You are on page 1of 9

ISSN 1978-3000

Respon Fisiologis Sapi Perah Dara Fries Holland yang Diberi


Konsentrat dengan Tingkat Energi Berbeda

Physiological Response of Fries Holland Dairy Heifers


Fed Concentrate with Various Levels of Energy

Dadang Suherman1 dan B.P. Purwanto2


1
Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.
Jalan Raya WR. Supratman Kandang Limun Bengkulu 38371, Hp. 082126882867 Email:
dadangsuherman707@yahoo.com
2
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,
Institut Pertanian Bogor.

ABSTRACT
The objective of the research was to study effects of feed energy of concentrate relationship with environment
on physiological response of dairy heifers. The study used four dairy heifers with four treatments of concentrate
energy in latin square design 4x4. The treatments of total digestible energy (TDN) were : P1 (TDN 60%), P2
(TDN 65%), P3 (TDN 70%), and P4 (TDN 75%) with crude protein (CP) 12-15%. The research was carried out
for 4 periods consisting of 21 days each period. Variables observed were environment factors such as air
temperature, air humidity, THI, wind speed, and solar radiation; physiological response, TDN intake and growth
of dairy heifers. Data were analized by variance and regression analysis followed by the LSD for any significant
difference among treatments. Results showed that TDN intake for P1, P2, P3, P4 were 3.7, 3.8, 3.7 and 3.7 kg,
resvectively. The treatment was no difference on growth of dairy heifers (P>0.05). There was a variation on
environmental factors on any periods. The treatments were significant on physiologis response (P<0.01); P4
gave effect of more heat stress than else. Based on the result could be concluded that using feed energy TDN 65-
70% gave optimum growth of dairy heifers without experience severe heat stress. Combination environment and
high feed energy increased heat load to dairy heifers.

Keywords : feed energy, physiologis response, heat stress, dairy heifers

ABSTRAK
Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh tingkat energi pakan konsentrat yang berbeda dengan respon
fisiologis sapi perah dara. Penelitian menggunakan empat ekor sapi perah dara dan empat perlakuan energi
pakan konsentrat dengan Rancangan Bujur Sangkar Latin 4 x 4. Energi pakan konsntrat perlakuan, meliputi P1
(TDN 60%), P2 (TDN 65%), P3 (TDN 70%), dan P4 (TDN 75%) serta CP 12-15%. Penelitian dilaksanakan
selama empat periode serta setiap periode selama 21 hari. Parameter unsur lingkungan mikro terdiri dari suhu
udara, kelembaban udara, THI, kecepatan angin, dan radiasi matahari, serta respon fisiologis, konsumsi TDN
dan pertambahan bobot badan sapi perah dara. Data dianalisis menggunakan sidik ragam dan dilanjutkan uji
beda nyata terkecil (BNT)). Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi TDN untuk P1, P2, P3, dan P4
masing-masing 3.7, 3.8, 3.7, dan 3.7. PBB sapi perah dara tidak berbeda nyata (P>0.05) pada setiap faktor
lingkungan dan periode. Hasil penelitian pada respon fisiologis menunjukkan berbeda nyata (P<0.01), yang
ditunjukkan P4 memberikan efek lebih rendah terhadap stress panas. Pemberian perlakuan energi pakan
konsentrat 65-70% menunjukkan pertumbuhan optimum pada sapi perah dara. Kombinasi lingkungan dan
pemberian energi pakan konsentrat yang lebih tinggi dapat meningkatkan pembebasan panas pada sapi perah
dara.

Kata kunci : energi ransum, respon fisiologis, stress panas, sapi perah dara

PENDAHULUAN berproduksi optimum sesuai kemampuan


genetiknya di daerah tropis, yaitu daya
Salah satu faktor yang sangat tahan ternak tersebut terhadap panas.
penting supaya ternak sapi perah dapat Ternak sapi perah yang tahan terhadap

Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol. 10 No 1 Januari - Juni 2015 | 13


ISSN 1978-3000

panas dapat mempertahankan suhu nyaman, sebaliknya kehilangan panas bila


tubuhnya dalam kisaran yang normal tanpa suhu udara lebih rendah dari suhu nyaman.
mengalami perubahan status fisiologis dan Cekaman panas dapat dikurangi
produktivitas (Tyler dan Ensminger, 2006). dengan pemberian naungan dan
Dilain pihak, ternak sapi perah yang tidak manajemen pakan pada ternak perah. Saat
tahan terhadap panas, produktivitasnya akses dan ketepatan penyiapan
akan turun akibat menurunnya konsumsi penggunaan naungan dan manajemen
pakan. pakan pada sapi perah yang baik, dapat
Hasil penelitian mengenai sifat daya meringankan pengaruh negatif dari beban
tahan panas telah banyak dikemukakan panas tubuh ternak sapi perah (Kendall et
terhadap ternak berdasarkan pada sumber al., 2006; Tucker et al., 2008). Hal
panas dari luar tubuh, akan tetapi sumber tersebut, terdapat bukti bahwa pada musim
panas dari dalam tubuh seperti pakan panas, nilai akses sapi perah pada naungan
belum banyak dilakukan. Sejak lama menunjukkan tingkah laku berdiri yang
diketahui bahwa pakan yang dikonsumsi rendah dan bernaung dengan tingkah laku
berpengaruh meningkatkan laju produksi berbaring yang tinggi (Schütz et al., 2010).
panas dalam tubuh atau biasa juga disebut Berdasarkan hal tersebut, maka perlu
efek kalorigenik pakan. Bagi melakukan penelitian mengenai
mempertahankan kondisi homeostasis, manajemen pakan dan pemberian naungan
ternak memerlukan energi dalam jumlah dalam kaitannya dengan respon fisiologis,
yang cukup. Energi yang dibutuhkan konsumsi pakan, TDN, dan pertambahan
ternak dapat dicukupi dari pakan. Dengan bobot badan, dan tingkah laku sapi perah.
demikian, makanan yang masuk ke tubuh Pengaturan komposisi pakan merupakan
ternak harus dicerna terlebih dahulu, untuk cara yang efektif untuk mengurangi
dapat memanfaatkan energi yang hilangnya nutrisi pakan ke lingkungan
terkandung di dalamnya. (Van Der Steit et al., 2008).
Ternak akan memproduksi panas Penelitian ini bertujuan mempelajari
dalam tubuhnya sebagai upaya dan mengetahui pengaruh konsumsi energi
menghasilkan energi yang diperlukan ransum yang berbeda terhadap respon
untuk kehidupannya, seperti beraktifitas fisiologis sapi perah dara FH sebagai efek
dan penyesuaian terhadap lingkungan.. kalorigenik. Manfaat penelitian sebagai
Panas yang diproduksi tergantung dari informasi mengenai metode pemberian
aktifitas ternak dan intake pakan, feed pakan yang baik untuk kebutuhan hidup
intake dinyatakan dalam TDN yang pokok dan proses termoregulasi sapi perah
menunjukkan total bahan pakan dapat dara FH. Pemberian perlakuan energi
dicerna oleh ternak (Rahardja, 2007). pakan konsentrat 65-70% menunjukkan
Perolehan panas berasal dari energi pakan respon fisiologis yang optimum sapi perah
akan menambah beban panas bagi ternak dara FH. Kombinasi lingkungan dengan
bila suhu udara lebih tinggi dari suhu pemberian energi pakan konsentrat yang

14 | Respon Fisiologis Sapi Perah Dara Fries Holland (Suherman dan Purwanto)
ISSN 1978-3000

lebih tinggi dapat meningkatkan Sangkar Latin dengan pola 4 x 4,


pembebasan panas pada sapi perah dara. perlakuan yang diujikan yaitu P1 (pakan
konsentrat dengan TDN 60%), P2 (pakan
MATERI DAN METODE konsentrat dengan TDN 65%), P3 (pakan
konsentrat dengan TDN 70%), dan P4
Penelitian ini dilaksanakan selama (pakan konsentrat dengan TDN 75%).
tiga bulan di Laboratorium Lapang, Setiap periode berlangsung selama 21 hari
kandang sapi perah Fakultas Peternakan dengan masa adaptasi 14 hari pertama dari
Institut Pertanian Bogor. Materi penelitian 18 hari pengamatan respon fisiologis. Data
menggunakan empat ekor sapi perah dara mengenai iklim mikro dianalisis secara
FH dengan rataan bobot badan 226±60 kg. statistik untuk mendapatkan rataan dan
Pakan terdiri dari hijauan dan bahan pakan standar deviasi. Respon fisiologis
lokal untuk formulasi konsentrat. dianalisis menggunakan sidik ragam
Pemberian pakan ±3% bahan kering dari (Anova). Untuk menguji perbedaan nilai
bobot badan sapi perah dara dengan rasio rata-rata pada peubah yang diukur dari
hijauan dan konsentrat adalah 60 :40%. setiap perlakuan pakan konsentrat
Peralatan yang digunakan yaitu timbangan diketahui melalui uji Beda Nyata Terkecil
LN 110 kg, timbangan 5 kg, pita ukur, (Steel dan Torrie, 1995).
termometer bola basah dan bola kering,
BTU-Psychrometer, infrared thermometer, HASIL DAN PEMBAHASAN
pyranometer-display, termo klinis safety,
stetoskop, stopwatch. Kondisi Lingkungan Mikro
Peubah yang diamati dalam Hasil pengamatan selama penelitian
penelitian, yaitu lingkungan mikro yang yang berlangsung mulai pukul 09.00 pagi
pengamatannya dilakukan pada pukul sampai pukul 15.00 sore WIB, data yang
09.00-15.00 WIB dengan interval 1 jam. diperoleh menunjukkan bahwa suhu
Suhu lingkungan (oC), kelembaban udara lingkungan berkisar antara 27,4-33,2oC,
(%), Temperature Humidity Index (THI), kelembaban udara antara 59.1-89.7%, THI
kecepatan angin (m/s), dan radiasi (Temperature Humidity Index) antara 77,1-
matahari (watt/m2). Respon fisiologis : 82,7, kecepatan angin 0,35-1,10
pengamatan pada pukul 10.00, 12.00 dan meter/detik dan energi radiasi matahari
14.00. Suhu rektal/Tr (oC), suhu berkisar antara 210,8-459,9 watt/m2. Nilai
permukaan kulit/Ts (oC), suhu tubuh/Tb hasil pengamatan yang diperoleh lebih
(oC), denyut jantung/Hr (kali/menit), tinggi dibandingkan rataan kisaran nilai
frekuensi respirasi/Rr (kali/menit), serta optimum untuk tingkat kenyamanan sapi
konsumsi ransum (BK, TDN, PK) dan perah. Kisaran zona termonetral sapi perah
PBB sapi perah dara. berada pada suhu udara antara 13-250C
Rancangan penelitian yang dan kelembaban udara antara 50-60%
digunakan adalah Rancangan Bujur (McNeilly,2001).

Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol. 10 No 1 Januari - Juni 2015 | 15


ISSN 1978-3000

Panas lingkungan tergantung dari konsentrat sapi penelitian berkisar antara


suhu dan kelembaban udara, kecepatan 7.0-7.4 kg. Besarnya konsumsi tersebut,
angin, radiasi matahari, kepadatan kandang, masih sesuai dengan anjuran NRC (2001)
dan pelepasan panas metabolis tubuh bahwa sapi-sapi dara FH dengan bobot
ternak (Berman, 2008). Oleh karena itu, badan antara 150 kg dan 300 kg dengan
dapat diduga bahwa sapi perah dara FH PBB 0,6 kg per hari dibutuhkan BK
hasil pengamatan mengalami cekaman berkisar 4,96kg dan 7,4kg BK per hari.
panas pada kondisi lingkungan tersebut. Kondisi cekaman panas, efesiensi
Berdasarkan klasifikasi Pennington dan penggunaan energi akan berkurang karena
VanDevender (2004), nilai THI tersebut meningkatnya energi untuk hidup pokok
menunjukan terjadinya cekaman panas dan energi untuk aktivitas termoregulasi.
sedang pada ternak. Cekaman panas Kamanga-Sollo et al. (2011) menyatakan
sedang ditandai dengan terjadinya pada saat tubuh ternak mengalami
pelepasan panas tubuh sebanyak 50% cekaman panas, tubuh akan menurunkan
melalui proses respirasi (Berman, 2005). laju metabolisme dengan menekan sekresi
hormon tiroksin serta mengeluarkan heat
Konsumsi Ransum dan Pertambahan shock proteins yang memiliki peranan
Bobot Badan (PBB) penting untuk merespon stress panas dan
Rataan tingkat konsumsi bahan jenis stress seluler lainnya dan dalam
kering pakan konsentrat dan pola tingkat regulasi dan efisiensi
perubahan pertambahan bobot badan sapi perkembangan otot.
perah dara (Tabel 1). Konsumsi BK pakan

Tabel 1. Rataan konsumsi BK, TDN, PK ransum dan PBB sapi perah dara selama
penelitian
Perlakuan
Peubah P1 P2 P3 P4
Bahan Kering (kg) 7,40±2,10 7,30±1,80 7,30±0,80 7,30±1,20
TDN (kg) 3,70±1,20 3,80±1,00 3,70±0,60 3,70±0,80
Protein Kasar (kg) 0,71±0,10 0,70±0,60 0,75±0,10 0,75±0,10
PBB (kg) 0,65±0,08a 0,65±0,05a 0,68±0,06a 0,60±0,08b
Superskrip berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata antar perlakuan
(P<0,05).

Hasil analisis menunjukkan bahwa serta jauh lebih rendah dibanding dari
pertambahan bobot badan tidak perbedaan perlakuan lainnya yaitu sebesar 0,60 kg
yang nyata antar perlakuan energi pakan per hari.
konsentrat P1, P2, dan P3 (P<0,05).
Meskipun demikian, rataan PBB dari Suhu Rektal (Tr)
perlakuan P4 dengan TDN konsentrat 75% Hasil pengukuran pengaruh
berbeda nyata dengan P1, P2, dan P3, perlakuan terhadap suhu rektal berkisar

16 | Respon Fisiologis Sapi Perah Dara Fries Holland (Suherman dan Purwanto)
ISSN 1978-3000

antara 38,6-39,2oC (Tabel 2). Rataan suhu 32,2 oC, suhu rektal dapat mencapai lebih
rektal tersebut, masih tergolong pada suhu dari 39,8oC serta 40 oC. Kondisi suhu
normal sapi perah, seperti yang yang tinggi tersebut, mengindikasikan
dikemukakan Kelly (1984) sebesar 38,2- fungsi tubuh bekerja secara ekstra untuk
39,1oC. Hasil penelitian Purwanto et al. mencapai keseimbangan panas yang baik
(1995) serta Kibler (1984) melaporkan untuk pengeluaran panas.
bahwa pada suhu lingkungan 30 oC serta

Tabel 2. Rataan respon fisiologis pada perlakuan energi pakan konsentrat yang berbeda
Waktu Perlakuan
Pengamatan P1 P2 P3 P4
Tr (rektaloC)
Pukul 10.00 38,6±0,11 a 38,6±0,09 a 38,8±0,15 b 39,0±0,17 c
Pukul 12.00 38,8±0,07 a 38,8±0,87 ab 39,0±0,16 b 39,2±0,09 c
a ab b
Pukul 14.00 38,7±0,13 38,7±0,05 38,9±0,16 39,2±0,10 c
Ts (kulit oC)
Pukul 10.00 36,6±0,51a 36,7±0,62a 37,4±0,45b 37,6±0,30b
a a b
Pukul 12.00 36,9±0,44 36,9±0,60 37,6±0,41 37,9±0,23b
Pukul 14.00 36,7±0,52a 36,8±0,51a 37,5±0,39b 37,8±0,19b
o
Tb (tubuh C)
Pukul 10.00 38,3±0,16a 38,4±0,15a 38,6±0,18b 38,8±0,17c
a a b
Pukul 12.00 38,5±0,09 38,6±0,15 38,8±0,18 39,0±0,09c
Pukul 14.00 38,4±0,17a 38,5±0,11a 38,7±0,15b 38,9±0,09c
Hr (kali/menit)
Pukul 10.00 61,9±6,40a 64,4±3,17a 68,5±4,37b 71,9±4,47b
Pukul 12.00 64,3±2,04 a 66,4±3,49 a 72,5±5,04 b 74,1±5,76 b
a a b
Pukul 14.00 62,3±2,02 64,4±4,62 69,6±3,66 70,9±5,97 b
Rr (kali/menit)
Pukul 10.00 54,8±2,16 a 56,3±2,34 a 62,4±3,12 b 64,1±2,20 b
Pukul 12.00 57,4±1,82 a 59,0±2,45 b 65,1±2,40 c 66,1±2,45 c
Pukul 14.00 55,6±2,31 a 56,9±0,73 a 62,9±2,76 b 63,2±2,43 b
Huruf kecil berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata antar perlakuan (P<0,05).

Hasil analisis pada Tabel 2 diakibatkan energi yang berasal dari


menunjukkan bahwa terdapat perbedaan ransum merupakan tambahan beban panas,
yang nyata (P<0,05) antar perlakuan selain dari lingkungan mikro. Fungsi tubuh
energi pakan konsentrat dalam bekerja secara ekstra sebagai termoregulasi
pengaruhnya terhadap suhu rektal. untuk menyeimbangkan produksi panas
Perlakuan P1 berbeda nyata dengan dan pengeluaran panas melalui konsumsi
perlakuan P4 dalam pengaruhnya terhadap air minum, evaporasi serta aktivitas dalam
suhu rektal sapi perah dara FH. Konsumsi hal tingkah laku ternak.
Energi TDN yang tinggi, produksi panas
yang diperoleh ternak tinggi pula

Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol. 10 No 1 Januari - Juni 2015 | 17


ISSN 1978-3000

Suhu Permukaan Kulit (Ts) dan Suhu Aharoni, 2001). Perubahan konsumsi
Tubuh (Tb) energi mempengaruhi termogenesis dan
Rataan suhu permukaan kulit sapi- nilai metabolisme basal (Demo et al.,
sapi selama perlakuan bervariasi antara 2001). Kadar energi yang lebih tinggi
36.66oC sampai 37.95oC yang terlihat pada menyebabkan produksi panas metabolis
Tabel 2. Nilai tersebut lebih besar lebih tinggi dan selanjutnya dapat memicu
dibandingkan dengan suhu permukaan peningkatan suhu tubuh.
kulit sapi yang dipelihara dalam
lingkungan mikro yang nyaman yaitu Denyut Jantung (Hr)
berkisar 33,5 oC -37,1oC (Purwanto et al., Hasil analisis sidik ragam
1995). Keadaan tersebut menunjukkan menunjukkan terdapat perbedaan yang
bahwa sapi-sapi yang diberi perlakuan, nyata (P<0.05) antar perlakuan setiap
sebagian besar mengalami cekaman panas. waktu pengamatan. Ada kecendrungan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sapi-sapi yang memperoleh perlakuan
suhu kulit yang berbeda antar perlakuan energi pakan konsentrat yang tinggi,
energi pakan konsentrat (P<0,05) per menunjukkan denyut jantung yang tinggi
waktu pengamatan. Perlakuan P1, P2 pula. Hal ini berhubungan dengan
berbeda dengan perlakuan P3 dan P4 aktivitas metabolisme sapi. Sapi yang
dalam pengaruhnya terhadap suhu memperoleh produksi panas yang tinggi
permukaan kulit ternak sapi dara FH. mengakibatkan aktivitas metabolisme yang
Perlakuan P1 dan P2 memberikan cepat daripada sapi yang memperoleh
pengaruh yang sama (suhu permukaan produksi panas yang lebih rendah. Isnaeni
kulit < 37oC), begitu juga perlakuan P3 (2006) mengemukakan bahwa produksi
dan P4 memberikan pengaruh yang sama panas yang tinggi cenderung
pula ( suhu permukaan kulit > 37oC). meningkatkan denyut jantung, yang
Rataan suhu tubuh ternak sapi merupakan mekanisme untuk menjaga
selama perlakuan energi pakan konsentrat tekanan darah stabil akibat dilatasi
berkisar antara 38,34oC sampai 39,06 oC pembuluh darah. Saat ada cekaman suhu
(Tabel 2). Nilai kisaran tersebut masih udara (320C), denyut jantung mencapai 79
tergolong yang normal 38,32-38,63oC kali/menit (Schutz et al., 2009). Ternak
pada suhu lingkungan yang nyaman (Kelly, mengkonsumsi konsentrat dengan tingkat
1984). Selain itu ada nilai suhu tubuh energi (TDN) yang lebih tinggi, memiliki
39,0oC yang diperoleh pada waktu denyut jantung yang cenderung lebih
pengamatan pukul 12.00 dengan perlakuan tinggi terutama saat ada cekaman panas.
P4 energi TDN tinggi 75%. Nilai tersebut
mengindikasikan sapi perah dara FH Frekuensi Respirasi (Rr)
mengalami cekaman panas. Perbedaan Frekuensi respirasi yang tertera
konsumsi energi pada sapi menyebabkan pada Tabel 2 umumnya tinggi, namun
peningkatan produksi panas (Brossh dan demikian tergolong kisaran normal sapi

18 | Respon Fisiologis Sapi Perah Dara Fries Holland (Suherman dan Purwanto)
ISSN 1978-3000

perah sesuai laporan Kibler (1984) yaitu Peningkatan frekuensi respirasi


27-56 kali per menit dengan suhu terjadi setelah ternak mulai mengkonsumsi
lingkungan 2oC dan 26.7oC. Yani dan pakan hingga empat jam berikutnya, saat
Purwanto (2006), respon respirasi akibat itu tekanan darah memiliki kekuatan/irama
pengaruh radiasi matahari di Bogor dengan yang sama dengan respirasi (Yang dan
sapi berada pada naungan mencapai Kuo, 2000). Peningkatan frekuensi
frekuensi respirasi 68 kali per menit. Hasil respirasi seiring dengan peningkatan suhu
analisis sidik ragam menunjukkan udara, kelembaban udara, dan nilai THI.
perbedaan yang nyata antar perlakuan Panas cuaca lingkungan dapat
dalam pengaruhnya terhadap laju respirasi meningkatkan rataan frekuensi respirasi
(P<0,05). Pengamatan pada pukul 12.00 (Schutz et al., 2010). Peningkatan
WIB, menunjukkan frekuensi respirasi frekuensi respirasi dapat terjadi pada
yang tinggi diakibatkan suhu lingkungan ternak untuk menjaga keseimbangan panas
yang panas pada siang hari, serta nyata bila tubuh saat mengalami cekaman panas
memperoleh giliran perlakuan energi tubuh dari hasil metabolisme pakan dan
pakan konsentrat yang tinggi. Hasil uji cuaca lingkungan. Hal tersebut
lanjut memperlihatkan bahwa pengamatan menunjukkan peningkatan laju respirasi
pukul 12.00 menunjukkan klasifikasi merupakan salah satu aktivitas yang dapat
perlakuan dengan energi TDN rendah (P1 dilakukan ternak agar suhu tubuhnya tidak
dan P2), energi TDN medium (perlakuan terus menerus naik (McNeilly, 2001).
P3), dan energi TDN tinggi (perlakuan P4).

39.1

39.0

38.9
Rr = 37.8 +0.0285 Tb
38.8 R : 0.948
38.7
Tb (oC)

38.6

38.5

38.4

38.3

38.2
2.5 3.0 3.5 4.0 4.5 5.0
TDN (Kg)

Gambar 1. Analisis Regresi TDN vs Tb

Hubungan Konsumsi Energi dengan mengalami peningkatan dari perlakuan P1


Respon Fisiologis ke perlakuan P4. Terdapatnya hubungan
Konsumsi energi pakan konsentrat
antara konsumsi energi pakan konsentrat
pada penelitian ini menyebabkan respon
dengan suhu tubuh (Tb) sapi perah dara
fisiologis, seperti Tr, Ts, Tb, Hr, Rr

Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol. 10 No 1 Januari - Juni 2015 | 19


ISSN 1978-3000

FH. Persamaan regresi linier antara TDN cows in hot climate, and on their
intake dengan suhu tubuh yang feed intake and milk yield.
ditunjukkan pada Gambar 1, yaitu Proceedings of the Symposium on
persamaan Tb: 37,8+0,285 TDN dengan energy Metabolism in Animal;
koefisien determinasi (r) 0,948, yang Snekkersten, 11-16 Sep 2000.
berarti 94,8% dapat dijelaskan dari model Wageningan Press. pp 97-100.
ini. TDN intake berpengaruh nyata Demo, M., M. Klein, B. Lohrke, W.
terhadap Tb dengan peluang 0,0001, Jentsch. 2001. Effect of energy
artinya bahwa peningkatan konsumsi TDN source on energy metabolism of
1 kg akan meningkatkan Tb sebesar broilers. Dalam; Energy metabolism
0,285oC. in animals. Proceedings of the
symposium on energy metabolism in
KESIMPULAN animals; Snekkersten, 11-16 sep
Sapi dara FH mencapai PBB yang 2000. Wageningen Press. pp 129-
optimal pada perlakuan TDN konsentrat 132.
70%. Peningkatan konsumsi energi TDN Isnaeni, W. 2006. Fisiologi Hewan.
konsentrat dapat meningkatkan respon Penerbit kanisius, Yogyakarta.
fisiologis. Respon fisiologis meningkat Kamanga-Sollo, E., A. Berman, M.S.
pada siang hari, mencapai puncak pada Allen, J.P. Wang. 2011. Effects of
pukul 12.00-14.00 dan menurun menjelang heat stress on proliferation, protein
sore hari. Model regresi antara Tb dan Rr turnover, and abundance of heat
menggambarkan proses termoregulasi shock protein messenger ribonucleic
yang baik, sehingga terdapat acid in cultured porcine muscle
keseimbangan antara produksi panas dan satellite cells. J Anim Sci 89: 3473-
pengeluaran panas. Setiap peningkatan 3480.
0,2oC Tb maka Rr berubah 17,5 kali/menit. Kelly,W.R. 1984. Veterinary clinical
diagnosis. Bailliere Tindall,
DAFTAR PUSTAKA London.
Kendall, P.E., P.P. Nielsen, J.R.Webster,
Berman, A. 2005. Estimates of heat stress
G.A.Verkerk, R.P.Littlejohn, L.R.
relief needs for Holstein dairy cows.
Matthews, 2006. The effects of
J Anim Sci 83: 1377-1384.
providing shade to lactating dairy
Berman, A. 2008. Increasing heat stress
cows in a temperate climate. Livest.
relief produced by coupled coat
Sci. 103, 148–157.
wetting and forced ventilation. J
Kibler, H.H. 1984. Energy metabolism and
Dairy Sci 91: 4571-4578.
related termoregulatory reactions to
Brosh, A. and Y. Aharoni. 2001. Effects of
thermal stress in 10oC and 27 oC
feeding regimen on the diurnal
acclimated heifers. Res. Bull. 739.
pattern of heat production by dairy

20 | Respon Fisiologis Sapi Perah Dara Fries Holland (Suherman dan Purwanto)
ISSN 1978-3000

Univ. Of Missouri, Columbia. P1- influences the behaviour and


32. physiology of dairy cattle. J Dairy
McNeilly, A.S. 2001. Reproduction, Sci 93:125-133.
fertility, and development. CSIRO Steel, R.G.D dan J.H. Torrie. 1995. Prinsip
Publishing 13:583-590. dan prosedur statistika. Suatu
[NRC]. National Research Council. 2001. pendekatan biometrik. Terjemahan.
Nutrient Requirements of Dairy Gramedia, Jakarta.
Cattle 7th revised edition. National Tucker, C.B., A.R. Rogers, and K.E.,
Academy Press. Schütz. 2008. Effect of solar
Pennington, J.A. and K. VanDevender. radiation on dairy cattle behaviour,
2004. Heat Stress in Dairy Cattle. use of shade and body temperature in
http://www.uaex.edu/otherareas/publ a pasture-based system. Applied
ication/html [19 Mei 2004] Animal Behaviour. Science
Purwanto, B.P. T. Matsumoto, F. 109:141–154.
Nakamasu, T. Ito, and S. Yamamoto, Tyler, H.D, and M.E, Ensminger. 2006.
S. 1995. Effect of standing and Dairy cattle science. 4th edition.
lying behaviours on heat production Pearson education, Inc., Upper
of dairy heifers differing in feed Saddle River, New Jersey.
intake levels. AJAS 6:271-274. Van Der Steit B, J.B. Wheclock, J.P.
Rahardja, D.P. 2006. Ilmu Lingkungan Wang. 2008. Effects of dietary
Ternak. Citra Emulsi, Makassar. protein and energy levels on cow
Schütz, K.E., N.R., Cox, and L.R, manure exeretion and ammonia
Matthews. 2008. How important is volatilization. J Dairy Sci 91:4811-
shade to dairy cattle? Choice 4821.
between shade or lying following Yani, A., dan B.P. Purwanto. 2006.
different levels of lying deprivation. Pengaruh Iklim Mikro terhadap
Applied Animal Behaviour Science Respons Fisiologis Sapi Peranakan
114 : 307–318. Fries Holland dan Modifikasi
Schutz, K.E, A.R. Rogers, N.R. Cox, C.B. Lingkungan untuk Meningkatkan
Tucker. 2009. Dairy cows prefer Produktivitasnya (ulasan). Media
shade that offers greater protection Peternakan 29:35-46.
against solar radiation in summer: Yang, C.C. and T..B Kuo. 2000. Impact of
shade use, behavior, and body pulse pressure on the respiratory-
temperature. Appl Anim Behav Sci related arterial presure variability
116:28-34 and its autonomic control in the rat.
Schutz, K.E, A.R. Rogers, N.R. Cox, C.B. Pflugers Arch. 439:772-780.
Tucker. 2010. The amount of shade

Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol. 10 No 1 Januari - Juni 2015 | 21

You might also like