You are on page 1of 15

Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.

php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)

PENENTUAN STATUS MUTU AIR SUNGAI BERDASARKAN


METODE INDEKSKUALITAS AIR–NATIONAL SANITATION
FOUNDATION (IKA-NSF) SEBAGAI
PENGENDALIAN KUALITAS LINGKUNGAN
(Studi Kasus : Sungai Gelis, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah)
Estu Hanisa*), Winardi Dwi Nugraha **), Anik Sarminingsih **)
Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Jl. Prof. H. Sudarto, SH Tembalang, Semarang, Indonesia 50275
Email: estuhanisa@gmail.com

Abstrak
Sungai Gelis merupakan sungai terbesar yang membelah di tengah Kota Kudus yang berhulu
di Puncak Songolikur, Desa Rahtawu, Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah
dengan koordinat 06°37'34,1"LS dan 110°53'49,9"BT. Penggunaan lahan di sekitar DAS
Gelis sangat beragam berupa lahan pertanian sawah, lahan pemukiman, lahan perkebunan
dan hutan. Kondisi tersebut berpotensi terjadinya pencemaran sungai akibat aktivitas
masyarakat dalam penggunaan lahan yang dapat mempengaruhi tingkat kualitas air di DAS
Gelis. Dalam upaya mengetahui seberapa besar pencemaran air yang terjadi di DAS Gelis,
penelitian ini dilakukan berdasarkan Indeks Kualitas Air–National Sanitation Foundation
(IKA-NSF). Dalam pemantauan kualitas air DAS Gelis dilakukan dengan membagi menjadi 5
titik sampling dan 4 segmentasi. Hasil perhitungan kualitas air DAS Gelis menggunakan
metode IKA-NSF menunjukkan kualitas air di setiap segmen Sungai Gelis berstatus sedang-
buruk berkisar antara 46-54. Nilai indeks kualitas air tertinggi berada pada Segmen 2 di
Desa Panjang, Kecamatan Bae dengan nilai indeks sebesar 54,96. Sedangkan, nilai indeks
kualitas air terendah berada pada segmen 3 di Desa Ploso, Kecamatan Jati dengan nilai
indeks sebesar 46,05. Pengendalian pencemaran Sungai Gelis yang dapat diberikan adalah
aspek teknis dan aspek non-teknis. Aspek teknis seperti reboisasi, dan konservasi lahan
pertanian. Aspek non-teknis meliputi penyuluhan sanitasi berbasis masyarakat.

Kata Kunci: Sungai Gelis, IKA-NSF, Kualitas Air

Abstract
[Determination of Water Quality Status Based on Water Quality Index-National Sanitation
Foundation Method (IKA-NSF) as Environmental Quality Control (Case Study : Gelis
River, Kudus Regency, Central Java)]. Gelis River is the biggest river splits in the middle of
the Kudus City which originates at the Puncak Songolikur, Rahtawu Village, Gebog Sub-
district, Kudus Regency, Central Java with coordinates 06°37'34,1"S and 110°53'49,9”E.
Land use in the vicinity of DAS Gelis is very considerably in form agricultural land, land
settlements, plantations andforest. The condition is potentially the occurrence of river
pollution due to the activities of the community in land use that may affect the level of water
quality in the DAS Gelis. In efforts to determine how much water pollution occurs in the DAS
Gelis, this research was conducted based on Water Quality Index-National Sanitation
Foundation (IKA-NSF). Water quality monitoring DAS Gelis is devided into 5 sampling
points and 4 segmentations. The results of the calculation of the water quality DAS Gelis
using IKA-NSF method showed water quality in every segment of the Gelis River status is
middle-bad ranged between 46-54. The higgest water quality index value was located on

1 *)Penulis
**)Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)

Segment 2 in Panjang Village, Bae Sub-district with an index value of 54,96. Meanwhile, the
value of the lowest water quality indexwas located on segment 3 in the Ploso Village, Jati
Sub-district with an index value of 46,05. Pollution control of the Gelis River that can be
given is technical aspects and non-technical aspects. Technical aspects such as reboitation
and agricultural land conservation. The non-technical aspect includes counseling community-
based sanitation.

Keywords: Gelis River, IKA –NSF, Water Quality

PENDAHULUAN aktivitas manusia dan berpotensi


Aktifitas industri, pemukiman, pertanian, menyebabkan gangguan keseimbangan
serta pertambangan di bagian hulu pada ekosistem DAS. Berdasarkan hal ini,
umumnya menimbulkan masalah-masalah pemantauan kualitas air dalam jangka waktu
lingkungan seperti pencemaran air, tertentu serta penentuan status mutu perairan
menurunnya kualitas sumber daya alam, sungai penting untuk dilakukan.
lahan kritis, gangguan kesehatan, penurunan Dalam upaya mengetahui seberapa besar
potensi sumber daya alam hayati, bencana pencemaran air yang terjadi di Sungai Gelis,
alam, serta sedimentasi di bagian hilir maka dilakukan penelitian kualitas air
(Suparjo, 2009). Sehingga secara kualitas Sungai Gelis dengan menggunakan Indeks
mengalami penurunan, dan secara kuantitas Kualitas Air-National Sanitation
tidak dapat memenuhi kebutuhan yang terus Foundation(IKA-NSF). IKA-NSF dipilih
meningkat. Salah satu sumber daya alam karena secara umum dapat menunjukkan
perairan yang mengalamipenurunan kualitas Sungai Gelis dengan 9 parameter
kuantitas dan kualitas air adalah sungai. yang diukur yaitu Temperatur, Kekeruhan,
Menurut Peraturan Bupati Kudus No. 41 Total Solid, pH, Phospat, DO,BOD, Nitrat,
Tahun 2012, Sungai Gelis merupakan sungai dan Fecal Coliform dengan
terbesar yang membelah di tengah Kota menyederhanakan informasi sehingga
Kudus. Sungai Gelis sangat penting bagi informasi kualitas suatu perairan cukup
masyarakat kota karena pada sungai ini disajikan dalam suatu nilai tunggal. IKA-
terdapat 2 buah bendung yang merupakan NSF dalamOtt (1978), terdapat lima kriteria
pengambilan dari irigasi, masing-masing kualitas air, yaitu sangat baik, baik,
adalah Bendung Kedunggupit dan Bendung sedang/normal, buruk, dan sangat buruk.
Ploso. Daerah Aliran Sungai ini menurut Selain itu dalam metode IKA- NSF setiap
BPSDA-SELUNA Kudus berhulu di parameter memiliki nilai beban/bobot
Gunung Muria dengan koordinat tersendiri. Hal ini didasarkan pada besarnya
06°37'34,1"LS dan 110°53'49,9" BT. Daerah pengaruh parameter terhadap kualitas air.
pengaliran sungai dengan daerah tangkapan Analisis faktor-faktor penyebab
seluas sekitar 76.87 km² dan panjang sungai meningkatnya konsentrasi parameter
29 km. Berdasarkan BPSDA-SELUNA, pencemar pada DAS Gelis juga diperlukan
Sungai Gelis mulai tercemar akibat beragam untuk menyusun strategi pengendalian
aktivitas manusia di sekitar Sungai Gelis pencemaran sungai.
yang berdampak pada menurunnya kualitas
air sungai mulai dari hulu sampai hilir.
Komaruddin (2008) mengemukakan
penggunaan lahan berkaitan erat dengan

2 *)Penulis
**)Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)

METODE PENELITIAN Tahun 2007 tentang Pedoman Pengkajian


1. Lokasi dan Waktu Penelitian Teknis Untuk Menetapkan Kelas Air. Pada
Lokasi Penelitian berada di aliran Sungai penelitian ini, Sungai Gelis terbagi menjadi
Gelis yang berhulu di Kecamatan Gebog dan 4 segmen.
berhilir di Kecamatan Jati. Penelitian 3. Penetapan Lokasi Sampling
dilaksanakan selama 5 (Lima) bulan yaitu Penetapan lokasi sampling berpedoman
dari bulan Mei-September 2016. pada SNI 03-7016-2004 tentang Tata Cara
2. Penentuan Segmentasi Pengambilan Contoh Dalam Rangka
Penentuan segmentasi berpedoman pada Pemantauan Kualitas Air Pada Suatu Daerah
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 1 Pengaliran Sungai.

Gambar 1 Lokasi Titik Sampling DAS Gelis

4. Analisis Data terukur sampel air di lapangan (xi)


Penentuan status kualitas air Sungai menggunakan kurva fungsional sub indeks
Gelis menggunakan metode IKA- (IKA-NSF) yang dilakukan secara otomatis
NSFdengan menentukan nilai sub indek (Li) bisa dilakukan di situs online Water Quality
setiap parameter berdasarkan hasil parameter Index Calculator.

3 *)Penulis
**)Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)

Gambar 2Kurva Fungsi Sub indeks BODIKA-NSF


Sumber : http://www.water-research.net/

Nilai sub indeks (Li) setiap parameter penyebab dan sumber-sumber pencemar
yang telah didapatkan kemudian dikalikan yang menyebabkan penurunan kualitas air di
dengan bobot masing masing parameter (wi). Sungai Gelis
Berikut merupakan rumus Indeks Kualitas
Air metode NSF-IKA dan diskripsi kualitas HASIL DAN PEMBAHASAN
air Beban Pencemaran Sungai Gelis
IKA-NSF = ∑ni = wi li Beban pencemaran sungai adalah jumlah
suatu unsur pencemar yang terkandung
Dimana : Li = Sub Indeks Parameter dalam air sungai. Beban pencemaran sungai
Wi = Beban Parameter dapat disebabkan oleh adanya aktivitas
industri, pemukiman dan pertanian (Mitsch
Tabel 1 Indeks Kualitas Air IKA-NSF & Goesselink, 1993 dalam Marganof, 2007).
Kualitas Jangkauan Warna 1. Limbah Domestik
Nilai Limbah domestik dipengaruhi oleh
Sangat Buruk 0-25 Merah jumlah penduduk di suatu kawasan, semakin
Buruk 26 – 50 Jingga tinggi penduduk jumlah di kawasan tersebut
Sedang 51 – 70 Kuning maka semakin tinggi volume limbah
Baik 71 – 90 Hijau domestiknya. Pembuangan limbah domestik
Sangat Baik 91 – 100 Biru ke sungai diasumsikan dibuang langsung ke
Sumber : Ott,1978 sungai tanpa pengolahan terlebih dahulu.
Analisis mengenai pengaruh tata guna Tabel 2Estimasi Beban Cemaran
lahan terhadap tingkat kualitas air dilakukan Domestik
berdasarkan kualitas air pada setiap segmen Debit Air Beban Cemaran Domestik
Jumlah Limbah (kg/hari)
yang telah didapatkan. Metode analisis Segmen
Penduduk Domestik
menggunakan metode diskriptif yaitu BOD Nitrat Phospat
(L/s)
menjelaskan penggunaan lahan dan aktivitas 1 35,717 10.08 125.63 5.98 11.96
manusia di Sungai Gelis yang dapat 2 55,764 29.37 560.43 18.68 37.36
3 60,278 44.44 1,241.8 30.29 60.58
mempengaruhi parameter kualitas air. 4 33,463 24.67 689.41 16.81 33.63
Sehingga dapat diketahui penyebab-

4 *)Penulis
**)Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
http://ejournal s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)

Dari data estimasi beban cemaran BOD, Kriteria Baku Mutu Air Kelas II untuk
N, dan P domestik serta jumlah debit limbah selanjutnya dapat mengetahui mutu air
domestik DAS Gelis, yang paling besar ada sungai. Berikut penjelasan mengenai hasil
di segmen 3. Hal ini dikarenakan pada masing parameter di Sungai Gelis
masing-masing
segmen 3 terdapat banyak penduduk yang hasil uji laboratorium dan data sekunder dari
berada di segmen tersebut dibandingkan Kantor Lingkungan Hidup (KLH)
dengan segmen yang lain, sehingga banyak Kabupaten Kudus sebagai data pembanding
beban limbah domestic yang ditimbulkan. penentuan pengaruh tinggi muka air dan
2. Limbah Pertanian debit terhadap konsentrasi pencemar sesuai
Limbah pertanian biasanya muncul pada dengan metode yang digunakan.
masa musim hujan ketika aliran permukaan
menjadi kuat dan mampu mengangkut 1. Temperatur
bahan-bahan sisa kegiatan pertanian. Pada uhu di setiap Segmen tidak terdapat
Suhu
musim kemarau limbah pertanian masih perbedaan, yaitu 25°C. Suhu yang diukur
saluran
dapat masuk ke sungai melalui saluran- sama dikarenakan kurang akuratnya alat
saluran irigasi dan drainase (KLH yang dipakai pada saat pengukuran suhu
Kabupaten Kudus, 2016). dilapangan. Kondisi suhu yang seperti ini
Tabel 3Estimasi
stimasi Beban Cemaran masih masuk ambang batas baku mutu air
Pertanian berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82
Debit Beban Pencemaran Tahun 2001 karena baku mutu untuk
Air Limbah Pertanian Temperatur Kelas Dua (II) yaitu deviasi 3
Luas
Titik
Laha
Limbah (kg/hari) yang artinya. jika T normal air 25°C, maka
Sampel Pertania kriteria Kelas II membatasi T air di kisaran
n (ha) Phospa
n BOD Nitrat
(liter/s)
t 22°C – 28°C. Dengan demikian berarti suhu
933.7 65.3 air Sungai Gelis masih dapat menunjang
Segmen 1 28.01 18.68 0.93
7 6 kehidupan di perairan.
879.2 61.5
Segmen 2 26.38 17.58 0.88
4 5 2. Kekeruhan
Segmen 3 97.26 2.92 6.81 1.95 0.10
477.2 33.4
Segmen 4 14.32 9.54 0.48
4 1
Dari data estimasi beban cemaran BOD,
N, dan P yang berasal dari limbah pertanian,
serta jumlah debit limbah pertanian DAS
Gelis, yang paling besar ada di segmen 1.
Hal ini dikarenakan pada segmen 1 memiliki Gambar 4Diagram Kekeruhan Tiap
lahan pertanian yang paling luas Segmen
dibandingkan dengan segmen lain, sehingga Dari diagram diatas menunjukkan
banyak beban limbah pertanian yang perbedaan nilai kekeruhan setiap Segmen
ditimbulkan. yang cukup mencolok. Nilai kekeruhan
tertinggi terdapat di Segmen 2, disebabkan
Kualitas Air Sungai Gelis Berdasarkan karena lahan pada segmen ini terdapat
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun aktifitas penambangan pasir dan pengunaan
2001 lahan di dominasi oleh lahanahan pertanian.
Setiap parameter
arameter yang diuji kemudian Sehingga tidak menutup kemungkinan
dibandingkan dengan Peraturan Pemerintah kekeruhan dapat disebabkan oleh adanya
Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan buangan air dari pertanian yang dilalui oleh
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran sungai. Selain itu juga dapat di sebabkan
Air sesuai dengan peruntukannya berlaku oleh beberapa hal, diantaranya akibat dari

5 *)Penulis
**)Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
http://ejournal s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)

penggerusan lapisan tanah oleh hujan, hujan nilai tersebut masih memenuhi standar baku
kebanyakan terdiri atas zat-zat
zat organik yang mutu air sesuai dengan Peraturan Pemerintah
berasal dari lapisan atas tanah, kemudian Nomor 82 Tahun 2001 sehingga air sungai
adanya bahan organik dari pembusukan degan parameter pH 7,5-8.4 8.4 masih dapat
tanaman atau tumbuhan. digunakan untuk sarana rekreasi,
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan
3. Total Solid dan pertanian. Menurut Yuliastuti (2011),
peningkatan nilai derajad keasaman atau pH
dipengaruhi oleh limbah organik maupun
anorganik yang di buang uang ke sungai. Air
dengan nilai pH sekitar 6,5-7,57,5 merupakan
air normal yang memenuhi syarat untuk
suatu kehidupan (Wardhana, 2004).
Gambar 5 Diagram Total Solid Tiap Apabila dibandingkan dengan data
Segmen sekuder 1 maupun 2, mayoritas nilai pH data
Berdasarkan diagram diatas primer pada setiap segmen lebih besar. Hal
menunjukkan bahwa nilai total solid tiap ini dikarenakan debit sampel lebih kecil
Segmen masih memenuhi standar baku mutu daripada data sekunder yang mampu
air sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 82 mengasimilasi konsentrasi pH. Pengukuran
Tahun 2001, baik dari hasil data sampling tertinggi yang terdapat pat di Segmen 1
maupun data sekunder dari KLH Kudus. dipengaruhi oleh aktivitas pertanian dan
Dari data tersebut, nilai Total Solid data pemukiman. Perubahan pH juga dapat
daripa data
primer cenderung lebih tinggi daripada dipengaruhi oleh buangan industri dan
sekunder dari KLH Kudus dikarenakan debit rumah tangga. Derajat keasaman merupakan
pada saat pengambilan sampel oleh KLH salah satu faktor yang harus
lebih besar sehingga padatan terbawa hingga dipertimbangkan dalam penyediaan air
hilir sedangkan debit yang kecil bersih. Dikarenakan pH air sangat
menyebabkan padatan mengendap. Nilai mempengaruhi aktivitas pengolahan.
Total Solid tertinggi terdapat di segmen 3,
5. Phosphat
dikarenakan n lahan pada segmen ini di
dominasi oleh lahan pemukiman. Sehingga
tidak menutup kemungkinan total solid dapat
disebabkan oleh adanya buangan air dari
pemukiman yang dilalui oleh sungai. Selain
itu juga dapat disebabkan adanya erosi tanah
dan erosi saluran sungai.
Gambar 7 Diagram Phosphat Tiap
4. pH Segmen
Dari diagram diatas dapat dilihat nilai
fosfat melebihi baku mutu air kelas II
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun
2001, akan tetapi masih masuk dalam kelas
IV. Nilai fosfat tertinggi terdapat pada
III-IV.
Segmen 3 yaitu sebesar 2,34 mg/l, hal ini
disebabkan karena adanya aktivitas
Gambar 6 Diagram pH Tiap Segmen pemukiman yang mengunakan detergen pada
Dari diagram diatas menunjukkan bahwa Segmen tersebut. Berdasarkan perhitungan
nilai pH setiap Segmen bervariasi, namun estimasi beban cemaran domestik parameter

6 *)Penulis
**)Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
http://ejournal s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)

phospat sebesar
besar 60,580 kg/hari. Nilai fosfat 7. Biochemical Oxygen Demand
BOD (Biochemical Demand)
paling rendah terdapat pada Segmen 1 yaitu
1,01 mg/l. Dari tabel diatas dapat dilihat
bahwa data sekunder parameter fosfat masuk
dalam peruntukan Kelas II karena kurang
dari 1 mg/L. Hal ini dapat disebabkan karena
debit lebih besar sehingga terdapat
kemampuan sungai dalam mengasimilasi
kadar fosfat. Gambar 9 Diagram BOD Tiap
Segmen
6. DO (Dissolve Oxygen) Dari diagram diatas dapat dilihat nilai
BOD pada semua segmen, kecuali segmen 2
masih belum memenuhi baku mutu air sesuai
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 82
Tahun 2001 untuk kelas II. Nilai BOD
tertinggi pada Segmen 1 yaitu 9,93 mg/l,
disebabkan adanya dominasi lahan hutan.
Sedangkan nilai BOD paling rendah terdapat
Gambar 8 Diagram DO Tiap Segmen pada Segmen 2 yaitu 2,46 mg/l. Naiknya
Dari diagram diatas dapat dilihat nilai angka BOD dapat berasal dari limbah
DO pada Segmen 1 dan 2 sudah memenuhi domestik dan limbah lainnya Nil Nilai BOD
baku mutu air untuk kelas II. Sedangkan yang tinggi karena adanya pembuangan
untuk segmen 3 dan 4 memenuhi baku mutu limbah dari pemukiman ke sungai dan dari
air untuk kelas III sesuai dengan Peraturan limbah pertanian (Anhwange et al., 2012
Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001. Nilai dalam Jurnal Bumi Lestari, 2013). Pada
DO tertinggi pada Segmen 1 yaitu 8,2 mg/l. dasarnya, proses oksidasi bahan organik
Sedangkan nilai DO paling rendah terdapat berlangsung cukup lama (Warlina, 2004).
pada Segmen 4 yaitu 3,5 mg/l. DO yang kan bahwa, debit yang besar
Dapat dikatakan
rendah pada segmen 4 dapat disebabkan pada sungai juga mempengaruhi peningkatan
karena pada segmen ini merupakan bagian kadar BOD di perairan karena
hilir sungai, sehingga sungai sudah tercemar. mikroorganisme tidak mempunyai waktu
Selain itu juga disebabkan oleh buangan yang lama dalam mengoksidasi bahan
limbah domestik maupun non-domestik
domestik organik tersebut. Dapat dilihat pada segmen
Apabila dibandingkan dengan data besar
3, debit data sekunder 1 dan 2 lebih besa
sekuder 1 maupun 2, kadar nilai DO hasil daripada debit hasil pengukuran diikuti
pengukuran mayoritas lebih besar. Dari data dengan nilai konsentrasi BOD.
sekunder 1 dapat dilihat bahwa kadar DO
pada setiap segmen hanya memenuhi kelas 8. Nitrat
IV. Untuk data sekunder 2, segmen yang
memenuhi baku mutu air kelas II adalah
segmen 1 dan 2. Sesuai dengan asumsi yang
digunakan,
akan, aerasi dapat terjadi karena
pergerakan air secara alami yang
menunjukan bahwa jumlah oksigen yang
terlarut dalam perairan lebih besar apabila
Gambar 10 Diagram Nitrat Tiap Segmen
debit juga besar mengakibatkan gerakan air
Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa
yang mampu mendorong terjadinya proses
nilai nitrat masih memenuhi standar baku
difusi oksigen dari udara ke dalam air.
mutu air sesuai dengan Peraturan Pemerintah

7 *)Penulis
**)Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
http://ejournal s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)

Nomor 82 Tahun 2001. Nilai nitrat yang cemaran kurang maksimal dari perairan yang
dibolehkan untuk kelas I dan II sebesar 10 memiliki muka air dan debit yang lebih
mg/l sedangkan untuk kelas III dan IV besar
sebesar 20 mg/l. Keberadaan nitrogen dalam
perairan dengan kadar yang berlebihan Kualitas Air Sungai Gelis Berdasarkan
menimbulkan pencemaran. Nilai nitrat Metode Indeks Kualitas Air Air-National
paling tinggi terdapat pada segmen 2 yang NSF)
Sanitation Foundation (IKA-NSF)
disebabkan oleh dominasi lahan pertanian Berdasarkan hasilasil pengukuran 9
yang menggunakan pupuk sehingga tidak parameter kualitas air menggunakan metode
menutup kemungkinan terjadi peningkatan NSF menunjukan nilai indeks berkisar
IKA-NSF
konsentrasi nitrat di segmen tersebut. Karena antara 47 sampai 54. Berdasarkan diskripsi
Casali (2010), menyatakan bahwa dampak kualitas air dengan metode IKA IKA-NSF,
dari kegiatan pertanian akan menghasilkan
menghasi kualitas air Sungai Gelis masuk dalam
limpasan, sedimen nitrat dan fosfat. Selain kriteria sedang sampai dengan buruk. Nilai
itu debit yang kecil juga menyebabkan tidak indeks kualitas air tertinggi berada di
terjadi pengenceran secara alami oleh sungai Segmen 2 sebesar 54,96dan96dan nilai indeks
yang dapat mengurangi konsentrasi nitrat di kualitas air terendah berada di Segmen 3
perairan sebesar 46,05.

9. Fecal Coliform

Gambar 13 Diagram Indeks Kualitas Air


Gambar 11 Diagram Fecal coliform Tiap di Setiap Segmen Sungai Gelis
Segmen Tingginya parameter pencemaran pada
Dari diagram diatas dapat dilihat nilai badan air dapat mengakibatkan nilai sub
Fecal coliform pada semua Segmen ada indeks 9 parameter kualitas air berdasarkan
yang tidak memenuhi baku mutu air sesuai metode IKA-NSF mengalami
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 82 penurunanyangberdampak pada menurunya
Tahun 2001. Nilai fecal coliform tertinggi Gelis.
hasil kualitas air di Sungai Gelis
pada Segmen 3 yaitu 25800 Jml/100 ml, Sebelum memasuki penjelasan tiap
sedangkan nilai fecal coliform paling rendah en, akan diberikan informasi kualitas
Segmen,
terdapat pada Segmen 4 yaitu 6900 Jml/100 air kondisi awal Sungai Gelis. Kondisi awal
ml. Tingginya nilai fecal coliform pada Sungai Gelis memiliki konsentrasi pH 6.9,
segmen 3 dapat disebabkan karena kebiasaan temperature 25oC,, konsentrasi Kekeruhan 0
penduduk yang masih sering melakukan NTU,, konsentrasi DO 8.8 mg/L, konsentrasi
kegiatan sehari-hari
hari seperti mandi, cuci, dan Total Solid 155 mg/L, konsentrasi Nitrat
kakus di pinggiran sungai.
gai. Selain itu juga air 1.42 mg/L, konsentrasi Phosphat 0.99 mg/L,
buangan limbah domestik yang langsung konsentrasi BOD 0.738 mg/L, dan
masuk ke badan sungai. Dibandingkan konsentrasi Fecal Coliform 100/100 mL.
dengan data sekunder, data primer mayoritas
memiliki nilai lebih tinggi daripada data Tabel 4
sekunder. Hal ini disebabkan karena tinggi Kualitas Air Titik 1
muka air data primer lebih rendah
endah dan debit
lebih kecil sehingga kemampuan sungai
dalam mengangkut dan mengasimilasi
8 *)Penulis
**)Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
http://ejournal s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)

Dari hasil analisis air menggunakan


NSF diketahui bahwa kondisi perairan
IKA-NSF
pada Segmen 1 Sungai Gelis adalah sedang
atau bisa dikatakan normal. Berdasarkan
kategori ini, kualitas sungai dapat dikatakan
belum tercemar, namun demikian beberapa
Berdasarkan Peraturan Pemerintah parameter yang masih belum memenuhi
Nomor 82 Tahun 2001 memenuhi baku mutu baku mutu kelas II Peraturan Pemerintah
kelas II dan nilai IKA-NSF
NSF sebesar 71.79. Nomorr 82 Tahun 2001 yaitu phospat, BOD
sehingga status mutu kualitas air pada dan Fecal Coliform.
kondisi awal tergolong baik. Secara umum kualitas DO masih bagus,
yaitu nilainya di atas 6, namun demikian pH
1. Segmen 1 pada segmen ini mendekati batas baku mutu
Daerah yang masuk ke dalam Segmen 1 air Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun
seluas 4340.91 ha dengan panjang segmen 2001 yang menunjukan kondisi perairan
16 km.Segmen
Segmen 1 merupakan Sungai Gelis tidak produktif. Benerjea (1967) membagi
yang daerah aliran sungainya terletak pada perairan menjadi tiga golongan yaitu
posisi 06°36’36” - 06°44'23" LS dan perairan dengan pH 5,5-6,5 6,5 tergolong
110°50'03" - 110°54'22"BT. Sungai pada 7,5 tergolong
perairan tidak produktif, 6,5-7,5
segmen ini di mulai dari hulu di Desa 8,5 sudah tidak produktif
produktif dan 7,5-8,5
Rahtawu Kecamatan Gebog dengan elevasi lagi. Masuknya beban pencemaran dari
3508 ft sampai dengan Jembatan Desa pengunaan lahan perkebunan, pertanian dan
Jurang, Kecamatan Gebog denganengan elevasi permukiman di segmen ini juga berdampak
418 ft. Pada segmen 1, sungai tidak lebar pada peningkatan zat organik dalam perairan
dan memiliki kelerengan >45% sehingga sehingga dapat mempengaruhi kebutuhan
debit pada segmen ini dipengaruhi oleh oksigen dalam proses dekomposisinya,
morfologi dari sungai. Selain itu perbedaan kondisi tersebut akan meningkatkan nilai
elevasi juga berpengaruh pada debit aliran BOD. Selain BOD, parameter lai lain yang
sungai sebagai pergerakan alami air yang masih belum memenuhi baku mutu kelas II
menyebabkan debit lebih besar. Pengunaan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001
lahan pada segmen ini didominasi oleh lahan adalah phospat. Dilihat dari dominasi
atau kawasan hutan. penggunaan lahan kawasan hutan dan
perkebunan yang mendapat pemupukan,
dapat mempengaruhi kandungan phospat
pada perairan. Selain itu dalam perhitungan
estimasi beban cemaran pertanian, segmen 1
memiliki nilai phospat sebesar 0.93 kg/hari
yang merupakan nilai paling besar diantara
Gambar 14 Diagram Tata Guna lahan segmen lainnya karena luas lahan pertanian
Segmen 1 pada segmen ini paling besar.
Tabel 5 Pada tabel 5, parameter Fecal C Coliform
Kualitas Air Segmen 1 tidak memenuhi baku mutu Peraturan
Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001.
Besarnya jumlah Fecal Coliform disebabkan
terlindinya pupuk yang digunakan untuk
kegiatan perkebunan dan pertanian. Selain
itu jumlah Fecal Coliform yang tinggi
iran di Segmen 1 telah
mengindikasikan perairan

9 *)Penulis
**)Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
http://ejournal s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)

tercemar tinja (kotoran). Sekitar 97% dari dapat dikatakan belum tercemar, namun
total kandungan bakteri coliform tinja demikian beberapa parameter yang masih
manusia merupakan fecal coliform (Effendi, belum memenuhi baku mutu kelas II
2003). Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001
yaitu phospat dan Fecal Coliform.
2. Segmen 2 Berdasarkan penggunaan lahan, Segmen
Daerah yang masuk ke dalam Segmen 2 2 di dominasi asi oleh lahan pertanian.
seluas 1685.09 ha dengan panjang segmen 6 Kandungan phospat yang belum memenuhi
km. Debit sungai
ungai pada saat dilakukan baku mutu, diduga berasal dari limbah
sampling yaitu 0.08 m³/s. Segmen 2 pertanian yang menggunakan pupuk dalam
merupakan Sungai Gelis yang daerah aliran merawat tanaman. Selain itu limbah
sungainya terletak pada posisi 06°44'12" - domestik yang berasal dari pemukiman
06°47'09"LS dan 110°49'26" - berupa limbah cucian atau detergen
110°52'02"BT. Sungai pada segmen ini di menyebabkankan peningkatan fosfat pada
mulai dari Jembatan Desa Jurang, Segmen 2. Peningkatan parameter fosfat dari
Kecamatann Gebog dengan elevasi 418 ft 1.01 mg/L pada Segmen 1 menjadi 1.07
sampai dengan Bendung Kedunggupit Desa mg/L pada Segmen 2 menyebabkan nilai sub
Panjang, Kecamatan Bae dengan elevasi 130 indeks (li) parameter fosfat pada Segmen 2
ft. Pada segmen ini, memiliki kelerengan 1% mengalami penurunan menjadi 37.
dan air digunakan untuk sarana irigasi yang Dari hasil pengukuran, paramete
parameter fecal
mempengaruhi debit aliran sungai kecil coliform tidak memenuhi atau melebihi
sehingga kemampuann sungai dalam standar baku mutu sungai kelas II-IV.
mengencerkan konsentrasi juga menurun. Kondisi tersebut menunjukan pada air
Pengunaan lahan pada segmen ini Segmen 2, telah tercemar bakteri fecal
didominasi oleh lahan pertanian sawah coliform akibat dari tinja manusia. Sekitar
97% dari total kandungan bakteri coliform
tinja manusiaia merupakan fecal coliform.
Terjadi peningkatan yang signifikan
parameter fecal coliform dari Segmen 1
sebesar 11300 jumlah/100 ml ke Segmen 2
20700 jumlah/100 ml. Hal ini berpengaruh
Gambar 15 Diagram Tata Guna lahan pada tingkat kualitas air Sungai Gelis.
Segmen 2
Tabel 6 3. Segmen 3
Kualitas Air Segmen 2 Daerah yang masuk ke dalam Segmen 3
seluas 655.87 ha dengan panjang segmen 3
km. Segmen 3 merupakan Sungai Gelis yang
daerah aliran sungainya terletak pada posisi
06°46'49" - 06°49'17"LS dan 110°49'07" -
110°51'17"BT. Sungai pada segmen ini di
mulai dari Bendung Kedunggupit Desa
Panjang, Kecamatan Bae dengan elevasi 130
Dari hasil analisis air menggunakan ft sampai dengann Jembatan Desa Ploso,
IKA-NSF
NSF diketahui bahwa kondisi perairan Kecamatan Jati dengan elevasi 48 ft yang
pada Segmen 2 Sungai Gelis adalah sedang dimanfaatkan sebagai sarana irigasi. Segmen
atau bisa dikatakan normal. Hal ini ini memiliki kelerengan 0,6% dengan
menunjukan adanya peningkatan nilai indeks kecepatan arus sungai 0,18 m/s. Debit aliran
kualitas air dari Segmen 1 ke Segmen 2. sungai pada segmen ini dipengaruhi oleh
Berdasarkan kategorii ini kualitas sungai
10 *)Penulis
**)Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
http://ejournal s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)

ma
masuknya limbah domestik maupun non- tumbuhnya eceng gondok di tepian sungai.
domestik yang masuk ke badan air. Hal ini sesuai dengan perhitungan estimasi
Pengunaan lahan pada segmen ini beban cemaran domestik yang menyatakan
didominasi oleh lahan pemukiman. bahwa parameter phospat pada segmen ini
memiliki nilai yang lebih besar
dibandingkan dengan segmenn lainnya.
Dari hasil pengukuran, parameter fecal
coliform tidak memenuhi atau melebihi
standar baku mutu sungai kelas I-IV.
Kondisi tersebut menunjukan pada air
Gambar 16 Diagram Tata Guna lahan Segmen 3,, telah tercemar bakteri fecal
Segmen 3 coliform akibat dari tinja manusia maupun
Tabel 7 hewan karena pada segmen ini jumlah
Kualitas Air Segmen 3 penduduk paling banyak daripada segmen
lainnya. Hal ini mengambarkan bahwa
sungai masih digunakan untuk keperluan
kakus.
Parameter lain yang belum memenuhi
baku mutu yaitu BOD. Konsentrasi BOD
yang ditentukan untuk baku mutu air kelas II
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001
sebesar 3 mg/L. Apabila dilihat dari hasil
Dari hasil analisis air menggunakan pengukuran, konsentrasi BOD pada segmen
IKA-NSF
NSF diketahui bahwa kondisi perairan ini dua kali lipat dari baku mutu yang
pada Segmen 3 Sungai Gelis adalah buruk. ditentukan. Tingginya parameter BOD ini,
Hal ini menunjukan adanya penurunan kemungkinan dipengaruhi oleh rusaknya
kualitas air dari Segmen 2. Berdasarkan ada bagian hulu serta adanya kegiatan
DAS pada
kategori kualitas sungai dapat dikatakan penambangan pasir, serta masuknya bahan
tercemar. Beberapa parameter
rameter yang masih organik dari limbah domestik pemukiman.
belum memenuhi baku mutu kelas II Semakin tinggi bahan organi organik yang
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 terkandung dalam perairan, maka nilai BOD
yaitu phospat, BOD dan Fecal Coliform.
Coliform juga semakin tinggi.
Peningkatan parameter fosfat dari 1,07
mg/L pada Segmen 2 menjadi 2.34 mg/L 4. Segmen 4
pada Segmen3 menyebabkan nilai sub Daerah yang masuk ke dalam Segmen 4
indeks (li) parameter fosfat pada Segmen3 seluas 1005.01 ha dengan panjang segmen 4
mengalami penurunan menjadi 25
25. km. Di segmen ini, merupakan bagian hilir
Meningkatnya total phospat pada Segmen 3 dari Daerah Aliran Sungai Gelis. Debit
diduga karena penggunaan detergen yang sungai pada saat dilakukan sampling yaitu
tinggi di daerah aliran Sungai Gelis. Dugaan 2.58 m³/s. Segmen 4 merupakan Sungai
tingginya detergen dapat dilihat dengan Gelis yang daerah aliran sungainya terletak
adanya busa yang terapung di permukaan pada posisi 06°48'35" - 06°51'02"LS dan
perairan Sungai Gelis. Kelebihan fosfat 110°47'44" - 110°50'09"BT. Sungai pada
dalam air yang berasal dari kegiatan segmen ini dimulai dari Jembatan Desa
pertanian dan perkebunan di sepanjang Ploso, Kecamatan Jati dengan elevasi 48 ft
daerah aliran sungai juga menyebabkan sampai dengan Jembatan Desa Jati Kulon,
suatu keadaan yang tidak seimbang pada Kecamatan Jati dengan elevasi 30 ft.
ekosistem perairan yang disebut eutrofikasi. Kelerengan pada segmen ini sebesar 0,8%
Eutrofikasi
asi pada segmen ini ditandai dengan
11 *)Penulis
**)Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
http://ejournal s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)

dengan kecepatan arus sungai yaitu 0,35 m/s. terhambatnya proses fotosintesis. Jika
Pengunaan lahan pada segmen ini tumbuhan air ini mati, akan terjadi proses
didominasi oleh lahan pertanian... pembusukkankan yang menghabiskan
bahan-
persediaan oksigen dan pengendapan bahan
bahan yang menyebabkan pendangkalan.
Parameter fecal coliform pada setiap
elebihi baku mutu. Akan
segmen masih melebihi
tetapi, pada Segmen 4 jumlah fecal coliform
mengalami penurunan menjadi 6900/100
Gambar 17Diagram
Diagram Tata Guna lahan mL. Hal ini disebabkan jumlah penduduk
Segmen 4 segmen-
pada segmen ini lebih kecil dari segmen
Tabel 8 segmen sebelumnya. Selain itu, debit pada
Kualitas Air Segmen 4 sehingga terdapat
segmen ini lebih besar sehingg
kemampuan sungai dalam mengasimilasi
bahan pencemar yang masuk dalam perairan.

REKOMENDASI PENGENDALIAN
PENGE
SUNGAI GELIS
Dalam usaha untuk melindungi atau
Dari hasil analisis air menggunakan memperbaiki kualitas air Sungai Gelis, maka
IKA-NSF
NSF diketahui bahwa kondisi perairan diperlukan suatu arahan atau perencanan
pada Segmen 4 Sungai Gelis adalah buruk. yang dapat memperbaiki kualitas air Sungai
Berdasarkan kategori kualitas sungai dapat Gelis serta memenuhi standar yang berlaku
dikatakan tercemar. Beberapa parameter dan dapat digunakan sesusai peruntukanya.
yang masih belum memenuhi baku mutu Berdasarkan hasil il penelitian kualitas air
kelas II Peraturan Pemerintah
emerintah Nomor 82 Sungai Gelis menggunakan Metode IKA IKA-
Tahun 2001 yaitu phospat, BOD dan Fecal NSF didapatkan hasil kualitas air masuk
Coliform. dalam kategori sedang-buruk.buruk. Strategi
Parameter BOD pada Segmen 3 pengendalian dapat dilakukan secara teknis
mengalami penurunan, namun demikian maupun non teknis. Pengendalian secara
masih belum memenuhi baku mutu kelas II. cara :
teknis dapat dilakukan dengan car
Tingginya parameter BOD pada Sungai 1. Usaha reboisasi atau penghijauan untuk
Gelis ini karena masuknya limbah domestik mengurangi intensitas dan volume erosi.
darii pemukiman, pertanian, dan juga Selain itu usaha reboisasi yang di
perkebunan. Hal ini sesuai dengan estimasi kanan alur anak sungai
tanaman kiri-kanan
perhitungan cemaran limbah domestik yang dapat berfungsi sebagai CEK DAM
mengalami penurunan kadar cemaran yang alami sebagai pengendalian sedimen.
masuk ke sungai daripada segmen 3. 2. Menurut Perda Kabupaten Kudus No. 16
Selain BOD, parameter fosfat juga Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang
melebihi baku mutu air kelas II.II Adanya Wilayah Kabupaten Kudus, salah satu
fosfat akibat pemakaian detergen oleh kawasan sempadan sungai berada di
masyarakat sehingga dapat merangsang kiri Sungai Gelis.
sepanjang kanan-kiri
pertumbuhan ganggang dan eceng gondok Untuk itu menurut Peraturan Daerah
dalam perairan yang tidak terkendali Provinsi Jawa Tengah Nomor 9 Tahun
sehingga menyebabkan permukaan air entang Perubahan Atas Peraturan
2013 Tentang
sungai tertutup dan menghalangi masuknya Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 11
cahaya matahari yang mengakibatkan Tahun 2004 Tentang Garis Sempadan

12 *)Penulis
**)Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)

perlu ada penegasan dari pemerintah produtifitas pertaniannya tetapi tetap


tentang larangan kepada masyarat antara berpijak pada unsur ramah lingkungan.
lain : Kegiatan tersebut diharapkan dapat
a. Mendirikan bangunan mengurangi pencemaran akibat limbah
b.Merusak tanggul, bangunan, pintu air yang dihasilkan dari kegiatan pertanian.
dan sebagainya.
c. Penambangan pasir Sedangkan pengendalian secara non-
d.Membuang sampah teknis dapat dilakukan dengan cara :
e. Membuang limbah berbahaya 1. Sosialisasi dan penyuluhan tentang gaya
f. Menanami tanpa seijin pejabat yang hidup bersih dan sehat dan program
berwenang sanitasi berbasis masyarakat
g.Mengambil air irigasi secara liar 2. Melaporkan kepada pihak berwajib jika
DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DILARANG ada pihak-pihak yang mencemari
lingkungan perairan
Tanggul Tanggul
MA
Garis Sempadan Garis Sempadan

5m 5m

SUNGAI BERTANGGUL Palung


3. Bersama-sama anggota masyarakat
DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DILARANG lainnya melakukan upaya untuk menjaga
sungai dari pencemaran.
Garis Sempadan Garis Sempadan
MA

100 m 100 m

Palung

SUNGAI TAK BERTANGGUL

Garis Sempadan
DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DILARANG
MA Garis Sempadan
KESIMPULAN
50 m
Palung
50 m Kesimpulan yang dapat diambil dari
SUNGAI KECIL TAK BERTANGGUL
penelitian dengan judul “Penentuan Status
Tanggul
DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DILARANG
MA
Tanggul
Mutu Air Sungai Berdasarkan Metode
Garis Sempadan

5m
Palung
Garis Sempadan

5m
Indeks Kualitas Air-National Sanitation
Foundation (IKA-NSF) Sebagai
SALURAN

Sumber : BPSDA-Seluna, 2015 Pengendalian Kualitas Lingkungan”


Menurut survey, segmen 1 dan 4 terhadap Sungai Gelis sebagai berikut.
merupakan sungai yang tak bertanggul 1. Berdasarkan hasil pengujian air sampel
sehingga garis sempadan yang harus yang diambil di titik sampling pada
dipatuhi yaitu sepanjang 50 meter dari setiap Segmen Sungai Gelis menunjukan
titik pasang sampai ke arah darat. parameter dominan yang belum
Sedangkan untuk segmen 2 dan memenuhi baku mutu air Kelas II
3merupakan sungai bertanggul sehingga Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun
garis sempadan yang harus dipatuhi yaitu 2001 adalah Phsopat, BOD, dan Fecal
sepanjang 5 meter dari titik pasang Coliform.
sampai kearah darat. 2. Parameter utama yang memiliki
3. Kegiatan konservasi lahan antara lain pengaruh terbesar terhadap penurunan
lahan pertanian, perkebunan dan hutan kualitas air Sungai Gelis yaitu parameter
melalui penggunaan pupuk yang fecal coliform yang ditunjukkan dengan
optimum. Penggunaan pupuk kimia nilai sub indeks terendah dibandingkan
merupakan upaya peningkatan produksi dengan parameter lain. Tingginya
pangan yang salah. Dengan tingkat parameter fecal coliform disebabkan oleh
ketergantungan yang tinggi terhadap tercemarnya limbah domestik yang
bahan kimia memberikan dampak negatif dihasilkan dari daerah permukiman
yang berlanjut pada pertaruhan nilai dengan kondisi infrastruktur sanitasi
kesehatan manusia dan lingkungan yang buruk.
akibat residu kimia yang ditinggalkan. 3. Tingkat kualitas air Sungai Gelis
Pupuk organik bisa menjadi opsi pilihan dipengaruhi oleh kondisi tata guna lahan
petani untuk bisa meningkatkan yang terdapat pada Segmen terutama

13 *)Penulis
**)Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)

pertanian sawah dan pemukiman. Daerah


Segmen terpengaruh oleh kegiatan Anhwange, B.A., E.B. Agbaji, and E.C.
manusia/pemanfaatan tertentu yang Gimba. 2012. “Impact Assessment of
didominasi oleh lahan pertanian dan Human Activities and
permukiman menunjukan kualitas air SeasonalVariation on River Benue,
mengalami penurunan dengan parameter within Makurdi Metropolis”. Jurnal
pencemar yang dominan berupa Bumi Lestari, Vol. 13, No. 2, 2013.
kekeruhan, Phospat, BOD, dan Fecal 265-274
Coliform. Anonim.2001.Peraturan Pemerintah
4. Kualitas Air Sungai Gelis berdasarkan Republik Indonesia No. 82 Tahun
metode Indeks Kualitas Air-National 2001 tentang Pengelolaan Kualitas
Sanitation’s Foundation (IKA-NSF) Air dan Pengendalian Pencemaran
meliputi 9 parameter mulai dari Air
parameter Fisika (Suhu, Temeperatur, ______.2007. Peraturan Menteri Negara
Kekeruhan), Kimia (pH, DO, BOD, Lingkungan Hidup Nomor 1 Tahun
Fosfat, Nitrat), dan Biologi (Fecal 2007 tentang Pedoman Teknis
coliform) dari Segmen 1 sampai dengan Menetapkan Kelas Air,
Segmen 4 berstatus sedang-buruk. ______.2015. Permen PU PR No.
Kualitas air Sungai Gelis menunjukan 08/PRT/N/15 tentang Ketentuan Garis
penaikan dan penurunan kualitasnya dari Sempadan
Segmen 1 sampai dengan Segmen 4 ______. 2012. Peraturan Daerah Kabupaten
dengan nilai IKA-NSF antara 46 sampai Kudus Nomor 16 Tahun 2012 Tentang
dengan 54. Rencana Tata Ruang Wilayah
SARAN Kabupaten Kudus Tahun 2012-2032
Sebagai tindak lanjut hasil dari ______. 2012. Peraturan Bupati Kudus No.
penentuan status mutu kualitas air di Sungai 41 Tahun 2012 tentang Program
gelis maka dapat disarankan sebagai berikut Indikatif Kabupaten Kudus Tahun
1. Sebagai upaya untuk melindungi 2014.
kesehatan masyarakat dan untuk ______.2013. Peraturan Daerah Provinsi
mengetahui secara dini terjadinya Jawa Tengah Nomor 9 Tahun 2013
pencemaran sungai maka perlu dilakukan Tentang Perubahan Atas Peraturan
pemantauan dan penyuluhan kepada Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor
masyarakat secara berkala di lapangan 11 Tahun 2004 Tentang Garis
oleh instansi terkait. Sempadan
2. Perlu dilakukan pembangunan sarana Banerjea, S. M., 1967. Water Quality and
sanitasi masyarakat agar penduduk di Soil Condition of Fish Ponds in Some
sekitar Sungai Gelis tidak menggunakan States of India in relation to fish
sungai tersebut untuk keperluan mandi, production. Jurnal Penilaian Kualitas
cuci dan kakus bahkan tempat Air Situ Salam Kampus Universitas
pembuangan limbah domestik baik cair Indonesia, Depok. 36-67. 2011.
maupun padat. Brian, Oram. 2014. Calculating NSF Water
3. Adanya upaya pemerintah dalam Quality Index. http://www.water-
penegasan kawasan sempadan sungai research.net/
guna melindungi sumber daya air sungai. BPSDA-SELUNA.2015. Konservasi
Wilayah Sungai Berbasis
Pemberdayaan Masyarakat. Balai
PSDA SELUNA: Kabupaten Kudus.
DAFTAR PUSTAKA

14 *)Penulis
**)Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)

Casali, J. R. Gimenez, J. Diez, J. Álvarez- Wardhana, Wisnu Arya. 2004. Dampak


Mozos, J. D.V. de Lersundi, M. Goni, Pencemaran Lingkungan. Penerbit
M.A. Campo, Y. Chahor, R. Gastesi, ANDI. Yogyakarta
J. Lopez. 2010. Sediment production Warlina, Lina. 2004. Pencemaran Air:
and water quality of watersheds with Sumber, Dampak Dan
contrasting land use in Navarre Penanggulangannya. Institut
(Spain).Agricultural Water Pertanian Bogor. Bogor
Management 97 pp. 1683–1694
Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air.
Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara.Tesis
Identifikasi Sumber Pencemar Dan
Analisis Kualitas Air Tukad Yeh Sungi
Di Kabupaten Tabanan Dengan
Metode Indeks Pencemaran.Ni Made
Setiari.2015.
Kantor Lingkungan Hidup. 2016. Laporan
Studi daya Dukung dan Daya
Tampung Penetapan Kelas Sungai
Gelis Kabupaten Kudus Tahun
Anggaran 2016.Kudus
Komaruddin, N. 2008. Penilaian tingkat
bahaya erosi di sub Daerah Aliran
Sungai Cileungsi, Bogor.
Jurnal Agrikultura, 19(3): 173-178
Mitsch, W.J. and J.G. Gosselink, 1994, Wet
Land, In Water Quality Prevention,
Identiication and Management of
Diffuse Pollution. Van Nostrand
Reinhold, New York.
Ott, Wayne R. 1978. Environmental Indices
Theory and Practice. Ann Arbor
Science Inc : Michigan
SNI 03-7016-2004 tentang Tata Cara
Pengambilan Contoh Dalam Rangka
Pemantauan Kualitas Air Pada Suatu
Daerah Pengaliran Sungai. Badan
Standarisasi Nasional.
Suparjo, M.N. 2009. Kondisi pencemaran
perairan Sungai Babon Semarang.
Jurnal Saintek Perikanan, 4(2): 38-45.
Yuliastuti, E. 2011. Kajian Kualitas Air
Sungai Ngringo Karangannyar Dalam
Upaya Pengendalian Pencemaran
Air. Tesis. Universitas Dipenogoro,
Semarang.

15 *)Penulis
**)Dosen Pembimbing

You might also like