Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
Kelompok : A1
Tanggal Praktikum:
17 September 2018
b. Suhu
Semakin besar perbedaan suhu (antara medium pemanas dengan
bahan yang dikeringkan), maka akan semakin cepat proses pindah
panas berlangsung sehingga mengakibatkan proses penguapan
semakin cepat pula. Semakin tinggi suhu udara pengering, maka akan
semakin besar energi panas yang dibawa ke udara yang akan
menyebabkan proses pindah panas semakin cepat sehingga pindah
massa akan berlangsung juga dengan cepat.[2]
c. Kecepatan Udara
Umumnya udara yang bergerak akan lebih banyak mengambil
uap air dari permukaan bahan yang akan dikeringkan. Udara yang
bergerak adalah udara yang mempunyai kecepatan gerak yang tinggi
yang berguna untuk mengambil uap air dan menghilangkan uap air
dari permukaan bahan yang dikeringkan.[2]
d. Kelembaban Udara
Semakin lembab udara di dalam ruang pengering dan sekitarnya,
maka akan semakin lama proses pengeringan berlangsung kering,
begitu juga sebaliknya. Karena udara kering dapat mengabsorpsi dan
menahan uap air. Setiap bahan khususnya bahan pangan mempunyai
keseimbangan kelembaban udara masing– masing, yaitu kelembaban
pada suhu tertentu dimana bahan tidak akan kehilangan air (pindah)
ke atmosfir atau tidak akan mengambil uap air dari atmosfir.[2]
e. Tekanan Atmosfir dan Vakum
Semakin besar tekanan yang diberikan maka akan semakin cepat
proses pengeringan. Tekanan biasanya menjadi salah satu faktor
dalam proses freeze drying.[2]
f. Waktu
Semakin lama waktu (batas tertentu) pengeringan, maka semakin
cepat proses pengeringan selesai. Dalam pengeringan diterapkan
konsep HTST (High Temperature Short Time). Waktu yang pendek
dapat menekan biaya pengeringan.[2]
5. Tipe Pengeringan
Proses pengeringan dapat dilakukan melalui dua metode yaitu
secara penjemuran dengan sinar matahari (sun drying) atau buatan
dengan menggunakan bantuan alat.
a. Penjemuran (Sun Drying)
Penjemuran adalah pengeringan dengan menggunakan sinar
matahari langsung sebagai energi panas. Penjemuran memerlukan
tempat pengeringan yang luas, waktu pengeringan yang lama.
Penjemuran dipengaruhi beberapa faktor yaitu kecepatan angin,
suhu udara dan kelembaban. Penguapan sekitar 15-20% dari kadar
air secara keseluruhan.[3]
b. Pengeringan Buatan (Artificial Drying)
Pengeringan buatan adalah pengeringan dengan menggunakan
alat pengering, di mana suhu kelembaban udara, kecepatan
pengaliran udara dan waktu pengeringan dapat diatur dan diawasi.
Pengeringan buatan dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
Keterangan :
m = Kadar air basis basah (%bb)
Wm = Berat air dalam bahan (g)
Wd = Berat padatan dalam bahan atau berat bahan kering
Wt = berattotal
Kadar air berat kering (b.k) adalah perbandingan antara berat air
yang ada dalam bahan dengan berat padatan yang ada dalam bahan.
Kadar air berat kering dapat ditentukan dengan persamaan berikut:
𝑊𝑚 𝑊𝑚
M = 𝑊𝑑 x 100% = 𝑊𝑡+𝑊𝑚 𝑥 100%
B. CARA KERJA
1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Mengupas ubi jalar merah kemudian mencucinya dengan air mengalir.
3. Memotong ubi jalar merah menjadi dua bagian (mengiris bagian pertama
secara memipih, dan mengiris bagian kedua secara kotak – kotak).
4. Melakukan pengamatan untuk melakukan pengujian berdasarkan rasa,
warna, aroma, dan tekstur.
5. Menimbang berat ubi jalar merah sebelum dikeringkan.
6. Membungkus ubi jalar merah dengan menggunakan alumunium foil.
7. Memasukkan ubi jalar merah ke dalam oven dengan suhu 70oC selama 20
menit.
8. Mengeluarkan irisan ubi jalar merah.
9. Mengeluarkan irisan ubi jalar merah dari oven kemudian
mendinginkannya.
10. Menimbang ubi jalar merah yang telah dikeringkan.
11. Melakukan pengamatan untuk melakukan pengujian berdasarkan rasa,
warna, aroma, dan tekstur.
12. Menghitung persentase kadar air berat basah dan berat kering pada ubi
jalar merah.
BAB III
HASIL PENGAMATAN
A. HASIL PENGAMATAN
1. Pengamatan Keadaan Bahan Pangan Sebelum dan Sesudah Pengeringan
Tabel 1.1 Keadaan bahan pangan sebelum dan sesudah pengeringan
Berat Tekstur Warna Aroma Rasa Kadar Air
No. Bahan
Sebelum Sesudah
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
(basah) (kering)
1. Ubi Jalar 45 g 41 g Keras, Lebih Putih Terlihat Bau Bau Sedikit Sedikit
Merah tipis tidak bertepung bercak bercak khas khas manis, manis, 8% 9,7 %
(pipih) berlendir dan kasat cokelat ubi, ubi, seperti berte-
(+)
dan kasat tidak lebih berte- pung
2. Ubi Jalar 45 g 45 g (+++) (++)
menye- menye- pung
Merah tebal (++++) (+++)
ngat ngat 0% 0%
(kotak) (+++)
(++) (++++)
Keterangan
1 Tidak 3 Sedang
2 Sedikit 4 Sangat
B. PERHITUNGAN
1. Perhitungan Persen Penyusutan Kadar Air
Ubi Jalar Merah Pipih
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑢𝑏𝑖 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑢𝑏𝑖 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑑𝑎ℎ
a.) Penyusutan air = 𝑥 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑢𝑏𝑖 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚
45−41
= 𝑥 100%
45
= 8,89%
𝑊𝑚
m = 𝑊𝑚+𝑊𝑑 x 100%
4
=4+41 x 100%
4
= 45 x 100%
= 8%
f.) Perhitungan Kadar Air Kering pada Ubi Jalar Merah Pipih
𝑊𝑚
M = 𝑊𝑑 x 100%
4
= 41 x 100%
= 9,7%
Ubi Jalar Merah Kotak (Tebal)
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑢𝑏𝑖 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑢𝑏𝑖 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑑𝑎ℎ
a.) Penyusutan air = 𝑥 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑢𝑏𝑖 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚
45−45
= 𝑥 100%
45
= 0%
𝑊𝑚
m = 𝑊𝑚+𝑊𝑑 x 100%
0
= 0+45 x 100%
0
= x 100%
45
= 0%
f.) Perhitungan Kadar Air Kering pada Ubi Jalar Merah Kotak
𝑊𝑚
M = 𝑊𝑑 x 100%
0
= 45 x 100%
= 0%
C. Dokumentasi Kegiatan
Irisan terhadap Kadar Air, Laju Pengeringan, dan Karakteristik Fisik Ubi
Kayu dan Ubi Jalar. Semarang : Departemen Teknik imia Teknologi Industri.
2017.
Ubi Jalar Ungu. Medan : Juneal Ilmu dan teknologi Pangan Fakultas
Proksimat dan organoleptik Ubi Jalar Merah (Ipomea batatas (L.) Lam.) pada
21(1) : 1-6.
Aluminium Foil sebagai Koagulan pada IPAL. Jurnal Teknologi Proses dan