You are on page 1of 20

MAKALAH

TOKSIKOLOGI PESTISIDA

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Pelajaran Toksikologi

Disusun oleh :

Ketua : Siska Hidayat (1211C1052)


Anggota : Dhiessa Eka N (1211C1037)
Dewi Wahyuni (1211C1046)
Ating Kurniawati (1211C1055)

S1 KIMIA – ANALIS MEDIS & ANALIS KIMIA

SEKOLAH TINGGI ANALIS BAKTI ASIH BANDUNG

2014
KATA PENGANTAR

Toksikologi merupakan salah satu cabang ilmu yang mempelajari tentang


racun dan segala hal yang berhubungan dengannya. Racun bisa didapat dimana saja
salah satunya bisa kita temukan dalam pestisida.
Makalah ini disusun kedalam empat bab. Bab satu berisi pendahuluan. Bab
dua mengenai landasan teori, Bab tiga mengenai pembahasan, dan Bab empat
mengenai kesimpulan.
Pada makalah kali ini akan dibahas lebih jauh mengenai definisi pestisida,
penggolongan pestisida, tingkat toksisitas dari pestisida, pencegahan keracunan
pestisida dan cara pemeriksaan laboratoriumnya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih ada kelemahan yang perlu
dibenahi. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan makalah dimasa mendatang, dan mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi
kita semua Aamiin.
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................................

1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................. 1


1.2 Maksud dan Tujuan ........................................................................ 2
1.3 Identifikasi Masalah ...................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................

2.1 Definisi Pestisida .......................................................................... 3


2.2 Pestisida dalam Dunia Luas ......................................................... 4

BAB III PEMBAHASAN ...................................................................................

3.1 Penggolongan Pestisida ................................................................ 5


3.2 Dampak Penggunaan Pestisida .................................................... 7
3.3 Pencegahan Keracunan Pestisida ................................................. 12
3.4 Pemeriksaan Laboratorium .......................................................... 13

BAB IV KESIMPULAN ..................................................................................... 14

Daftar Pustaka ....................................................................................................... 15


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negeri dengan populasi tinggi sebesar Indonesia, dengan penduduk sekitar


250 juta mutlak membutuhkan perhatian besar terhadap aspek industri pertanian.
Kebutuhan pangan penduduk yang begitu banyak, dengan keinginan maju yang amat
kuat dari segenap rakyat, sangat membutuhkan pola pengelolaan industri pertanian yang
mapan sebagai pendukung utama ketahanan pangan. Mengandalkan impor pangan
adalah sebuah kemunduran ekonomi dan kelemahan yang melenakan. Untuk itu optimalisasi
industri pertanian harus dilakukan secara lebih terarah dan berkelanjutan.
Beberapa hal yang mampu mendukung suksesnya industri pertanian adalah tersedianya
alat pertanian yang memadai, pupuk, dan pestisida. Di antara berbagai macam
pencemaran lingkungan, penggunaan pestisida yang umumnya terbuat dari bahan-bahan
kimia pencemar menjadi masalah dalam industri ini. Penggunaan pestisida untuk
mendukung kemajuan industri pertanian adalah aspek yang penting dikaji
sehubungan dengan beberapa dampak lingkungan yang ditimbulkannya.
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa pestisida kimiawi atau disebut
pestisida sintetis, selain sisi positif berupa terhindarnya tanaman dari gangguan hama atau
penyakit, pestisida juga menjadi ancaman yang sangat serius bagi lingkungan. Bahaya serius ini
dapat mengancam populasi hewan dan juga memiliki dampak yang buruk bagi kesehatan
manusia.
Bahan-bahan kimia pestisida menjadi bahaya besar dalam bentuk yang
terakumulasi di dalam tanah dan perairan. Akumulasi ini ibarat bom waktu terhadap
penurunan kualitas lingkungan perarairan dan tanah. Selain dampak lingkungan
berupa pencemaran air tanah, dampak lain berupa matinya musuh alami dari hama
maupun patogen dan akan menimbulkan resurgensi, yaitu serangan hama yang jauh lebih berat
dari sebelumnya. Kemudian munculnya serangan hama sekunder akibat predator hama
sekunder telah ikut terbunuh dengan adanya pestisida yang digunakan.Penggunaan
dengan dosis di luar batas juga mampu menimbulkan resistensi patogen terhadap pestisida
tertentu sehingga diperlukan dosis yang lebih tinggi lagi bahkan formulasi pestisida
kimiawi yang lebih kompleks lagi. Semakin kompleks struktur kimia pestisda maka
semakin sulit bagi alam untuk menjinakkannya.
Permasalahan aspek dan dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh pestisida
kimiawidipandang sebagai suatu hal yang perlu diuraikan dalam karya tulis ini. Berdasarkan
studi dari beberapa literatur atau bahan bacaan, penulis akan merumuskan beberapa
solusi yang tepat untuk menanggulangi dampak lingkungan akibat penggunaan
pestisida, setidaknya mampu memberikan altenatif untuk dipikirkan dan dilakukan
oleh pelaku industri pertanian saat ini. Kesadaran terhadap tingginya potensi bahaya
yang ditimbulkannya diharapkan dapat membantu penanggulangan tindakan-
tindakan berlebihan dalam penggunaan zat kimia beracun ini.

1.2 Maksud dan Tujuan


Dengan mempelajari toksikologi pestisida ini diharapkan mahasiswa mampu
mengetahui jenis-jenis pestisida, dampak pestisida baik terhadap lingkungan maupun
kesehatan, pencegahan keracunan pestisida dan pemeriksaaan laboratoriumnya.

1.3 Identifikasi Masalah


1. Definisi Pestisida
2. Jenis dan Penggolongan Pestisida
3. Dampak penggunaan pestisida
4. Cara pencegahan keracuanan pestisida
5. Cara pemeriksaan di laboratorium
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Pestisida


Pestisida berasal dari kata pest yang berarti hama dan sida yang berasal dari
kata cide berarti pembunuh. Pestisida dapat diartikan secara sederhana sebagai
pembunuh hama. Secara umum pestisida dapat didefenisikan sebagai bahan yang
digunakan untuk mengendalikan populasi jasad yang dianggap sebagai pest (hama)
yang secara langsung maupun tidak langsung merugikan kepentingan manusia.
Pengertian pestisida menurut Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1973 dalam
KementrianPertanian (2011) dan Permenkes RI No.258/Menkes/Per/III/1992 adalah
semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk:
1. Memberantas atau mencegah hama dan penyakit yang merusak tanaman, bagian-
bagiantanaman atau hasil-hasil pertanian
2. Memberantas rerumputan
3. Mengatur atau merangsang pertumbuhan yang tidak diinginkan
4. Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan peliharaan atau ternak
5. Memberantas atau mencegah hama-hama air
6. Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam
bangunanrumah tangga alat angkutan, dan alat-alat pertanian
7. Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan
penyakit pada manusia dan binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan
tanaman, tanahdan air.
Menurut PP RI No.6 tahun 1995 dalam Soemirat, pestisida juga didefinisikan
sebagai zat atau senyawa kimia, zat pengatur tubuh dan perangsang tubuh, bahan
lain, serta mikroorganisme atau virus yang digunakan untuk perlindungan tanaman.
Sementara itu, The United States Environmental Control Act dalam Runia
mendefinisikan pestisida sebagai berikut:
1. Pestisida merupakan semua zat atau campuran zat yang khusus digunakan
untukmengendalikan, mencegah atau menangkis gangguan serangga,
binatang pengerat,nematoda, gulma, virus, bakteri, serta jasad renik yang
dianggap hama; kecuali virus, bakteri, atau jasad renik lain yang terdapat
pada hewan dan manusia
2. Pestisida merupakan semua zat atau campuran zat yang digunakan untuk
mengatur pertumbuhan atau mengeringkan tanaman.
Menurut Depkes (2004) dalam Rustia (2009), pestisida kesehatan masyarakat
adalah pestisida yang digunakan untuk pemberantasan vektor penyakit menular
(serangga, tikus) atau untuk pengendalian hama di rumah-rumah, pekarangan, tempat
kerja, tempat umum lain, termasuk sarana nagkutan dan tempat
penyimpanan/pergudangan. Pestisida terbatas adalah pestisida yang karena sifatnya
(fisik dan kimia) dan atau karena daya racunnya, dinilai sangat berbahaya bagi
kehidupan manusia dan lingkungan, oleh karenanya hanya diizinkan untuk
diedarkan, disimpan dan digunakan secara terbatas.

2.2 Pestisida dalam dunia luas


Penggunaan pestisida bertujuan untuk melawan jasad pengganggu tanaman
sehingga dapat menyelamatkan industri pertanian dari kehilangan produk
hasil panen. Pestisida tidak hanya berperan dalam mengendalikan jasad-jasad
pengganggu dalam bidang pertanian saja, namun juga diperlukan dalam bidang
kehutanan terutama untuk pengawetan kayu dan hasil hutan yang lainnya. Pestisida juga
berperan dalam bidang kesehatan dan rumah tangga yakni untuk mengendalikan vektor
(penular) penyakit manusia dan binatang pengganggu kenyamanan lingkungan.
Pestisida tersusun dan unsur kimia yang jumlahnya tidak kurang dari 105 unsur.
Namun yang sering digunakan sebagai unsur pestisida adalah 21 unsur. Unsur atau
atom yang lebih sering dipakai adalah C, H, O, N, P, Cl, Fe, Cu, Hg, Pb, dan Zn,
beberapa di antaranya adalah logam berat.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 PENGGOLONGAN PESTISIDA


3.1.1 Penggolongan pestisida berdasarkan sasaran yaitu :
1. Insektisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia yang bisa
mematikan semua jenis serangga. Contohnya Lebaycid, Lirocide 650 EC,
Thiodan, Sevin, Sevidan 70 WP, Tamaron
2. Fungisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun dan
bisa digunakan untuk memberantas dan mencegah fungsi/cendawan.
Contohnya Benlate, Dithane M-45 80P, Antracol 70 WP, Cupravit OB
21, Delsene MX 200, Dimatan 50 WP.
3. Bakterisida. Disebut bakterisida karena senyawa ini mengandung bahan
aktif beracun yang bisa membunuh bakteri. Contohnya Agrept,
Agrimycin, Bacticin, Tetracyclin, Trichlorophenol Streptomycin.
4. Nermatisida, digunakan untuk mengendalikan nematoda. Contohnya
Nemacur, Furadan, Basamid G, Temik 10 G, Vydate.
5. Akarisida atau mitisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia
yang digunakan untuk membunuh tungau, caplak dan laba-laba.
Contohnya Kelthene MF dan Trithion 4 E.
6. Rodenstisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun
yang digunakan untuk mematikan berbagai jenis binatang pengerat,
misalnya tikus. Contohnya Kelthene MF dan Trithion 4 E.
7. Moluskisida adalah pestisida untuk membunuh moluska, yaitu : siput,
bekicot serta tripisan yang banyak dijumpai di tambak. Contohnya
Morestan, PLP, Brestan 60.
8. Herbisida adalah senyawa kimia beracun yang dimanfaatkan untuk
membunuh tumbuhan pengganggu yang disebut gulma. Contohnya
Gramoxone, Basta 200 AS, Basfapon 85 SP, Esteron 45 P

3.1.2 Berdasarkan Cara Kerja Racun Pestisida


Dilihat dari cara kerja pestisida tersebut dalam membunuh hama dapat
dibedakan lagi menjadi tiga golongan, yaitu (Soemirat, 2005):
a. Racun perut
Berarti mempunyai daya bunuh setelah jasad sasaran memakan
pestisida. Pestisida yang termasuk golongan ini pada umumnya dipakai untuk
membasmi serangga-serangga pengunyah, penjilat dan penggigit. Daya
bunuhnya melalui perut. Contoh: Diazinon 60 EC.
b. Racun kontak
Berarti mempunyai daya bunuh setelah tubuh jasad terkena pestisida.
Organisme tersebut terkena pestisida secara kontak langsung atau
bersinggungan dengan residu yang terdapat di permukaan yang terkena
pestisida. Contoh: Mipcin 50 WP.
c. Racun gas
Berarti mempunyai daya bunuh setelah jasad sasaran terkena uap atau gas.
Jenis racun yang disebut juga fumigant ini digunakan terbatas pada ruangan
ruangan tertutup.
3.1.3. Berdasarkan Bahan Aktifnya
Penggunaan pestisida yang paling banyak dan luas berkisar pada satu
diantara empat kelompok besar berikut :
1. Organoklorin (Chlorinated hydrocarbon)
Organoklorin merupakan racun terhadap susunan saraf (neuro toxins)
yang merangsang sistem saraf baik pada serangga maupun mamalia,
menyebabkan tremor dan kejang-kejang. Contoh : DDT
2. Organofosfat (Organo phosphates – Ops)
Ops umumnya adalah racun pembasmi serangga yang paling toksik
secara akut terhadap binatang bertulang belakang seperti ikan, burung, kadal
(cicak) dan mamalia, mengganggu pergerakan otot dan dapat menyebabkan
kelumpuhan.
3. Karbamat (carbamat)
Sama dengan organofosfat, pestisida jenis karbamat menghambat
enzimenzim tertentu, terutama cholinesterase dan mungkin dapat
memperkuat efek toksik dari efek bahan racun lain. Karbamat pada dasarnya
mengalami proses penguraian yang sama pada tanaman, serangga dan
mamalia. Pada mamalia karbamat dengan cepat diekskresikan dan tidak
terbio konsentrasi namun bio konsentrasi terjadi pada ikan. Misal : Baygon, Sevin
dan Isolan.
4. Piretroid
Salah satu insektisida tertua di dunia, merupakan campuran dari
beberapa ester yang disebut pyretrin yang diektraksi dari bunga dari genus
Chrysantemum. Jenis pyretroid yang relatif stabil terhadap sinar matahari
adalah : deltametrin, permetrin, fenvlerate. Sedangkan yang tidak stabil
terhadap sinar matahari dan sangat beracun bagi serangga adalah : difetrin,
sipermetrin, fluvalinate, siflutrin, fenpropatrin, tralometrin, sihalometrin,
flusitrinate. Piretrum mempunyai toksisitas rendah pada manusia tetapi
menimbulkan alergi pada orang yang peka, dan mempunyai keunggulan
diantaranya: diaplikasikan dengan takaran yang relatif sedikit, spekrum
pengendaliannya luas, tidak persisten, dan memiliki efek melumpuhkan yang
sangat baik.

5. Kelompok lain
Berhubungan dengan tumbuh-tumbuhan, terdiri dari berbagai urutan
senyawa yang diproduksi secara alami oleh tumbuh-tumbuhan. Produk
tumbuhan yang secara alami merupakan pestisida yang sangat efektif dan
beberapa (seperti nikotin, rotenon ekstrak pyrenthrum, kamper dan
terpentium) sudah dipergunakan oleh manusia untuk tujuan ini sejak beberapa
ratus tahun yang lalu.

3.2 DAMPAK PENGGUNAAN PESTISIDA


Dampak Penggunaan Pestisida
Berdasarkan sifatnya maka Komisi Pestisida telah mengidentifikasi
berbagai kemungkinan yang timbul akibat penggunaan pestisida. Dampak
yang mungkin timbul adalah :
3.2.1 Pengaruh Pestisida Terhadap Lingkungan
Pestisida dapat berpengaruh terhadap lingkungan, pengaruh itu dapat
berupa :
1. Keracunan terhadap ternak dan hewan piaraan.
Keracunan pada ternak maupun hewan piaraan dapat secara langsung
maupun tidak langsung. Secara langsung mungkin pestisida digunakan untuk
melawan penyakit pada ternak, sedang secara tidak langsung pestisida yang
digunakan untuk melawan serangga atau hama termakan atau terminum oleh
ternak, seperti rumput yang telah terkontaminasi pestisida dimakan oleh
ternak atau air yang sudah tercemar pestisida diminum oleh ternak.
2. Keracunan terhadap biota air (ikan).
Pencucian pestisida oleh air hujan akan menyebabkan terbawanya
pestisida ke aliran tanah bagian bawah atau permukaan air sungai. Hal ini
akan menyebabkan terjadinya keracunan terhadap biota air.
3. Keracunan terhadap satwa liar.
Penggunaan pestisida yang tidak bijaksana dapat menimbulkan
keracunan yang berakibat kematian pada satwa liar seperti burung, lebah,
serangga penyubur dan satwa liar lainnya. Keracunan tersebut dapat terjadi
secara langsung karena kontak dengan pestisida maupun tidak langsung
karena melalui rantai makanan (Bio Konsentrasi).

4. Keracunan terhadap tanaman.


Beberapa insektisida dan fungisida yang langsung digunakan pada
tanaman dapat mengakibatkan kerusakan pada tanaman yang diperlakukan.
Hal ini disebabkan bahan formulasi tertentu, dosis yang berlebihan atau
mungkin pada saat penyemprotan suhu atau cuaca terlalu panas terutama di
siang hari.
5. Kematian musuh alami organisme pengganggu.
Penggunaan pestisida terutama yang berspektrum luas dapat
menyebabkan kematian parasit atau predator (pemangsa) jasad pengganggu.
Kematian musuh alami tersebut dapat terjadi karena kontak langsung dengan
pestisida atau secara tidak langsung karena memakan hama yang
mengandung pestisida.
6. Kenaikan populasi organisme pengganggu.
Sebagai akibat kematian musuh alami maka jasad pengganggu dapat
lebih leluasa untuk berkembang.
7. Resistensi organisme pengganggu.
Penggunaan pestisida terhadap jasad pengganggu tertentu
menyebabkan timbulnya resistensi, yang merupakan akibat tekanan seleksi
oleh pestisida terhadap jasad pengganggu. Resistensi berarti organisme
pengganggu yang mati sedikit sekali atau tidak ada yang mati, meskipun telah
disemprot dengan pestisida dosis normal atau dosis lebih tinggi sekalipun.
Perkembangan hama resistensi tergantung pada :
- Ada/tidaknya gen untuk resistensi
- Tingkat tekanan seleksi pestisida. Makin tinggi tekanan seleksi pestisida
terhadap populasi hama tersebut makin cepat berkembangnya resistensi.
Penggunaan pestisida yang terus menerus merupakan tekanan seleksi yang
tinggi.
- Sifat-sifat hama seperti penyebaran, jangka penggenerasian, tingkat
kecepatan perkembang biakan dan tingkat isolasi berperan dalam
perkembangan resistensi.
8. Meninggalkan residu.
Penggunaan pestisida khususnya pada tanaman akan meninggalkan
residu pada produk pertanian, bahkan untuk pestisida tertentu masih dapat
ditemukan sampai saat produk pertanian tersebut diproses untuk pemanfaatan
selanjutnya maupun saat dikonsumsi. Besarnya residu pestisida yang
tertinggal pada produk pertanian tersebut tergantung pada dosis, interval
aplikasi, faktorfaktor lingkungan fisik yang mempengaruhi pengurangan
residu, jenis tanaman yang diperlakukan, formulasi pestisida dan cara
aplikasinya, jenis bahan aktifnya dan peresistensinya, serta saat terakhir
aplikasi sebelum produk pertanian dipanen.

3.2.2. Pengaruh Pestisida Terhadap Kesehatan Manusia


Pestisida masuk ke dalam tubuh manusia dengan cara sedikit demi
sedikit dan mengakibatkan keracunan kronis. Bisa pula berakibat racun akut
bila jumlah pestisida yang masuk ke tubuh manusia dalam jumlah yang
cukup.
1. Keracunan Kronis
Pemaparan kadar rendah dalam jangka panjang atau pemaparan dalam
waktu yang singkat dengan akibat kronis. Keracunan kronis dapat ditemukan
dalam bentuk kelainan syaraf dan perilaku (bersifat neuro toksik) atau
mutagenitas. Selain itu ada beberapa dampak kronis keracunan pestisida,
antara lain:
a) Pada syaraf
Gangguan otak dan syaraf yang paling sering terjadi akibat terpapar
pestisida selama bertahun-tahun adalah masalah pada ingatan, sulit
berkonsentrasi, perubahan kepribadian, kelumpuhan, bahkan kehilangan
kesadaran dan koma.
b) Pada Hati (Liver)
Karena hati adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menetralkan
bahan-bahan kimia beracun, maka hati itu sendiri sering kali dirusak oleh
pestisida apabila terpapar selama bertahun-tahun. Hal ini dapat menyebabkan
Hepatitis.
c) Pada Perut
Muntah-muntah, sakit perut dan diare adalah gejala umum dari
keracunan pestisida. Banyak orang-orang yang dalam pekerjaannya
berhubungan langsung dengan pestisida selama bertahun-tahun, mengalami
masalah sulit makan. Orang yang menelan pestisida ( baik sengaja atau tidak)
efeknya sangat buruk pada perut dan tubuh secara umum. Pestisida merusak
langsung melalui dinding-dinding perut.
d) Pada Sistem Kekebalan
Beberapa jenis pestisida telah diketahui dapat mengganggu sistem
kekebalan tubuh manusia dengan cara yang lebih berbahaya. Beberapa jenis
pestisida dapat melemahkan kemampuan tubuh untuk menahan dan melawan
infeksi. Ini berarti tubuh menjadi lebih mudah terkena infeksi, atau jika telah
terjadi infeksi penyakit ini menjadi lebih serius dan makin sulit untuk
disembuhkan.
e) Pada Sistem Hormon.
Hormon adalah bahan kimia yang diproduksi oleh organ-organ seperti
otak, tiroid, paratiroid, ginjal, adrenalin, testis dan ovarium untuk mengontrol
fungsi-fungsi tubuh yang penting. Beberapa pestisida mempengaruhi hormon
reproduksi yang dapat menyebabkan penurunan produksi sperma pada pria
atau pertumbuhan telur yang tidak normal pada wanita. Beberapa pestisida
dapat menyebabkan pelebaran tiroid yang akhirnya dapat berlanjut menjadi
kanker tiroid.
2. Keracunan akut.
Keracunan akut terjadi apabila efek keracunan pestisida langsung
pada saat dilakukan aplikasi atau seketika setelah aplikasi pestisida.
a. Efek akut lokal, yaitu bila efeknya hanya mempengaruhi bagian tubuh
yang terkena kontak langsung dengan pestisida biasanya bersifat iritasi
mata,hidung,tenggorokan dan kulit.
b. Efek akut sistemik, terjadi apabila pestisida masuk kedalam tubuh
manusia dan mengganggu sistem tubuh. Darah akan membawa pestisida
keseluruh bagian tubuh menyebabkan bergeraknya syaraf-syaraf otot
secara tidak sadar dengan gerakan halus maupun kasar dan pengeluaran
air mata serta pengeluaran air ludah secara berlebihan, pernafasan
menjadi lemah/cepat (tidak normal).
Cara pestisida masuk kedalam tubuh :
1. Kulit, apabila pestisida kontak dengan kulit.
2. Pernafasan, bila terhisap
3. Mulut, bila terminum/tertelan.
Karena terdapat berbagai jenis pestisida dan ada berbagai cara masuk
pestisida kedalam tubuh maka keracunan pestisida dapat terjadi dengan
berbagai cara. Keadaan-keadaan yang perlu segera mendapatkan perhatian
pada kemungkinan keracunan pestisida adalah Kelelahan dan rasa lelah yang
maksimal, Kulit Rasa terbakar, iritasi, keringat berlebihan, bercak pada kulit.
Gatal, rasa terbakar, mata berair, gangguan penglihatan/kabur, pupil dapat
menyempit atau melebar.
Mata Gatal, rasa terbakar, mata berair, gangguan penglihatan/kabur,
pupil dapat menyempit atau melebar Saluran cerna Rasa terbakar pada mulut
dan tenggorokan, hiper salivasi, mual, muntah, nyeri abdomen, diare.
Sistem nafas Batuk, nyeri dada dan sesak, susah bernafas dan nafas
berbunyi. Pertolongan pertama korban keracunan akut pestisida di lapangan
Beberapa sikap dalam menghadapi keracunan akut pestisida.
a. Bekerja dengan tenang sesuai dengan metode.
b. Hindari kontaminasi diri selama melakukan pengobatan.
c. Tentukan tindakan apa yang harus lebih dahulu dilaksanakan :
mengatasi pernafasan, menghentikan kontak lebih lanjut.

Tindakan dekontaminasi
 Akhiri paparan : Pindahkan penderita, jauhkan dari kontaminasi
selanjutnya. Hindarkan kontak kulit dan/atau inhalasi dari uap atau
debu pestisida.
 Tanggalkan pakaian yang terkontaminasi seluruhnya dengan cepat,
termasuk sepatu. Kumpulkan pakaian dalam tempat yang terpisah
untuk di cuci sebelum digunakan lagi.
 Bersihkan pestisida dari kulit, rambut dan mata dengan menggunakan
air yang banyak.
Tindakan dalam pertolongan pertama
 Umum
Penderita perlu dirawat dengan tenang karena penderita dapat
kembali mengalami agitasi. Tempatkan penderita dalam posisi sebaik
mungkin yang akan membantu mencegah penderita dari bahaya
komplikasi.

 Posisi
Tempatkan penderita dalam posisi miring kesamping dengan
kepala lebih rendah dari tubuh dan kepala menoleh kesamping. Bila
pasien tidak sadar jaga agar saluran nafas tetap terbuka dengan
menarik dagu ke depan dan kepala ke belakang.
 Suhu tubuh
Perawatan harus lebih berhati-hati dengan mengontrol suhu
pada penderita yang tidak sadar. Bila suhu tubuh penderita tinggi
sekali dan keringat berlebihan, dinginkan dengan menggunakan spon
air dingin. Bila penderita merasa kedinginan, dapat ditutupi dengan
selimut untuk mempertahankan suhu normal.
 Pestisida yang tertelan
1. Induksi muntah umumnya tidak dianjurkan sebagai pertolongan
pertama.
2. Baca label produk untuk indikasi apakah induksi muntah boleh
atau tidak dilakukan atau bila produk sangat toksik, seperti tanda
tengkorak dengan tulang bersilang atau tanda "tangan merah".
3. Induksi muntah hanya dilakukan pada penderita yang sadar.

 Pernafasan
Bila terjadi henti nafas (muka atau lidah pasien dapat diputar)
dan kemudian dagu ditarik ke depan untuk mencegah lidah terdorong
kebelakang yang akan menutup jalan nafas.
 Kejang-kejang
Tempatkan pengganjal padat diantara gigi-gigi dan cegah agar
penderita jangan sampai terluka.
3.3 Pencegahan Pestisida
Cara pencegahan keracunan pestisida adalah dengan :
1. Pada saat melakukan penyemprotan menggunakan alat pelindung diri dan
menyemprot searah mata angin
2. Mencuci sayur-sayuran dan buah-buahan dengan air mengalir dan bahan pencuci
yang bisa melunturkan pestisida
3. Tidak menggunakan pestisida yang telah dilarang
4. Tempat penyimpanan jauh dari jangkauan anak-anak, diberi peringatan dan
memiliki ventilasi yang baik
5. Periksa bila ada kerusakan pada sprayer dan perbaiki.
6. Kembalikan pestisida yang tidak digunakan dan sprayer ke tempat yang
aman dan terkunci.
7. Hancurkan bekas wadah pestisida yang kosong dan dikubur.
8. Tanggalkan seluruh pakaian yang digunakan untuk menyemprot, dan
mandilah sampai bersih dengan memberikan perhatian khusus pada
bagian-bagian yang mungkin terkena pestisida, seperti tangan /lengan
dan wajah.
9. Pakaian yang digunakan untuk aplikasi dicuci dengan sabun atau
detergen, terpisah dengan pakaian sehari-hari.

3.4 Pemeriksaan Laboratorium


Bahan pemeriksaan : muntahan, sisa makanan, darah, dengan rapid test
Kualitatif : dengan KLT atau TLC untuk organoklorin, organoposfat, dan karbamat
dengan melihat penampakan noda.
Kuantitatif : dengan GC (GCMS dan dengan HPLC)
BAB IV
PENUTUP

KESIMPULAN

Penerapan teknologi di dalam memajukan industri pertanian mutlak


dibutuhkan untuk mencapai cita-cita ketahanan pangan. Salah satu di antara
pemanfaatan teknologi adalah penggunaan pestisida yang diformulasi dari bahan-
bahan kimia yang sangat ampuh dalam memberantas makhluk hidup pengganggu
tanaman.
Dengan teknologi ini, kehilangan hasil panen dapat diminimalisasi bahkan
dapat ditiadakan. Akan tetapi aspek pemanfaatan pestisida juga memiliki dampak
negatif terhadap lingkungan yang tak kalah dahsyatnya dengan manfaat positif yang
diperoleh.
Pencemaran berkaitan dengan penurunan populasi hewan dan atau mungkin
menimbulkan akibat buruk bagi manusia di sekitar. Untuk menanggulangi dampak
lingkungan di atas, beberapa hal yang perlu dilakukan sebagai tindakan perbaikan
dan pencegahan agar penurunan kualitas lingkungan tidak terjadi adalah dengan
memberikan sosialisasi peraturan terkait penggunaan pestisida secara aman dan tepat
sasaran, mengadakan pengarahan kepada pengguna, melakukan pengendalian hayati
dengan biokontrol dan bioremediasi, serta memperhatikan faktor kondisi lingkungan
pada saat menggunakan pestisida.
Selain itu pengenalan terhadap golongan pestisida, tingkat toksisitas pestisida, serta cara
pencegahan keracunan juga harus dilakukan, tentunya agar dapat meminimalisir tingkat
keracunan akibat pestisida. Selain itu bagi mahasiswa analis kita harus lebih mampu dalam
pemeriksaan laboratoriumnya.
Daftar Pustaka

id.wikipedia.org/wiki/Pestisida
id.scribd.com/doc/210031439/Makalah-Pestisida-Kelompok-5
id.scribd.com/doc/79656765/Toksikologi-Pestisida
kesmas-unsoed.com/2011/05/makalah-pengertian-dan-penggolongan-pestisida.html

You might also like