotis dengan Obesitas pada Remaja,
11(3).

You might also like