You are on page 1of 8

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TENTANG

PERAWATAN PASIEN RESIKO PERILAKU KEKERASAN DI RUMAH


Sasmaida Saragih (1) Jumaini (2) Ganis Indriati (3)

Abstract

The aim of this study to is identify the level of knowledge and attitudes about patient care family risk of violent behavior in the
home. The design of the research was description, this research was conducted at room Psychiatric Intensive Care Unit
(UPIP) Handsome Provincial Mental Hospital, with sample as 33 respondents. The sampling method was accidental sampling.
Measuring instrument used was a questionnaire that had been tested for validity and reliability. The research uses Univariate
analysis. Based on the results of research conducted, lack of knowledge of the data obtained by 15 respondents (45.5%),
insufficient knowledge by 9 respondents (27.3%) and good knowledge of as many as nine respondents (27.3%). Respondents'
attitudes about the care of family members with negative violent behavior at home as many as 21 respondents (63.6%) and a
positive attitude as many as 12 people (36.4%). The results of this study recommend the hospital conduct health education for
families to optimize the knowledge and attitude of the family in the treatment of patients for the risk of violent behavior in the
home.

Keywords: knowledge, violent behavior, attitudes


Reference: 35 (2002-2013)

PENDAHULUAN dan tahun 2012 sebanyak 1233 orang. Tingginya


Gangguan jiwa merupakan salah satu dari angka kejadian gangguan jiwa tersebut
empat masalah kesehatan utama, baik di negara menunjukkan bahwa masalah kesehatan jiwa
maju maupun negara berkembang. Gangguan merupakan suatu tantangan yang besar, sehingga
jiwa tidak hanya dianggap sebagai gangguan perlu upaya dan penanganan dari berbagai
yang menyebabkan kematian secara langsung, tatanan pelayanan kesehatan (Depkes RI, 2010).
namun juga menimbulkan ketidakmampuan Peningkatan angka gangguan jiwa juga
individu untuk berperilaku tidak produktif dapat dilihat diruangan Unit Perawatan Intensif
(Hawari, 2009). Psikiatri (UPIP) yang merupakan salah satu
World Health Organization (WHO, 2007 ruang rawat inap yang ada di Rumah Sakit Jiwa
dalam Yosep, 2009), telah memperkirakan ada Tampan Provinsi Riau. Berdasarkan rekap
sekitar 450 juta orang di dunia yang mengalami bulanan ruangan UPIP RSJ Tampan, diketahui
gangguan kesehatan jiwa, sekitar 1 juta orang bahwa jumlah pasien tahun 2011 sebanyak 1080
diantaranya meninggal karena bunuh diri setiap orang, tahun 2012 sebanyak 1125 orang dan dari
tahunnya dan hampir satu per tiga dari penduduk bulan Januari hingga Juni 2013 sebanyak 1173
di wilayah Asia Tenggara pernah mengalami orang. Berdasarkan survey awal tanggal 01
gangguan neoropsikiatri. Berdasarkan laporan Agustus 2013, didapatkan data bahwa 80%
nasional Riset Kesehatan Dasar/ RISKESDAS jumlah pasien rawat inap di UPIP RSJ
(2007) didapatkan data bahwa prevalensi merupakan pasien yang sudah mengalami
nasional Gangguan Jiwa Berat adalah 0,5%. gangguan jiwa dengan kekambuhan yang
Sebanyak 7 provinsi mempunyai prevalensi berulang. Perilaku yang sering muncul pada
gangguan jiwa berat diatas prevalensi nasional, pasien dengan gangguan jiwa tersebut berupa
yaitu DKI Jakarta (20,3%), Nanggroe Aceh perilaku mengamuk yang dapat melukai diri
Darussalam (18,5%), Sumatera Barat (16,7%), sendiri keluarga dan orang lain yang ada
Sumatera Selatan (9,2%), Bangka Belitung, disekitarnya. Perilaku tersebut lebih dikenal
(8,7%), Kepulauan Riau (7,4%) dan Nusa dengan istilah resiko perilaku kekerasan. Jumlah
Tenggara Barat (9,9%) (Depkes RI, 2008). pasien resiko perilaku kekerasan dari bulan
Berdasarkan Laporan Akuntabilitas Januari hingga bulan mei tahun 2013 sebanyak
Kinerja Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau 265 orang.
(2012), didapatkan data kasus penyakit Resiko perilaku kekerasan sering
gangguan jiwa yang di rawat inap terus dipandang sebagai rentang dimana agresi verbal
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. di satu sisi dan perilaku amuk (violence) di sisi
Penderita gangguan jiwa yang mendapatkan lain yang diakibatkan oleh keadaan yang
pelayanan rawat inap pada tahun 2010 sebanyak menimbulkan emosi, perasaan frustasi, benci
1129 orang, tahun 2011 sebanyak 1162 orang atau marah (Keliat, 2006). Resiko perilaku
kekerasan adalah tingkah laku individu yang dalam meningkatkan motivasi dan tanggung
ditujukan untuk melukai atau mencelakakan jawabnya dalam melaksanakan perawatan secara
individu lain yang tidak menginginkan mandiri. Keluarga akan mempunyai sikap
datangnya tingkah laku tersebut. Resiko perilaku menerima pasien, memberikan respon positif
kekerasan ini dapat berupa muka masam, bicara kepada pasien, menghargai pasien sebagai
kasar, menuntut dan perilaku yang kasar disertai anggota keluarga dan menumbuhkan sikap
kekerasan (Purba, Wahyuni, Nasution, & tanggung jawab pada pasien sehingga terciptalah
Daulay, 2008). suatu sikap keluarga yang positif. Sikap keluarga
Berdasarkan hasil wawancara tanggal 09 merupakan hal yang sangat penting untuk
Agustus 2013 dengan lima orang keluarga pasien membantu pasien bersosialisasi kembali,
yang mempunyai keluarga dengan resiko menciptakan kondisi lingkungan suportif,
perilaku kekerasan , diketahui bahwa saat menghargai pasien secara pribadi dan membantu
mengalami kekambuhan di rumah, pasien pemecahan masalah pasien (Keliat, 2006).
menunjukkan resiko perilaku kekerasan seperti
mengamuk, berteriak, berbicara kasar, TUJUAN
memecahkan barang, mengganggu atau Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan
memukul orang lain. Keluarga mengatakan tidak dan sikap keluarga tentang perawatan pasien
mengetahui bagaimana cara menenangkan resiko perilaku kekerasan di rumah
pasien, sehingga cenderung membiarkan resiko
perilaku kekerasan pasien atau mengurung
METODE
pasien di dalam kamar sampai tenang. Empat
Desain; Penelitian ini menggunakan
diantara keluarga pasien mengatakan bahwa
desain penelitian deskriptif yang bertujuan
keluarga menjauhi, menghindari dan membenci
mengidentifikasi gambaran tentang tingkat
pasien dengan resiko perilaku kekerasan.
pengetahuan dan sikap keluarga tentang
Keluarga juga mengatakan enggan mengajak
perawatan pasien resiko perilaku kekerasan di
pasien berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat
rumah.
karena resiko perilaku kekerasan bisa muncul
Sampel: Metode pengambilan sampel
pada saat pasien berinteraksi. Hal ini
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggambarkan bahwa masih negatifnya sikap
accidental sampling dengan jumlah sampel
keluarga terhadap penanganan pasien dengan
sebanyak 33orang.
resiko perilaku kekerasan .
Instrument: Alat pengumpul data yang
Sesuai dengan hasil penelitian yang
digunakan lembar kuesioner yang sudah diuji
dilakukan oleh Etlidawati (2013) tentang
validitas dan reliabilitasnya
hubungan pengetahuan keluarga dalam merawat
Analisa Data: Analisa data yang
klien resiko perilaku kekerasan dengan
digunakan dalam penelitian ini adalah analisa
kekambuhan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) di
univariat. Analisa univariat yang dilakukan
RS Jiwa Prof. DR. HB. Sa’anin Padang yang
terhadap tiap variabel dari hasil penelitian yang
menyatakan bahwa ada hubungan yang
menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap
signifikan antara pengetahuan keluarga dalam
variabel
merawat pasien resiko perilaku kekerasan
dengan kekambuhan resiko perilaku kekerasan
HASIL PENELITIAN
tesebut (p=0,013).
Pengetahuan dan keterampilan yang harus
Berdasarkan penelitian yang telah
dimiliki keluarga pasien dengan gangguan jiwa
dilakukan terhadap 33 responden di Ruangan
bertujuan agar keluarga dapat memperlakukan
Unit Perawatan Intensif Psikiatri (UPIP) Rumah
pasien secara baik dan wajar selama di rumah.
Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau tentang
Perlakuan-perlakuan keluarga terhadap salah
gambaran tingkat pengetahuan dan sikap
satu anggota keluarga yang memiliki resiko
keluarga tentang perawatan pasien perilaku
perilaku kekerasan , apabila tidak disertai
kekerasan di rumah diperoleh hasil sebagai
pengetahuan dan sikap yang benar dapat
berikut:
mengakibatkan kekambuhan kembali (Chandra,
2004).
Tabel 1
Pengetahuan keluarga yang baik cenderung
Distribusi frekuensi berdasarkan karakteristik
akan memberikan sikap positif kepada pasien
responden (n=33)
Responden (Orang) (%)
No Karakteristik Frekuens Persentase 1 Negatif 21 63,6
Responden i (Orang) (%) 2 Positif 12 36,4
1 Usia Total 33 100
a. Dewasa 27 81,8
Awal (22-44
tahun) 5 15,2 PEMBAHASAN
b. Dewasa
Akhir (45-59 1 3 1. Karakteristik Responden
tahun)
c. Lansia (>60 Usia
tahun) Hasil penelitian mendapatkan data bahwa
Jumlah 33 100 mayoritas responden termasuk kedalam usia
2 Jenis Kelamin dewasa awal yaitu sebanyak 27 responden
a. Laki-laki 21 63,6 (81,8%), sehingga diharapkan responden dalam
b. Perempuan 12 36,4 penelitian ini mampu memiliki kedewasaan,
Jumlah 33 100 kematangan jiwa, berfikir rasional dalam
3 Pendidikan melakukan perawatan pasien dengan perilaku
a. SD 3 9,1 kekerasan selama di rumah. Banyaknya
b. SMP 12 36,4 responden pada kelompok usia dewasa dalam
c. SMA 17 51,5 penelitian ini disebabkan responden adalah
d. S1 1 3 saudara dari pasien yang berada pada usia
dewasa.
Jumlah 33 100 Usia merupakan salah satu domain
No Karakteristik Frekuens Persentase penting yang mempengaruhi tingkat pengetahuan
Responden i (Orang) (%) seseorang dalam hidupnya. Semakin tua
4 Pekerjaan seseorang maka akan semakin banyak
a. Wiraswasta 14 42,4 pengalaman yang dijalani orang tersebut.
b. Swasta 10 30,3 Semakin cukup usia, tingkat kematangan dan
c. Ibu Rumah 9 27,3 kekuatan seseorang akan lebih matang dalam
Tangga berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan
Jumlah 33 100 masyarakat, seseorang yang lebih dewasa
5 Lama Pasien Mengalami Gangguan Jiwa dipercaya dari orang yang belum tinggi
a. < 3 tahun 8 24,2 kedewasaannya. Hal ini akan sebagai dari
b. 4-10 tahun 24 72,7 pengalaman dan kematangan jiwa (Notoatmodjo,
c. > 10 tahun 1 3 2007).
Jumlah 33 100

Tabel 2 Pendidikan
Distribusi frekuensi pengetahuan responden Hasil penelitian menunjukkan bahwa
(n=33) sebagian besar pendidikan terakhir responden
yaitu SMA sebanyak 17 responden (51,5%).
Notoatmodjo (2007) menyatakan pendidikan
No Pengetahuan Frekuensi Persentase
adalah proses belajar yang berarti terjadi proses
Responden (Orang) (%)
pertumbuhan, perkembangan atau perubahan ke
1 Baik 9 27,3 arah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih
2 Cukup 9 27,3 matang pada diri individu, keluarga atau
3 Kurang 15 45,5 masyarakat.
Total 33 100 Pendidikan merupakan hal penting,
dalam rangka memberikan bantuan terhadap
Tabel 3 pengembangan individu seutuhnya, dalam arti
Distribusi frekuensi sikap responden (n=33) supaya dapat mengembangkan potensi yang
dimilikinya. Pendidikan yang tinggi diharapkan
No Sikap Frekuensi Persentase pemahaman komunikasi, informasi, dan edukasi
akan lebih baik. Tingkat pendidikan seseorang dengan resiko perilaku kekerasan dibandingkan
yang semakin tinggi maka semakin tinggi tingkat dengan keluarga atau responden yang bekerja.
pengetahuan yang dimiliki karena semakin
mudah untuk menerima informasi yang
dibutuhkan dan melakukan pemanfaatan Lama Anggota Keluarga Mengalami
terhadap pelayanan kesehatan yang ada untuk Gangguan Jiwa
meningkatkan kualitas hidupnya. Mayoritas responden dalam penelitian ini
Pernyataan penelitian National Mental merupakan keluarga pasien yang anggota
Health Assosiation/NHMA (2001) mengenai keluarganya telah mengalami gangguan jiwa
persepsi keluarga tentang gangguan jiwa yang selama 4 sampai dengan 10 tahun yakni
tidak akan pernah sembuh lagi setidaknya dapat sebanyak 24 responden (72,7%). Berdasarkan
dikurangi dengan adanya pendidikan, sehingga hasil wawancara yang telah dilakukan oleh
perawatan keluarga terhadap pasien dengan peneliti diketahui bahwa pasien-pasien tersebut
perilaku kekerasan selama dirumah dapat lebih telah berulang kali masuk ke rumah sakit.
optimal. Hal ini sesuai dengan beberapa hasil Beberapa diantara keluarga mengakui pasien ada
penelitian mengenai pengaruh pendidikan yang telah masuk sebanyak 2 kali, 3 kali, 4 kali,
terhadap perkembangan pribadi, bahwa pada 5 kali bahkan ada yang tidak terhitung
umumnya pendidikan itu mempertinggi taraf jumlahnya.
intelegensi individu. Sebagai salah satu contoh Menurut Nantingkaseh (2007), seorang
penelitian Apriana (2012) dengan judul penderita resiko perilaku kekerasan biasanya
penelitian hubungan pendidikan anak usia dini berat dan berlangsung lama. Waktu yang lama
(PAUD) dengan perkembangan kognitif anak dapat diartikan bahwa pasien sudah lama
usia pra sekolah di kelurahan Tinjomoyo menderita dan waktu untuk kesembuhan
Kecamatan Banyumanik Semarang. Hasil membutuhkan waktu yang lama juga. Kondisi
penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan inilah yang menjadikan sikap perawatan dan
yang signifikan antara Pendidikan Anak Usia pengalaman dan setiap keluarga berbeda-beda
(PAUD) dengan perkembangan kognitif anak satu sama lain.
usia prasekolah (p Value=0,000). Pendidikan Keluarga yang memiliki pengalaman
Anak Usia Dini (PAUD) menentukan lebih lama dalam merawat pasien dengan
perkembangan kognitif anak usia prasekolah. perilaku kekerasan cenderung memiliki
Penting bagi orang tua mengetahui pentingnya pengetahuan yang lebih terhadap sikap anggota
peranan PAUD bagi perkembangan anak. keluarganya tersebut karena seringnya mereka
terpapar satu sama lain. Keluarga akan lebih
Pekerjaan mampu untuk mengenal gangguan
Hasil penelitian didapatkan data bahwa perkembangan kesehatan setiap anggotanya,
sebagian besar responden memiliki pekerjaan mampu berfikir kritis dalam mengambil
wiraswasta yaitu sebanyak 14 responden keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
(42,4%). Pekerjaan adalah kegiatan yang harus pada anggota keluarga, berinisatif dalam
dilakukan seseorang dalam menunjang dan memberikan pertolongan kepada anggota
mempertahankan kehidupannya dan kehidupan keluarganya yang sakit, cenderung mampu
keluarganya. Pekerjaan bukanlah sumber mempertahankan suasana di rumah yang
kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara menguntungkan kesehatan dan perkembangan
mencari nafkah yang berulang, banyak tantangan kepribadian anggota keluarga serta
dan menyita waktu. Pekerjaan juga merupakan mempertahankan hubungan timbal balik antara
suatu sarana bagi seseorang untuk mendapatkan keluarga dan lembaga-lembaga kesehatan yang
informasi dari lingkungannya (Nursalam, 2003). menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas-
Pekerjaan erat kaitannya dengan fasilitas kesehatan yang ada (Friedman, 2003).
dukungan keluarga, baik dukungan emosional, Selain faktor pengalaman, motivasi juga
informasi, instrumental dan dukungan penilaian merupakan faktor lamanya anggota keluarga
dalam merawat anggota keluarga dengan riwayat mengalami gangguan jiwa. Motivasi merupakan
perilaku kekerasan. Keluarga yang tidak bekerja dorongan, keinginan dan tenaga penggerak yang
tentunya akan mempunyai banyak waktu luang berasal dari dalam diri seseorang untuk
yang cukup untuk merawat anggota keluarga melakukan sesuatu dengan mengesampingkan
hal-hal yang dianggap kurang bermanfaat.
Dalam mencapai tujuan, seseorang memerlukan Hasil penelitian ini sesuai dengan
motivasi dan rangsangan dari dalam diri sendiri penelitian yang telah dilakukan oleh Etlidawati
maupun dari orang lain (Notoadmojo, 2010). (2012) tentang hubungan pengetahuan keluarga
dalam merawat klien perilaku kekerasan dengan
kekambuhan di Instalasi gawat darurat RS Jiwa
Gambaran Pengetahuan Keluarga tentang Prof. Dr. Hb. Sa’anin Padang, dimana
Perawatan Pasien Resiko Perilaku Kekerasan didapatkan data yang sama yakni lebih dari
di Rumah separoh, (66,7%) responden memiliki
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, pengetahuan rendah dan kurang dari separoh,
dan inti terjadi setelah orang melakukan (33,3%) responden memiliki pengetahuan tinggi.
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Keadaan ini menyulitkan bagi keluarga sendiri
Penginderaan terjadi melalui panca indera dikarenakan faktor pengetahuan rendah, keluarga
manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, belum sepenuhnya bisa mengatasi dalam
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar menjaga serta merawat salah satu keluarga
pengetahuan manusia di peroleh melalui mata mereka mengalami gangguan jiwa dalam
dan telinga (Notoatmodjo. S, 2003). kekekambuhan berperilaku kekerasan.
Pengetahuan pada keluarga klien Tidak hanya pendidikan yang
skizofrenia adalah hasil dari tahu dan memahami mempengaruhi kekambuhan pasien dengan
setelah orang melakukan penginderaan terhadap perilaku kekerasan, pengalaman dalam merawat
suatu objek tertentu. Keluarga diharapkan dapat pasien dengan resiko perilaku kekerasan akan
lebih mengerti, mengetahui dan memahami yang mempengaruhi pengetahuan dan sikap keluarga
pada akhirnya dapat berperan secara aktif dalam merawat pasien selama dirumah.
sebagai pendukung utama bagi penderita yang Seseorang yang sudah lama terpapar dengan
juga akan meningkatkan kemampuan kondisi keluarga yang memiliki resiko perilaku
penyesuaian dirinya serta tidak rentan lagi kekerasan tentunya sudah terbiasa akan keadaan
terhadap pengaruh stresor psikososial. tersebut, bahkan keluarga telah memiliki trik
Hasil penelitian menunjukkan bahwa atau cara tertentu dalam menghadapi setiap
pengetahuan responden tentang perawatan situasi yang mungkin akan muncul pada pasien
anggota keluarga dengan perilaku kekerasan dengan resiko perilaku kekerasan selama
dirumah adalah kurang yakni sebanyak 15 perawatan dirumah.
responden (45,5%), cukup yakni sebanyak 9
responden (27,3%) dan baik yakni sebanyak 9 Gambaran Sikap Keluarga tentang
responden (27,3%). Hampir separuh responden Perawatan Pasien Resiko Perilaku Kekerasan
memiliki pengetahuan yang kurang, sehingga di Rumah
dikhawatirkan hal ini akan menyulitkan keluarga Sikap merupakan reaksi / respon yg
dalam mengatasi, menjaga serta merawat salah masih tertutup dari seseorang terhadap suatu
satu keluarga mereka mengalami gangguan jiwa stimulus/ objek. Pengetahuan dan paparan
dalam kekekambuhan berperilaku kekerasan. informasi yang diperoleh seseorang dalam
Hasil penelitian diatas memberi info kehidupan sehari-hari baik dari pendidikan
bahwa masih banyak keluarga yang memiliki maupun pekerjaan dapat membentuk sikap
pengetahuan rendah dalam merawat klien seseorang (Notoatmodjo, 2007). Berdasarkan
gangguan jiwa yang mengalami kekambuhan hasil penelitian didapatkan data bahwa sebagian
dengan prilaku kekerasan. Hal ini juga bisa besar sikap responden tentang perawatan
disebabkan karena rata rata pendidikan keluarga anggota keluarga dengan perilaku kekerasan di
yang merawat klien yang terbanyak adalah rumah adalah negatif yakni sebanyak 21
berpendidikan SMA (51,5%), SMP (36,4%) dan responden (63,6%) sikap positif sebanyak 12
SD (9,1%), hanya sebagian kecil saja responden orang (36,4%).
yang tamatan S1 (3%). Pendidikan dan Pengetahuan yang tidak cukup membuat
pengetahuan keluarga akan bepengaruh terhadap keluarga klien kurang mampu merawat dan
perawatan klien selama di rumah. Kekambuhan menjaga klien sebaik mungkin, kurang mampu
yang terjadi pada klien ganguan jiwa seringkali dalam memantau dan memberikan pengobatan
terjadi karena pihak keluarga tidak tahu cara pada klien seperti memberikan obat penenang
perawatan prilaku kekerasan gangguan dirumah. dari rumah sakit. Kebanyakan keluarga beralasan
sibuk dengan urusan pekerjaan luar maupun
sibuk dengan urusan mengurus rumah tangga (63,6%). Sebagian besar pendidikan responden
mereka. Hal ini menunjukkan kurangnya peran yaitu tamatan SMA (51,5%) dan memiliki
serta keluarga dalam merawat klien gangguan pekerjaan wiraswasta (42,4%). Mayoritas
jiwa dengan perilaku kekerasan selama di rumah responden dalam penelitian ini merupakan
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian keluarga pasien yang anggota keluarganya telah
yang telah dilakukan Mikyasur Rafki (2010) di mengalami gangguan jiwa selama 4 sampai
Poliklinik GMO RS. Jiwa Prof. Dr. HB. Sa’anin dengan 10 tahun yakni sebanyak 24 responden
Padang, dimana didapatkan hasil (54,5%) (72,7%).
responden pengetahuan rendah dan hasil Pengetahuan responden tentang perawatan
penelitian yang di lakukan Sri yani (2008) di anggota keluarga dengan perilaku kekerasan
rumah sakit jiwa Bina Atma Sumatra Utara dirumah adalah kurang sebanyak 15 responden
Medan, dimana di dapatkan lebih dari separoh (45,5%), cukup sebanyak 9 responden (27,3%)
(56,4%) responden yang pengetahuan rendah dan baik sebanyak 9 responden (27,3%). Sikap
menunjukkan sikap yang negatif (66,7%) dalam responden tentang perawatan anggota keluarga
perawatan pasien dengan perilaku kekerasan dengan perilaku kekerasan dirumah adalah
selama dirumah. negatif sebanyak 21 responden (63,6%) dan
Tidak hanya karena pengetahuan dan sikap positif sebanyak 12 orang (36,4%). Sikap
pekerjaan, sikap negatif keluarga ini juga timbul responden yang negatif dalam penelitian
akibat masih kurangnya kesiapan anggota memperlihatkan perlakuan keluarga dengan klien
keluarga untuk menerima keadaan pasien. sehari-hari, dimana kebanyakan diantara
Beberapa anggota keluarga menyatakan tidak keluarga pasien jarang melakukan interaksi
mengetahui cara menenangkan pasien bahkan dengan pasien selama di rumah
ada diantaranya mengurung pasien di dalam
kamar sampai tenang. Keluarga pasien SARAN
mengatakan bahwa beberapa anggota keluarga Bagi rumah sakit hasil penelitian ini
menunjukkan sikap enggan mengajak pasien dapat digunakan sebagai masukan dan
berpartisipasi dalam keluarga, ada yang pertimbangan dalam upaya untuk meningkatkan
menjauhi, menghindari dan membenci pasien pengetahuan pada keluarga klien dengan
tersebut. Hal ini menggambarkan bahwa masih perilaku kekerasan. Kekambuhan yang berulang
negatifnya sikap keluarga terhadap penanganan menunjukkan kurangnya perawatan keluarga
pasien dengan resiko perilaku kekerasan. selama dirumah, sehingga perlu kiranya rumah
Hasil penelitian ini sesuai dengan sakit dalam hal ini mengupayakan untuk
penelitian yang telah dilakukan oleh diadakannya penyuluhan dan pendidikan
Abdurrachman (2008) tentang hubungan kesehatan bagi keluarga untuk meningkatkan
pengetahuan keluarga tentang perilaku kekerasan pengetahuan keluarga tersebut dalam melakukan
dengan kesiapan keluarga dalam merawat pasien perawatan pasien selama di rumah, secara
di Rumah Sakit Jiwa daerah Provinsi Sumatera berkelanjutan diharapkan adanya tindakan
Utara, menemukan bahwa dengan adanya penyebaran leaflet mengenai cara perawatan
pengetahuan keluarga yang baik terhadap pasien perilaku kekerasan selama dirumah
penderita perilaku kekerasan (90,6%) akan kepada pihak keluarga yang berkunjung.
menunjang kesiapan yang cukup baik (84,4%)
dalam merawat pasien perilaku kekerasan selama
1
di rumah. Sasmaida Saragih: Mahasiswa Program Studi
Ilmu Keperawatan Universitas Riau, Indonesia.
2
KESIMPULAN Jumaini, M.Kep, Sp.Kep.J: Staf Akademik
Setelah dilakukan penelitian terhadap 33 Departemen Keperawatan Jiwa/ Komunitas
responden tentang gambaran tingkat PSIK Universitas Riau, Indonesia
3
pengetahuan dan sikap keluarga tentang Ns. Ganis Indriati, M.Kep.,Sp. Kep.An: Staf
perawatan pasien perilaku kekerasan di rumah di Akademik Keperawatan Anak PSIK Universitas
Ruangan Unit Perawatan Intensif Psikiatri Riau, Indonesia
(UPIP) Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau
maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik
responden adalah dewasa awal (81,8%) yang DAFTAR PUSTAKA
sebagian besar berjenis kelamin laki-laki
Abdurrachman (2008). Hubungan pengetahuan pada tanggal 09 Agustus 2013 dari http://
keluarga tentang perilaku kekerasan dengan www.Depkes.go.id
kesiapan keluarga dalam merawat pasien di
Rumah Sakit Jiwa daerah Provinsi Dewi & Wawan.(2011). Teori & pengukuran,
Sumatera Utara. Diperoleh pada tanggal 01 pengetahuan, sikap, dan perilaku manusia
Februari 2014 dari Yogyakarta: Nuhamedik
http://webcache.googleusercontent.com/
search?q=cache:NoUjLAEQ_L8J:repository Etlidawati. (2013). Hubungan pengetahuan
.usu.ac.id/bitstream/123456789/20141/7/Co keluarga dalam merawat klien perilaku
ver.pdf+&cd=1&hl=en&ct=clnk kekerasan dengan kekambuhan di Instalasi
Gawat Darurat (IGD) di RS Jiwa Prof. DR.
Ahmadi. (2007). Psikologi sosial. Jakarta: HB. Sa’anin Padang. Diperoleh pada
Rineka Cipta. tanggal 09 Agustus 2013 dari
http://webcache.googleusercontent.com/sear
Allen, Michael H.et al. (2002). The expert ch?q=cache:pPn_jL0RE_wJ:publikasiilmiah
consensus guideline series: Treatment .ums.ac.id:8080/xmlui/bitstream/handle/123
of Behavioral Emergencies. 456789/3598/6.%2520ETLIDAWATI.pdf%
3Fsequence%3D1+&cd=1&hl=en&ct=clnk
Apriana (2012). Hubungan pendidikan &client=firefox-a.
anak usia dini (PAUD) dengan
perkembangan kognitif anak usia pra Friedman, B.M. (2003). Keperawatan keluarga:
sekolah di kelurahan Tinjomoyo Kecamatan teori dan praktek. Jakarta: EGC
Banyumanik Semarang. Diperoleh pada
tanggal 01 Februari 2014 dari Hawari, D. (2009). Penyalahgunaan dan
http://webcache.googleusercontent.com/sear ketergantungan NAPZA. Jakarta: Fakultas
ch?q=cache:CnO2PSz1o0UJ:eprints.undip.a Kedokteran Universitas Indonesia.
c.id/9475/1/articel.pdf+&cd=2&hl=en&ct=c
lnk. Hastono,P. S. (2007). Statistik kesehatan .Jakarta
: Raja grapindoPersada.
Arikunto & Suharsimi. (2006). Prosedur
penelitian : suatu pendekatan praktik (Revisi Hidayat, A. A. (2003). Riset keperawatan dan
VI). Jakarta : Rineka Cipta. teknik penulisan ilmiah. Jakarta: Salemba
Medika.
Ayub & Wigan. (2004). Dekatkan pelayanan
kesehatan jiwa ke masyarakat. Diperoleh Keliat, B.A., dkk. (2006). Modul praktek
pada tanggal 09 Agustus 2013 dari keperawatan profesional jiwa (MPKP
http://www.kompas.com Jiwa). Jakarta: FIK UI dan WHO.

Burn, N., & Grove, S.K. (2005).The practice of Nasir, A., & Muhith, A. (2011). Dasar- dasar
nursing research: conduct, crique, and keperawatan jiwa pengantar dan teori.
utilization. (5 thed). Missouri: Elsevier Jakarta: Salemba Medika.
Sounders.
National Mental Health Assosiation/NHMA.
Chandra, L.S. (2004). Schizophrenia anonymous, (2001). A literature review report. Diperoleh
a better future. Diperoleh pada tanggal 09 pada tanggal 09 Agustus 2013 dari www.
Agustus 2013 dari http://www.kompas.com nmha. org.
Depkes RI. (2008). Laporan nasional riset
kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2007. Notoadmojo, S. (2008). Metodologi penelitian
Jakarta: Badan Penelitian dan kesehatan. (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka
Pengembangan Kesehatan. Cipta.

Depkes RI. (2010). Pedoman pelayanan Notoadmojo, S. (2010). Metodologi penelitian


rehabilitasi medik di rumah rakit. Diperoleh kesehatan. (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka
Cipta
Townsend, M.C. (2009). Psychiatric mental
Notosoedirdjo & Latipun. (2005). Kesehatan health nursing 6th edition: concepts of care
mental, konsep dan penerapan. Jakarta: in evidance-based practice. Philadelphia:
EGC. F.A Davis Company.

Nursalam. (2008). Konsep dan penerapan Videbeck, S.L. (2008). Buku ajar keperawatan
metodolog ipenelitian ilmu keperawatan. jiwa (Komalasari, R. & Hany, A., Terj).
Pedoman skripsi, tesis, dan instumen Jakarta: EGC. (Naskah asli dipublikasikan
penelitian keperawatan. Jakarta: Salemba tahun 2001)
Medika.
Wulansih & Widodo. (2007). Hubungan antara
Nursalam. (2009). Metodologi riset tingkat pengetahuan dan sikap keluarga
keperawatan: pedoman praktis penyusunan. dengan kekambuhan pada pasien
Surabaya: Salemba Medika. skizofrenia di RSJD Surakarta. Diperoleh
pada tanggal 12 Agustus 2013 dari
Purba, J. M, Wahyuni, Nasution & Daulay http://publikasiilmiah.ums.ac.id:8080/xmlui/
(2008). Asuhan keperawatan pada klien bitstream/handle/123456789/508/4f.pdf?seq
dengan masalah psikososial dan gangguan uence=1.
jiwa. Medan: USU Press. Yosep, I. (2009). Keperawatan jiwa, edisi revisi.
Bandung: PT. Refika Aditama.
RS Jiwa Tampan. (2013). Laporan akuntabilitas
kinerja Rumah Sakit Jiwa Tampan tahun
2013. Pekanbaru: tidak dipublikasikan

Sastroasmoro & Ismael. (2008). Dasar-dasar


metodologi penelitian Klinis. Edisi ke 3.
Jakarta: Sagung seto.

Saputra, D.M. (2013). Hubungan tingkat


pengetahuan keluarga tentang perawatan
pasien perilaku kekerasan di rumah dengan
tindakan keluarga dalam merawat pasien
perilaku kekerasan. Skripsi STIKES HANG
TUAH: Tidak dipublikasikan.

Soeyanto. (2011). Kesehatan mental, konsep,


cakupan dan perkembangannya.
Yogyakarta: CV. Andi Offset.

Sugiyono. (2012). Metode penelitian kombinasi


(Mixed Methods). Bandung: Alfabeta

Syamsulhadi. (2004). Terapi psikososial pada


gangguan skizofrenia. Bali: 3rdNational
Conferenceon Schizophrenia.

Tahir, M. (2011). Pengantar metodologi


penelitian pendidikan. Makassar:
Universitas Muhammadiyah Makassar

Tomb, D.A. (2003). Buku saku psikitri (Martina,


W., Nasrun, et al, Terj). Jakarta: EGC.
(Naskah asli dipublikasikan tahun 1999).

You might also like