You are on page 1of 3

BAHASA INDONESIA

TEKS ANEKDOT

NAMA KELOMPOK :
AYU SIRRASURYANITHA PENDIT (11)
DIANTI PARASMITHA SARI (19)
ERLIN WIDYANINGSIH (22)
WIDYA KRISTYANTI (37)
KELAS XA2

SMA N 1 TABANAN
DPR (Datang Paraf Rupiah)

Pada suatu hari di suatu Negara terdapat seorang lelaki yang bernama Adi. Ia sangat polos dan
lugu. Ia baru bekerja sebagai sekretaris salah seorang anggota dewan. Di hari pertama bekerja, ia sudah
dihadapkan pada tugas pertamanya yaitu menangani jadwal pertemuan anggota dewan pada suatu acara
peresmian museum bersejarah di Jakarta Selatan.

Sekretaris : “Pak, untuk hari ini kita mempunyai agenda untuk mendatangi peresmian museum
bersejarah di daerah Jakarta Selatan. Apakah Bapak sudah siap ?”

DPR : “Saya sudah siap.”

Sekretaris : “Kalau begitu mari kita berangkat pak.”

(Sesampainya DPR dan sekretarisnya di tempat peresmian museum bersejarah, acara pun segera
dimulai)

Sekretaris : “Pak silahkan duduk !”

DPR : “Iya terimakasih.”

(Kemudian Adi duduk tepat di sebelah tempat duduk pimpinannya)

Sekretaris : “Pak, setelah sambutan dari ketua panitia berakhir, maka waktunya Bapak untuk
memberikan sambutan.”

DPR : “Apakah kamu sudah menyiapkan teks sambutan ?”

Sekretaris : “Sudah pak semuanya sudah saya siapkan.”

DPR : “Oh baiklah.”

(Setelah selesai menyampaikan sambutannya, DPR pun memotong pita sebagai simbolis dari
diresmikannya museum bersejarah tersebut dan menandatangani surat peresmian)

Sekretaris : “Agenda kita dalam acara peresmian museum ini sudah berakhir. Apakah bapak ingin
langsung kembali ke kantor atau bapak memiliki acara lainnya ?”

DPR : “Apa ?! Kamu bilang agenda kita sudah selesai ?!”

Sekretaris : “Iya pak, agenda kita memang sudah berakhir.”

DPR : “Kamu sudah menyelesiakan urusan di belakang apa belum ?!”

Sekretaris : “Hah ? Kebelakang apa pak ? Saya tidak ingin ke toilet kok pak.”

DPR : “Kamu itu memang tidak mengerti atau pura-pura tidak mengerti ?! Maksudnya urusan
kebelakang itu menyelesaikan eheeemmehemm.”
Sekretaris : “Bapak batuk ? Ini saya punya obat batuk pak” (Sekretaris pun masih menjawab dengan
kebingungan)

DPR : “Kamu memang sekretaris bodoh!”

Sekretaris : “Maaf pak saya memang benar-benar tidak mengerti” (Sekretaris menjawab dengan rasa
takut )

DPR : “Maksud saya komisi! Kamu kira tanda tangan saya gratis ?! Kamu kira waktu dan
tenaga saya gratis juga ?!”

(Sekretaris pun terdiam mendengar kata-kata dari atasannya tersebut dan tidak percaya bahwa
anggota dewan itu tidak melaksnakan tugasnya dengan tulus)

Sekretaris : “Baik pak saya akan mengurusnya.” (Sekretaris pun segera menemui panita untuk
meminta komisi)

DPR : “Cepat kamu urus !”

(Setelah urusan itu selesai Sekretaris dan DPR pun kembali ke kantor mereka dan DPR
memerintahkan sekretarisnya untuk bungkam tentang masalah itu dan membiasakan diri dengan keadaan
seperti itu).

You might also like