Professional Documents
Culture Documents
SULAWESI SELATAN
DISUSUN OLEH
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2018
I. PENDAHULUAN
berasal dari depresi lempeng bumi Asia-Australia. Danau Tempe terletak di wilayah
Kabupaten Wajo, Sidrap dan Soppeng Provinsi Sulawesi Selatan. Bagian utara 2.300 ha
termasuk wilayah Sidrap ±10% dari seluruh luas danau, bagian Selatan (3.000 ha) termasuk
wilayah Soppeng ±15%,dan bagian timur (9.445 ha) termasuk wilayah Kabupaten Wajo
±75% dari seluruh luas danau. Sungai besar yang masuk ke danau ini adalah Sungai Bila dan
Sungai Walanae (Nasution, 2012). Luas Danau Tempe mencapai 47.800 ha pada saat tinggi
muka air (TMA) mencapai elevasi 10 m dari permukaan laut (dpl). Pada musim kemarau
Danau Tempe hanya memiliki luas 10.000 ha dengan kedalaman air antara 0,50 – 2,00 m,
pada musim hujan luasnya mencapai 28.000- 43.000 ha dengan rata-rata TMA pada kisaran
6,0–9,0 m dpl. Kedalaman dan luas Danau Tempe cenderung terus menurun hal ini diduga
karena pendangkalan akibat sedimentasi yang terjadi pada musim hujan. Fluktuasi
luasan perairan, secara tidak langsung mendukung tingginya produksi perikanan di Danau
Tempe. Penggenangan daerah tersebut pada awal musim hujan, akan membawa nutrien
Terdapat berbagai jenis tumbuhan air di perairan Danau Tempe. Dari sekian banyak
jenis tumbuhan air yang ada di perairan danau, beberapa diantaranya sengaja dipelihara oleh
para nelayan sebagai “bungka toddo”, yaitu teknik pemeliharaan ikan dengan cara
menempatkan tumbuhan air dalam lingkaran pagar bambu (kerai). Adapun jenisnya yaitu
eceng gondok (Eichhornia crassipes) , kiambang (Salvinia molesta) dan Kangkung air
(Ipomoea aquatica) (Azizi, 2015), Brachiaria mutica Gramineae, Oryza sativa, Murdannia sp,
verticillata, Najas indica, Eichhornia crassipes, Pistia stratiotes (BLDH Sul-Sel, 2012).
Bagian tumbuhan air yang terendam menyediakan berbagai kebutuhan hidup bagi
ikan di perairan Danau Tempe. Tumbuhan air memiliki fungsi sebagai penyedia sumberdaya
makanan, tempat berlindung, dan tempat bertelur ikan. Disamping itu, tumbuhan air
berperan sebagai penyedia lingkungan hidup yang baik bagi perairan, diantaranya
memproduksi oksigen terlarut, serta sebagai agen adsorbsi bahan tersuspensi. Salah satu
komunitas yang berasosiasi dengan tumbuhan air adalah aufwuch. Pengertian aufwuch
meliputi semua organisme yang melekat (tidak menembus) pada substrat yang terendam
dalam air, serta merayap-rayap atau berenang bebas di permukaan substrat dan bahkan pada
saat-saat tertentu berenang bebas meninggalkan substrat tersebut (Hickling 1961). Aufwuch,
plankton, dan benthos merupakan sebagian dari komponen dalam suatu ekosistem perairan
dan mempunyai peranan dalam penentuan produktivitas habitat perairan (Lauff 1960).
Peranan aufwuch dalam rantai makanan adalah sebagai produsen primer (autotrof) dan
makanan ikan (Young 1945). Aufwuch pada dasarnya makanan mikroskopis yang ditemukan
tumbuh di batu atau substrat lainnya, yang tidak terbatas sebagai autotrof melainkan juga
Sedangkan untuk jenis ikan, ditemukan 17 jenis ikan yang ada di perairan Danau
Tempe diantaranya gabus (Channa striata), betok (Anabas Testudineus), sepat siam
bungo (Glossogobius c.f aureus), masapi (Anguillla marmorata), belut (Monopterus albus)
Selain merupakan habitat tumbuhan air dan berbagai jenis ikan, perairan Danau
Tempe juga merupakan habitat kurang lebih 40 spesies burung air diantaranya ( Tachybaptus
ruficollis), pecuk belang kecil (Phalaracrocorax melanoleucos), kuntul perak kecil ( Egretta
garzetta), kuntul kerbau (Bulbulus ibis), itik alis putih (Anas querquedula), dara laut
1. “Biodiversitas dan distribusi ikan di Danau Tempe” oleh Syahroma Husni Nasution,
2012
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Syahroma Husni Nasution dengan judul penelitian
Biodiversitas dan distribusi ikan di Danau Tempe dengan tujuan penelitian mengungkapkan
biodiversitas dan distribusi iktiofauna serta mengetahui kondisi habitat perairan tempat
Biodiversitas ikan yang tertangkap pada musim kemarau menggunakan jaring insang
eksperimental selama dua jam di setiap stasiun adalah sembilan jenis. Jenisnya yaitu
Sembilan jenis yang tertangkap berasal dari delapan famili didominasi famili Belontiidae dan
Cyprinidae. Dominasi anggota famili Cyprinidae adalah hal yang umum ditemukan di
perairan tropis Indonesia. Lebih sedikitnya jumlah jenis iktiofauna yang diperoleh karena
pengambilan sampel ikan dalam studi ini hanya berdasarkan hasil tangkapan menggunakan
Keterangan:
ST1 (Kelurahan Lelo), ST2 (Desa Tancung), ST3 (Kecamatan Bellawa), ST4 (Desa Wetta’e),
ST5 (Desa Anetue), ST6 (Desa Salo Menrakeng), ST7 (Desa Pallimae).
Kelimpahan ikan di setiap stasiun pengamatan memperlihatkan bahwa jenis ikan yang
mendominasi di perairan danau ini adalah jenis ikan sepat siam (Trichogaster pectoralis)
sebanyak 295 ekor. Kelimpahan tertinggi dijumpai di ST 7 sebanyak 152 ekor, kemudian
diikuti oleh jenis ikan nilem atau doyok (Osteochillus vittatus) sebanyak 104 ekor dan
Dari sembilan jenis ikan yang ditemukan di Danau Tempe, ada satu jenis ikan yang
populasinya cenderung menurun bahkan langka yaitu jenis ikan bungo/beloso (Glossogobius
c.f aureus) dengan kelimpahan total 31 ekor. Salah satu jenis ikan yang bernilai ekonomis
tinggi yang mengalami penurunan populasi dan cenderung langka dan ukuran yang dijumpai
semakin mengecil adalah ikan bungo/blosoh yang komposisinya tinggal 1,47% dari seluruh
ikan yang ada dan ukurannya dari rata-rata di atas 200 mm kini hanya sekitar 120 mm. Ikan
bungo adalah ikan yang rasanya khas dengan harga yang tinggi, dikonsumsi dalam bentuk
segar maupun kering. Dahulu ikan bungo mempunyai nilai sosial yang tinggi bagi
masyarakat sekitarnya, karena hanya boleh dikonsumsi oleh para bangsawan dan pemuka
masyarakat. Ditemukan juga jenis ikan muara diperkirakan dari Famili Carangidae sebanyak
dua ekor, diduga ikan ini terbawa dari muara masuk ke perairan danau melalui sungai-sungai
Iktiofauna penghuni Danau Tempe yang tertangkap didominasi ikan introduksi yaitu ikan nila
(Anabas testudineus), nilem (Osteochillus vittatus), dan ikan betutu (Oxyeleotris marmorata).
Ikan gabus dan betutu tergolong jenis karnivora diperkirakan menjadi kompetitor dan
pemangsa ikan bungo/blosoh karena tubuhnya lebih besar dan anak-anak ikan blosoh menjadi
makanan kedua ikan karnivora ini. Ikan blosoh akan sulit memperoleh makanan karena
bersaing dengan gabus dan betutu. Ini salah satu faktor yang menjadikan populasi ikan
Penelitian yang dilakukan oleh Najamuddin Saleh dengan judul penelitian Kelimpahan dan
Keragaman Burung Air di Danau Tempe dalam Upaya Pelestariannya memiliki tujuan
penelitian untuk mengetahui keragaman spesies burung air, mengetahui kondisi habitat
burung air dan keadaan sosial ekonomi masyarakat sekitar Danau Tempe. Adapun hasil
Hasil penelitian burung air dengan metode penjelahan ditemukan 40 spesies burung air
yang tercakup dalam 11 famili. Burung-burung air tersebut tersebar dalam sub-habitat
yang ada, diantara burung-burung tersebut ada spesies yang dilindungi oleh pemerintah
4) Perairan danau terbuka 8 spesies, adapun spesies burung air yang ditemukan dapat
Terjadi perbedaan jumlah spesies burung di setiap daerah sub-habitat, karena masing-masing
daerah sub-habitat memiliki karaktertistik yang berbeda, baik strukturnya, luasnya dan
fungsinya.
Kehadiran burung-burung di Danau Tempe tidak sama setiap bulannya. Kekayaan spesies
tercatat pada bulan November yaitu sebanyak 40 spesies, sedangkan kekayaan spesies
terendah tercatat pada bulan Mei yakni 14 spesies. Tinggi rendahnya kekayaan spesies
burung bergantung kepada fluktuasi permukaan air danau. Pada saat permukaan air danau
mencapai titik teredah pada bulan November, maka kehadiran burung di danau mencapai
jumlah tertinggi. Hal ini disebabkan pada saat air danau surut, wilayah permukan danau
semakin sempit, dan air danau pun lebih jernih sehingga kepadatan ikan semakin tinggi dan
mudah ditangkap oleh burung-burung. Sedangkan pada saat air danau semakin tinggi akibat
adanya suplai air dari sungai-sungai yang bermuara di Danau Tempe maka wilayah permukan
danau semakin luas dan air danau pun lebih keruh dan dalam sehingga burung-burung
1. Vegetasi tepi danau, arealnya paling luas dengan vegetasi yang hampir homogen
berfungsi sebagai tempat mencari makan dan tempat beristirahat bagi kelompok
famili anatidae
2. Bungka toddo, arealnya tidak terlalu luas namun vegetasinya sangat beragam
sehingga memberi manfaat sebagai tempat mencari makan dan tempat beristirahat,
3. Dataran lumpur, arealnya relatif sempit dan muncul hanya empat bulan (Oktober-
Januari) meskipun aealnya sempit tetapi mempunyai daya dukung tinggi terhadap
penyediaan makanan
4. Perairan danau terbuka, arealnya luas namun hanya sedikit burung yang
Ditemukan pula burung terestrial sebanyak 22 spesies yang tercakup dalam 14 famili.
3. Asosiasi komunitas aufwuch pada tumbuhan air Di danau tempe, Sulawesi Selatan”,
Penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Azizi memiliki tujuan yaitu mengkaji asosiasi
komunitas aufwuch pada tumbuhan air serta keterkaitannya dengan parameter fisika, kimia,
dan biologi perairan Danau Tempe. Adapun hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
Mikrofitoaufwuch
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mikrofitoaufwuch di perairan Danau Tempe terdiri dari
38%. Famili Bacillariophyceae yang mendominasi adalah Melosira sp. Tingginya kelimpahan
Bacillariophyceae diduga karena faktor lingkungan yang mendukung seperti pH dan suhu.
Selain itu juga pada komunitas mikrofitoaufwuch ditemukan Merismopedia sp. dan
Mikrofitoaufwuch sendiri memiliki fungsi sebagai pembentuk bahan organik dan penghasil
oksigen terbesar di perairan melalui proses fotosintesis sebesar 90-95% (Schimittou, 1991).
Mikro aufwuch merupakan makanan alami larva organisme perairan, yang berperan sebagai
organisme konsumen adalah mikrozooaufwuch, larva, ikan, udang, kepiting, dan organisme
Mikrozooaufwuch
Komposisi mikrozooaufwuch berdasarkan jumlah jenis terdiri dari empat kelompok, yaitu
Crustaceae (10 genus), Protozoa (8 genus), Rotifera (14 genus), Insekta (1 genus).
kelimpahan tertinggi sebesar 39%. Berikut ini komposisi mikrozooaufwuch di perairan Danau
Tempe.
Kelimpahan tertinggi pada mikrozooaufwuch yaitu pada genus Vorticella sp. dari kelompok
Protozoa. Vorticella sp. merupakan organisme dari kelompok cilliata. Dominasi cilliata
diduga ada hubungannya dengan bahan organik dalam air. Mikrozooaufwuch didalam suatu
ekosistem perairan merupakan mata rantai yang penting bagi jaring makanan (food web) di
Makrozooaufwuch
Komunitas makrozooaufwuch pada ekosistem perairan Danau Tempe terdiri dari berbagai
makrozooaufwuch berdasarkan jumlah jenis di perairan Danau Tempe terdiri dari empat
kelompok yaitu Gastropoda (4 genus), Insekta (5 genus), Crustaceae (5 genus), dan larva
yaitu sebesar 90%. Jenis Crusteceae yang mendominasi yaitu jenis Palaemonetes sp.
Banyaknya Crustaceae yang didapat, diduga terjadi karena melimpahnya bahan makanan
bagi Crustaceae tersebut sehingga dapat tumbuh subur. Berikut ini Komposisi kelompok
makrozooaufwuch di Danau Tempe berdasarkan (i) jumlah jenis; (ii) kelimpahan (ind/m3)
INDUSTRI
Kekayaan hayati perairan Danau Tempe menjadi sumber mata pencaharian bagi
masyarakat setempat. Jenis ikan yang bernilai ekonomis tinggi adalah ikan bungo/blosoh,
ikan gabus, betok, mas, sepat jawa, mujair dan belanak. Ikan-ikan yang ditangkap di
perairan Danau Tempe selain dikonsumsi berupa ikan segar juga diolah menjadi ikan kering.
Olahan ikan kering Danau Tempe selain dikonsumsi oleh masyarakat juga biasanya
dijadikan sebagai oleh-oleh khas. Saat ini telah mulai dikembangkan industri kecil
pengolahan ikan kering yang lebih modern dari segi metode pengeringan dan pengemasan
produk sehingga dapat meningkatkan nilai ekonomis dan menarik minat pembeli.
Salah satu jenis tanaman air yaitu enceng gondok di wilayah perairan Danau Tempe
oleh masyarakat setempat dipelihara sebagai bungka toddo, yang artinya pulau tumbuhan air
yang menggunakan tiang bambu digunakan untuk menahan eceng gondok agar tidak liar
bergerak kesana kemari yang fungsi utamanya sebagai perlindungan/penjebakan ikan, tempat
berkumpulnya ikan-ikan karena dapat dimanfaatkan oleh ikan mencari makan. Selain itu,
tumbuhan air berperan sebagai penyedia lingkungan hidup yang baik bagi perairan, di
antaranya memproduksi oksigen terlarut, serta sebagai agen adsorbsi bahan tersuspensi.
Selain itu, Bungka toddo ini merupakan habitat yang baik bagi spesies burung berlindung,
bertelur dan beristirahat. Selain itu dengan adanya tiang-tiang bambu dapat dimanfaatkan
Danau Tempe juga merupakan salah satu objek wisata yang banyak dikunjungi oleh
wisatawan baik lokal maupun mancanegara karena terdapat berbagai objek wisata baik yang
bersifat alamiah seperti kehidupan burung-burung, panorama alam danau maupun yan
PENANGGULANGANNYA
Ada beberapa faktor yang menyebabkan semakin menurun dan cenderung langkanya
2) Rusaknya habitat seperti pendangkalan danau antara lain disebabkan oleh sedimen
3) Belum adanya zonasi alat tangkap karena kebanyakan nelayan yang selesai
menangkap ikan tidak membersihkan alat tangkap yang digunakan dan meninggalkan
di danau seperti alat tangkap jabba dan belle merupakan alat tangkap ilegal yang
4) Sedimentasi yang berasal dari limbah perkebunan dan pertanian, dan tumbuhan air
eceng gondok (Eichhornia crassipes) pada musim kemarau lebih 50% permukaan air
tertutupi oleh tanaman ini penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan
seperti penggunaaan listrik (strum), jaring dengan ukuran mata jaring yang sangat
kecil dengan ketentuan yang ada karena anakan ikan akan tertangkap semua, dan
penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan di Danau Tempe yaitu strum
(DTA) dan di perairan itu sendiri. Kegiatan tersebut antara lain pembukaan hutan
Keamanan burung air di daerah Danau Tempe masih relatif rawan, hal ini disebabkan
masih adanyan perburuan burung air oleh oknum tertentu baik yang bertujuan ekonomi
maupun yang bertujuan kesenangan berburu. Ada dua cara penangkapan burung yaitu dengan
senjata yang tidak terkendali ini dapat mengganggu ketenangan dan kelangsungan hidup
C. PENANGGULANGAN
sedimen yang masuk ke dalam danau yang berasal dari dua sungai utama yaitu Sungai Bila
dan Sungai Walannae. Luasnya lahan kritis di wilayah hulu dan tengah DAS Bila dan
Walannae menyebabkan tingkat erosi yang tinggi di wilayah tersebut. Di daerah hilir DAS
Bila dan Walannae merupakan daerah peluapan banjir topografinya tergolong datar sehingga
erosi tidak ada masalah erosi permukaan, namun karena karena tanahnya tergolong tanah
endapan yang mempunyai kandungan fraksi pasir yang tinggi maka tepi kiri kanan sungai
banyak terjadi erosi tebing terutama di musim banjir. Untuk menanggulangi masalah
pendangkalan Danau Tempe, pemerintah daerah bersama dengan Kementrian PU-PR sedang
menjalankan proyek revitalisasi Danau Tempe yaitu proses pengerukan. Selanjutnya yang
perlu diperhatikan oleh Pemerintah Daerah adalah pemanfaatan sedimen yang telah dikeruk,
dimana sedimen tersebut mungkin bisa dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar Danau Tempe
sebagai bahan baku pembuatan batu bata, sebagai kompos/pupuk organik sehingga hal ini
bisa membuka peluang usaha yang bisa menyerap tenaga kerja masyarakat sekitar Danau
lingkungan dan melakukan revegetasi di hulu dan sekitar DAS Bila dan Walannae.
Faktor lain yang berpengaruh terhadap kelestarian Danau Tempe adalah bungka toddo
yang semakin banyak sehingga hampir menutupi sebagian besar permukaan danau pada saat
air danau surut. Dampak negatif bungka toddo ini diantaranya dapat memperlambat
kecepatan arus air danau, menahan partikel sedimen, mempertinggi tingkat penguapan,
mengurangi penetrasi cahaya ke dalam air, disamping itu kehadiran bungka toddo juga
Akar tumbuhan-tumbuhan air penyusun bungka toddo ini menahan partikel-partikel lumpur
yang bercampur dengan air yang mengalir dibawahnya. Meskipun pemerintah daerah telah
mengeluarkan Peraturan Daerah yang mengatur tentang ukuran, jumlah pemilikan dan jarak
antar bungka toddo, tetapi masih kurang dipatuhi terutama jumlah pemilikan, luas dan jarak
antar bungka toddo. Oleh sebab itu diharapkan Pemerintah Daerah melakukan sosialisasi
Penggunaan pestisida oleh masyarakat dengan dosis yang cukup tinggi di pesisir
danau untuk memberantas gulma dan hama juga disinyalir sebagai sebab menurunnya
produktivitas perikanan. Oleh sebab itu perlu adanya penanganan serius dari pemerintah
daerah untuk mengarahkan masyarakat agar mereka dapat menggunakan herbisida secara
rasional.
Jenis ikan seperti Ikan Beloso (Glossogobiusfaureus)/ Ikan Bungo, Ikan Belanak
berkurang bahkan jika tertangkap oleh nelayan ukurannya sudah kecil-kecil. Diduga karena
kerusakan ekosistem Danau Tempe dan penggunaan alat tangkap yang tidak ramah
lingkungan sehingga ikan-ikan tersebut semakin mengalami tekanan populasi dan terancam
punah. Menyikapi hal tersebut, pemerintah daerah telah mengantisipasi dengan melakukan
restocking benih ikan setiap tahunnya, dan perlu dilakukan edukasi kepada masyarakat
sekitar Danau Tempe untuk menggunakan alat tangkap yang ramah lingkungan. Disamping
itu Pemerintah daerah juga perlu mendorong adanya inovasi teknologi penangkapan ikan dan
V. PENGELOLAAN
tidak seimbang. Pemeliharaan lingkungan dapat dilakukan untuk menjaga daya dukung
Tempe jika terdapat kerusakan atau faktor yang mengganggu kondisi danau. Sedangkan
untuk konsep pengelolaan burung air di Danau Tempe dapat ditempuh dengan cara sebagai
berikut :
burung beserta habitatnya yang bebas dari segala macam gangguan terutama dari gangguan
manusia. Perlindungan kawasan burung air ini erat kaitannya dengan perlindungan pohon-
pohon sekitar danau sebagai bagian dari habitat burung air tersebut.
Kawasan danau tempat burung air mencari makan harus etap dipertahankan.
3. Menyediakan tempat pengamatan burung
atau peneliti yang ingin menyaksikan atau mngamati kehidupan burung di habitatnya tanpa
4. Mencegah penangkapan dan perburuan burung terutama spesies burung air yang termasuk
Berikut ini daftar spesies burung air di perairan Danau Tempe yang termasuk dalam
Nama Ilmiah Nama Indonesia Kategori IUCN Red List versi 3.1
(http://www.iucnredlist.org)
DAFTAR PUSTAKA
Azizi. W, 2015, Asosiasi komunitas aufwuch pada tumbuhan air Di danau tempe, Sulawesi
Selatan.
Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Provinsi Sulawesi Selatan, 2012a. Laporan Profil
Ekosistem Danau Tempe. CV. Celebes Pratama Konsultan. Makassar.
Hickling CF. 1961. Tropical Inland Fisheries. London and Southampton (GB). The Camelot
Press.
IUCN versi 3.1, 2018, IUCN Redlist of threatened species www.redlist.org. Download on
September 18th, 2018.
Lauff GH. 1960. The Significance of Periphyton on Natural and Artificial Substrate, In
Technical Report of Biological Problem in Water Pollutio.Ohio (US): Dep. Of Health
Education and Welvare. The Robert A. Taft Sanitary Engineering Centre.
Saleh. N, Kelimpahan dan Keragaman Burung Air di Danau Tempe dalam Upaya
Pelestariannya.