Professional Documents
Culture Documents
php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)
Abstrak
Sungai Gelis merupakan sungai terbesar yang membelah di tengah Kota Kudus yang berhulu
di Puncak Songolikur, Desa Rahtawu, Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah
dengan koordinat 06°37'34,1"LS dan 110°53'49,9"BT. Penggunaan lahan di sekitar DAS
Gelis sangat beragam berupa lahan pertanian sawah, lahan pemukiman, lahan perkebunan
dan hutan. Kondisi tersebut berpotensi terjadinya pencemaran sungai akibat aktivitas
masyarakat dalam penggunaan lahan yang dapat mempengaruhi tingkat kualitas air di DAS
Gelis. Dalam upaya mengetahui seberapa besar pencemaran air yang terjadi di DAS Gelis,
penelitian ini dilakukan berdasarkan Indeks Kualitas Air–National Sanitation Foundation
(IKA-NSF). Dalam pemantauan kualitas air DAS Gelis dilakukan dengan membagi menjadi 5
titik sampling dan 4 segmentasi. Hasil perhitungan kualitas air DAS Gelis menggunakan
metode IKA-NSF menunjukkan kualitas air di setiap segmen Sungai Gelis berstatus sedang-
buruk berkisar antara 46-54. Nilai indeks kualitas air tertinggi berada pada Segmen 2 di
Desa Panjang, Kecamatan Bae dengan nilai indeks sebesar 54,96. Sedangkan, nilai indeks
kualitas air terendah berada pada segmen 3 di Desa Ploso, Kecamatan Jati dengan nilai
indeks sebesar 46,05. Pengendalian pencemaran Sungai Gelis yang dapat diberikan adalah
aspek teknis dan aspek non-teknis. Aspek teknis seperti reboisasi, dan konservasi lahan
pertanian. Aspek non-teknis meliputi penyuluhan sanitasi berbasis masyarakat.
Abstract
[Determination of Water Quality Status Based on Water Quality Index-National Sanitation
Foundation Method (IKA-NSF) as Environmental Quality Control (Case Study : Gelis
River, Kudus Regency, Central Java)]. Gelis River is the biggest river splits in the middle of
the Kudus City which originates at the Puncak Songolikur, Rahtawu Village, Gebog Sub-
district, Kudus Regency, Central Java with coordinates 06°37'34,1"S and 110°53'49,9”E.
Land use in the vicinity of DAS Gelis is very considerably in form agricultural land, land
settlements, plantations andforest. The condition is potentially the occurrence of river
pollution due to the activities of the community in land use that may affect the level of water
quality in the DAS Gelis. In efforts to determine how much water pollution occurs in the DAS
Gelis, this research was conducted based on Water Quality Index-National Sanitation
Foundation (IKA-NSF). Water quality monitoring DAS Gelis is devided into 5 sampling
points and 4 segmentations. The results of the calculation of the water quality DAS Gelis
using IKA-NSF method showed water quality in every segment of the Gelis River status is
middle-bad ranged between 46-54. The higgest water quality index value was located on
1 *)Penulis
**)Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)
Segment 2 in Panjang Village, Bae Sub-district with an index value of 54,96. Meanwhile, the
value of the lowest water quality indexwas located on segment 3 in the Ploso Village, Jati
Sub-district with an index value of 46,05. Pollution control of the Gelis River that can be
given is technical aspects and non-technical aspects. Technical aspects such as reboitation
and agricultural land conservation. The non-technical aspect includes counseling community-
based sanitation.
2 *)Penulis
**)Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)
3 *)Penulis
**)Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)
Nilai sub indeks (Li) setiap parameter penyebab dan sumber-sumber pencemar
yang telah didapatkan kemudian dikalikan yang menyebabkan penurunan kualitas air di
dengan bobot masing masing parameter (wi). Sungai Gelis
Berikut merupakan rumus Indeks Kualitas
Air metode NSF-IKA dan diskripsi kualitas HASIL DAN PEMBAHASAN
air Beban Pencemaran Sungai Gelis
IKA-NSF = ∑ni = wi li Beban pencemaran sungai adalah jumlah
suatu unsur pencemar yang terkandung
Dimana : Li = Sub Indeks Parameter dalam air sungai. Beban pencemaran sungai
Wi = Beban Parameter dapat disebabkan oleh adanya aktivitas
industri, pemukiman dan pertanian (Mitsch
Tabel 1 Indeks Kualitas Air IKA-NSF & Goesselink, 1993 dalam Marganof, 2007).
Kualitas Jangkauan Warna 1. Limbah Domestik
Nilai Limbah domestik dipengaruhi oleh
Sangat Buruk 0-25 Merah jumlah penduduk di suatu kawasan, semakin
Buruk 26 – 50 Jingga tinggi penduduk jumlah di kawasan tersebut
Sedang 51 – 70 Kuning maka semakin tinggi volume limbah
Baik 71 – 90 Hijau domestiknya. Pembuangan limbah domestik
Sangat Baik 91 – 100 Biru ke sungai diasumsikan dibuang langsung ke
Sumber : Ott,1978 sungai tanpa pengolahan terlebih dahulu.
Analisis mengenai pengaruh tata guna Tabel 2Estimasi Beban Cemaran
lahan terhadap tingkat kualitas air dilakukan Domestik
berdasarkan kualitas air pada setiap segmen Debit Air Beban Cemaran Domestik
Jumlah Limbah (kg/hari)
yang telah didapatkan. Metode analisis Segmen
Penduduk Domestik
menggunakan metode diskriptif yaitu BOD Nitrat Phospat
(L/s)
menjelaskan penggunaan lahan dan aktivitas 1 35,717 10.08 125.63 5.98 11.96
manusia di Sungai Gelis yang dapat 2 55,764 29.37 560.43 18.68 37.36
3 60,278 44.44 1,241.8 30.29 60.58
mempengaruhi parameter kualitas air. 4 33,463 24.67 689.41 16.81 33.63
Sehingga dapat diketahui penyebab-
4 *)Penulis
**)Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
http://ejournal s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)
Dari data estimasi beban cemaran BOD, Kriteria Baku Mutu Air Kelas II untuk
N, dan P domestik serta jumlah debit limbah selanjutnya dapat mengetahui mutu air
domestik DAS Gelis, yang paling besar ada sungai. Berikut penjelasan mengenai hasil
di segmen 3. Hal ini dikarenakan pada masing parameter di Sungai Gelis
masing-masing
segmen 3 terdapat banyak penduduk yang hasil uji laboratorium dan data sekunder dari
berada di segmen tersebut dibandingkan Kantor Lingkungan Hidup (KLH)
dengan segmen yang lain, sehingga banyak Kabupaten Kudus sebagai data pembanding
beban limbah domestic yang ditimbulkan. penentuan pengaruh tinggi muka air dan
2. Limbah Pertanian debit terhadap konsentrasi pencemar sesuai
Limbah pertanian biasanya muncul pada dengan metode yang digunakan.
masa musim hujan ketika aliran permukaan
menjadi kuat dan mampu mengangkut 1. Temperatur
bahan-bahan sisa kegiatan pertanian. Pada uhu di setiap Segmen tidak terdapat
Suhu
musim kemarau limbah pertanian masih perbedaan, yaitu 25°C. Suhu yang diukur
saluran
dapat masuk ke sungai melalui saluran- sama dikarenakan kurang akuratnya alat
saluran irigasi dan drainase (KLH yang dipakai pada saat pengukuran suhu
Kabupaten Kudus, 2016). dilapangan. Kondisi suhu yang seperti ini
Tabel 3Estimasi
stimasi Beban Cemaran masih masuk ambang batas baku mutu air
Pertanian berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82
Debit Beban Pencemaran Tahun 2001 karena baku mutu untuk
Air Limbah Pertanian Temperatur Kelas Dua (II) yaitu deviasi 3
Luas
Titik
Laha
Limbah (kg/hari) yang artinya. jika T normal air 25°C, maka
Sampel Pertania kriteria Kelas II membatasi T air di kisaran
n (ha) Phospa
n BOD Nitrat
(liter/s)
t 22°C – 28°C. Dengan demikian berarti suhu
933.7 65.3 air Sungai Gelis masih dapat menunjang
Segmen 1 28.01 18.68 0.93
7 6 kehidupan di perairan.
879.2 61.5
Segmen 2 26.38 17.58 0.88
4 5 2. Kekeruhan
Segmen 3 97.26 2.92 6.81 1.95 0.10
477.2 33.4
Segmen 4 14.32 9.54 0.48
4 1
Dari data estimasi beban cemaran BOD,
N, dan P yang berasal dari limbah pertanian,
serta jumlah debit limbah pertanian DAS
Gelis, yang paling besar ada di segmen 1.
Hal ini dikarenakan pada segmen 1 memiliki Gambar 4Diagram Kekeruhan Tiap
lahan pertanian yang paling luas Segmen
dibandingkan dengan segmen lain, sehingga Dari diagram diatas menunjukkan
banyak beban limbah pertanian yang perbedaan nilai kekeruhan setiap Segmen
ditimbulkan. yang cukup mencolok. Nilai kekeruhan
tertinggi terdapat di Segmen 2, disebabkan
Kualitas Air Sungai Gelis Berdasarkan karena lahan pada segmen ini terdapat
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun aktifitas penambangan pasir dan pengunaan
2001 lahan di dominasi oleh lahanahan pertanian.
Setiap parameter
arameter yang diuji kemudian Sehingga tidak menutup kemungkinan
dibandingkan dengan Peraturan Pemerintah kekeruhan dapat disebabkan oleh adanya
Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan buangan air dari pertanian yang dilalui oleh
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran sungai. Selain itu juga dapat di sebabkan
Air sesuai dengan peruntukannya berlaku oleh beberapa hal, diantaranya akibat dari
5 *)Penulis
**)Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
http://ejournal s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)
penggerusan lapisan tanah oleh hujan, hujan nilai tersebut masih memenuhi standar baku
kebanyakan terdiri atas zat-zat
zat organik yang mutu air sesuai dengan Peraturan Pemerintah
berasal dari lapisan atas tanah, kemudian Nomor 82 Tahun 2001 sehingga air sungai
adanya bahan organik dari pembusukan degan parameter pH 7,5-8.4 8.4 masih dapat
tanaman atau tumbuhan. digunakan untuk sarana rekreasi,
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan
3. Total Solid dan pertanian. Menurut Yuliastuti (2011),
peningkatan nilai derajad keasaman atau pH
dipengaruhi oleh limbah organik maupun
anorganik yang di buang uang ke sungai. Air
dengan nilai pH sekitar 6,5-7,57,5 merupakan
air normal yang memenuhi syarat untuk
suatu kehidupan (Wardhana, 2004).
Gambar 5 Diagram Total Solid Tiap Apabila dibandingkan dengan data
Segmen sekuder 1 maupun 2, mayoritas nilai pH data
Berdasarkan diagram diatas primer pada setiap segmen lebih besar. Hal
menunjukkan bahwa nilai total solid tiap ini dikarenakan debit sampel lebih kecil
Segmen masih memenuhi standar baku mutu daripada data sekunder yang mampu
air sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 82 mengasimilasi konsentrasi pH. Pengukuran
Tahun 2001, baik dari hasil data sampling tertinggi yang terdapat pat di Segmen 1
maupun data sekunder dari KLH Kudus. dipengaruhi oleh aktivitas pertanian dan
Dari data tersebut, nilai Total Solid data pemukiman. Perubahan pH juga dapat
daripa data
primer cenderung lebih tinggi daripada dipengaruhi oleh buangan industri dan
sekunder dari KLH Kudus dikarenakan debit rumah tangga. Derajat keasaman merupakan
pada saat pengambilan sampel oleh KLH salah satu faktor yang harus
lebih besar sehingga padatan terbawa hingga dipertimbangkan dalam penyediaan air
hilir sedangkan debit yang kecil bersih. Dikarenakan pH air sangat
menyebabkan padatan mengendap. Nilai mempengaruhi aktivitas pengolahan.
Total Solid tertinggi terdapat di segmen 3,
5. Phosphat
dikarenakan n lahan pada segmen ini di
dominasi oleh lahan pemukiman. Sehingga
tidak menutup kemungkinan total solid dapat
disebabkan oleh adanya buangan air dari
pemukiman yang dilalui oleh sungai. Selain
itu juga dapat disebabkan adanya erosi tanah
dan erosi saluran sungai.
Gambar 7 Diagram Phosphat Tiap
4. pH Segmen
Dari diagram diatas dapat dilihat nilai
fosfat melebihi baku mutu air kelas II
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun
2001, akan tetapi masih masuk dalam kelas
IV. Nilai fosfat tertinggi terdapat pada
III-IV.
Segmen 3 yaitu sebesar 2,34 mg/l, hal ini
disebabkan karena adanya aktivitas
Gambar 6 Diagram pH Tiap Segmen pemukiman yang mengunakan detergen pada
Dari diagram diatas menunjukkan bahwa Segmen tersebut. Berdasarkan perhitungan
nilai pH setiap Segmen bervariasi, namun estimasi beban cemaran domestik parameter
6 *)Penulis
**)Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
http://ejournal s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)
phospat sebesar
besar 60,580 kg/hari. Nilai fosfat 7. Biochemical Oxygen Demand
BOD (Biochemical Demand)
paling rendah terdapat pada Segmen 1 yaitu
1,01 mg/l. Dari tabel diatas dapat dilihat
bahwa data sekunder parameter fosfat masuk
dalam peruntukan Kelas II karena kurang
dari 1 mg/L. Hal ini dapat disebabkan karena
debit lebih besar sehingga terdapat
kemampuan sungai dalam mengasimilasi
kadar fosfat. Gambar 9 Diagram BOD Tiap
Segmen
6. DO (Dissolve Oxygen) Dari diagram diatas dapat dilihat nilai
BOD pada semua segmen, kecuali segmen 2
masih belum memenuhi baku mutu air sesuai
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 82
Tahun 2001 untuk kelas II. Nilai BOD
tertinggi pada Segmen 1 yaitu 9,93 mg/l,
disebabkan adanya dominasi lahan hutan.
Sedangkan nilai BOD paling rendah terdapat
Gambar 8 Diagram DO Tiap Segmen pada Segmen 2 yaitu 2,46 mg/l. Naiknya
Dari diagram diatas dapat dilihat nilai angka BOD dapat berasal dari limbah
DO pada Segmen 1 dan 2 sudah memenuhi domestik dan limbah lainnya Nil Nilai BOD
baku mutu air untuk kelas II. Sedangkan yang tinggi karena adanya pembuangan
untuk segmen 3 dan 4 memenuhi baku mutu limbah dari pemukiman ke sungai dan dari
air untuk kelas III sesuai dengan Peraturan limbah pertanian (Anhwange et al., 2012
Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001. Nilai dalam Jurnal Bumi Lestari, 2013). Pada
DO tertinggi pada Segmen 1 yaitu 8,2 mg/l. dasarnya, proses oksidasi bahan organik
Sedangkan nilai DO paling rendah terdapat berlangsung cukup lama (Warlina, 2004).
pada Segmen 4 yaitu 3,5 mg/l. DO yang kan bahwa, debit yang besar
Dapat dikatakan
rendah pada segmen 4 dapat disebabkan pada sungai juga mempengaruhi peningkatan
karena pada segmen ini merupakan bagian kadar BOD di perairan karena
hilir sungai, sehingga sungai sudah tercemar. mikroorganisme tidak mempunyai waktu
Selain itu juga disebabkan oleh buangan yang lama dalam mengoksidasi bahan
limbah domestik maupun non-domestik
domestik organik tersebut. Dapat dilihat pada segmen
Apabila dibandingkan dengan data besar
3, debit data sekunder 1 dan 2 lebih besa
sekuder 1 maupun 2, kadar nilai DO hasil daripada debit hasil pengukuran diikuti
pengukuran mayoritas lebih besar. Dari data dengan nilai konsentrasi BOD.
sekunder 1 dapat dilihat bahwa kadar DO
pada setiap segmen hanya memenuhi kelas 8. Nitrat
IV. Untuk data sekunder 2, segmen yang
memenuhi baku mutu air kelas II adalah
segmen 1 dan 2. Sesuai dengan asumsi yang
digunakan,
akan, aerasi dapat terjadi karena
pergerakan air secara alami yang
menunjukan bahwa jumlah oksigen yang
terlarut dalam perairan lebih besar apabila
Gambar 10 Diagram Nitrat Tiap Segmen
debit juga besar mengakibatkan gerakan air
Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa
yang mampu mendorong terjadinya proses
nilai nitrat masih memenuhi standar baku
difusi oksigen dari udara ke dalam air.
mutu air sesuai dengan Peraturan Pemerintah
7 *)Penulis
**)Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
http://ejournal s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)
Nomor 82 Tahun 2001. Nilai nitrat yang cemaran kurang maksimal dari perairan yang
dibolehkan untuk kelas I dan II sebesar 10 memiliki muka air dan debit yang lebih
mg/l sedangkan untuk kelas III dan IV besar
sebesar 20 mg/l. Keberadaan nitrogen dalam
perairan dengan kadar yang berlebihan Kualitas Air Sungai Gelis Berdasarkan
menimbulkan pencemaran. Nilai nitrat Metode Indeks Kualitas Air Air-National
paling tinggi terdapat pada segmen 2 yang NSF)
Sanitation Foundation (IKA-NSF)
disebabkan oleh dominasi lahan pertanian Berdasarkan hasilasil pengukuran 9
yang menggunakan pupuk sehingga tidak parameter kualitas air menggunakan metode
menutup kemungkinan terjadi peningkatan NSF menunjukan nilai indeks berkisar
IKA-NSF
konsentrasi nitrat di segmen tersebut. Karena antara 47 sampai 54. Berdasarkan diskripsi
Casali (2010), menyatakan bahwa dampak kualitas air dengan metode IKA IKA-NSF,
dari kegiatan pertanian akan menghasilkan
menghasi kualitas air Sungai Gelis masuk dalam
limpasan, sedimen nitrat dan fosfat. Selain kriteria sedang sampai dengan buruk. Nilai
itu debit yang kecil juga menyebabkan tidak indeks kualitas air tertinggi berada di
terjadi pengenceran secara alami oleh sungai Segmen 2 sebesar 54,96dan96dan nilai indeks
yang dapat mengurangi konsentrasi nitrat di kualitas air terendah berada di Segmen 3
perairan sebesar 46,05.
9. Fecal Coliform
9 *)Penulis
**)Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
http://ejournal s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)
tercemar tinja (kotoran). Sekitar 97% dari dapat dikatakan belum tercemar, namun
total kandungan bakteri coliform tinja demikian beberapa parameter yang masih
manusia merupakan fecal coliform (Effendi, belum memenuhi baku mutu kelas II
2003). Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001
yaitu phospat dan Fecal Coliform.
2. Segmen 2 Berdasarkan penggunaan lahan, Segmen
Daerah yang masuk ke dalam Segmen 2 2 di dominasi asi oleh lahan pertanian.
seluas 1685.09 ha dengan panjang segmen 6 Kandungan phospat yang belum memenuhi
km. Debit sungai
ungai pada saat dilakukan baku mutu, diduga berasal dari limbah
sampling yaitu 0.08 m³/s. Segmen 2 pertanian yang menggunakan pupuk dalam
merupakan Sungai Gelis yang daerah aliran merawat tanaman. Selain itu limbah
sungainya terletak pada posisi 06°44'12" - domestik yang berasal dari pemukiman
06°47'09"LS dan 110°49'26" - berupa limbah cucian atau detergen
110°52'02"BT. Sungai pada segmen ini di menyebabkankan peningkatan fosfat pada
mulai dari Jembatan Desa Jurang, Segmen 2. Peningkatan parameter fosfat dari
Kecamatann Gebog dengan elevasi 418 ft 1.01 mg/L pada Segmen 1 menjadi 1.07
sampai dengan Bendung Kedunggupit Desa mg/L pada Segmen 2 menyebabkan nilai sub
Panjang, Kecamatan Bae dengan elevasi 130 indeks (li) parameter fosfat pada Segmen 2
ft. Pada segmen ini, memiliki kelerengan 1% mengalami penurunan menjadi 37.
dan air digunakan untuk sarana irigasi yang Dari hasil pengukuran, paramete
parameter fecal
mempengaruhi debit aliran sungai kecil coliform tidak memenuhi atau melebihi
sehingga kemampuann sungai dalam standar baku mutu sungai kelas II-IV.
mengencerkan konsentrasi juga menurun. Kondisi tersebut menunjukan pada air
Pengunaan lahan pada segmen ini Segmen 2, telah tercemar bakteri fecal
didominasi oleh lahan pertanian sawah coliform akibat dari tinja manusia. Sekitar
97% dari total kandungan bakteri coliform
tinja manusiaia merupakan fecal coliform.
Terjadi peningkatan yang signifikan
parameter fecal coliform dari Segmen 1
sebesar 11300 jumlah/100 ml ke Segmen 2
20700 jumlah/100 ml. Hal ini berpengaruh
Gambar 15 Diagram Tata Guna lahan pada tingkat kualitas air Sungai Gelis.
Segmen 2
Tabel 6 3. Segmen 3
Kualitas Air Segmen 2 Daerah yang masuk ke dalam Segmen 3
seluas 655.87 ha dengan panjang segmen 3
km. Segmen 3 merupakan Sungai Gelis yang
daerah aliran sungainya terletak pada posisi
06°46'49" - 06°49'17"LS dan 110°49'07" -
110°51'17"BT. Sungai pada segmen ini di
mulai dari Bendung Kedunggupit Desa
Panjang, Kecamatan Bae dengan elevasi 130
Dari hasil analisis air menggunakan ft sampai dengann Jembatan Desa Ploso,
IKA-NSF
NSF diketahui bahwa kondisi perairan Kecamatan Jati dengan elevasi 48 ft yang
pada Segmen 2 Sungai Gelis adalah sedang dimanfaatkan sebagai sarana irigasi. Segmen
atau bisa dikatakan normal. Hal ini ini memiliki kelerengan 0,6% dengan
menunjukan adanya peningkatan nilai indeks kecepatan arus sungai 0,18 m/s. Debit aliran
kualitas air dari Segmen 1 ke Segmen 2. sungai pada segmen ini dipengaruhi oleh
Berdasarkan kategorii ini kualitas sungai
10 *)Penulis
**)Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
http://ejournal s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)
ma
masuknya limbah domestik maupun non- tumbuhnya eceng gondok di tepian sungai.
domestik yang masuk ke badan air. Hal ini sesuai dengan perhitungan estimasi
Pengunaan lahan pada segmen ini beban cemaran domestik yang menyatakan
didominasi oleh lahan pemukiman. bahwa parameter phospat pada segmen ini
memiliki nilai yang lebih besar
dibandingkan dengan segmenn lainnya.
Dari hasil pengukuran, parameter fecal
coliform tidak memenuhi atau melebihi
standar baku mutu sungai kelas I-IV.
Kondisi tersebut menunjukan pada air
Gambar 16 Diagram Tata Guna lahan Segmen 3,, telah tercemar bakteri fecal
Segmen 3 coliform akibat dari tinja manusia maupun
Tabel 7 hewan karena pada segmen ini jumlah
Kualitas Air Segmen 3 penduduk paling banyak daripada segmen
lainnya. Hal ini mengambarkan bahwa
sungai masih digunakan untuk keperluan
kakus.
Parameter lain yang belum memenuhi
baku mutu yaitu BOD. Konsentrasi BOD
yang ditentukan untuk baku mutu air kelas II
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001
sebesar 3 mg/L. Apabila dilihat dari hasil
Dari hasil analisis air menggunakan pengukuran, konsentrasi BOD pada segmen
IKA-NSF
NSF diketahui bahwa kondisi perairan ini dua kali lipat dari baku mutu yang
pada Segmen 3 Sungai Gelis adalah buruk. ditentukan. Tingginya parameter BOD ini,
Hal ini menunjukan adanya penurunan kemungkinan dipengaruhi oleh rusaknya
kualitas air dari Segmen 2. Berdasarkan ada bagian hulu serta adanya kegiatan
DAS pada
kategori kualitas sungai dapat dikatakan penambangan pasir, serta masuknya bahan
tercemar. Beberapa parameter
rameter yang masih organik dari limbah domestik pemukiman.
belum memenuhi baku mutu kelas II Semakin tinggi bahan organi organik yang
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 terkandung dalam perairan, maka nilai BOD
yaitu phospat, BOD dan Fecal Coliform.
Coliform juga semakin tinggi.
Peningkatan parameter fosfat dari 1,07
mg/L pada Segmen 2 menjadi 2.34 mg/L 4. Segmen 4
pada Segmen3 menyebabkan nilai sub Daerah yang masuk ke dalam Segmen 4
indeks (li) parameter fosfat pada Segmen3 seluas 1005.01 ha dengan panjang segmen 4
mengalami penurunan menjadi 25
25. km. Di segmen ini, merupakan bagian hilir
Meningkatnya total phospat pada Segmen 3 dari Daerah Aliran Sungai Gelis. Debit
diduga karena penggunaan detergen yang sungai pada saat dilakukan sampling yaitu
tinggi di daerah aliran Sungai Gelis. Dugaan 2.58 m³/s. Segmen 4 merupakan Sungai
tingginya detergen dapat dilihat dengan Gelis yang daerah aliran sungainya terletak
adanya busa yang terapung di permukaan pada posisi 06°48'35" - 06°51'02"LS dan
perairan Sungai Gelis. Kelebihan fosfat 110°47'44" - 110°50'09"BT. Sungai pada
dalam air yang berasal dari kegiatan segmen ini dimulai dari Jembatan Desa
pertanian dan perkebunan di sepanjang Ploso, Kecamatan Jati dengan elevasi 48 ft
daerah aliran sungai juga menyebabkan sampai dengan Jembatan Desa Jati Kulon,
suatu keadaan yang tidak seimbang pada Kecamatan Jati dengan elevasi 30 ft.
ekosistem perairan yang disebut eutrofikasi. Kelerengan pada segmen ini sebesar 0,8%
Eutrofikasi
asi pada segmen ini ditandai dengan
11 *)Penulis
**)Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
http://ejournal s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)
dengan kecepatan arus sungai yaitu 0,35 m/s. terhambatnya proses fotosintesis. Jika
Pengunaan lahan pada segmen ini tumbuhan air ini mati, akan terjadi proses
didominasi oleh lahan pertanian... pembusukkankan yang menghabiskan
bahan-
persediaan oksigen dan pengendapan bahan
bahan yang menyebabkan pendangkalan.
Parameter fecal coliform pada setiap
elebihi baku mutu. Akan
segmen masih melebihi
tetapi, pada Segmen 4 jumlah fecal coliform
mengalami penurunan menjadi 6900/100
Gambar 17Diagram
Diagram Tata Guna lahan mL. Hal ini disebabkan jumlah penduduk
Segmen 4 segmen-
pada segmen ini lebih kecil dari segmen
Tabel 8 segmen sebelumnya. Selain itu, debit pada
Kualitas Air Segmen 4 sehingga terdapat
segmen ini lebih besar sehingg
kemampuan sungai dalam mengasimilasi
bahan pencemar yang masuk dalam perairan.
REKOMENDASI PENGENDALIAN
PENGE
SUNGAI GELIS
Dalam usaha untuk melindungi atau
Dari hasil analisis air menggunakan memperbaiki kualitas air Sungai Gelis, maka
IKA-NSF
NSF diketahui bahwa kondisi perairan diperlukan suatu arahan atau perencanan
pada Segmen 4 Sungai Gelis adalah buruk. yang dapat memperbaiki kualitas air Sungai
Berdasarkan kategori kualitas sungai dapat Gelis serta memenuhi standar yang berlaku
dikatakan tercemar. Beberapa parameter dan dapat digunakan sesusai peruntukanya.
yang masih belum memenuhi baku mutu Berdasarkan hasil il penelitian kualitas air
kelas II Peraturan Pemerintah
emerintah Nomor 82 Sungai Gelis menggunakan Metode IKA IKA-
Tahun 2001 yaitu phospat, BOD dan Fecal NSF didapatkan hasil kualitas air masuk
Coliform. dalam kategori sedang-buruk.buruk. Strategi
Parameter BOD pada Segmen 3 pengendalian dapat dilakukan secara teknis
mengalami penurunan, namun demikian maupun non teknis. Pengendalian secara
masih belum memenuhi baku mutu kelas II. cara :
teknis dapat dilakukan dengan car
Tingginya parameter BOD pada Sungai 1. Usaha reboisasi atau penghijauan untuk
Gelis ini karena masuknya limbah domestik mengurangi intensitas dan volume erosi.
darii pemukiman, pertanian, dan juga Selain itu usaha reboisasi yang di
perkebunan. Hal ini sesuai dengan estimasi kanan alur anak sungai
tanaman kiri-kanan
perhitungan cemaran limbah domestik yang dapat berfungsi sebagai CEK DAM
mengalami penurunan kadar cemaran yang alami sebagai pengendalian sedimen.
masuk ke sungai daripada segmen 3. 2. Menurut Perda Kabupaten Kudus No. 16
Selain BOD, parameter fosfat juga Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang
melebihi baku mutu air kelas II.II Adanya Wilayah Kabupaten Kudus, salah satu
fosfat akibat pemakaian detergen oleh kawasan sempadan sungai berada di
masyarakat sehingga dapat merangsang kiri Sungai Gelis.
sepanjang kanan-kiri
pertumbuhan ganggang dan eceng gondok Untuk itu menurut Peraturan Daerah
dalam perairan yang tidak terkendali Provinsi Jawa Tengah Nomor 9 Tahun
sehingga menyebabkan permukaan air entang Perubahan Atas Peraturan
2013 Tentang
sungai tertutup dan menghalangi masuknya Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 11
cahaya matahari yang mengakibatkan Tahun 2004 Tentang Garis Sempadan
12 *)Penulis
**)Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)
5m 5m
100 m 100 m
Palung
Garis Sempadan
DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DILARANG
MA Garis Sempadan
KESIMPULAN
50 m
Palung
50 m Kesimpulan yang dapat diambil dari
SUNGAI KECIL TAK BERTANGGUL
penelitian dengan judul “Penentuan Status
Tanggul
DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DILARANG
MA
Tanggul
Mutu Air Sungai Berdasarkan Metode
Garis Sempadan
5m
Palung
Garis Sempadan
5m
Indeks Kualitas Air-National Sanitation
Foundation (IKA-NSF) Sebagai
SALURAN
13 *)Penulis
**)Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)
14 *)Penulis
**)Dosen Pembimbing
Tersedia online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/tlingkungan
Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 1 (2017)
15 *)Penulis
**)Dosen Pembimbing