You are on page 1of 7

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

JL. Kaliurang Km. 14,5 Sleman Yogyakarta 55584 Tel: 0274 - 898444 ext 2097 | Fax: + 2007
http://www.medicine.uii.ac.id/ | Email: humas@fk.uii.ac.id

TEKNIK SAMPLING

dr. Nur Aisyah Jamil, M.Sc

Seorang Chef yang sedang menyiapkan hidangan, akan mengaduk


masakannya sampai tercampur rata. Chef tersebut tidak perlu meghabiskan
semua masakan untuk mengetahui apakah masakannya kurang garam,
kemanisan atau sudah pas rasanya. Setelah tercampur rata, Chef cukup
mengambil satu sendok dan dapat menyimpulkan bahwa rasa satu sendok sama
dengan rasa se-kuali masakannya.

Ini adalah analogi mengapa sebuah sampel dibutuhkan dalam sebuah


penelitian. Jawabnya mudah, yaitu tidak mungkin memeriksa semua populasi
untuk diteliti karena keterbatasan waktu, tenaga dan (tentu saja) biaya. Oleh
karena itu diperlukan sebuah cara yang cukup dapat meyakinkan peneliti bahwa
dengan memeriksa sebagian kecil dari populasi (yang dapat disebut sebagai
sampel) dapat digunakan untuk menggambarkan kondisi populasi yang
sesungguhnya (inferensi).

Secara umum metode sampling dibagi menjadi dua yaitu non probability
sampling dan probability sampling. Kumar(1999) menambahkan mixed sampling
karena mengandung unsur probability dan non probability. Non probability
sampling adalah pegambilan sampel bukan acak, dimungkinkan untuk mengatasi
kesulitan pengambilan sampel secara acak, kerangka sampling (sampling frame
tidak tersedia) dan keterbatasan biaya. Disamping itu penggunaan non probability
sampling didasarkan atas tujuan tertentu (biasanya pada penelitian kualitatif).
Pada non probability sampling terdiri atas accidental/convenience sampling, quota
sampling, judgemental sampling, dan snowball sampling.

Convenience sampling didasarkan pada ketersediaan elemen dan


kemudahan mendapatkannya( sampel terpilih karena ada pada tempat dan waktu
yang tepat). Seperti contoh mengambil sampel pada orang yang dijumpai di
jalan/yang rumahnya paling dekat/terjangkau.

Judgemental sampling didasarkan pada criteria yang sudah ditetapkan oleh


peneliti sebelumnya. Termasuk judgement sampling adalah expert sampling
(penentuan sampel tergantung pada pendapat ahli) dan purposive sampling
(pengambilan sampling berdasarkan maksud tertentu. Contoh pada penelitian
kualitatif , melakukan wawancara mendalam pada ibu yang memiliki balita BGM
dari kalangan sosioekonomi rendah dan tinggi, petugas kesehatan, dsb.

Elearning Pendidikan Klinik Stase Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM)


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
JL. Kaliurang Km. 14,5 Sleman Yogyakarta 55584 Tel: 0274 - 898444 ext 2097 | Fax: + 2007
http://www.medicine.uii.ac.id/ | Email: humas@fk.uii.ac.id

Quota sampling didasarkan atas quota yang sudah ditetapkan peneliti


terhadap karakteristik tertentu. Missal jenis kelamin, kuota laki-laki 50%,
perempuan 50%.

Elearning Pendidikan Klinik Stase Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM)


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
JL. Kaliurang Km. 14,5 Sleman Yogyakarta 55584 Tel: 0274 - 898444 ext 2097 | Fax: + 2007 http://www.medicine.uii.ac.id/ | Email: humas@fk.uii.ac.id

Simple
Randomized proportionate
sratified
Stratified sampling
Random disproportionate
stratified
Probability
sampling
sampling

single stage

Cluster Random double stage

Tipe Sampling Systematic


Mix sampling multi stage
random

Convenience

Judgement
Non Probability
sampling
Quota

Snowball

Bagan Tipe Sampling (Sumber Kumar,1999)

Elearning Pendidikan Klinik Stase Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM)


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
JL. Kaliurang Km. 14,5 Sleman Yogyakarta 55584 Tel: 0274 - 898444 ext 2097 | Fax: + 2007
http://www.medicine.uii.ac.id/ | Email: humas@fk.uii.ac.id

Snowball sampling juga sering digunakan pada penelitian kualitatif. Sampel


pertama yang diambil dapat menjadi informasi untuk pengambilan sampel
berikutnya, demikian seterusnya. Hal ini akan menyebabkan sampel yang awalnya
sedikit semakin lama semakin besar.

Pengambilan sampel non probability memiliki kekurangan yaitu bias dan


tidak tentu sehingga tidak dapat digunakan untuk analisis inferensi. Pada bahasan
kali ini akan lebih ditekankan pada teknik sampling secara acak (probability
sampling) yaitu simple random sampling, stratified random sampling, cluster
sampling dan systematic random sampling(mixed sampling).

SIMPLE RANDOM SAMPLING

Metode ini memungkinkan semua anggota populasi memiliki


kesempatan/peluang yang sama untuk dipilih menjadi sampel. Konsekuensinya,
semua anggota populasi harus terdapat di dalam kerangka sampel. Dari kerangka
sampel, setelah di acak dengan baik, diambil sejumlah sampel (sesuai jumlah
sampel minimal). Teknik ini sangat ideal dalam penelitian, hanya saja aplikasi di
lapangan agak sulit dan mahal. Salah satu kendala yang sering dihadapi adalah
tidak tersedianya kerangka sampel dan kondisi geografis yang tidak
memungkinkan. Oleh karenanya, teknik simple random sampling tidak dapat
dilakukan.

Prosedur Simple Random Sampling

Menentukan jumlah elemen/unit sampling dalam


Langkah 1
populasi
Langkah 2 Menentukan besar sampel (n)

Memilih n menggunakan pengambilan acak, tabel nomor


Langkah 3
acak atau program komputer

(Sumber Kumar,1999)

Contoh, seorang peneliti ingin meneliti perilaku hidup bersih sehat (PHBS)
di Dusun Lodadi yang terdiri atas 200 KK. Peneliti membuat gulungan kertas
masing-masing nama KK dan mengambil sebanyak 50 kali secara acak gulungan
kertas. Gulungan kertas yang terpilih menjadi sampel . Cara lain untuk mengacak
adalah dengan menggunakan tabel nomor acak dan program acak komputer
(seperti SPSS).

STRATIFIED RANDOM SAMPLING

Metode ini membagi populasi ke dalam kelompok-kelompok yang homogen


(strata). Kemudian dari tiap strata diambil sampel secara simple random sampling.
Strata adalah kelompok yang memiliki karakteristik tertentu yang akan diteliti.

Elearning Pendidikan Klinik Stase Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM)


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
JL. Kaliurang Km. 14,5 Sleman Yogyakarta 55584 Tel: 0274 - 898444 ext 2097 | Fax: + 2007
http://www.medicine.uii.ac.id/ | Email: humas@fk.uii.ac.id

Contoh jenis kelamin laki-laki dan perempuan, usia, income, pekerjaan,dll. Dari
strata yang ada, dipilih sampel secara proporsional (jumlah sampel tiap strata
tergantung dengan perbandingan jumlah sesungguhnya dalam populasi).
Sedangkan disproporsional, tidak memperhitungkan hal tersebut. Berikut ini
prosedur pengambilan sampel secara stratified random sampling.

Prosedur Stratified Random Sampling


Menentukan jumlah elemen/unit sampling dalam
Langkah 1
populasi
Langkah 2 Menentukan jumlah strata yang diinginkan (k)
Langkah 3 Membagi elemen/unit sampling ke dalam strata yang ada
Memberikan nomor urut masing-masing elemen pada
Langkah 4
setiap strata
Langkah 5 Menentukan besar sampel (n)
Langkah 6 Menentukan apakah proporsional/disproporsional
DISPROPORTIONATE PROPORTIONATE
STRATIFIED SAMPLING STRATIFIED SAMPLING

Menentukan proporsi
Menentukan jumlah
(p)setiap strata dalam
Langkah 7 sampel yang akan dipilih
populasi (jumlah elemen
pada setiap strata (n/k)
tiap strata/total populasi)

Memilih n menggunakan
Menentukan jumlah sampel
pengambilan acak, tabel
Langkah 8 yang akan dipilih pada
nomor acak atau program
setiap strata (nxp)
komputer

Memilih n menggunakan
pengambilan acak, tabel
Langkah 9
nomor acak atau program
komputer
(Sumber Kumar,1999)

Contoh peneliti ingin meneliti perilaku merokok mahasiswa FK UII. Dari


1000 mahasiswa dibuat strata laki-laki dan perempuan diperoleh strata laki-laki
400 orang dan strata perempuan 600 orang. Bila dibutuhkan 100 sampel, maka

Disproporsional masing-masing strata diambil (100/2) 50 sampel.


Proporsional Proporsi strata laki-laki (400/1000) maka sampel yang
diambil dari strata laki-laki sebanyak 40 sampel , sedang dari strata
perempuan (600/1000) X100=60 sampel.

CLUSTER RANDOM SAMPLING

Elearning Pendidikan Klinik Stase Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM)


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
JL. Kaliurang Km. 14,5 Sleman Yogyakarta 55584 Tel: 0274 - 898444 ext 2097 | Fax: + 2007
http://www.medicine.uii.ac.id/ | Email: humas@fk.uii.ac.id

Pada simple random sampling dan stratified random sampling, peneliti


diharuskan untuk mengetahui daftar elemen populasi (biasanya mudah pada
populasi yang kecil) . Akan tetapi pada populasi sebuah kota, propinsi atau
negara, akan sangat sulit membuat kerangka sampel, oleh karena itu digunakan
cluster sampling. Cluster sampling didasarkan pada kemampuan peneliti membagi
populasi sampel ke dalam beberapa group/kelompok (misal berdasarkan letak
geografis, atau karakteristik tertentu seperti pada strata). Kemudian kelompok ini
dipilih secara acak sederhana ataupun sistematik acak. Kelompok yang terpilih ini
kemudian menjadi sampel.

Cluster random sampling dapat dilakukan beberapa tahap, bila hanya satu
tahap (single stage), dua tahap (double stage/two stage) dan seterusnya. Contoh
pada penelitian Perilaku Membuang Sampah Masyarakat di Propinsi X. Peneliti
membagi propinsi menjadi kabupaten/kota, setiap kabupaten/kota terwakili. Setiap
kabupaten/kota terdiri atas beberapa kecamatan, maka tahap pertama adalah
mengacak kecamatan mana yang akan mewakili sebuah kabupaten/kota.
Selanjutnya dari kecamatan yang terpilih, kembali diacak untuk menentukan
desa(tahap kedua). Desa yang terpilih selanjutnya kembali diacak, untuk memilih
RT(tahap ketiga). RT yang terpilih selanjutnya menjadi cluster terkecil yang
dipilih, dimana setiap KK di RT tersebut menjadi sampel dalam penelitian. Pada
contoh di atas peneliti menggunakan three stage cluster random sampling.

SYSTEMATIC RANDOM SAMPLING

Metode sampling ini mengambil sampel secara sistematik dengan


interval/jarak tertentu dari suatu kerangka sampel yang sudah diurutkan.
Beberapa peneliti mengkategorikan metode ini sebagai mixed sampling (Kumar,
1999) karena pilihan selanjutnya sangat berdasar pada pilihan pertama
(mengandung unsur non probability). Akan tetapi apabila setiap sampel pertama
dipilih berdasarkan acak , prosedur ini dapat dikatakan probability sampling.
Metode ini memerlukan kerangka sampel yang memiliki nomor urut (ordered).
Metode ini lebih mudah dan lebih menghemat biaya dibanding simple random
sampling. Syarat agar baik adalah urutan kerangka sampel harus acak(missal
daftar urut mahasiswa yang disusun berdasarkan ranking ujian masuk,menjadi
tidak acak dan berpotensi menimbulkan bias).

Prosedur Systematic Random Sampling

Langkah 1 Menentukan jumlah dan daftar elemen/unit


sampling dalam populasi
Langkah 2 Menentukan besar sampel (n)
Langkah 3 Menentukan lebar interval (populasi/n)=k

Langkah 4 Memilih sampel urut pertama (dalam interval


pertama) menggunakan pengambilan acak

Elearning Pendidikan Klinik Stase Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM)


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
JL. Kaliurang Km. 14,5 Sleman Yogyakarta 55584 Tel: 0274 - 898444 ext 2097 | Fax: + 2007
http://www.medicine.uii.ac.id/ | Email: humas@fk.uii.ac.id

Langkah 5 Memilih sampel berikutnya berdasarkan urutan


dan intervalnya
(Sumber Kumar,1999)

Contoh peneliti ingin meneliti perilaku hidup bersih sehat (PHBS) di Dusun
Lodadi yang terdiri atas 200 KK. Kerangka sampel 200 KK diberi nomor urut 1 sd
200. Karena jumlah sampel yang dibutuhkan adalah 50, maka interval yang
diambil adalah (200/50=4). Untuk menentukan nomor pertama adalah secara
acak. Bisa dengan mengacak no 1 sd 4, lalu nomor yang terpilih menjadi sampel
pertama, untuk kemudian setiap interval 4 diambil sampel sehingga 50 sampel
terpilih.

CONSECUTIVE SAMPLING

Merupakan non probability sampling yang paling mendekati probability


sampling. Consecutive sampling menjadi pilihan peneliti yang tidak mendapatkan
kerangka sampel. Caranya adalah dengan mengambil sampel yang memenuhi
kriteria tertentu sampai diperoleh sejumlah sampel. Contoh seorang peneliti ingin
meneliti kasus TB di poli TB RS ABC. Peneliti mengambil setiap kedatangan
pasien TB dengan no urut ganjil (atau urutan dari urut pertama) sebagai sampel
sampai dipenuhi sejumlah sampel. Kedatangan pasien dan nomor urut ganjil,
dianggap mendekati prosedur acak (diacak oleh alam).

Daftar Pustaka

1. Cochran, WG, Teknik Penarikan Sampel , Alih Bahasa : Rudiansyah, ed


ketiga, 2005, Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
2. Dahlan S, Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian
Kedokteran dan Kesehatan,2010, Jakarta: Salemba Medika
3. Kumar R, Research Methodology, 1999, Malaysia : Sage Publication
4. Morton RF,Hebel JR,Mc Carter RJ, Panduan Studi Epidemiologi dan
Biostatistika, ed 5, Alih Bahasa : Apriningsih, 2009, Jakarta : EGC
5. Sugiarto, Siagian D, Sunaryanto LT, Oetomo DS, 2003, Teknik Sampling,
Jakarta : Gramedia.

Elearning Pendidikan Klinik Stase Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM)

You might also like