Professional Documents
Culture Documents
Abstract
The aim of this study to is identify the level of knowledge and attitudes about patient care family risk of violent behavior in the
home. The design of the research was description, this research was conducted at room Psychiatric Intensive Care Unit
(UPIP) Handsome Provincial Mental Hospital, with sample as 33 respondents. The sampling method was accidental sampling.
Measuring instrument used was a questionnaire that had been tested for validity and reliability. The research uses Univariate
analysis. Based on the results of research conducted, lack of knowledge of the data obtained by 15 respondents (45.5%),
insufficient knowledge by 9 respondents (27.3%) and good knowledge of as many as nine respondents (27.3%). Respondents'
attitudes about the care of family members with negative violent behavior at home as many as 21 respondents (63.6%) and a
positive attitude as many as 12 people (36.4%). The results of this study recommend the hospital conduct health education for
families to optimize the knowledge and attitude of the family in the treatment of patients for the risk of violent behavior in the
home.
Tabel 2 Pendidikan
Distribusi frekuensi pengetahuan responden Hasil penelitian menunjukkan bahwa
(n=33) sebagian besar pendidikan terakhir responden
yaitu SMA sebanyak 17 responden (51,5%).
Notoatmodjo (2007) menyatakan pendidikan
No Pengetahuan Frekuensi Persentase
adalah proses belajar yang berarti terjadi proses
Responden (Orang) (%)
pertumbuhan, perkembangan atau perubahan ke
1 Baik 9 27,3 arah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih
2 Cukup 9 27,3 matang pada diri individu, keluarga atau
3 Kurang 15 45,5 masyarakat.
Total 33 100 Pendidikan merupakan hal penting,
dalam rangka memberikan bantuan terhadap
Tabel 3 pengembangan individu seutuhnya, dalam arti
Distribusi frekuensi sikap responden (n=33) supaya dapat mengembangkan potensi yang
dimilikinya. Pendidikan yang tinggi diharapkan
No Sikap Frekuensi Persentase pemahaman komunikasi, informasi, dan edukasi
akan lebih baik. Tingkat pendidikan seseorang dengan resiko perilaku kekerasan dibandingkan
yang semakin tinggi maka semakin tinggi tingkat dengan keluarga atau responden yang bekerja.
pengetahuan yang dimiliki karena semakin
mudah untuk menerima informasi yang
dibutuhkan dan melakukan pemanfaatan Lama Anggota Keluarga Mengalami
terhadap pelayanan kesehatan yang ada untuk Gangguan Jiwa
meningkatkan kualitas hidupnya. Mayoritas responden dalam penelitian ini
Pernyataan penelitian National Mental merupakan keluarga pasien yang anggota
Health Assosiation/NHMA (2001) mengenai keluarganya telah mengalami gangguan jiwa
persepsi keluarga tentang gangguan jiwa yang selama 4 sampai dengan 10 tahun yakni
tidak akan pernah sembuh lagi setidaknya dapat sebanyak 24 responden (72,7%). Berdasarkan
dikurangi dengan adanya pendidikan, sehingga hasil wawancara yang telah dilakukan oleh
perawatan keluarga terhadap pasien dengan peneliti diketahui bahwa pasien-pasien tersebut
perilaku kekerasan selama dirumah dapat lebih telah berulang kali masuk ke rumah sakit.
optimal. Hal ini sesuai dengan beberapa hasil Beberapa diantara keluarga mengakui pasien ada
penelitian mengenai pengaruh pendidikan yang telah masuk sebanyak 2 kali, 3 kali, 4 kali,
terhadap perkembangan pribadi, bahwa pada 5 kali bahkan ada yang tidak terhitung
umumnya pendidikan itu mempertinggi taraf jumlahnya.
intelegensi individu. Sebagai salah satu contoh Menurut Nantingkaseh (2007), seorang
penelitian Apriana (2012) dengan judul penderita resiko perilaku kekerasan biasanya
penelitian hubungan pendidikan anak usia dini berat dan berlangsung lama. Waktu yang lama
(PAUD) dengan perkembangan kognitif anak dapat diartikan bahwa pasien sudah lama
usia pra sekolah di kelurahan Tinjomoyo menderita dan waktu untuk kesembuhan
Kecamatan Banyumanik Semarang. Hasil membutuhkan waktu yang lama juga. Kondisi
penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan inilah yang menjadikan sikap perawatan dan
yang signifikan antara Pendidikan Anak Usia pengalaman dan setiap keluarga berbeda-beda
(PAUD) dengan perkembangan kognitif anak satu sama lain.
usia prasekolah (p Value=0,000). Pendidikan Keluarga yang memiliki pengalaman
Anak Usia Dini (PAUD) menentukan lebih lama dalam merawat pasien dengan
perkembangan kognitif anak usia prasekolah. perilaku kekerasan cenderung memiliki
Penting bagi orang tua mengetahui pentingnya pengetahuan yang lebih terhadap sikap anggota
peranan PAUD bagi perkembangan anak. keluarganya tersebut karena seringnya mereka
terpapar satu sama lain. Keluarga akan lebih
Pekerjaan mampu untuk mengenal gangguan
Hasil penelitian didapatkan data bahwa perkembangan kesehatan setiap anggotanya,
sebagian besar responden memiliki pekerjaan mampu berfikir kritis dalam mengambil
wiraswasta yaitu sebanyak 14 responden keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
(42,4%). Pekerjaan adalah kegiatan yang harus pada anggota keluarga, berinisatif dalam
dilakukan seseorang dalam menunjang dan memberikan pertolongan kepada anggota
mempertahankan kehidupannya dan kehidupan keluarganya yang sakit, cenderung mampu
keluarganya. Pekerjaan bukanlah sumber mempertahankan suasana di rumah yang
kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara menguntungkan kesehatan dan perkembangan
mencari nafkah yang berulang, banyak tantangan kepribadian anggota keluarga serta
dan menyita waktu. Pekerjaan juga merupakan mempertahankan hubungan timbal balik antara
suatu sarana bagi seseorang untuk mendapatkan keluarga dan lembaga-lembaga kesehatan yang
informasi dari lingkungannya (Nursalam, 2003). menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas-
Pekerjaan erat kaitannya dengan fasilitas kesehatan yang ada (Friedman, 2003).
dukungan keluarga, baik dukungan emosional, Selain faktor pengalaman, motivasi juga
informasi, instrumental dan dukungan penilaian merupakan faktor lamanya anggota keluarga
dalam merawat anggota keluarga dengan riwayat mengalami gangguan jiwa. Motivasi merupakan
perilaku kekerasan. Keluarga yang tidak bekerja dorongan, keinginan dan tenaga penggerak yang
tentunya akan mempunyai banyak waktu luang berasal dari dalam diri seseorang untuk
yang cukup untuk merawat anggota keluarga melakukan sesuatu dengan mengesampingkan
hal-hal yang dianggap kurang bermanfaat.
Dalam mencapai tujuan, seseorang memerlukan Hasil penelitian ini sesuai dengan
motivasi dan rangsangan dari dalam diri sendiri penelitian yang telah dilakukan oleh Etlidawati
maupun dari orang lain (Notoadmojo, 2010). (2012) tentang hubungan pengetahuan keluarga
dalam merawat klien perilaku kekerasan dengan
kekambuhan di Instalasi gawat darurat RS Jiwa
Gambaran Pengetahuan Keluarga tentang Prof. Dr. Hb. Sa’anin Padang, dimana
Perawatan Pasien Resiko Perilaku Kekerasan didapatkan data yang sama yakni lebih dari
di Rumah separoh, (66,7%) responden memiliki
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, pengetahuan rendah dan kurang dari separoh,
dan inti terjadi setelah orang melakukan (33,3%) responden memiliki pengetahuan tinggi.
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Keadaan ini menyulitkan bagi keluarga sendiri
Penginderaan terjadi melalui panca indera dikarenakan faktor pengetahuan rendah, keluarga
manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, belum sepenuhnya bisa mengatasi dalam
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar menjaga serta merawat salah satu keluarga
pengetahuan manusia di peroleh melalui mata mereka mengalami gangguan jiwa dalam
dan telinga (Notoatmodjo. S, 2003). kekekambuhan berperilaku kekerasan.
Pengetahuan pada keluarga klien Tidak hanya pendidikan yang
skizofrenia adalah hasil dari tahu dan memahami mempengaruhi kekambuhan pasien dengan
setelah orang melakukan penginderaan terhadap perilaku kekerasan, pengalaman dalam merawat
suatu objek tertentu. Keluarga diharapkan dapat pasien dengan resiko perilaku kekerasan akan
lebih mengerti, mengetahui dan memahami yang mempengaruhi pengetahuan dan sikap keluarga
pada akhirnya dapat berperan secara aktif dalam merawat pasien selama dirumah.
sebagai pendukung utama bagi penderita yang Seseorang yang sudah lama terpapar dengan
juga akan meningkatkan kemampuan kondisi keluarga yang memiliki resiko perilaku
penyesuaian dirinya serta tidak rentan lagi kekerasan tentunya sudah terbiasa akan keadaan
terhadap pengaruh stresor psikososial. tersebut, bahkan keluarga telah memiliki trik
Hasil penelitian menunjukkan bahwa atau cara tertentu dalam menghadapi setiap
pengetahuan responden tentang perawatan situasi yang mungkin akan muncul pada pasien
anggota keluarga dengan perilaku kekerasan dengan resiko perilaku kekerasan selama
dirumah adalah kurang yakni sebanyak 15 perawatan dirumah.
responden (45,5%), cukup yakni sebanyak 9
responden (27,3%) dan baik yakni sebanyak 9 Gambaran Sikap Keluarga tentang
responden (27,3%). Hampir separuh responden Perawatan Pasien Resiko Perilaku Kekerasan
memiliki pengetahuan yang kurang, sehingga di Rumah
dikhawatirkan hal ini akan menyulitkan keluarga Sikap merupakan reaksi / respon yg
dalam mengatasi, menjaga serta merawat salah masih tertutup dari seseorang terhadap suatu
satu keluarga mereka mengalami gangguan jiwa stimulus/ objek. Pengetahuan dan paparan
dalam kekekambuhan berperilaku kekerasan. informasi yang diperoleh seseorang dalam
Hasil penelitian diatas memberi info kehidupan sehari-hari baik dari pendidikan
bahwa masih banyak keluarga yang memiliki maupun pekerjaan dapat membentuk sikap
pengetahuan rendah dalam merawat klien seseorang (Notoatmodjo, 2007). Berdasarkan
gangguan jiwa yang mengalami kekambuhan hasil penelitian didapatkan data bahwa sebagian
dengan prilaku kekerasan. Hal ini juga bisa besar sikap responden tentang perawatan
disebabkan karena rata rata pendidikan keluarga anggota keluarga dengan perilaku kekerasan di
yang merawat klien yang terbanyak adalah rumah adalah negatif yakni sebanyak 21
berpendidikan SMA (51,5%), SMP (36,4%) dan responden (63,6%) sikap positif sebanyak 12
SD (9,1%), hanya sebagian kecil saja responden orang (36,4%).
yang tamatan S1 (3%). Pendidikan dan Pengetahuan yang tidak cukup membuat
pengetahuan keluarga akan bepengaruh terhadap keluarga klien kurang mampu merawat dan
perawatan klien selama di rumah. Kekambuhan menjaga klien sebaik mungkin, kurang mampu
yang terjadi pada klien ganguan jiwa seringkali dalam memantau dan memberikan pengobatan
terjadi karena pihak keluarga tidak tahu cara pada klien seperti memberikan obat penenang
perawatan prilaku kekerasan gangguan dirumah. dari rumah sakit. Kebanyakan keluarga beralasan
sibuk dengan urusan pekerjaan luar maupun
sibuk dengan urusan mengurus rumah tangga (63,6%). Sebagian besar pendidikan responden
mereka. Hal ini menunjukkan kurangnya peran yaitu tamatan SMA (51,5%) dan memiliki
serta keluarga dalam merawat klien gangguan pekerjaan wiraswasta (42,4%). Mayoritas
jiwa dengan perilaku kekerasan selama di rumah responden dalam penelitian ini merupakan
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian keluarga pasien yang anggota keluarganya telah
yang telah dilakukan Mikyasur Rafki (2010) di mengalami gangguan jiwa selama 4 sampai
Poliklinik GMO RS. Jiwa Prof. Dr. HB. Sa’anin dengan 10 tahun yakni sebanyak 24 responden
Padang, dimana didapatkan hasil (54,5%) (72,7%).
responden pengetahuan rendah dan hasil Pengetahuan responden tentang perawatan
penelitian yang di lakukan Sri yani (2008) di anggota keluarga dengan perilaku kekerasan
rumah sakit jiwa Bina Atma Sumatra Utara dirumah adalah kurang sebanyak 15 responden
Medan, dimana di dapatkan lebih dari separoh (45,5%), cukup sebanyak 9 responden (27,3%)
(56,4%) responden yang pengetahuan rendah dan baik sebanyak 9 responden (27,3%). Sikap
menunjukkan sikap yang negatif (66,7%) dalam responden tentang perawatan anggota keluarga
perawatan pasien dengan perilaku kekerasan dengan perilaku kekerasan dirumah adalah
selama dirumah. negatif sebanyak 21 responden (63,6%) dan
Tidak hanya karena pengetahuan dan sikap positif sebanyak 12 orang (36,4%). Sikap
pekerjaan, sikap negatif keluarga ini juga timbul responden yang negatif dalam penelitian
akibat masih kurangnya kesiapan anggota memperlihatkan perlakuan keluarga dengan klien
keluarga untuk menerima keadaan pasien. sehari-hari, dimana kebanyakan diantara
Beberapa anggota keluarga menyatakan tidak keluarga pasien jarang melakukan interaksi
mengetahui cara menenangkan pasien bahkan dengan pasien selama di rumah
ada diantaranya mengurung pasien di dalam
kamar sampai tenang. Keluarga pasien SARAN
mengatakan bahwa beberapa anggota keluarga Bagi rumah sakit hasil penelitian ini
menunjukkan sikap enggan mengajak pasien dapat digunakan sebagai masukan dan
berpartisipasi dalam keluarga, ada yang pertimbangan dalam upaya untuk meningkatkan
menjauhi, menghindari dan membenci pasien pengetahuan pada keluarga klien dengan
tersebut. Hal ini menggambarkan bahwa masih perilaku kekerasan. Kekambuhan yang berulang
negatifnya sikap keluarga terhadap penanganan menunjukkan kurangnya perawatan keluarga
pasien dengan resiko perilaku kekerasan. selama dirumah, sehingga perlu kiranya rumah
Hasil penelitian ini sesuai dengan sakit dalam hal ini mengupayakan untuk
penelitian yang telah dilakukan oleh diadakannya penyuluhan dan pendidikan
Abdurrachman (2008) tentang hubungan kesehatan bagi keluarga untuk meningkatkan
pengetahuan keluarga tentang perilaku kekerasan pengetahuan keluarga tersebut dalam melakukan
dengan kesiapan keluarga dalam merawat pasien perawatan pasien selama di rumah, secara
di Rumah Sakit Jiwa daerah Provinsi Sumatera berkelanjutan diharapkan adanya tindakan
Utara, menemukan bahwa dengan adanya penyebaran leaflet mengenai cara perawatan
pengetahuan keluarga yang baik terhadap pasien perilaku kekerasan selama dirumah
penderita perilaku kekerasan (90,6%) akan kepada pihak keluarga yang berkunjung.
menunjang kesiapan yang cukup baik (84,4%)
dalam merawat pasien perilaku kekerasan selama
1
di rumah. Sasmaida Saragih: Mahasiswa Program Studi
Ilmu Keperawatan Universitas Riau, Indonesia.
2
KESIMPULAN Jumaini, M.Kep, Sp.Kep.J: Staf Akademik
Setelah dilakukan penelitian terhadap 33 Departemen Keperawatan Jiwa/ Komunitas
responden tentang gambaran tingkat PSIK Universitas Riau, Indonesia
3
pengetahuan dan sikap keluarga tentang Ns. Ganis Indriati, M.Kep.,Sp. Kep.An: Staf
perawatan pasien perilaku kekerasan di rumah di Akademik Keperawatan Anak PSIK Universitas
Ruangan Unit Perawatan Intensif Psikiatri Riau, Indonesia
(UPIP) Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau
maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik
responden adalah dewasa awal (81,8%) yang DAFTAR PUSTAKA
sebagian besar berjenis kelamin laki-laki
Abdurrachman (2008). Hubungan pengetahuan pada tanggal 09 Agustus 2013 dari http://
keluarga tentang perilaku kekerasan dengan www.Depkes.go.id
kesiapan keluarga dalam merawat pasien di
Rumah Sakit Jiwa daerah Provinsi Dewi & Wawan.(2011). Teori & pengukuran,
Sumatera Utara. Diperoleh pada tanggal 01 pengetahuan, sikap, dan perilaku manusia
Februari 2014 dari Yogyakarta: Nuhamedik
http://webcache.googleusercontent.com/
search?q=cache:NoUjLAEQ_L8J:repository Etlidawati. (2013). Hubungan pengetahuan
.usu.ac.id/bitstream/123456789/20141/7/Co keluarga dalam merawat klien perilaku
ver.pdf+&cd=1&hl=en&ct=clnk kekerasan dengan kekambuhan di Instalasi
Gawat Darurat (IGD) di RS Jiwa Prof. DR.
Ahmadi. (2007). Psikologi sosial. Jakarta: HB. Sa’anin Padang. Diperoleh pada
Rineka Cipta. tanggal 09 Agustus 2013 dari
http://webcache.googleusercontent.com/sear
Allen, Michael H.et al. (2002). The expert ch?q=cache:pPn_jL0RE_wJ:publikasiilmiah
consensus guideline series: Treatment .ums.ac.id:8080/xmlui/bitstream/handle/123
of Behavioral Emergencies. 456789/3598/6.%2520ETLIDAWATI.pdf%
3Fsequence%3D1+&cd=1&hl=en&ct=clnk
Apriana (2012). Hubungan pendidikan &client=firefox-a.
anak usia dini (PAUD) dengan
perkembangan kognitif anak usia pra Friedman, B.M. (2003). Keperawatan keluarga:
sekolah di kelurahan Tinjomoyo Kecamatan teori dan praktek. Jakarta: EGC
Banyumanik Semarang. Diperoleh pada
tanggal 01 Februari 2014 dari Hawari, D. (2009). Penyalahgunaan dan
http://webcache.googleusercontent.com/sear ketergantungan NAPZA. Jakarta: Fakultas
ch?q=cache:CnO2PSz1o0UJ:eprints.undip.a Kedokteran Universitas Indonesia.
c.id/9475/1/articel.pdf+&cd=2&hl=en&ct=c
lnk. Hastono,P. S. (2007). Statistik kesehatan .Jakarta
: Raja grapindoPersada.
Arikunto & Suharsimi. (2006). Prosedur
penelitian : suatu pendekatan praktik (Revisi Hidayat, A. A. (2003). Riset keperawatan dan
VI). Jakarta : Rineka Cipta. teknik penulisan ilmiah. Jakarta: Salemba
Medika.
Ayub & Wigan. (2004). Dekatkan pelayanan
kesehatan jiwa ke masyarakat. Diperoleh Keliat, B.A., dkk. (2006). Modul praktek
pada tanggal 09 Agustus 2013 dari keperawatan profesional jiwa (MPKP
http://www.kompas.com Jiwa). Jakarta: FIK UI dan WHO.
Burn, N., & Grove, S.K. (2005).The practice of Nasir, A., & Muhith, A. (2011). Dasar- dasar
nursing research: conduct, crique, and keperawatan jiwa pengantar dan teori.
utilization. (5 thed). Missouri: Elsevier Jakarta: Salemba Medika.
Sounders.
National Mental Health Assosiation/NHMA.
Chandra, L.S. (2004). Schizophrenia anonymous, (2001). A literature review report. Diperoleh
a better future. Diperoleh pada tanggal 09 pada tanggal 09 Agustus 2013 dari www.
Agustus 2013 dari http://www.kompas.com nmha. org.
Depkes RI. (2008). Laporan nasional riset
kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2007. Notoadmojo, S. (2008). Metodologi penelitian
Jakarta: Badan Penelitian dan kesehatan. (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka
Pengembangan Kesehatan. Cipta.
Nursalam. (2008). Konsep dan penerapan Videbeck, S.L. (2008). Buku ajar keperawatan
metodolog ipenelitian ilmu keperawatan. jiwa (Komalasari, R. & Hany, A., Terj).
Pedoman skripsi, tesis, dan instumen Jakarta: EGC. (Naskah asli dipublikasikan
penelitian keperawatan. Jakarta: Salemba tahun 2001)
Medika.
Wulansih & Widodo. (2007). Hubungan antara
Nursalam. (2009). Metodologi riset tingkat pengetahuan dan sikap keluarga
keperawatan: pedoman praktis penyusunan. dengan kekambuhan pada pasien
Surabaya: Salemba Medika. skizofrenia di RSJD Surakarta. Diperoleh
pada tanggal 12 Agustus 2013 dari
Purba, J. M, Wahyuni, Nasution & Daulay http://publikasiilmiah.ums.ac.id:8080/xmlui/
(2008). Asuhan keperawatan pada klien bitstream/handle/123456789/508/4f.pdf?seq
dengan masalah psikososial dan gangguan uence=1.
jiwa. Medan: USU Press. Yosep, I. (2009). Keperawatan jiwa, edisi revisi.
Bandung: PT. Refika Aditama.
RS Jiwa Tampan. (2013). Laporan akuntabilitas
kinerja Rumah Sakit Jiwa Tampan tahun
2013. Pekanbaru: tidak dipublikasikan