Professional Documents
Culture Documents
Puji dan syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
Dr Hasan Sadikin Bandung” ini dapat diselesaikan. Proposal Karya Tulis Ilmiah
Karya Tulis Ilmiah semoga dapat menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman
bagi penulis, serta menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang
kepala.
Penulis menyadari bahwa Proposal Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak kekurangan yang mendasar. Oleh karena itu
kritik dan saran penulis harapkan agar kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi Proposal Karya Tulis Ilmiah ini agar menjadi lebih baik
lagi.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
2. Gangguan Kebutuhan nyaman nyeri ................................................................. 47
3. Edukasi Mobilisasi Fisik Pada Cedera Kepala.................................................. 48
BAB III METODELOGI PENELITIAN .............................................................. 50
A. Rancangan Studi Kasus......................................................................................... 50
B. Subyek Studi Kasus .............................................................................................. 51
C. Fokus Studi ........................................................................................................... 51
D. Definisi Operasional ............................................................................................. 52
E. Tempat dan Waktu ................................................................................................ 52
F. Pengumpulan Data ................................................................................................ 53
G. Penyajian Data .................................................................................................. 54
H. Etika Studi Kasus .............................................................................................. 54
DAFTAR PUSTAKA
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Trauma kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang
disertai atau tampa disertai perdarahan intertisial dalam substansi otak tampa
percepatan factor dan penuruan percepatan, serat rotasi yaitu pergeraklan pada
kepala dirasakan juga oleh otak sebagi akibat perputaran pada tindakan
kerusakan jaringan yang bersifat aktual atau potentsial atau yang di rasakan
kepala adalah 200 per 100.000 orang per tahun. Di Indonesia walaupun belum
tersedia data secara nasional , trauma kepala merupakan kasus yang sangat
sering di jumpai di setiap rumah sakit. Pada tahun 2005 ,di RSCM terdapat
434 pasien trauma kepala ringan, 315 psien trauma kepala sedang, dan 28
1
2
347 kasus trauma kepala secara keseluruhan. Di rumah sakit Atma Jaya
(RSAJ), pada tahun 2007, jumlah pasien trauma kepala mencapai 125 orang
dari 256 orang pasien rawat inap bagian bedah saraf. Di Indonesia, cedera
dengan CFR sebanyak 100.000 jiwa meninggal dunia (Depkes RI, 2013).
rumah sakit rujukan di Jawa Barat mencatat kasus rawat inap akibat cedera
1127 orang dengan cedera kepala ringan 59%, cedera kepala sedang 30%,
sebanyak 101 orang ( Jurnal Kesehatan Kartika vol 11, 2016). Distribusi
kasus cedera kepala lebih banyak melibatkan kelompok usia produktif, yaitu
di antara 15-44 tahun ( dengan usia rata – rata sekitar tiga puluh tahun) dan
(Satyanegara,2014)
Pada pasien trauma kepala nyeri diakibatkan oleh suatu rangkaian proses
kuat di perifer sampai dirasakannya nyeri di susunan saraf pusat. Nyeri Kepala
Anaerob menghasilkan Asam Laktat yang bersifat iritan atau melukai dan
trauma berat (tekanan, suhu, kimia) atau pasca pembedahan harus dilakukan
penanganan nyeri yang sempurna, karena dampak dari nyeri itu sendiri akan
sistem tubuh dan memperberat kondisi pasiennya. Hal ini akan merugikan
pasien akibat timbulnya perubahan fisiologi dan psikologi pasien itu sendiri.
Keluhan nyeri kepala yang kerap timbul pasca cedera kepala perlu
dan status neurologis pasien perlu selalu di pantau dan diberi tindakan
konsep asuhan keperawatan antara teori dan keadaan klinik pada pasien
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
D. MANFAAT
1. Masyarakat
Truma Kepala.
3. Penulis
TINJAUAN PUSTAKA
A. Trauma Kepala
Trauma kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang
disertai atau tampa disrtai perdarahan intertisil dalam substansi otak tampa
percepatan factor dan penuruan percepatan, serat rotasi yaitu pergeraklan pada
kepala dirasakan juga oleh otak sebagi akibat perputaran pada tindakan
gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai atau tanpa disertai
Luka pada kulit dan tulang dapat menunjukkan lokasi (area) dimana terjadi
trauma (Lemone, 2017). Cedera yang tampak pada kepala bagian luar terdiri
dari dua, yaitu secara garis besar adalah trauma kepala tertutup dan terbuka.
6
7
intak atau utuh pada kepala setelah luka. The Brain and Spinal Cord
Trauma kepala terbuka adalah yaitu luka tampak luka telah menembus sampai
berikut;
a) Fraktur
2014).
atau kelainan pada bagian kranium. Fraktur basis kranii retak pada basis
kranium. Hal ini memerlukan gaya yang lebih kuat dari fraktur linear pada
kranium. Insidensi kasus ini sangat sedikit dan hanya pada 4% pasien yang
fraktur basis kranii yaitu rhinorrhea (cairan serobrospinal keluar dari rongga
hidung) dan gejala raccoon’s eye (penumpukan darah pada orbital mata).
saraf dan pembuluh darah. Fraktur basis kranii bisa terjadi pada fossa anterior,
kelainan pada tulang maxilofasial yang merupakan tulang yang kedua terbesar
sekitarnya, kulit tidak rusak, menjadi bengkak dan berwarna merah kebiruan.
Luka memar pada otak terjadi apabila otak menekan tengkorak. Biasanya
terjadi pada ujung otak seperti pada frontal, temporal dan oksipital. Kontusio
yang besar dapat terlihat di CT-Scan atau MRI (Magnetic Resonance Imaging)
seperti luka besar. Pada kontusio dapat terlihat suatu daerah yang mengalami
meliputi suatu periode tidak sadar yangberakir sselama beberapa detik sampai
dipulangkan.
sistem tubuh.
Luka laserasi adalah luka robek tetapi disebabkan oleh benda tumpul atau
runcing. Dengan kata lain, pada luka yang disebabkan oleh benda bermata
tajam dimana lukanya akan tampak rata dan teratur. Luka robek adalah apabila
terjadi kerusakan seluruh tebal kulit dan jaringan bawah kulit. Luka ini
biasanya terjadi pada kulit yang ada tulang dibawahnya pada proses
parut.
e) Abrasi
Luka abrasi yaitu luka yang tidak begitu dalam, hanya superfisial. Luka ini
bisa mengenai sebagian atau seluruh kulit. Luka ini tidak sampai pada jaringan
subkutis tetapi akan terasa sangat nyeri karena banyak ujung-ujung saraf yang
rusak.
e) Avulsi
Luka avulsi yaitu apabila kulit dan jaringan bawah kulit terkelupas,tetapi
sebagian masih berhubungan dengan tulang kranial. Dengan kata lain intak
1. Perdarahan Intrakranial
arteri ini berada diantara dura meter dan tengkorak menuju bagian tipis
otot.
b. Perdarahan Subdural
dura meter dan dasar otak,yang pada keadaan normal diisi oleh cairan.
terjadi.
pupil.
Nyeri kepala
Bingung
Mengantuk
Menarik diri
Berfikir lambat
13
Kejang
Oedema pupil
karakter dalam 2-4 hari,menjadi kental dan lebih gelap. Dalam beberapa
Otak beradaptasi pada invasi benda asing ini,tanda serta gejala klinis klien
lubang (burr) ganda atau kraniotomi yang dilakukan untuk lesi massa
lubang (burr).
3. Klasifikasi
Secara garis besar cedera kepala cedera kepala di bagi 3 gradasi yaitu :
Tanda-tandanya adalah:
orientatif)
14
kepala.
Tanda-tandanya adalah:
b) Konkusi
d) Muntah
e) Kejang
Tanda-tandanya adalah:
4. Etiologi
mekanisme cedera kepala meliputi cedera akselerasi , deseralsi, akselerasi
1. Cedera akselerasi
tembakan).
2. Cedera deselerasi
Terjadi jika kepala yang bergerak membentur obyek diam, seperti pada
kasus jatuh atau tabrakan mobil ketika kepala membentur kaca depan
mobil.
3. Cedera akselerasi-deselerasi
Terjadi jika kepla terbentur yang menyebabkan otak bergerak dalam ruang
kranial dan dengan kuat mengenai area tulang tengkorak yang berlawanan
serta area kepala yang pertama kali terbentur. Sebagai contoh pasien yang
5. Cedera rotasional
dalam substasia alba serta robeknya pembuluh darah yang memfikasi otak
besar mekanisme cedera kepala dapat di kelompokan dalam dua tipe yaitu
dapat mekibatkan tiga hal yaitu kerusakan pada tylang tengkorak ( skul
mekanisme ini tidak lazim, namun hal ini terjadi ketika terdapat tekanan
dalam periode waktu yang lebih dari 200 mili/detik. Bila kekuatan tenaga
Mekanisme trauma kepala yang lebih umum terjadi adalah akibat beban
dinamik dimana peristiwa ini berlangsung dalam waktu yang lebih singkat
( kurang dari 200 mili/detik). Beban dinamik ini dibagi menjadi dua jenis
17
loading).
yang lebih sering terjadi dan pada umum yang merupakan kombinasi
kekuatan kontak ( kontak forces) dan kekuatan lanjut akibat gaya inersial (
tekanan dari permukaan cranium sampai kebagian otak yang lebih dalam (
singkat ( > 50 mili / detik). Objek –objek yang lebih besar dari 5cm akan
deselerasi) secara mendadak, kepala yang diam secara tiba- tiba digerakan
secara mendadak. Atau sebaliknya bila kepala yang sedang bergerak tiba –
inersia adalah bentuk resistensi yang terjadi pada suatu objek ketika
mengalami cedera pada tirtik yang tidak sesuai dengan tempat benturan (
disekitar sulkus lateralis selain itu juga disebabkan oleh adanya perubahan
teknan pada parenkim otak,terutama pada bagian polus pada saat terjadi
tekanan menjadi positif saat otak yang masih bergerak membentur rongga
kranial yang sudah berhenti bergerak. Ketika terjadi peregangan otak dan
traumatika , dan cedera aksonal difus akibat trauma yang dapat terjadi.
(Satyanegara,2014).
6. Patofisiologi
oksigen sebagai bahan bakar metabolisme otak tidak boleh kurang dari 20
Jaringan otak, yang merupakan 15 % dari cardiac output dan akibat adanya
tengkorak ringan sampai tingkat berat ialah edema otak, deficit sensorik
sebagai kemampuan autoregulasi serebral dikurangi atau tak ada pada area
perluasan massa lesi, pergeseran otak atau hernia. Cedera otak menyebar
dikaitkan dengan kerusakan yang menyebar secara luas dan terjadi dalam
Jenis cedera ini menyebabkan koma bukan karena kompresi pada batang
otak tetapi karena cedera menyebar pada hemisfer serebral, batang otak,
makin besar getaran makin besar kerusakan yang timbul, getaran dari
cerebral.
22
7. Pethway
24
8. Manifestasi Klinis
- Disorientasi ringan
- Sakit kepala
- Gangguan pendengaran
- Oedema pulmonal
- Kejang
- Infeksi
- Hemiparese
1) Gangguan Otak
- Muntah-muntah, pusing
- Tidak sadar > 10 menit, bila area yang terkena luas dapat
arteri meningeal
- Ptosis
3) Hematoma Subdural
vena .
segera .
26
4) Hematoma Intrakranial
5) Fraktur Tengkorak
a) Fraktur liner/simple
pendarahan
b) Fraktur basiler
bakteri masuk .
27
9. Pemeriksaan penujang
1) Pemeriksaan Diagnostik
a) X ray / CT Scan
tulang tengkorak.
b) MRI
c) Angiografi serebral
d) EEG
patologis.
2) Pemeriksaan Laboratorium
b) Elektrolit serum
elektrolit.
c) Hematologi
d) CSS
komposisi, tekanan).
e) Pemeriksaan toksikologi
1) Non pembedahan
edema.
intrakranial.
29
2) Pembedahan
- Mengobati hidrosefalus.
1. Pengkajian
nyeri.
diantaranya:
luka.
nyeri pada klien, dalam hal ini perawat juga dapat melakukan
terapeutik.
32
2. Pengkajian Fisik
Kulit kepala
(Andarmoyo,2013)
Wajah
kanan dan kiri. Apabila terdapat cedera di sekitar mata jangan lalai
serta diplopia.
adanya hemotimpanum.
pegang dan tekan daerah pipi kemudian rasakan apa ada massa/
respon nyeri.
tulang atau krepitasi, edema, ruam, lesi, dan massa , kaji adanya
34
Toraks
keredupan
Neurologis
penderita dengan short atau long spine board, kolar servikal, dan
3. Pemeriksaan Laboratorium
4. Pemeriksaan Diagnostik
keadaannya.
(b) Fluroskposi
kontraksi paru.
(c) Bronkografi
(d) Angiografi
(e) Endoskopi
infeksi.
(g) Mediastinoskopi
5. Diagnosa Keperawatan
Nyeri Akut Faktor agen cedera( fisik - Bukti nyeri dengan mengunakan
mengungkapkannya (mis.,
- Diforesis
- Dilatasi pupil
penilaian numerik)
pemberi asuhan)
waspada)
- Perilaku distraksi
nyeri
- Purtus asa
penyakit - Takut
- Gelisah
- Berkeluh kesah.
41
42
6. Perencanaan Keperawatan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
personal)
untuk menentukan
intervensi
mengurangi nyeri
- Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
- Tingkatkan istirahat
- Kolaborasikan dengan
berhasil
44
Analgesic Administration
- Tentukan lokasi,
pemberian obat
dan frekuensi
beratnya nyeri
optimal
hebat
- Evaluasi efektivitas
pengobatan perhatian
ketakutan kecemasan
ketakutan, persepsi
- Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
mengurangi kecemasan
1. Pengertian Nyeri
1) Nyeri akut
3) ansietas
1) Nyeri akut
tepat. Dalam hal ini perawat dapat mengajarkan anggota keluarga berbagai
teknik untuk mengurangi nyeri yang dialami pasien. Sebagai bagian dari
cara relaksasi nafas dalam dan distraksi. (Mubarak, Indrawati, & Susanto,
1) Distraksi
adalah:
nyeri.
2) Relaksasi.
nyeri.
Latihan Relaksasi
kaki anda.
nafas anda.
anda.
METODELOGI PENELITIAN
Rancangan dari suatu studi kasus bergantung dari keadaan kasus namun
secara jelas.
pada masa kini. Deskripsi peristiwa dilakukan secara sistematis dan lebih
Oleh karena itu, penelitian jenis ini tidak memerlukan adanya suatu
50
51
mencakup pengkajian klien secara intensif, serta lebih terpaku kepada data faktual
a. Kriteria Inklusi
bicara
b. Kriteria Eklusi
bicara
C. Fokus Studi
Fokus studi pada penelitian ini adalah kebutuhan nyaman nyeri pada
D. Definisi Operasional
traumatik dari fungsi otak tampa dikuiti kontinuitas otak. Hal ini
penelitian ini sesuai dengan apa yang diharapkan, maka penulis membatasi
dengan masalah ini dalam rangka penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI)
Jawa Barat. Waktu penelitian ini berlangsung selama kurang lebih 3 hari
F. Pengumpulan Data
1. Biofisiologis
2. Observasi
3. Wawancara
a. Studi Dokumentasi
pasien.
dengan kasus.
54
G. Penyajian Data
1. Informed Consent
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
media
Brunner & Suddarth. (Eds. 15). (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC..
Kementrian Kesehatan RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Badan
5. Jakarta: EGC.
Mubarak, w. i., indrawati, l., & susanto , j. (2015). Buku 1 Buku Ajar Ilmu
Medika
Medika.
Padila. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta . Media Nursing
Satyanegara. (2014). ilmu bedah saraf edisi 5. jakarta: gramedia pustaka utama.
55
56
Publication.
40