You are on page 1of 1

Pemeriksaan fisik

 Kesadaran (GCS)
 Vital Sign
 Pupil
 Defisit fokal serebral
 Cedera ekstrakranial

Tindakan UGD
 A-B-C
 Terapi farmakologis (painkiller, antikonvulsi, dan antibiotik)
 Pemeriksaan radiologi
 Pemeriksaan laboratorium
 Manajemen peningkatan TIK (mannitol 0,5 – 2 mg/ KgBW setiap 4 – 6 jam)

Terapi operatif terutama diindikasikan untuk kasus:


1. Cedera kranioserebral tertutup
 Fraktur impresi (depressed fracture)
 Perdarahan epidural (hematoma epidural/EDH) dengan volume perdarahan lebih dari
30mL/44mL dan/atau pergeseran garis tengah lebih dari 3 mm serta ada perburukan
kondisi pasien
 Perdarahan subdural (hematoma subdural/SDH) dengan pendorongan garis tengah
lebih dari 3 mm atau kompresi/obliterasi sisterna basalis
 Perdarahan intraserebral besar yang menyebabkan progresivitas kelainan neurologik
atau herniasi

2. Cedera kranioserebral terbuka


 Perlukaan kranioserebral dengan ditemukannya luka kulit, fraktur multipel, duramater
yang robek disertai laserasi otak
 Liquorrhea yang tidak berhenti lebih dari 14 hari
 Pneumoencephali
 Corpus alienum
 Luka tembak

You might also like