You are on page 1of 23

PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI DANAU TEMPE KABUPATEN WAJO

SULAWESI SELATAN

DISUSUN OLEH

NAMA : RIA WAHYUNI

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU LINGKUNGAN

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS MULAWARMAN

2018
I. PENDAHULUAN

Danau Tempe berdasarkan pembentukannya merupakan danau paparan banjir yang

berasal dari depresi lempeng bumi Asia-Australia. Danau Tempe terletak di wilayah

Kabupaten Wajo, Sidrap dan Soppeng Provinsi Sulawesi Selatan. Bagian utara 2.300 ha

termasuk wilayah Sidrap ±10% dari seluruh luas danau, bagian Selatan (3.000 ha) termasuk

wilayah Soppeng ±15%,dan bagian timur (9.445 ha) termasuk wilayah Kabupaten Wajo

±75% dari seluruh luas danau. Sungai besar yang masuk ke danau ini adalah Sungai Bila dan

Sungai Walanae (Nasution, 2012). Luas Danau Tempe mencapai 47.800 ha pada saat tinggi

muka air (TMA) mencapai elevasi 10 m dari permukaan laut (dpl). Pada musim kemarau

Danau Tempe hanya memiliki luas 10.000 ha dengan kedalaman air antara 0,50 – 2,00 m,

pada musim hujan luasnya mencapai 28.000- 43.000 ha dengan rata-rata TMA pada kisaran

6,0–9,0 m dpl. Kedalaman dan luas Danau Tempe cenderung terus menurun hal ini diduga

karena pendangkalan akibat sedimentasi yang terjadi pada musim hujan. Fluktuasi

luasan perairan, secara tidak langsung mendukung tingginya produksi perikanan di Danau

Tempe. Penggenangan daerah tersebut pada awal musim hujan, akan membawa nutrien

bagi anakan ikan sebagai sumber pakannya (KementrianLingkunganHidup, 2014)

Terdapat berbagai jenis tumbuhan air di perairan Danau Tempe. Dari sekian banyak

jenis tumbuhan air yang ada di perairan danau, beberapa diantaranya sengaja dipelihara oleh

para nelayan sebagai “bungka toddo”, yaitu teknik pemeliharaan ikan dengan cara

menempatkan tumbuhan air dalam lingkaran pagar bambu (kerai). Adapun jenisnya yaitu

eceng gondok (Eichhornia crassipes) , kiambang (Salvinia molesta) dan Kangkung air

(Ipomoea aquatica) (Azizi, 2015), Brachiaria mutica Gramineae, Oryza sativa, Murdannia sp,

Rhynchospora corymbosa, Ludwigia Onagraceae, Alternanthera philoxeroides, Hydrilla

verticillata, Najas indica, Eichhornia crassipes, Pistia stratiotes (BLDH Sul-Sel, 2012).
Bagian tumbuhan air yang terendam menyediakan berbagai kebutuhan hidup bagi

ikan di perairan Danau Tempe. Tumbuhan air memiliki fungsi sebagai penyedia sumberdaya

makanan, tempat berlindung, dan tempat bertelur ikan. Disamping itu, tumbuhan air

berperan sebagai penyedia lingkungan hidup yang baik bagi perairan, diantaranya

memproduksi oksigen terlarut, serta sebagai agen adsorbsi bahan tersuspensi. Salah satu

komunitas yang berasosiasi dengan tumbuhan air adalah aufwuch. Pengertian aufwuch

meliputi semua organisme yang melekat (tidak menembus) pada substrat yang terendam

dalam air, serta merayap-rayap atau berenang bebas di permukaan substrat dan bahkan pada

saat-saat tertentu berenang bebas meninggalkan substrat tersebut (Hickling 1961). Aufwuch,

plankton, dan benthos merupakan sebagian dari komponen dalam suatu ekosistem perairan

dan mempunyai peranan dalam penentuan produktivitas habitat perairan (Lauff 1960).

Peranan aufwuch dalam rantai makanan adalah sebagai produsen primer (autotrof) dan

makanan ikan (Young 1945). Aufwuch pada dasarnya makanan mikroskopis yang ditemukan

tumbuh di batu atau substrat lainnya, yang tidak terbatas sebagai autotrof melainkan juga

heterotrof (Azizi, 2015).

Sedangkan untuk jenis ikan, ditemukan 17 jenis ikan yang ada di perairan Danau

Tempe diantaranya gabus (Channa striata), betok (Anabas Testudineus), sepat siam

(Trichogaster pectoralis), sepat jawa (Trichogaster trichopterus), lele (Clarias batrachus),

mas (Cyprinus carpio), tawes (Barbodes goneonotus), nilem (Osteochilus hasselti),

mujair (Oreochromis mossambica), nila (O. niloticus), bunaka (Bunaka gyrinoides),

bungo (Glossogobius c.f aureus), masapi (Anguillla marmorata), belut (Monopterus albus)

dan belanak (Mugil cephalus), ikan tambakan (Helostomatemminckii) (Nasution, 2012).

Selain merupakan habitat tumbuhan air dan berbagai jenis ikan, perairan Danau

Tempe juga merupakan habitat kurang lebih 40 spesies burung air diantaranya ( Tachybaptus

ruficollis), pecuk belang kecil (Phalaracrocorax melanoleucos), kuntul perak kecil ( Egretta
garzetta), kuntul kerbau (Bulbulus ibis), itik alis putih (Anas querquedula), dara laut

berkumis (Chlidonias hybridus), belibis kembang (Dendrocygna arquata) (Saleh, 1998).

II. RESUME PENELITIAN

Dalam penyusunan makalah ini, digunakan 3 referensi hasil penelitian, yaitu :

1. “Biodiversitas dan distribusi ikan di Danau Tempe” oleh Syahroma Husni Nasution,

2012

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Syahroma Husni Nasution dengan judul penelitian

Biodiversitas dan distribusi ikan di Danau Tempe dengan tujuan penelitian mengungkapkan

biodiversitas dan distribusi iktiofauna serta mengetahui kondisi habitat perairan tempat

hidupnya di Danau Tempe diperoleh hasil sebagai berikut :

 Biodiversitas ikan yang tertangkap pada musim kemarau menggunakan jaring insang

eksperimental selama dua jam di setiap stasiun adalah sembilan jenis. Jenisnya yaitu

Glossogobius c.f aureus,Thinnichthys sp.Oreochromis niloticus, Osteochillus hasselti,

Trichogaster pectoralis, Barbonymus gonionotus , Channa striata, Oxyeleotris marmorata dan

Anabas testudineus. Kelimpahan ikan di tujuh stasiun adalah 552 ekor.

 Sembilan jenis yang tertangkap berasal dari delapan famili didominasi famili Belontiidae dan

Cyprinidae. Dominasi anggota famili Cyprinidae adalah hal yang umum ditemukan di

perairan tropis Indonesia. Lebih sedikitnya jumlah jenis iktiofauna yang diperoleh karena

pengambilan sampel ikan dalam studi ini hanya berdasarkan hasil tangkapan menggunakan

jaring insang eksperimental.


Tabel Kelimpahan dan jumlah jenis ikan disetiap stasiun Danau Tempe

Famili Nama lokal Nama latin St 1 St 2 St 3 St 4 St 5 St 6 St 7


Gobiidae Blosoh/Bungo Glossogobius c.f aureus 1 2 11 3 23
Carangidae Kampulang 1 1
Chiclidae Nila Oreochromis niloticus 7 12 2 2 4 1 19
Cyprinidae Nilem/Doyok Osteochillus vittatus 37 38 4 3 17 5
Sepat
Belontiidae siam/Janggo Trichogaster pectoralis 5 50 45 15 12 16 152
Cyprinidae Tawes Puntius javanicus 7 24 2 1 17
Chanidae Gabus Chana striata 2 3
Eleotrididae Betutu/Lapuso Oxyeleotris marmorata 3 1
Anabantidae Betok Anabas testudineus 1 12

Kelimpahan 58 105 79 21 37 21 231


Jumlah jenis 6 6 6 4 6 4 7

Keterangan:

ST1 (Kelurahan Lelo), ST2 (Desa Tancung), ST3 (Kecamatan Bellawa), ST4 (Desa Wetta’e),

ST5 (Desa Anetue), ST6 (Desa Salo Menrakeng), ST7 (Desa Pallimae).

Kelimpahan ikan di setiap stasiun pengamatan memperlihatkan bahwa jenis ikan yang

mendominasi di perairan danau ini adalah jenis ikan sepat siam (Trichogaster pectoralis)

sebanyak 295 ekor. Kelimpahan tertinggi dijumpai di ST 7 sebanyak 152 ekor, kemudian

diikuti oleh jenis ikan nilem atau doyok (Osteochillus vittatus) sebanyak 104 ekor dan

kelimpahan tertinggi dijumpai di ST 2.

 Dari sembilan jenis ikan yang ditemukan di Danau Tempe, ada satu jenis ikan yang

populasinya cenderung menurun bahkan langka yaitu jenis ikan bungo/beloso (Glossogobius

c.f aureus) dengan kelimpahan total 31 ekor. Salah satu jenis ikan yang bernilai ekonomis

tinggi yang mengalami penurunan populasi dan cenderung langka dan ukuran yang dijumpai

semakin mengecil adalah ikan bungo/blosoh yang komposisinya tinggal 1,47% dari seluruh

ikan yang ada dan ukurannya dari rata-rata di atas 200 mm kini hanya sekitar 120 mm. Ikan

bungo adalah ikan yang rasanya khas dengan harga yang tinggi, dikonsumsi dalam bentuk
segar maupun kering. Dahulu ikan bungo mempunyai nilai sosial yang tinggi bagi

masyarakat sekitarnya, karena hanya boleh dikonsumsi oleh para bangsawan dan pemuka

masyarakat. Ditemukan juga jenis ikan muara diperkirakan dari Famili Carangidae sebanyak

dua ekor, diduga ikan ini terbawa dari muara masuk ke perairan danau melalui sungai-sungai

besar yaitu Sungai Bila dan Sungai Walanae (Tamsil, 2000).

 Iktiofauna penghuni Danau Tempe yang tertangkap didominasi ikan introduksi yaitu ikan nila

(Oreochromis niloticus), gabus (Channa striata), sepat (Trichogaster pectoralis), betok

(Anabas testudineus), nilem (Osteochillus vittatus), dan ikan betutu (Oxyeleotris marmorata).

Ikan gabus dan betutu tergolong jenis karnivora diperkirakan menjadi kompetitor dan

pemangsa ikan bungo/blosoh karena tubuhnya lebih besar dan anak-anak ikan blosoh menjadi

makanan kedua ikan karnivora ini. Ikan blosoh akan sulit memperoleh makanan karena

bersaing dengan gabus dan betutu. Ini salah satu faktor yang menjadikan populasi ikan

blosoh cenderung menurun dan bahkan menjadi langka.

2. “Kelimpahan dan Keragaman Burung Air di Danau Tempe dalam Upaya

Pelestariannya” oleh Najamuddin Saleh

Penelitian yang dilakukan oleh Najamuddin Saleh dengan judul penelitian Kelimpahan dan

Keragaman Burung Air di Danau Tempe dalam Upaya Pelestariannya memiliki tujuan

penelitian untuk mengetahui keragaman spesies burung air, mengetahui kondisi habitat

burung air dan keadaan sosial ekonomi masyarakat sekitar Danau Tempe. Adapun hasil

penelitian ini, sebagai berikut :

 Hasil penelitian burung air dengan metode penjelahan ditemukan 40 spesies burung air

yang tercakup dalam 11 famili. Burung-burung air tersebut tersebar dalam sub-habitat

yang ada, diantara burung-burung tersebut ada spesies yang dilindungi oleh pemerintah

dengan jumlah spesies pada masing-masing sub-habitat sebagai berikut :


1) Vegetasi tepi danau sebanyak 34 spesies

2) Bungka toddo 32 spesies

3) Dataran lumpur 29 spesies

4) Perairan danau terbuka 8 spesies, adapun spesies burung air yang ditemukan dapat

dilihat pada tabel dibawah ini

Tabel Nama Spesies Burung Air di Perairan Danau Tempe

Terjadi perbedaan jumlah spesies burung di setiap daerah sub-habitat, karena masing-masing

daerah sub-habitat memiliki karaktertistik yang berbeda, baik strukturnya, luasnya dan

fungsinya.
 Kehadiran burung-burung di Danau Tempe tidak sama setiap bulannya. Kekayaan spesies

tercatat pada bulan November yaitu sebanyak 40 spesies, sedangkan kekayaan spesies

terendah tercatat pada bulan Mei yakni 14 spesies. Tinggi rendahnya kekayaan spesies

burung bergantung kepada fluktuasi permukaan air danau. Pada saat permukaan air danau

mencapai titik teredah pada bulan November, maka kehadiran burung di danau mencapai

jumlah tertinggi. Hal ini disebabkan pada saat air danau surut, wilayah permukan danau

semakin sempit, dan air danau pun lebih jernih sehingga kepadatan ikan semakin tinggi dan

mudah ditangkap oleh burung-burung. Sedangkan pada saat air danau semakin tinggi akibat

adanya suplai air dari sungai-sungai yang bermuara di Danau Tempe maka wilayah permukan

danau semakin luas dan air danau pun lebih keruh dan dalam sehingga burung-burung

semakin tersebar dan sulit untuk mencari pakannya.

 Habitat burung air di Danau Tempe terbagi menjadi 4 sub-habitat yaitu

1. Vegetasi tepi danau, arealnya paling luas dengan vegetasi yang hampir homogen

berfungsi sebagai tempat mencari makan dan tempat beristirahat bagi kelompok

famili anatidae

2. Bungka toddo, arealnya tidak terlalu luas namun vegetasinya sangat beragam

sehingga memberi manfaat sebagai tempat mencari makan dan tempat beristirahat,

berlindung dan bertelur

3. Dataran lumpur, arealnya relatif sempit dan muncul hanya empat bulan (Oktober-

Januari) meskipun aealnya sempit tetapi mempunyai daya dukung tinggi terhadap

penyediaan makanan

4. Perairan danau terbuka, arealnya luas namun hanya sedikit burung yang

memanfaatkan sub-habitat ini.

 Ditemukan pula burung terestrial sebanyak 22 spesies yang tercakup dalam 14 famili.

Adapun daftar nama burung terestrial sebagai berikut :


Tabel Nama Spesies Burung Terestrial

3. Asosiasi komunitas aufwuch pada tumbuhan air Di danau tempe, Sulawesi Selatan”,

Wahyu Azizi, 2015

Penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Azizi memiliki tujuan yaitu mengkaji asosiasi

komunitas aufwuch pada tumbuhan air serta keterkaitannya dengan parameter fisika, kimia,

dan biologi perairan Danau Tempe. Adapun hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

 Mikrofitoaufwuch

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mikrofitoaufwuch di perairan Danau Tempe terdiri dari

lima famili yaitu Cyanophyceae (5 genus), Chlorophyceae (11 genus), Bacillarophyceae (8

genus), Euglenophyceae (2 genus), Chrysophyceae (1 genus). Komposisi mikrofitoaufwuch

berdasarkan kelimpahan, didominasi oleh Bacillariophyceae dengan kelimpahan sebesar

38%. Famili Bacillariophyceae yang mendominasi adalah Melosira sp. Tingginya kelimpahan

Bacillariophyceae diduga karena faktor lingkungan yang mendukung seperti pH dan suhu.
Selain itu juga pada komunitas mikrofitoaufwuch ditemukan Merismopedia sp. dan

Oscillatoria sp. dari kelas Cyanophyceae

Komposisi kelompok mikrofitoaufwuch di Danau Tempe berdasarkan


(i) jumlah jenis; (ii) kelimpahan (sel/m3)

Mikrofitoaufwuch sendiri memiliki fungsi sebagai pembentuk bahan organik dan penghasil

oksigen terbesar di perairan melalui proses fotosintesis sebesar 90-95% (Schimittou, 1991).

Mikro aufwuch merupakan makanan alami larva organisme perairan, yang berperan sebagai

produsen utama di perairan adalah mikrofitoaufwuch, sedangkan yang berperan sebagai

organisme konsumen adalah mikrozooaufwuch, larva, ikan, udang, kepiting, dan organisme

tingkat trofik yang lebih tinggi lainnya.

 Mikrozooaufwuch

Komposisi mikrozooaufwuch berdasarkan jumlah jenis terdiri dari empat kelompok, yaitu

Crustaceae (10 genus), Protozoa (8 genus), Rotifera (14 genus), Insekta (1 genus).

Komposisi mikrozooaufwuch berdasarkan kelimpahan, kelompok Rotifera juga memiliki

kelimpahan tertinggi sebesar 39%. Berikut ini komposisi mikrozooaufwuch di perairan Danau

Tempe.
Kelimpahan tertinggi pada mikrozooaufwuch yaitu pada genus Vorticella sp. dari kelompok

Protozoa. Vorticella sp. merupakan organisme dari kelompok cilliata. Dominasi cilliata

diduga ada hubungannya dengan bahan organik dalam air. Mikrozooaufwuch didalam suatu

ekosistem perairan merupakan mata rantai yang penting bagi jaring makanan (food web) di

perairan tersebut. Sebagai konsumen, mikrozooaufwuch ikut menggambarkan tingkat

kesuburan suatu perairan.

 Makrozooaufwuch

Komunitas makrozooaufwuch pada ekosistem perairan Danau Tempe terdiri dari berbagai

jenis populasi makrozooaufwuch. Hasil penelitian menggambarkan bahwa komposisi

makrozooaufwuch berdasarkan jumlah jenis di perairan Danau Tempe terdiri dari empat

kelompok yaitu Gastropoda (4 genus), Insekta (5 genus), Crustaceae (5 genus), dan larva

(1 genus). Berdasarkan kelimpahan kelompok Crustaceae memiliki kelimpahan tertinggi

yaitu sebesar 90%. Jenis Crusteceae yang mendominasi yaitu jenis Palaemonetes sp.

Banyaknya Crustaceae yang didapat, diduga terjadi karena melimpahnya bahan makanan

bagi Crustaceae tersebut sehingga dapat tumbuh subur. Berikut ini Komposisi kelompok

makrozooaufwuch di Danau Tempe berdasarkan (i) jumlah jenis; (ii) kelimpahan (ind/m3)

III. PEMANFAATAN BIODIVERSITAS BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT DAN

INDUSTRI

Kekayaan hayati perairan Danau Tempe menjadi sumber mata pencaharian bagi

masyarakat setempat. Jenis ikan yang bernilai ekonomis tinggi adalah ikan bungo/blosoh,
ikan gabus, betok, mas, sepat jawa, mujair dan belanak. Ikan-ikan yang ditangkap di

perairan Danau Tempe selain dikonsumsi berupa ikan segar juga diolah menjadi ikan kering.

Olahan ikan kering Danau Tempe selain dikonsumsi oleh masyarakat juga biasanya

dijadikan sebagai oleh-oleh khas. Saat ini telah mulai dikembangkan industri kecil

pengolahan ikan kering yang lebih modern dari segi metode pengeringan dan pengemasan

produk sehingga dapat meningkatkan nilai ekonomis dan menarik minat pembeli.

Salah satu jenis tanaman air yaitu enceng gondok di wilayah perairan Danau Tempe

oleh masyarakat setempat dipelihara sebagai bungka toddo, yang artinya pulau tumbuhan air

yang menggunakan tiang bambu digunakan untuk menahan eceng gondok agar tidak liar

bergerak kesana kemari yang fungsi utamanya sebagai perlindungan/penjebakan ikan, tempat

berkumpulnya ikan-ikan karena dapat dimanfaatkan oleh ikan mencari makan. Selain itu,

tumbuhan air berperan sebagai penyedia lingkungan hidup yang baik bagi perairan, di

antaranya memproduksi oksigen terlarut, serta sebagai agen adsorbsi bahan tersuspensi.

Selain itu, Bungka toddo ini merupakan habitat yang baik bagi spesies burung berlindung,

bertelur dan beristirahat. Selain itu dengan adanya tiang-tiang bambu dapat dimanfaatkan

oleh burung-burung sebagai tempat bertengger.

Danau Tempe juga merupakan salah satu objek wisata yang banyak dikunjungi oleh

wisatawan baik lokal maupun mancanegara karena terdapat berbagai objek wisata baik yang

bersifat alamiah seperti kehidupan burung-burung, panorama alam danau maupun yan

bersifat sosial seperti perkampungan nelayan di tengah danau ( Rumah Terapung).


IV. POTENSI ANCAMAN KELESTARIAN KEANEKARAGAMAN DAN

PENANGGULANGANNYA

A. Potensi Ancaman Kelestarian Biodiversitas Ikan

Ada beberapa faktor yang menyebabkan semakin menurun dan cenderung langkanya

popopulasi ikan di Danau Tempe antara lain karena:

1) Intensitas penangkapan yang tinggi (tangkap lebih)

2) Rusaknya habitat seperti pendangkalan danau antara lain disebabkan oleh sedimen

yang terbawa banjir kiriman dari sungai masuk kedalam danau

3) Belum adanya zonasi alat tangkap karena kebanyakan nelayan yang selesai

menangkap ikan tidak membersihkan alat tangkap yang digunakan dan meninggalkan

di danau seperti alat tangkap jabba dan belle merupakan alat tangkap ilegal yang

terbuat dari kawat

4) Sedimentasi yang berasal dari limbah perkebunan dan pertanian, dan tumbuhan air

eceng gondok (Eichhornia crassipes) pada musim kemarau lebih 50% permukaan air

tertutupi oleh tanaman ini penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan

seperti penggunaaan listrik (strum), jaring dengan ukuran mata jaring yang sangat

kecil dengan ketentuan yang ada karena anakan ikan akan tertangkap semua, dan

penangkapan ikan yang menggunakan racun (tuba, potas,dan lain-lain) serta

penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan di Danau Tempe yaitu strum

dan “bungka toddo”

5) Penurunan kualitas lingkungan disebabkan beberapa kegiatan di daerah tangkapan air

(DTA) dan di perairan itu sendiri. Kegiatan tersebut antara lain pembukaan hutan

(penebangan kayu, industri penggergajian kayu), kegiatan pertambangan, limbah

industri dan permukiman.


6) Penggunaan herbisida oleh masyarakat setempat untuk bercocok tanam di tepi Danau

Tempe sehingga dapat menyebabkan pencemaran lingkungan.

B. Potensi Ancaman Kelestarian Biodiversitas Burung Air

Keamanan burung air di daerah Danau Tempe masih relatif rawan, hal ini disebabkan

masih adanyan perburuan burung air oleh oknum tertentu baik yang bertujuan ekonomi

maupun yang bertujuan kesenangan berburu. Ada dua cara penangkapan burung yaitu dengan

menggunakan jerat dan menggunakan senapan. Kegiatan perburuan dengan menggunakan

senjata yang tidak terkendali ini dapat mengganggu ketenangan dan kelangsungan hidup

burung terutama yang sedang bertelur dan yang mengasuh anaknya.

C. PENANGGULANGAN

Faktor utama yang menyebabkan pendangkalan Danau Tempe adalah banyaknya

sedimen yang masuk ke dalam danau yang berasal dari dua sungai utama yaitu Sungai Bila

dan Sungai Walannae. Luasnya lahan kritis di wilayah hulu dan tengah DAS Bila dan

Walannae menyebabkan tingkat erosi yang tinggi di wilayah tersebut. Di daerah hilir DAS

Bila dan Walannae merupakan daerah peluapan banjir topografinya tergolong datar sehingga

erosi tidak ada masalah erosi permukaan, namun karena karena tanahnya tergolong tanah

endapan yang mempunyai kandungan fraksi pasir yang tinggi maka tepi kiri kanan sungai

banyak terjadi erosi tebing terutama di musim banjir. Untuk menanggulangi masalah

pendangkalan Danau Tempe, pemerintah daerah bersama dengan Kementrian PU-PR sedang

menjalankan proyek revitalisasi Danau Tempe yaitu proses pengerukan. Selanjutnya yang

perlu diperhatikan oleh Pemerintah Daerah adalah pemanfaatan sedimen yang telah dikeruk,

dimana sedimen tersebut mungkin bisa dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar Danau Tempe

sebagai bahan baku pembuatan batu bata, sebagai kompos/pupuk organik sehingga hal ini
bisa membuka peluang usaha yang bisa menyerap tenaga kerja masyarakat sekitar Danau

Tempe. Disamping proses pengerukan, Pemerintah Daerah harus melakukan perbaikan

lingkungan dan melakukan revegetasi di hulu dan sekitar DAS Bila dan Walannae.

Faktor lain yang berpengaruh terhadap kelestarian Danau Tempe adalah bungka toddo

yang semakin banyak sehingga hampir menutupi sebagian besar permukaan danau pada saat

air danau surut. Dampak negatif bungka toddo ini diantaranya dapat memperlambat

kecepatan arus air danau, menahan partikel sedimen, mempertinggi tingkat penguapan,

mengurangi penetrasi cahaya ke dalam air, disamping itu kehadiran bungka toddo juga

mempercepat intensitas pendangkalan danau melalui proses pengendapan partikel lumpur.

Akar tumbuhan-tumbuhan air penyusun bungka toddo ini menahan partikel-partikel lumpur

yang bercampur dengan air yang mengalir dibawahnya. Meskipun pemerintah daerah telah

mengeluarkan Peraturan Daerah yang mengatur tentang ukuran, jumlah pemilikan dan jarak

antar bungka toddo, tetapi masih kurang dipatuhi terutama jumlah pemilikan, luas dan jarak

antar bungka toddo. Oleh sebab itu diharapkan Pemerintah Daerah melakukan sosialisasi

kembali terhadap peraturan daerah ini.

Penggunaan pestisida oleh masyarakat dengan dosis yang cukup tinggi di pesisir

danau untuk memberantas gulma dan hama juga disinyalir sebagai sebab menurunnya

produktivitas perikanan. Oleh sebab itu perlu adanya penanganan serius dari pemerintah

daerah untuk mengarahkan masyarakat agar mereka dapat menggunakan herbisida secara

rasional.

Jenis ikan seperti Ikan Beloso (Glossogobiusfaureus)/ Ikan Bungo, Ikan Belanak

(Mugil cephalus) dan Ikan Tambakan (Helostomatemminckii) populasinya semakin

berkurang bahkan jika tertangkap oleh nelayan ukurannya sudah kecil-kecil. Diduga karena

kerusakan ekosistem Danau Tempe dan penggunaan alat tangkap yang tidak ramah

lingkungan sehingga ikan-ikan tersebut semakin mengalami tekanan populasi dan terancam
punah. Menyikapi hal tersebut, pemerintah daerah telah mengantisipasi dengan melakukan

restocking benih ikan setiap tahunnya, dan perlu dilakukan edukasi kepada masyarakat

sekitar Danau Tempe untuk menggunakan alat tangkap yang ramah lingkungan. Disamping

itu Pemerintah daerah juga perlu mendorong adanya inovasi teknologi penangkapan ikan dan

mendorong upaya pemijahan buatan ikan bungo.

V. PENGELOLAAN

Pengelolaan perikanan Danau Tempe yang berwawasan lingkungan harus

menerapkan pendekatan ekosistem. Pendekatan pengelolaan yang memperhatikan semua

komponen lingkungan dan sub-sistem di dalamnya yang berhubungan dan saling

mempengaruhi. Degradasi lingkungan danau yang sangat berdampak pada turunnya

produktivitas perikanan merupakan dampak lingkungan dari pengelolaan ekosistem yang

tidak seimbang. Pemeliharaan lingkungan dapat dilakukan untuk menjaga daya dukung

lingkungan agar produksi perikanan dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan, sedangkan

pemulihan lingkungan bertujuan untuk mengembalikan kondisi alamiah lingkungan Danau

Tempe jika terdapat kerusakan atau faktor yang mengganggu kondisi danau. Sedangkan

untuk konsep pengelolaan burung air di Danau Tempe dapat ditempuh dengan cara sebagai

berikut :

1. Menetapkan Kawasan perlindungan burung air

Kawasan perlindungan burung bertujuan untuk menyediakan tempat khusus bagi

burung beserta habitatnya yang bebas dari segala macam gangguan terutama dari gangguan

manusia. Perlindungan kawasan burung air ini erat kaitannya dengan perlindungan pohon-

pohon sekitar danau sebagai bagian dari habitat burung air tersebut.

2. Mempertahankan sub-habitat yang ada

Kawasan danau tempat burung air mencari makan harus etap dipertahankan.
3. Menyediakan tempat pengamatan burung

Tempat pengamatan burung ini bertujuan memberikan kemudahan bagi wisatawan

atau peneliti yang ingin menyaksikan atau mngamati kehidupan burung di habitatnya tanpa

merusak dan mengganggu kawasan perlindungan burung air.

4. Mencegah penangkapan dan perburuan burung terutama spesies burung air yang termasuk

dalam kelompok hewan yang dilindungi.

VI. SPESIES YANG MASUK DALAM RED LIST

Berikut ini daftar spesies burung air di perairan Danau Tempe yang termasuk dalam

kelompok fauna yang dilindungi berdasarkan PP No 7 Tahun 1999

Nama Ilmiah Nama Indonesia Kategori IUCN Red List versi 3.1

Glossogobius c.f aureus Ikan Bungo Least Concern

Anhinga melanogaster Pecuk Ular Near Threat

Bubulcus ibis Kuntul Kerbau Least Concern

Ciconia episcopus Bangau Hitam/Sandanglawe Vurnerable

Egretta picata Kuntul Belang Least Concern

Egretta intermedia Kuntul Perak Least Concern

Egretta garzetta Kuntul Perak Kecil Least Concern

Walangkada/ Bangau Putih

Mycteria cinerea Susu Endangered

Plegadis falcinellus Ibis hitam, Roko-roko Least Concern

(http://www.iucnredlist.org)
DAFTAR PUSTAKA

Azizi. W, 2015, Asosiasi komunitas aufwuch pada tumbuhan air Di danau tempe, Sulawesi
Selatan.

Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Provinsi Sulawesi Selatan, 2012a. Laporan Profil
Ekosistem Danau Tempe. CV. Celebes Pratama Konsultan. Makassar.

Hickling CF. 1961. Tropical Inland Fisheries. London and Southampton (GB). The Camelot
Press.

IUCN versi 3.1, 2018, IUCN Redlist of threatened species www.redlist.org. Download on
September 18th, 2018.

Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. 2014. Gerakan Penyelamatan Danau


(GERMADAN) Tempe.

Lauff GH. 1960. The Significance of Periphyton on Natural and Artificial Substrate, In
Technical Report of Biological Problem in Water Pollutio.Ohio (US): Dep. Of Health
Education and Welvare. The Robert A. Taft Sanitary Engineering Centre.

Nasution,S.H, 2012, Biodiversitas dan distribusi ikan di Danau Tempe.

Saleh. N, Kelimpahan dan Keragaman Burung Air di Danau Tempe dalam Upaya
Pelestariannya.

Tamsil A. 2000. Studi beberapa karakteristik reproduksi prapemijahan dan kemungkinan


Pemijahan buatan ikan bungo (Glossogobius cf.aureus) di Danau Tempe dan Danau
Sidenreng, Sulawesi Selatan. Disertasi. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Bogor.

Young OA. 1945. A Limnological Investigation of Peryphyton in Douglas Lake. Michigan.


Tran. Amer. Mic. Soc. 64:1-20.
LAMPIRAN

1. Gambar bungka toddo


2. Gambar beberapa jenis ikan yang tertangkap di Perairan Danau Tempe
3. Gambar beberapa jenis burung laut di Perairan Danau Tempe

Anhinga melanogaster Bubulcus ibis

Ciconia episcopus Egretta picata

Mycteria cinerea Plegadis falcinellus


4. Gambar Jenis-jenis Mikrofitoaufwuch dominan yang ditemukan

5. Gambar Jenis-jenis Mikrozooaufwuch dominan yang ditemukan


6. Gambar Jenis-jenis Makrozooaufwuch yang ditemukan

You might also like