You are on page 1of 15

HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH DENGAN TEKANAN

DARAH PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2


TERKONTROL DI PROGRAM PENGELOLAAN PENYAKIT KRONIS
SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran

Diajukan Oleh: BETI


WULANDARI J
500100065

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS


MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH DENG AN TEK ANAN DARAH
PADA PENDERITA DIAB ETES MELITUS TIPE 2 TERKONTROL DI PROGRAM
PENGELOLAAN PENYAKIT KRONIS SURAK ARTA
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Beti Wulandari, J 500100065

ABSTRAK
Latar Belakang :Diabetes melitus tipe 2 adalah kelompok penyakit metabolik yang ditandai
dengan keadaan hiperglikemik akibat ketidaknormalan sekresi insulin, resistensi insulin atau
keduanya. Peningkatan kontrol berat badan berperan dalan mengendalikan komplikasi DM yang
berkaitan dengan tekanan darah.Peningkatan berat badan dikaitkan dengan peningkatan risiko
menderita hipertensi.Meskipun tidak semua obesitas mengakibatkan hipertensi. Di Surakarta
terdapat organisasi bagi penyandang DM ya itu Prolanis (Program Pengelolaan Penyakit Kronis).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara IMT dengan tekanan darah pada
penderita DM tipe 2 terkontrol di Prolanis Surakarta.
Metode :Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional, dengan sampel penderita DM
anggota Prolanis yang berjumlah 105 responden. Pada sampel dilakukan pengukuran berat
badan, tinggi badan, tekanan darah dan gula darah puasa. Uji yang digunakan adalah uji Chi-
Square atau uji Fisher Exact dengan α > 0,05.
Hasil :Karakteristik pasien DM sebagian besar berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 60
sampel (57,1%). Terbanyak pada kelompok umur 55-64 tahun (39,0%). Sebagian besar IMT
normal (69,5%). Tekanan darah sistolik hipertensi (84,8%). Tekanan darah diastolik paling
banyak pada kategori normal (80,0%). Analisis stst istik menunjukkan tidak ada hubungan antara
IMT dengan tekanan darah sistolik didapatkan nilai p 0,380 (p> 0,05) maupun diastolik dengan
nila i p 0,794 (p> 0,05).
Simpulan :Tidak ada hubungan antara IMT dengan tekanan darah pada penderita DM tipe 2
terkontrol di Prolanis Surakarta.

Kata Kunci :IMT, tekanan darah, DM


THE CORRELATION B ETWEEN BODY M ASS INDE X WITH B LOOD PRESSURE OF
DIABETES M ELLITUS TYPE 2 PATIENT IN CHRONIC DISEASE MANAGEMENT
PROGRAM SURAKARTA
Medical Faculty Of Muhammadiyah University Of Surakarta
Beti Wulandari, J 500100065

AB STRACT

Background :Diabetes mellitus type 2 is a group of metabolic disease with characterized by


hyperglycemic condition caused by abnormalities in insulin secretion, insulin resistance, or both.
Increase weight control plays a role in controlling the complications of diabetes mellitus are
related of blood pressure. Weight ga in was assosiated with an increased risk of developing
hypertension. Although not all of obes cause hypertension. There are organization for people
with diabetes mellitus are Prolanis (chronic disease management program) in Surakarta. This
research aims to identify the correlation between body mass index with blood pressure of
diabetes mellitus type 2 pasient in chronic disease management program surakarta.
Method : This research use analytical observasiona l research design with cross sectional
approach. The sampel of pasients with DM Prolanis members totaling 105 respondents.The
measuring weight, height, blood pressure and fasting blood sugar. The data were analyzed by
using Chi-square test or Fisher Exact test with α > 0,05.
Result : the research shows the largest number of samples is the samples of men which are 60
samples (57,1%). The largest age group of 55-64 years (39,0%), most of the normal BMI
(69,5%). Sistolic blood pressure of hypertension (84,8%) Diastolic blood pressure more than
normal category (80,0%). Stastistikanalysisshowedno associationbetweenBMI
andsystolicbloodpressureobtainedpvalue0.380(p>0.05) and diastolicwithpvalue0.794(p>0,05).
Conc lusion : There is no correlation between BMI and blood pressure of diabetes mellitus type
2 patient in Prolanis surakarta.

Keyword : IMT, blood pressure, DM


PENDAHULUAN
Banyak hal yang harus diperhatikan saat diagnosa diabetes melitus t ipe 2 ditegakkan.
Misa lnya modifikasi gaya hidup pasien, obesitas dan tekanan darah (Janghorbani, 2009). Berat
badan merupakan faktor yang efektif untuk mencegah dan mengendalikan diabetes, serta
penyakit kardiovaskuler pada pasien DM. Peningkatan kontrol tekanan darah sangat penting
dalam mengurangi komplikasi DM. Studi telah menemukan bahwa penurunan tekanan darah
sistol sebesar 10 mmHg dapat menurunkan 12 % komplikasi DM, 15 % angka kematian, dan
11 % infark miokard (Calkins, 2007).
Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan alat yang sederhana utuk memantau status
gizi orang dewasa yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan (Supariasa,
2001). Risiko kejadian hipertensi meningkat sampai 2,6 kali pada laki-laki obesitas dan
meningkat 2,2 kali pada wanita obesitas dibanding subyek dengan berat badan normal (Wilson
et al., 2007).
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara IMT
(Indeks Massa Tubuh) denganpeningkatan risiko hipertensi, bahkan pada orang dengan rentang
IMT normal (Shugr et al., 2008).Hipertensi dua kali lebih sering pada penderita DM dibanding
penderita non diabetes. Pada DM tipe 1 terdapat 10-30% pasien hipertensi, pada DM tipe 2
penderita hipertensi mencapai 30-50% (Bratasaputra, 2013).Framingham Heart
Studymenunjukan bahwa, 78% hipertensi pada laki-laki dan 65% hipertensi pada wanita
berhubungan langsung dengan obesitas (Kannel et al., 2008).
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, peneliti bermaksud melakukan penelitian
mengenai hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan tekanan darah pada penderita diabetes
melitus tipe 2 terkontrol di Progra m Pengelolaan Penyakit Kronis Surakarta.

TINJAUAN PUSTAK A
Diabetes Melitus (DM) adalah suatupenyakit kronis yang disebabkan pankreas tidak
mampu menghasilkan cukup insulin atau tubuh tidakdapat menggunakan insulin secara
efektif.Insulin adalah hormon yang berfungsi untuk mengambil glukosa darah menuju sel dan
digunakan untuk energi (IDF, 2013).
IMT (Indeks Massa Tubuh) adalah Berat badan dalam kilogra m dibagi t inggi dala m
kuadrat satuan meter(Guyton,2008).IMT dapat digunakan sebagai indikator kegemukan dan
kategori berat badan yang menyebabkan masalah kesehatan. Seperti CVD (hipertensi, tinginya
kadar gula darah puasa, dislipidemia) (Fang, 2010).
Berat badan mempunyai efek pada peningkatan tekanan darah pada penderita DM tipe
2 (Janghorbani, 2011).Peningkatan IMT berhubungan dengan prevalensi penyakit
metabolik.Se lain itu sebagai parameter dalam uji klinis penyakit DM tipe 2, hipertensi, obesitas,
dislipidemia (Bayset al., 2009). Hipertensi merupakan faktor utama perkembangan komplikasi
makrovaskular dan mikrovaskuler pada penderita DM tipe 2 (Mubarok et al,2008).Studi
membuktikan terdapat hubungan penurunan berat badan dengan penurunan mortalitas pada
pasien DM (Fieldstentet al., 2008).
Mekanisme spesifik IMT yang tinggi meningkatkan risiko hipertensi masih be lun
jelas.Beberapa jalur metabolisme dan neurohormon memiliki kemungkinan yang mendasari
hipertensi pada obesitas.Termasuk resistensi insulin, sistem renin angiotensin aldosteron, dan
saraf simpatis (Zhenget al,2011). Resistensi insulin mengakibatkan terjadinya retensi natrium
dan air, volume intravaskuler meningkat. Peningkatan curah jantung, volume intravaskuler dan
resistensi pe mbuluh darah sistemik menyebabkan tekanan darah tinggi (Heimburger et al.,2006).
Pengurangan berat badan dapat menyebabkan penurunan yang berarti, pada aktivitas
sistem renin angiotensin a ldosteron pada sirkulasi darah dan jaringan adiposa. Penurunan berat
badan 5 % dikaitkan dengan pengurangan tingkat angiotensinogen sebesar 27%, renin 43%,
aldosteron 31%, aktivitas enzim converting angiotensin 12%, dan 20% ekpresi angiotensinogen
pada jaringan adiposit.Penurunan berat badan telah terbukti meningkatkan fungsi endotel,
penurunan aktivitas sistem saraf simpatis, dan meningkatkan barorefleks (Dasgupta,
2012).Penurunan berat badan sebesar 1 kg dapat menurunkan tekanan darah 1 mmHg
(Bratasaputra, 2013).

METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross
sectional. Penelitian ini dilaksanakan di Prolanis(Progra m Pengelolaan Penyakit Kronis)
Surakarta, pada bulan juli 2013.Sampe l pada penelit ian ini adalah pasien diabetes me litus tipe 2
terkontrol yang melakukan cek kesehatan di Prolanis Surakarta.Teknik pengambilan sampel
menggunakan purposive sampling, dengan besar sampel sebanyak 105.
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah Pasien diabetes melitus tipe 2 terkontrol
(GDP ≤150 mg/dL) di Prolanis Surakarta, Pasien yang bersedia menjadi responden. Kriteria
eksklusif terdiri dari pasien diabetes melitus tipe 2 yang mengkonsumsi obat antihipertensi
seperti captopril, furosemid, nifedipin, propanolol dan obat la in yang mempengaruhi tekanan
darah, pasien wanita dalam keadaan hamil, pasien yang tidak lengkap data-datanya. Variabel
terikat penelitian ini adalah tekanan darah
Interpretasi tekanan darah sistolik normal≤120 mmHg, lebih > 120
mmHg, tekanan darah diastolik normal ≤80 mmHg, lebih > 80 mmHg. Variabel bebas yaitu IMT
pada penderita DM tipe 2 terkontrol mempengaruhi tekanan darah.Interpretasi normal 18,5-
24,9 kg/ ,lebih 25 kg/ . Data akan diuji dengan menggunakan SP SS for windows 21.0,

dengan uji analisis Chi-Square yaitu uji hipotesis komparatif kategorik tidak berpasangan tabel 2x2
(Dahlan, 2011).
HASIL
Tabel 1. Gambaran umum sampel
Jumlah Presentase %

Pria 60 57.1%
Wanita 45 42.9%

Usia
35-44 tahun 5 4.8%
45-54 tahun 38 36.2%
55-64 tahun 41 39.0%
65-70 tahun 21 20.0%
Berat badan
36-45 kg 5 4.8%
46-55 kg 22 21.0%
56-65 kg 40 38.1%
66-75 kg 24 22.9%
76-85 kg 12 11.4%
86-95 kg 2 1.9%
Tinggi badan
< 150 cm 1 1.0%
150-160 cm 44 41.9%
> 160 cm 60 57.1%
Indeks Massa Tubuh
Lebih 32 30.5%
Normal 73 69.5%
Tekanan darah sistolik
Hipertensi 89 84.8%
Normal 16 15.2%
Tekanandarah diastolik
Hipertensi 21 20.0%
Normal
84 80.0%

Tabel 2.Karakteristik hasil indeks massa tubuh dengan tekanan darah sistolik
TEKANAN SISTOLIK
Hip ertensi No rmal

Lebih 29 3
IMT
Normal 60 13

Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa sampel IMT lebih dengan tekanan sistolik
hipertensi sebanyak 29 sampe l, sedangkan dengan tekanan sistolik norma l se jumlah 3 sa mpel.
IMT norma l dengan tekanan sistolik hipertensi sebanyak 60 sampel dan tekanan darah sistolik
normal sebesar 13 sampel.

Tabel 3. Karakteristik hasil indeks massa tubuh dengan tekanan darah diastolik
TEKANAN DIAS TOLIK
Hip ertens i No rmal

Lebih 7 25
IMT
Normal 14 59

Berdasarkan tabel diatas sebanyak 7 sampel yang memiliki IMT lebih dengan tekanan
diastolik hipertensi dan 25 sampel dengan tekanan diastolik normal. Responden dengan IMT
normal sebanyak 14 sampel dengan tekanan diastolik hipertensi dan tekanan diastolik normal
sebesar 59 sampel.

Tabel 4. Hasil analisis Chi-square indeks massa tubuh dengan tekanan darah sistolik
TEKANAN S ISTOLIK Total
Hipe rte nsi Normal p
n %
n % n %
Leb ih 29 27.6% 3 2.9% 32 30.5%
IMT 0.380
No rmal 60 57.1% 13 12.4% 73 69.5%

Tabel 4 menunjukan hasil analisis chi- square tabel 2x2 nilai p 0.380 (p > 0,005)
berarti tidak terdapat hubungan antara indeks massa tubuh dengan tekanan darah sistolik.

Tabel 5. Hasil analisis Chi-Square indeks massa tubuh dengan tekanan darah diastolik
TEKANAN DIASTOLIK Total
Hiperte nsi Norma l P
n %
n % N %
Leb ih 7 6.7% 25 23.8% 32 30.5%
IMT 0.794
Normal 14 13.3% 59 56.2% 73 69.5%

Berdasarkan tabel 5 memperlihatkan hasil analisis Chi-Square indeks massa tubuh


dengan tekanan darah diastolik nila i p sebesar 0,794 (p>0,005). Berati tidak ada hubungan antara
IMT dengan tekanan darah diastolik.

PEM BAHASAN
Hasil analisis Chi-Square pada tabel 6 dan tabel 7 menunjukkan tidak terdapat
hubungan antara IMT dengan tekanan darah sistol maupun diastol. Ha l ini ditunjukkan dari nilai
p 0,380 (p>0,05) pada hubungan antara IMT dengan tekanan darah sistol. Hubungan antara
IMT dengan tekanan darah diastol memperoleh hasil 0,794 (p>0,05). Karena itu hipotesis kerja
peneliti di tolak dan hipotesis nihil diterima.
Responden dalam penelitian ini berusia 35-40 tahun. Frekuensi terbanyak pada umur
55-64 tahun sebanyak 41 orang.Semakin meningkatnya umur semakin tinggi risiko hipertensi.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Zamhir Setiawan yang menge mukakan bahwa, pada umur
25-44 tahun prevalensi hipertensi sebesar 29%. Usia 45-64 tahun sebesar 51% dan umur ≥65
tahun sebesar 65% (Setiawan, 2006). Tingginya hipertensi seja lan dengan bertambahnya umur,
disebabkan oleh perubahan struktur pada pembuluh darah besar. Sehingga lumen menjadi lebih
sempit dan dinding pembuluh darah menjadi kaku(Kapplan, 2002).
Frekuensi laki-laki pada penelit ian ini lebih banyak dari pada wanita yaitu 60 sampel,
wanita sejumlah 45 tahun. Sebuah penelitian yang berjudul Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Hipertensi pada Lansia menemukan bahwa pria lebih banyak mengalami hipertensi dari
pada wanita. Hal ini dipengaruhi oleh perilaku hidup yang tidak sehat (merokok, minum
alkohol), depresi, pengangguran, pendidikan (Hasurungan, 2002).
Responden dalam penelitiaan ini adalah penderita DM tipe 2. Keadaan ini sangat
berpengaruh pada tekanan darah. Dalam penelit ian berjudul Pengaruh Insulin Terhadap Fungsi
Kardiovaskuler, menemukan bahwa insulin bukan hanya hormon yang bekerja dalam pengaturan
gula darah, namun juga berefek terhadap sistem kardiovaskuler.Jalur PI3K dan MAPK pada
endotel vaskuler mengatur keseimbangan antara efek vasodilator yang tergantung NO dan efek
vasokonstriksi yang dipengaruhi oleh ET1. Pada keadaan resistensi insulin, terdapat gangguan
sinyal ja lur PI3K dan peningkatan sinya l jalur MAPK pada endotel vaskuler. Kondisi ini yang
mendasari hubungan antara penyakit metabolik dan penyakit kardiovaskuler(Ridwan dkk.,
2009).
Pada penderita DM terdapat ketidaknormalan metabolisme lipid. Hal ini didukung
oleh penelitian yang berjudul Profil Lipid Pada Penderita Diabetes Mellitus 2. Gangguan
metabolisme lipid pada DM berupa meningkatnya kadar kolesterol total, trigliserid (TG), LDL (
Low Density Lipoprotein), HDL (High Density Lipoprotein) (Karel, 2006).
Lokasi penelitian di Prolanis (Program Pengelolaan Penyakit Kronis) Surakarta. Di
Prolanis ini setiap bulan, pasien DM me lakukan cek up yang meliput i pemeriksaan dan
konseling oleh dokter, pemberian obat-obatan, cek gula darah. Selain itu setiap hari minggu
dilaksanakan program senam bersama dan penyuluhan. Keadaan ini merupakan salah satu faktor
yang me mpengaruhi penelit ian.
Prolanis mengadakan program senam pagi setiap hari minggu. Keadaan ini
mempengaruhi gula darah penderita DM. Dimana gula darah dapat menyebabkan viskositas
darah meningkat sehingga tekanan darah akan meningkat. Hal ini didukung oleh penelitian yang
berjudul Pengaruh Latihan Fisik Senam Aerobik Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada
Penderita DM Tipe 2. Latihan fisik pada penderita DM memiliki peranan penting da lam
mengendalikan kadar gula darah. Saat melakukan latihan fisik terjadi peningkatan pengambilan
glukosa oeh otot. Sehingga dapat menurunkan glukosa darah (Ongko, 2004).
Hasil penelitian yang sama juga diperoleh fithri yang berjudul Hubungan Obesitas dan
Hipertensi Pada Pasien Rawat jalan di Departemen Penyakit Dalam RSUD DR Soetomo
Surabaya Pada Tahun 2009-2010. Penelitian ini menggunakan metode cross sectionaldengan
jumlah responden 43 sampel. Menunjukkan peningkatan indeks massa tubuh tidak diikuti
dengan peningkatan tekanan darah. Banyak faktor yang mempengaruhi tekanan darah
diantaranya faktor genetik, aktifitas sistem saraf simpatis, konsumsi garam yang berlebih, status
pernikahan dan aktifitas fisik (Fuchs et al., 2005)

KESIM PULAN
Tidak terdapat hubungan antara IMT dengan tekanan darah pada penderita DM
tipe 2 terkontrol di Prolanis Surakarta.
SARAN
1. Sebaiknya untuk penelitian se lanjutnya lebih diperhatikan varibel perancu (konseling,
aktifitas fisik, hiperinsulinemia) yang dapat mempengaruhi penelitian.
2. Metode penelitian dan besar sample harus lebih diperhatikan
3. Meskipun didapatkanya hasil tidak ada hubungan antara IMT dengan tekanan darah,
menja ga IMT pada penderita DM tetap menjadi prioritas yang penting.

DAFTAR PUSTAKA
American Association of C linical Endocrinologists., 2013. Terapi Farmakologi Diabet es
Melitus.

Basworo W., 2013. Laporan Daftar Pasien Prolanis DM Tipe 2 Surakarta.

Bays et al., 2009.Perceived Body Image in Men and Women with Type 2 Diabetes M ellitus:
Correlation of Body Mass Index with The Figure Rating Scale.Nutrition Journal. 8:57.

Bickley, LS. 2008. Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan Bates. Jakarta: EGC

Bratasaputra., 2013. Prevalensi Hipertensi pada Penderia DM dan Non DM ..


Calkins D.P., 2007. Hypertension. In: L ibby P, Bonow RO, Mann DL, eds. Braunwald's Heart
Disease: A Textbook of Cardiovascular Medicine. 8th ed. Philadelphia, Pa: Saunders
Elsevier: chap 37. http://www.n lm.nih. gov/medlinep lus/ency/article/007278.htm

Calleset al., 2004. Type 2 diabetes: one disease, multiple cardiovascular risk factors. Coron
Artery Dis;10:23-30.
Center for Disease Control.2011.Healthy weight Assesing BMI.Diakses pada 10 April
2013.http://www.cdc.gov/healthyweight/assessin g/b mi/ index.html cdc 2011

Dahlan M.S., 2011. Statist ik untuk Kedokteran dan Kesehatan.Jakarta: Sale mba Medika.

Dasgupta et al., 2012. Effects of Meal Preparation Training on Body Weight, Glycemia, and
Blood Pressure: Results of a Phase 2 Trial in Type 2 Diabetes. International Journal of
Behavioral Nutrition and Physical Activit y 2012, 9:125.

David et al., 2012.High Blood Pressure. ADAM.

Fang S.M., 2010. Relationship of body mass index, waist circumference and cardiovascular risk
factors in Chinese adult.Biomed Environ Sci. 2: 92-101.

Feldsten et al, 2008. Weight Change in Diabetes and Glycemic and BloodPressure
Control.Diabetes Care 31. 10 (Oct 2008): 1960-5.

Fuchs et al., 2005 Anthropometric Indices and the Incidence of Hypertension: A Comparative
Analysis. ObesityResearch. 13:1515-1517.

Garber A.J., 2013.American Assosiation of Clinical Endocrinologists Comprehensive Diabet es


Management Algorithm. 19: 327-336.
Gelber et al., 2007.Correlation BMI with Hypertension.

Gibney M.J., 2009. Obesitas dan Diabetes Melitus tipe 2, in: Gizi Kesehatan Masyarakat. 1th.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC. pp.211-215.

Goldstein L.B.et al., 2011.Guidelines for the primary prevention of stroke: a guide line for
healthcare professionals from the American Heart Association/American Stroke
Association. Stroke. Feb;42:517-84. [PubMed].
Gupta et al., 2010.Strategies for init ial management of hypertension.Indian J Med Res.132(5):
531–542.
Guyton., 2008. Obesitas. In: Fisiologi Kedokteran. 11th . Jakarta. Buku Kedokteran Indonesia
EGC
Hasurungan, 2002. Faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi pada lansia di Kota
Depok tahun 2002 [Tesis]. Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia; 2002
Haris, S., Tambunan, T. 2009. Hipertensi Pada Sindrom Metabolik. Sari Pediatri. 11(4): 257-263
Heimburger, DC., Ard, DJ. 2006. Handbook Of Cl inical Nutition 4th Edition. St. Louis: Mosby
Hogikyan et al., 2006. Specific impairment of endothelium-dependent vasodilation in subjects
with type 2 diabetes independent of obesity. J Clin Endocrinol Metab ;83:1946-1952.
Hou et al.,2013. Impact of waist circumference and body mass index on risk of cardiometabolic
disorder and cardiovascular disease in chinese adults: a national diabet es and metabolic
disorders survey. 10: 1371.

Hypertension in Adults.NHS. London. http://aje.oxfordjournals. or g/content /172/10/1144.


full#ref-19

International Diabetes Federation. 2013. Type of Diabetes Mellitus. Diakses pada 7 April
2013.http://www.idf.or g/about-diabetes

Inzucci S.E., 2012. Diagnosis of DM.N Engl J Med 2012; 367:542-5502DOI:


10.1056/NEJMcp1103643.

Janghorbani M., 2011. Weight Change, Blood Pressure, Lipids and Glycemic Control among
Patients with Type 2 Diabetes, in: Annal of Nutrit ion and Metabolism. 10th. Karger :
Isfahan pp. 58: 141-149.
Julian, DG., Cowan, JC. , McLenachan JM. 2005. Cardiology Eight Edition. New York : Elsevier
Saunders

Kannel et al.,2008.Selular blood pressure trends in normotensive person. Am.Heart J.2008: 125:
1154-58

Kaplan NM. Clinical hypertension. 8th ed. Lippincott: Willia ms & Wilkins; 2002.

Karel, 2006. Diabetic Dyslipide mia Manage ment, The First East Indonesia Endo Metabolic
Update, Perkeni Cabang Makassar, 2006; 24–31.

Kestenbaum B., 2008. Differences in kidney funct ion and incident hypertension: the Multi-Ethnic
Study of Atheroscl erosis. Ann Intern Med 2008; 148(7):501-508.

Librantoro., Rahayoe, AU., Andriantoro, H. 2007. Correlation Bet ween Plasma Lept in And
Endothelin -1 Plasma Level in Obese Hypertensive Subjects. Jurnal Kardiologi Indonesia.
28: 246-255

Lillyasari, S. 2007. Hipertensi Dengan Obesitas: Adakah Peran Endotelin-1 ?.Jurnal Kardiologi
Indonesia. 28: 460-475

Martin J., 2008. Hypert ension Guidelines: Revisit ing the JNC 7 Recommendations. The Journal
of Lancaster General Hospital. Vol: 3 No. 3.

Mcdermott M.T. 2005. Diabetes Mellitus, in: Secrets Endocrine. 4th ed. Philadelphia: Joan
Sinclair pp. 11.
Mihardja L., 2009. Faktor yang Berhubungan dengan Pengendalian Gula Darah pada Penderita
Diabetes Mellitus di Perkotaan Indonesia. Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 9,
September 2009.
Mooradian A.D., 2009. Dyslipidemia in Type 2 Diabetes Mellitus. In: Natural Cl inical Pract ice
Endocrinology and Metabolism. 4th. Florida: Jacksonville pp.5

Mubarok et al., 2008.Hypertension Among 1000 Patients with Type 2 Diabetes Attending a
National Diabetes Center in Jordan. Annals of Saudi Medicine 28. 5 (Sep 2008): 346-
51.

National Diabetes Information Clearinghouse.Diagnosis of Diabet es Mellitus. 2013. Diakses


pada 11 April 2013.

National Institute for Health and Care Excellence. 2011. Clinical Mana gement of Hypertension.
Diakses pada 9 April 2013.
National Inst itute For Health and Clinical Excellence., 2011. Clinical Management of
Primary.http://www.nhlbi.n ih. gov/health/health-topics/topics/hbp/

National Center for Biotechnology Information.Pathopgysiology Hypertension in DM Type 2.


2013. Diakses pada 9 April 2013. http://www.ncbi.n lm.nih. gov/
pubmedhealth/PMH0001502/

National Heart lung and Blood Inst itute. 2012. Hypertension. Diakses pada 8 April 2013.

National Heart lung and B lood Institute. 2012. Obesitas.Diakses pada 9 April
2013.http://www.nhlbi.nih. gov/health/public/heart/obesity/lose_wt/index.htm

NIH, 2012.NHLBI Obesity Education Initiative.Clinical Guidelines on the Identification,


Evaluation, and Treatment of Overweight and Obesity in Adults.http://www.nhlb
i.n ih.gov/gu idelines/obesity/ob_gdln s

Notoatmodjo S., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta: Rineka Puspa.

PERKENI.2011. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus t ipe 2. Jakarta.


http://id.scribd.com/doc/73323977/Konsensus-DM- Tipe-2-Indonesia-2011

Persatuan Ahli Gizi Indonesia., 2010. Preval ensi Obesitas di Indonesia.


http://www.persagi.or g/index.php?ha l=fi2&keyIdHead=6.

Pick , 2003. Cardiovascular Disease and Diabetes. Text Book of Diabetes. Third Edition. USA,
Blackwell Sc ience Ltd, 2003;2: 56.10–56.11

Poiror et al., 2006.Obesity and Cardiovascular disease: Pathophysiology, evaluations, and effect
of weight loos. Arterioscler.Thromb.Vasc.biol.2006: 26: 968-976.
Program Pengelolaan Penyakit Kronis., 2013.Laporan Daftar Pasien Prolanis DM tipe 2
Surakarta.
Quyyumi AA. Endothelia l function in health and disease: new insights into the genesis of
cardiovascular disease. Am J Med 2004;105:32S-39S

Raharjeng dkk., 2009. Prevalensi Hipertensi dan Determinasi di Indonesia. Kedokteran Indon,
Volum: 59, Nomor: 12, Desember 2009

Ridwan dkk., 2009. Pengaruh insulin terhadap fungsi kardiovaskuler. Jurnal penyakit
dalam.10:2
Rise et al., 2013.Making and maintaining lifestyle changes aft er part icipating in group based
type 2 diabetes self-management educations: a qualitative study. Plos One. ; 8(5):e64009. doi:
10.1371/journal.
Robin., 2008. Patofisiologi Diabetes Melitus, in :Dasar Patologis Penyakit. 7 th. Jakarta. Buku
Kedokteran EGC.

Setiawan,2006. Karakteristik sosiodemografi sebagai faktor resiko hipert ensi studi ekologi di
pulau Jawa tahun 2004 [Tesis]. Jakarta: Program Studi Epidemiologi Program Pasca
Sarjana FKM-UI; 2006.

Sugianti E., 2009. Faktor Risiko Obesitas Sentral pada Orang Dewasa di DKI Jakarta

Supariasa, IDN., Bakri, B., Fajar, I. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC pp59

Surgh et al., 2008.Correlation BMI with Hypertension.

Swapan et al., 2002. Se gre gation Ana lysis of Blood Pressure and Body Mass Index in a Rural
US Community.Human Biology; Feb 2002;

The Seventh Report of The Joint National Committee., 2003. Prevention, Detection, Evaluation,
and Treatment of Hight Blood Pressure.JNC 7 Express.

Ulija zteck et al., 2012.Results of Epidemiological Studies of Blood Pressure Are Biased by
Continuous Variation in Arm Size Related to Body Mass. Human Biology 84. 4 (Aug
2012): 437-44.

Wilding ., 2003. Obesity and nutritional factors in the pathogenesis of type 2 diabetes mellitus
Textbook ofDiabetes. Pickup JC, Williams G (eds.), 3rd ed., BlackwellScience, Oxford:
20.1-20.16

Wilson et al.,2007.Overweigh and obesity as determinants of cardiovascular risk. The


Framingha m Experience. Arc.Intren.Met.2007: 162: 1867-72.

WHO. 2013. Prevalence of Diabetes Mellitus. Diakses pada 5 April


2013.http://www.who.int/med iacentre/factsheets/fs312/en/

Zheng et al., 2011. The Association Between Body Mass Index and Incident Hypertension in
Rural Women in China. European Journal of Cl inical Nutrit ion (2010) 64, 769–775.

You might also like