You are on page 1of 7

1.

Masalah Mengenai Elastisitas

ELASTISITAS PERMINTAAN MOBIL DAN MOTOR SERTA


HUBUNGANNYA DENGAN PENERIMAAN PAJAK DI DAERAH
MALANG

Bagi negara, pajak adalah salah satu sumber penerimaan Negara yang
sangat penting, dimana pajak merupakan salah satu pilar utama dalam menopang
jalannya pemerintahan dan pembangunan di suatu Negara. Keuangan yang
ditanggung oleh negara untuk membiayai pengeluaran rutin maupun pengeluaran
untuk pembangunan tidaklah sedikit yang tidak mungkin untuk ditanggung oleh
pemerintah sendiri. Oleh karena itu pemaksimalan sumber-sumber penerimaan
negara sangat dibutuhkan.

Negara pun mencanangkan program desentralisasi daerah, dimana daerah


diberikan wewenang oleh pemerintah pusat untuk mengatur daerahnya masing-
masing termasuk di dalamnya untuk memaksimalkan potensi-potensi yang dapat
menjadi sumber penerimaan daerah itu sendiri. Sehingga dengan cara tersebut
diharapkan masing-masing daerah dapat berperan lebih dominan dalam
memajukan daerahnya masing-masing dalam menggali potensi sumber-sumber
keuangan di daerahnya guna membiayai keperluannya sendiri tanpa semata-mata
menggantungkan diri pada bantuan atau subsidi dari Pemerintah Pusat. Jalan yang
dapat ditempuh oleh pemerintah daerah dalam menggali potensi daerahnya adalah
melalui pajak dan retribusi.

Menyadari hal tersebut kiranya untuk mempersempit pokok pembahasan,


dimana dalam hal ini penulis memfokuskan pada salah satu sektor pajak daerah
yang perlu diitensifkan penerimaannya di daerah Kota Malang yaitu Pajak
Kendaraan Bermotor. Sedangkan yang menjadi alasan penulis memilih Pajak
Kendaraan Bermotor sebagai objek penelitian adalah karena Kota Malang pada
saat ini sedang aktif membangun selain itu posisi Kota malang sebagai kota
pendidikan ikut berperan dalam peningkatan permintaan akan kendaraan
bermotor, dengan pembangunan disegala sektor tersebut tentu saja dibutuhkan alat
transportasi baik itu motor maupun mobil untuk memudahkan masyarakat dalam
beraktifitas. Dewasa ini kebutuhan akan kendaraan bermotor bukan merupakan
kebutuhan tersier lagi namun berubah menjadi kebutuhan primer dimana setiap
masyarakat dapat memperolehnya dengan mudah karena ditunjang dengan
fasilitas kredit yang diberikan oleh pihak dealer dalam menjaring konsumen
sebanyak-banyaknya.

Oleh karena itu dengan segala kemudahan yang diberikan kepada


konsumen, maka permintaan akan kendaraan bermotor di tingkat masyarakat akan
semakin bertambah banyak. Dengan bertambah banyaknya permintaan akan
kendaraan bermotor tersebut maka pungutan akan pajak kendaraan bermotor pun
akan semakin tinggi yang akhirnya akan berakhir pada bertambahnya penerimaan
daerah utamanya yang berasal dari pos bagi hasil dengan pemerintah provinsi.

2. Masalah Mengenai Perilaku


Konsumen

P&G

Monday, June 15th, 2009

Perusahaan-perusahaan di bidang consumer goods dituntut senantiasa


dekat dengan konsumen. Kedekatan itu sangat diperlukan untuk memperoleh
pemahaman yang lebih baik tentang perilaku konsumen dibanding pesaing,
sehingga perusahaan bisa melakukan inovasi produk dan solusi yang dengan cepat
dilansir ke pasar untuk memenuhi kebutuhan konsumennya. Di sini, kecepatan
sangat penting dan membedakan antara pemimpin pasar dengan para pengekor.

Dari sisi distribusi , perusahaan consumer goods ditantang untuk mampu


berhubungan dengan retailer yang menjual produk di seluruh dunia dengan cara
yang lebih efektif dan efisien. Ini bukan pekerjaan mudah. Perusahaan harus
mampu memasok pada berbagai tingkatan, mulai dari kios di pinggir jalan sampai
hypermarket.

Biaya menjadi masalah yang krusial bagi hampir semua perusahaan


termasuk di bidang consumer goods. Perusahaan dituntut menerapkan manajemen
biaya tanpa mengenal kompromi untuk menghasilkan perbandingan antara nilai
dan harga yang lebih besar dari setiap produknya, sebab para konsumen tidak
akan mau membayar lebih mahal untuk sebuah in-efisiensi. Di tengah banyaknya
merek yang tersedia di pasaran, nilai menjadi hal yang paling penting. Semua
masalah itu perlu menjadi fokus manajemen perusahaan consumer goods untuk
menyusun strategi bisnisnya.

Kepekaan menangkap perubahan sangat vital bagi perusahaan consumer


goods. Perubahan itu harus ditanggapi perusahaan dengan menerapkan aplikasi
berbasis web sebagai bagian dari strategi bisnisnya. Penerapannya menyentuh
semua aspek bisnis, meliputi peningkatan pemahaman terhadap perilaku
konsumen, pengoptimalan supply chain, penghapusan biaya-biaya yang tidak
penting serta peningkatan efektifitas, dan produktifitas karyawan.

Strategi pertama yang bisa diterapkan adalah dengan membangun kembali


pemasarannya dengan memanfaatkan teknologi web agar bisa lebih menangkap
kehendak para konsumen. Dengan teknologi ini, riset mengenai perilaku
konsumen bisa dilakukan secara online. Riset ini juga memungkinkan perusahaan
lebih cepat mengeluarkan produk baru yang akan dibeli konsumen.

Untuk mengembangkan jaringan retailnya serta meningkatkan layanan


dengan biaya yang lebih murah, perusahaan perlu mempertimbangkan sistem
online dengan solusi web order management. Sistem ini memudahkan retailer
memesan dan mengelola order melalui web. Pelanggan, dalam hal ini retailer,
secara langsung berhubungan dengan perusahaan, kapan pun dan di mana pun.
Jaringan B2B ini memungkinkan para retailer mengakses program promosi
perusahaan, inventory, dan informasi penting lainnya.

Penerapan web order management mampu menutup seluruh wilayah


jangkauan tanpa harus menempatkan tenaga pemasaran untuk menjangkau setiap
toko. Dari beberapa kasus, para retailer menyukai cara ini. Mereka merasa
mendapat layanan yang lebih baik. Melihat kecenderungannya, perusahaan yang
sudah menerapkan manajemen order berbasis web berani menargetkan
peningkatan transaksi melalui web dari 2-3 persen pada awal implementasinya
menjadi mayoritas dalam keseluruhan transaksi untuk dua sampai tiga tahun
mendatang. Ini artinya produktivitas yang sangat besar bagi perusahaan dan
layanan yang lebih baik bagi pelanggan.

Supply chain dilakukan dengan pendekatan yang lebih bersifat consumer


centric. Pendekatan ini dilakukan untuk lebih memenuhi kebutuhan konsumen.
Sistem supply chain didasarkan pada data secara real time yang memungkinkan
perusahaan untuk melihat stok barang dan melakukan pengiriman yang tepat
waktu untuk menjamin ketersediaan barang.

Untuk internal, aplikasi berbasis web dimulai dengan mendorong evolusi


ke arah culture web. Caranya, meningkatkan pemakaian internet oleh seluruh
karyawan dan memberikan aplikasi self service kebutuhannya, termasuk
manajemen renumerasi. Untuk menekan biaya dan meningkatkan produktivitas,
implementasi konsep fast learning cycle, sebuah aplikasi knowledge management
yang mampu menyimpan informasi penting menjadi pilihan yang tepat.
Pengumpulan informasi terpusat di satu tempat memudahkan karyawan
mengakses di mana pun dan kapan pun membutuhkannya.

Implementasi P&G

Procter & Gamble (P&G) merupakan salah satu perusahaan yang sudah
menerapkan aplikasi berbasis web. Perusahaan yang bermarkas di Cinciniati, Ohio
ini tampak tidak tanggung-tanggung dalam mengimplementasikan teknologi
informasi. Jajaran eksekutifnya memahami bahwa mereka tidak menerapkan
teknologi informasi bukan untuk teknologi itu sendiri atau sekedar mengikuti tren,
tapi untuk menjalankan bisnis dan mendapatkan hasilnya.

Hasil yang didapatkan P&G adalah biaya yang lebih rendah, pengambilan
keputusan yang lebih cepat, dan organisasi yang lebih efektif. Khusus untuk
aplikasi e-employee saja, P&G mampu menekan biaya sampai 20 persen dalam
dua tahun pertama dan untuk supply chain, P&G memangkas waktu untuk
inventory menjadi setengahnya.

Untuk implementasi semua pekerjaan ini, P&G mendapat dukungan penuh


dari Cisco Systems. Selain menyiapkan piranti keras jaringan yang kuat, melalui
Cisco Internet Business Solutions Group (IBSG), juga memberikan keahlian dan
pengalamannya yang sangat membantu P&G dalam mendefinisikan dan
menyusun strateginya. IBSG membantu memberikan wawasan bagaimana harus
melakukan implementasi TI dan menunjukkan praktek yang paling baik serta
memberi rangsangan pada P&G untuk memecahkan masalah dengan cara yang
baru.

Dampak paling besar dari implementasi TI oleh P&G, adalah peningkatan


pada layanan, biaya dan kecepatan. Mereka bisa memberikan layanan yang lebih
baik dan membangun hubungan yang lebih kuat dengan para konsumen,
pelanggan dan karyawan, dan menyangkut kecepatan pengambilan keputusan.
Implementasi TI oleh P&G ini menjadi tambahan bukti bahwa teknologi
informasi menjadi komponen yang sangat penting dalam strategi bisnis.

3. Masalah Preferensi Konsumen

Di Indonesia, perkembangan hipermarket dalam waktu 3 tahun terakhir


cukup pesat. Menurut penelitian lembaga survei independen, pertumbuhan
hipermarket mencapai 25 persen per tahun. Sementara pasar tradisional hanya
bertumbuh kurang lebih 6 persen pertahun. Perlahan namun pasti, hipermarket
membesar bukan hanya dengan membuka pangsa pasar baru, namun hipermarket
juga membesar dengan mengambil share pasar tradisional. Hal ini adalah gejala
unik yang tidak ditemukan dalam era pasar modern sebelumnya. Sebelum era
hipermarket, di mana supermarket adalah representasi pasar modern di Indonesia,
terdapat perbedaan segmentasi yang jelas antara pasar modern dan pasar
tradisional.

Pada era sebelumnya, supermarket adalah pilihan bagi mereka yang ingin
berbelanja dalam kenyamanan dan menentukan pilihan produk berdasarkan
keinginan anda sendiri. Tapi, harga sebuah produk yang sama pasti lebih mahal
apabila dibeli di supermarket daripada di pasar tradisional. Nah, bila prioritas anda
adalah harga, maka anda perlu rela sedikit berpeluh atau berbecek ria di musim
hujan untuk belanja di pasar tradisional.

Namun, sejak booming hipermarket yang ditandai oleh fenomena


perkembangan ritel hipermarket Carrefour di tahun 1998 (angkatan pertama era
hipermarket di Indonesia adalah Walmart dan Mega M), dinding segmentasi
antara kenyamanan pasar modern dan harga murah pasar tradisional mulai runtuh.
Hal ini terjadi karena hipermarket mulai bersaing dengan harga produk yang lebih
murah daripada di pasar tradisional. Akibatnya segmentasi pengunjung pasar
tradisional yang merupakan pencari harga sejati bergerak membanjiri hipermarket.

Apakah yang perlu kita perhatikan dari kejadian ini sebagai seorang
pemasar? Bagi banyak kalangan pemasar atau sales dari produk-produk FMCG
(Fast Moving Consumer Goods), baik lokal maupun multinasional, pasar modern
adalah target ke dua dalam melakukan penetrasi pasar. Target pertama masih
dititik beratkan kepada pasar tradisional. Hal ini memang masuk akal untuk saat
ini. Karena bagaimanapun, volume penjualan yang diserap oleh pasar tradisional
masih lebih tinggi dibandingkan dengan hipermarket.

Penyebabnya antara lain adalah komposisi jumlah antara pasar tradisional


dan hipermarket yang saat ini masih memiliki selisih yang sangat signifikan. Hal
ini wajar mengingat hipermarket dan pasar modern lainnya hanya terdapat di kota-
kota besar di Indonesia. Sementara pasar tradisional tersebar hingga ke pelosok
kabupaten dan kecamatan-kecamatan.

Di tambah lagi, di dalam kategori pasar tradisional seringkali juga


termasuk warung-warung pengecer yang tersebar hingga ke pemukiman. Selain
itu, negosiasi dengan pihak hipermarket terbilang cukup alot bagi para produsen,
dan berjualan di hipermarket identik dengan mahal karena seluruh space di
hipermarket memiliki nilai jual.

Namun dalam kondisi hingga lima tahun ke depan, diramalkan


hipermarket akan semakin memainkan peran yang signifikan sebagai saluran-
saluran perjualan produk FMCG di Indonesia. Dan sebenarnya hipermarket
seringkali mengadakan aktivitas promo produk-produk di outletnya atas inisiatif
mereka sendiri. Dalam hal ini, sebenarnya produsen juga ikut diuntungkan.

Yang perlu kita perhatikan, pergeseran pola berbelanja konsumen secara


perlahan dari pasar tradisional ke pasar modern pasti membawa dampak terhadap
perubahan preferensi dan pola pikir konsumen. Walaupun mereka tetap berasal
dari segmentasi demografis yang sama. Dengan ramalan perubahan trend ini,
mulai sekarang setiap pengusaha, termasuk yang kecil dan menengah, harus mulai
memikirkan strategi yang akan dilakukan, baik menjelang atau pada saat perkiraan
tersebut terjadi.

You might also like