Professional Documents
Culture Documents
Uji Toksisitas Dan Analisis Kandungan Senyawa Minyak Atsiri Oleh Wiwik Susanah Rita
Uji Toksisitas Dan Analisis Kandungan Senyawa Minyak Atsiri Oleh Wiwik Susanah Rita
Wiwik Susanah Rita1, I Made Dira Swantara1, I Made Sughita2, Ni Made Puspawati1,
Lestari Mamik Setiani1
1
Jurusan Kimia FMIPA, Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian,
2
Universitas Udayana
E-mail: wiwiksr@yahoo.com; wiwiksr@kimia.unud.ac.id
ABSTRACT kurzerena, and azulenon juga berpotensi sebagai
antioksidan.
Analysis compounds and toxicity test of Curcuma
zedoaria (Berg.) Rosc. essential oil has been done. The Rimpang segar temu putih pada konsentrasi 50,
essential oil was extracted by steam distillation, while 100, 150, dan 200 mikrogram/mL mempunyai potensi
the toxicity test, as a prescreening for compounds kematian sel kanker di atas 50 persen. Sedangkan
suspected to have antitumor activity, was done by untuk sediaan jadi temu putih (ZF kapsul) mempunyai
Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) against Artemia salina potensi kematian sel kanker di bawah 50 persen pada
Leach larvae. The toxic fraction was analyzed by Gas dosis yang sama (Gklinis, 2004). Sukmana (2006)
Chromatography and Mass Spectroscopy (GC-MS). melaporkan bahwa pemberian ekstrak Curcuma zedoaria
Twenty Kg of temu putih was freshly steam distilled pada mencit jantan dapat meningkatkan jumlah sel
which gave 15.30 mL (13.49 g) gold oil. The oil was then mukosa kolon mencit yang mengalami apoptosis
subjected towards BSLT and the result showed the oil setelah dipapar 9,10-Dimethyl-1,2-benz-(a)anthracene
was active with LC50 of 19.96 ppm. The composition (DMBA).
of essential oil was analyzed using GC-MS. The GC- Rimpang temu putih mengandung 1-2,5% minyak
MS spectra showed that the essential oil of temu putih menguap dengan komposisi utama seskuiterpen.
was composed of eight major components including Minyak menguap tersebut mengandung lebih
camphen, β-pinen, 1,3,3-trimetil-sineol, camphor, dari 20 komponen seperti kurzerenon (zedoarin)
1-ethenyl-1-methyl-2,4-bis(1-methylethenyl) yang merupakan komponen terbesar, kurzerena,
cyclohexane, curzerene, germacron, and velleral. pirokurkuzerenon, kurkumin, kurkumenon,
epikurkumenol, kurkumol (kurkumenol),
Keywords: Curcuma zedoaria (Berg.) Rosc., essential
isokurkumenol, prokurkumenol, dehidrokurdon,
oils, toxicity, Artemia salina Leach.
furanodienon, isofuranodienon, furanodiena, zederon,
PENDAHULUAN dan kurdion. Selain itu mengandung flavonoid, sulfur,
gum, resin, tepung, dan sedikit lemak (Pdpersi, 2006).
Semakin banyaknya kasus kematian akibat Sedangkan minyak atsiri yang terdapat pada temu
penyakit kanker menyebabkan terus dikembangkannya putih asli India ditemukan juga 1,8-sineol (15.9%) and
obat yang dapat menghambat pertumbuhan dan germakron (9.0%) (Purkayastha et al., 2006).
penyebaran sel kanker dalam tubuh. Keragaman
tumbuhan Indonesia memberikan potensi untuk Sementara itu minyak atsiri dalam rimpang temu
dikembangkannya suatu obat tradisional yang dapat putih yang diperoleh di sekitar Bali memiliki aktivitas
menghambat atau menghentikan pertumbuhan sel-sel antioksidan dengan % peredaman sebesar 64,63% pada
kanker. Salah satu tumbuhan yang dipercaya dapat 5 menit pertama dan 73,63% pada menit ke-60, serta
mengatasi perkembangan sel kanker tersebut adalah dapat menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans
temu putih (Curcuma zedoaria Rosc.). Bagian yang biasanya (Rita et al., 2008).
digunakan untuk pengobatan adalah rimpangnya. Uji toksisitas terhadap larva udang Artemia salina
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa rimpang L digunakan sebagai skrining awal untuk senyawa-
temu putih (Curcuma zedoaria) mempunyai banyak senyawa yang diduga mempunyai aktivitas antitumor
manfaat diantaranya mempunyai aktivitas antimikroba, dan antikanker. Toksisitas yang tinggi dari senyawa
yaitu antibakteri dan antijamur (Bugno et al., 2007; uji sangat berkorelasi dengan aktivitas senyawa
Wilson et al., 2005; Ficker, et al., 2003). Seo et al., (2005) sebagai antitumor (Colegate, 1993). Uji toksisitas
melaporkan bahwa ekstrak air rimpang temu putih ekstrak n-heksana, kloroform, dan etilasetat rimpang
berperanan dalam menghambat penyebaran sel kanker temu putih terhadap larva udang Artemia salina L.
melanoma B16, sementara Kim et al., (2005) menyatakan menunjukkan bahwa ekstrak n-heksana, koroform, dan
bahwa ekstrak air rimpang temu putih tersebut dapat etilasetat bersifat toksik dengan LC50 berturut-turut
digunakan untuk terapi penyakit liver kronis. Menurut sebesar 125,9; 28,2; dan 302,0 ppm. (Rita, 2009). Suatu
Mau et al., (2003), minyak atsiri epikurzerenon, bahan dikatakan bersifat toksik jika nilai LC50nya di
bawah 1000 ppm (Meyer et al., 1982).
Tabel 1. Hasil uji toksisitas minyak atsiri rimpang temu putih terhadap larva udang Artemia salina L.
Jumlah larva yang Jumlah larva yang
Akumulasi Akumulasi
mati hidup % kematian
Konsentrasi ppm mati hidup
1 2 3 1 2 3
10 7 6 8 3 4 2 3,7 16,6 24,18
100 10 10 10 0 0 0 8,4 5,3 61,13
1000 10 10 10 0 0 0 18,4 0 100.00
Keterangan: Jumlah larva tiap konsentrasi 10 ekor (total larva pada tiga konsentrasi adalah 30 ekor).
Analisis Minyak Atsiri Rimpang Temu Putih dengan rimpang temu putih dengan GC memperlihatkan 19
GC-MS puncak seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 2.
Minyak atsiri rimpang temu putih yang diperoleh Masing-masing puncak diidentifikasi lebih lanjut
dari proses destilasi uap dianalisis komponen senyawa dengan spektrometer massa, dimana setiap senyawa
yang terkandung di dalamnya dengan menggunakan memiliki pola fragmentasi massa yang spesifik.
GC-MS. Kromatogram hasil analisis minyak atsiri Identifikasi dilakukan dengan membandingkan
spektrum massa masing-masing puncak dengan
senyawa-senyawa yang sudah diketahui dan terprogram
dalam database GC-MS (WILEY 7), sehingga dapat
diduga senyawa-senyawa penyusun minyak atsiri
rimpang temu putih.
Spektrum massa dari senyawa kamfen (4,77%) dapat dilihat pada Gambar 3.
a.
b.
Gambar 3 (a) Spektrum massa puncak 1; (b) Spektrum massa database standar senyawa kamfen
Berdasarkan data dari library WILEY 7 berat pendekatan WILEY 7, maka diduga senyawa puncak 1
molekul senyawa kamfen adalah 136. Oleh karena itu adalah kamfen (2,2-dimetil-3-metilenbisiklo-heptana).
ion molekul (M+) senyawa pada puncak 1 adalah m/z
136 dengan puncak dasar pada m/z 93. Dengan melihat Spektrum massa senyawa kamfen menunjukkan
berat molekul dan pola fragmentasi berdasarkan hilangnya fragmen-fragmen seperti terlihat pada Tabel
3.
Tabel 3. Kemungkinan fragmen yang hilang dari senyawa kamfen
1 136 M+
2 121 M+ - 15 - .CH3
4 93 M+ - 43 - .C3H7
CH 3 -e
CH 3
-CH3
-15
CH 2 KESIMPULAN DAN SARAN
Η
CH 2 CH 2 CH 2
m/z 136 m/z 121
Kesimpulan
rH
H
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan
C CH -CH2CH2 CH 2
C
-28 dapat disimpulkan bahwa minyak atsiri rimpang
H
m/z 93 H
CH 2
temu putih (Curcuma zedoaria (Berg.) Rosc.) memiliki
densitas sebesar 0,88 g/mL, kadar minyak sebesar
CH 2 -CH2
H
-C2H2 0,067 % b/b, dan bersifat toksik terhadap larva udang
-26
-14
H Artemia salina Leach dengan nilai LC50 sebesar 19,96
H 2C m/z 79 m/z 53
ppm. Senyawa yang terdapat dalam minyak atsiri
Berdasarkan data dari GC-MS, maka senyawa- yaitu terdiri dari 19 senyawa dengan 8 senyawa mayor
senyawa mayor yang terdeteksi selain kamfen adalah antara lain kamfen (4,77%), beta pinen (4,16%),
beta pinen, 1,3,3-trimetil-sineol, kamfor, 1-etenil-1- 1,3,3-trimetil-sineol (7,27%), kamfor (8,27%),
metil-2,4-bis(1-metiletenil) sikloheksana, kurzeren, 1-etenil-1-metil-2,4-bis(1-metiletenil) sikloheksana
germakron, dan velleral. Struktur senyawa-senyawa (4,35%), kurzeren (7,72%), germakron (21,85%), dan
tersebut dapat dilihat pada Gambar 4. velleral (24,29%).
CH3 CH 3
CH 3
H 3C
CH 2
O
Saran
H 3C O
CH 3 H 3C
CH 2
CH 3
Saran yang dapat dikemukakan adalah perlu
CH3 H 3C
kamfen β-pinen
Me
Sineol Kamfor dilakukannya penelitian antitumor minyak atsiri
CH CH2 O
CH3
CH2=C-Me O
CMe HC CH3
CH3
rimpang temu putih (Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe)
Me
C CH3
terhadap sel tumor.
HC
H2C C
Me O
CH2=C-Me O
CH3 CH2 Me
CH3
Ficker, C.E., Smith, M.L., Susiarti, S., Leaman, D.J., Seo, W-G, Hwang J-C, Kang, S-K; Jin, U-H, Suh, S-J,
Irawati, C., and Arnason, J.T. 2003. Inhibition Moon, S-K, and Kim, C-H. 2005. Suppressive
of human pathogenic fungi by members of effect of Zedoariae rhizoma on pulmonary
Zingiberaceae used by the Kenyah (Indonesian metastasis of B16 melanoma cells, Journal of
Borneo), Journal of Ethnopharmacology, Vol. 85, Issue Ethnopharmacology, Vol. 101, Issue 1-3, p.249-257.
2-3, p. 289-293.
Sukmana, J. (2006), Efek Curcuma zedoaria terhadap
Kim, D-I, Lee, T-K; Jang T-H, and Kim, C-H. 200., Peningkatan Apotosis Sel Mukosa Kolon Mencit
The inhibitory effect of a Korean herbal medicine, Jantan yang Terpapar 9,10-dimethyl-1, 2- benz(a)
Zedoariae rhizoma, on growth of cultured human anthracene, Master Theses dari JIPTUNAIR,
hepatic myofibroblast cells, Life Sciences, Vol. 77, Copyright © 2006 by Airlangga University Library,
Issue 8, pp. 890-906. Surabaya, http://adln.lib.unair.ac.id/go.php?id=jiptunair-
gdl-s2-2007-sukmanajud-6312&PHPSESSID=5a6769
Mau, J.L, Lai, E.Y.C., Wang, N-P, Chen, C-C; Chang,
dff38e0f3f4b3b91df43575469, akses 11/02/2008.
C-H, and Chyau, C-C. 2003. Composition and
antioxidant activity of the essential oil from Wilson, B., Abraham, G., Manju, V.S., Mathew,
Curcuma zedoaria, Food Chemistry, Volume 82, M., Vimala, B., Sundaresan, S., and Nambisan,
Issue 4, Pages 583-591. B. 2005. Antimicrobial Activity of Curcuma
zedoaria and Curcuma malabarica tubers, Journal of
Meyer, B.N, Ferrigni, N.R, and McLaughlin. 1982.
Ethnopharmacology, Vol. 99, Issue 1, 147-151.
Brine Shrimp: A Convenient General Bioassay for
Active plant Constituents, Journal of Planta Medical
Research, Volume 45, pp. 31-34.