You are on page 1of 14

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

HIPERTENSI PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL

Rudi Darmadi1, Andri Dwi Hernawan2, Elly Trisnawati2

1
Mahasiswa Peminatan Epidemiologi Kesehatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Pontianak tahun 2013 (rdarmadi1899@gmail.com)
2
Dosen Peminatan Epidemiologi Kesehatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Pontianak. (andri2hernawan@yahoo.com)
3
Dosen Peminatan Epidemiologi Kesehatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Pontianak. (elly_occ.health@yahoo.co.id)
ABSTRACT

Hypertension remains a health concern because it is a disease of the Silent Killer (silent
killer) and usually occurs without symptoms (asymptomatic). According to WHO, a
disease related to work one of them is Hypertension. Based on data from routine reporting
Sambas Askes health center in 2012, the Civil Servants (PNS) who experienced
hypertension as much as 29.80% of the civil servants in 1523. Results from a preliminary
survey conducted by researchers at six on education (regional work units), civil servants
suffer as much as 10.11% Hypertension of 168 civil servants who work period> 5 years.
This study aims to determine the factors associated with hypertension in the Civil Service
in Sambas district government in 2013.
This study used a case-control design. Study sample as many as 54 respondents (18 cases
and 36 controls) were taken using purposive sampling technique. The statistical test used
Chi-square (L 95%).
The results showed there is a significant relationship between work stress (p value =
0.032; OR = 6.400, 95% CI = 1.279 to 32.027), workplace diet (p value = 0.025; OR =
4.545, 95% CI = 1.356 to 15.238 ) and exercise habits (aerobics) 3 times the frequency
and duration of 30 minutes / week (p value = 0.003; OR = 17.00, 95% CI = 2.041 to
141.625). Variables that are not related workload ≥ 5 hours / day (p value = 0.246).
It is recommended to the Government for the Sambas district health monitoring
(screening) at least 1 year of civil servants, improving health promotion, worker tasks
should be designed in accordance individual skills and abilities, work rotation (job
rotation) to reduce work stress on a regular basis PNS and continuous, appealed to civil
servants to exercise at least 3 times a duration of 30 minutes / week to maintain health,
physical fitness and blood pressure control than through treatment.

Keywords : Hypertension, work stress, workplace diet, exercise habits, PNS.


Pendahuluan peringkat pertama penyebab kematian
baik di negara maju maupun negara
Sejarah epidemiologi bermula berkembang.1
dengan penanganan masalah penyakit Hipertensi masih menjadi
menular dan banyak menelan korban masalah kesehatan karena merupakan
pada waktu itu. Karena itu, penyakit The Silent Killer (pembunuh
epidemiologi hampir selalu dikaitkan diam-diam) dan umumnya terjadi
dan dianggap hanya sebagai tanpa gejala (asimptomatis). Sebagian
epidemiologi penyakit menular. Hal besar orang tidak merasakan apapun,
ini tidak dapat disangkal jika dikaitkan walau tekanan darahnya sudah jauh di
dengan sejarah perkembangannya atas normal. Hal ini dapat berlangsung
yang berlatar belakang penyakit bertahun-tahun sampai akhirnya
menular. Namun kemudian, penderita (yang tidak merasa
perkembangan sosio ekonomi, kultural menderita) jatuh ke dalam kondisi
bangsa dan dunia menuntut darurat, dan bahkan terkena penyakit
epidemiologi untuk memberikan jantung, stroke atau rusak ginjalnya.3
perhatian kepada penyakit tidak Menurut WHO dan the
menular karena sudah mulai International Society of Hypertension
meningkat dan cenderung sesuai (ISH), saat ini terdapat 600 juta
dengan perkembangan masyarakat.1 penderita hipertensi di seluruh dunia,
Penyakit Tidak Menular dan 3 juta di antaranya meninggal
(PTM) adalah penyebab kematian setiap tahunnya.4 Riset Kesehatan
terbanyak di Indonesia. Keadaan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun
dimana penyakit menular masih 2007 melaporkan prevalensi hipertensi
merupakan masalah kesehatan penting secara nasional mencapai 31,70%,
dan dalam waktu bersamaan prevalensi secara provinsi Kalbar
morbiditas dan mortalitas PTM makin mencapai 29,8% dan prevalensi secara
meningkat yang merupakan beban Kabupaten Sambas mencapai 33,6%.5
ganda dalam pelayanan kesehatan, Profil dinas kesehatan
masalah ini merupakan tantangan yang Kabupaten Sambas tahun 2010
harus dihadapi dalam pembangunan mencantumkan penyakit hipertensi
bidang kesehatan di Indonesia. menempati urutan ketiga dari sepuluh
Proporsi angka kematian akibat PTM penyakit besar sebanyak 8462 kasus
meningkat dari 41,7% pada tahun (5,06%), tahun 2011 meningkat
1995 menjadi 49,9% pada tahun 2001 menjadi peringkat kedua sebanyak
dan 59,5% pada tahun 2007.2 9050 kasus (8,5%), dan tahun 2012
Penyebab kematian tertinggi dari peringkatnya tetap kedua namun
seluruh penyebab kematian adalah jumlahnya semakin meningkat
stroke (15,4%), disusul hipertensi, sebanyak 9522 kasus (10%) dari
diabetes, kanker, dan penyakit paru sepuluh penyakit besar yang terjadi di
obstruktif kronis. Kematian akibat Kabupaten Sambas. Profil Puskesmas
PTM terjadi di perkotaan dan Sambas tahun 2011 mencantumkan
perdesaan. Dari sepuluh penyebab penyakit hipertensi menduduki
utama kematian, dua diantaranya peringkat ketiga dari sepuluh penyakit
penyakit jantung dan stroke. Penyakit besar sebanyak 1.462 kasus (5,96%)
jantung dan stroke menduduki dan pada tahun 2012 penyakit
hipertensi masih menduduki peringkat Tenaga Kerja dan Tranmigrasi, Dinas
ketiga dari sepuluh penyakit besar kependudukan dan Catatan Sipil, dan
tetapi jumlahnya meningkat sebanyak Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan
1.608 kasus (10%). dan Pariwisata, PNS yang masa
Penyebab dari penyakit kerjanya > dari 5 tahun yang
hipertensi adalah faktor risiko yang berjumlah 168 orang ditemukan 17
multikausal (bermacam-macam), orang ( 10,11%) menderita hipertensi.
bahkan tidak jelas.6 Faktor risiko Hubungan antara mekanisme
hipertensi yang tidak dapat diubah stres terhadap hipertensi diduga
seperti umur, ras/suku, jenis kelamin, melalui aktivitas saraf simpatis, yang
genetik dan faktor risiko hipertensi dapat meningkatkan tekanan darah
yang dapat diubah seperti obesitas, secara bertahap. Apabila stres menjadi
stres, kebiasaan makan tinggi berkepanjangan dapat berakibat
kolesterol dan natrium, merokok, tekanan darah menjadi tetap tinggi.
personality tipe, dan diabetes melitus. Hal ini secara pasti belum terbukti,
Menurut WHO, penyakit akan tetapi pada binatang percobaan
yang berhubungan dengan pekerjaan yang diberikan pemaparan tehadap
salah satu diantaranya adalah stres ternyata membuat binatang
hipertensi. Penyakit yang berhubungan tersebut menjadi hipertensi.7
dengan pekerjaan bersifat Hubungan antara stres psikologis dan
multifaktorial, sering kali saling terkait penyakit sering disebut interaksi
ditempat kerja.6 Menurut laporan pikiran dan tubuh. Riset telah
deteksi dini penyakit tidak menular menunjukan bahwa stres dapat
PNS dalam rangka hari HKN dan mempengaruhi penyakit dan pola
HUT Korpri tahun 2012 yang penyakit. Stres yang berkepanjangan
diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan telah menunjukan hubungan dengan
provinsi bekerja sama dengan Dinas penyakit kardiovaskuler dan
Kesehatan Kabupaten Sambas, dalam gastrointestinal, beberapa kanker dan
proses pemeriksaan dideteksi bahwa gangguan imunologis juga sakit
PNS yang menderita hipertensi kepala, migrain, kepenatan dan mudah
sebanyak 53 orang (25,23%) dari 210 tersinggung.7 Hasil penelitian
orang yang memeriksakan diri. Data menunjukan bahwa terdapat hubungan
dari Badan Kepegawaian Daerah antara stres kerja dan hipertensi.
Kabupaten Sambas tahun 2012 Beban kerja yang terlalu tinggi
terdapat 638 orang PNS yang tersebar termasuk salah satu faktor yang dapat
dalam 13 Dinas daerah atau SKPD. menyebabkan meningkatnya tekanan
Berdasarkan data laporan rutin Askes darah. Menurut Kemenkes RI, job
Puskesmas Sambas tahun 2012, PNS content, beban kerja dan pacu kerja,
yang mengalami hipertensi sebanyak jadwal kerja dll, dapat menyebabkan
454 kasus (29,80) dari 1523 PNS yang reaksi stres secara fisiologis, perilaku,
terdata di Puskesmas Sambas. reaksi emosional dan kognitif dengan
Hasil dari survey konsekuensi jangka panjang pada
pendahuluan yang dilakukan peneliti pekerja secara fisik dan fisiologis
di enam SKPD yaitu Dinas Kesehatan, menyebabkan penyakit kardiovaskuler
Dinas Kelautan dan perikanan, Dinas (hipertensi).8 Hasil penelitian bahwa
Pendapatan Daerah, Dinas Sosial menunjukan ada hubungan antara
beban kerja yang terlalu tinggi mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan hipertensi.9 berhubungan dengan hipertensi pada
Lingkungan kerja yang tidak PNS dipemerintah Kabupaten Sambas.
sehat dan kurang kondusif bukan
hanya berdampak secara psikis, namun Metode
berdampak ke pola makan dan Penelitian ini dilakukan di 13
memicu sejumlah kebiasaan buruk. SKPD (Satuan Kerja Perangkat
Pola makan penduduk yang tinggi di Daerah) Kabupaten Sambas.
kota-kota besar berubah dimana fast Pengumpulan data dilakukan sejak
food, makanan kaya kolesterol dan tanggal 27 November – 13 Desember
rendah serat menjadi bagian yang tahun 2013. Penelitian ini merupakan
dikonsumsi sehari-hari.10 penelitian observasional analitik
Menurut Oenzil, faktor resiko dengan pendekatan kasus kontrol
perkembangan penyakit pembuluh (Case Control).
darah (Atherosklerotik) yang menjadi Populasi dalam penelitian ini
penyebab hipertensi adalah asupan adalah seluruh PNS yang ada di
tinggi kolesterol dan lemak jenuh, Pemerintah Kabupaten Sambas.
hiperkolesterolemia.11 Hasil penelitian Subjek dalam penelitian ini berjumlah
menunjukan bahwa terdapat hubungan 54 responden dengan perbandingan
antara pola makan dengan hipertensi.12 antara sampel kasus dan sampel
Seorang PNS yang kontrol adalah 1:2, yang terdiri dari 18
menghabiskan waktu dikantor selama kasus dan 36 kontrol. Teknik
kurang lebih delapan jam dalam lima pengambilan sampel yang digunakan
hari kerja banyak yang tidak adalah purposive sampling.
melakukan kebiasaan olahraga secara Data diperoleh melalui
teratur dengan alasan tidak ada waktu wawancara langsung kepada
untuk berolahraga. Seseorang yang responden menggunakan kuesioner
tidak aktif secara fisik memiliki resiko serta pengukuran tekanan darah
30-50% lebih besar untuk mengalami dengan menggunakan alat
hipertensi.13 Hasil penelitian Sphygmomanometer dan Stateskop..
menunjukan bahwa terdapat hubungan Analisis data dilakukan secara
yang bermakna antara kebiasaan bertahap meliputi analisis data
olahraga dengan hipertensi.14 univariat dan bivariat. Analisa bivariat
Hipertensi pada PNS harus diuji mengunakan uji Chi Square
menjadi perhatian secara khusus dengan derajat ketepatan 95% (α =
karena jika hipertensi mengenai PNS 0,05).
sudah tentu akan mengganggu aktifitas
Hasil dan Pembahasan
dan kinerja dari PNS itu sendiri dalam
mengemban tugas dan tanggung jawab Hasil Penelitian
dalam melaksanakan tugas Gambaran Umum
pemerintahan apalagi disertai dengan Kabupaten Sambas dengan
komplikasi dari hipertensi seperti luas wilayah 6.395,70 km2 atau
stroke. 639.570 ha (4,36% dari luas wilayah
Provinsi Kalimantan Barat),
Berdasarkan uraian di atas
merupakan wilayah Kabupaten yang
maka perlu dilakukan penelitian untuk
terletak pada bagian pantai barat
paling utara dari wilayah propinsi Kerja Pemerintah Daerah) termasuk
Kalimantan Barat. Panjang pantai diwilayah kerja Puskesmas Sambas,
±128,5 km dan panjang perbatasan sedangkan 1 SKPD yaitu dinas
negara ±97 km. Dilihat dari letak Perhubungan termasuk diwilayah kerja
geografisnya Kabupaten Sambas Puskesmas Terigas. Jumlah seluruh
terletak diantara 1’23” Lintang utara PNS yang ada di Kabupaten Sambas
dan 108’39” Bujur Timur. Lokasi tahun 2012 sebanyak 7779 orang.
penelitian berada di Kecamatan Sedangkan jumlah pegawai yang ada
Sambas, terdapat 3 Puskesmas yang di Pemerintah Kabupaten Sambas
ada didaerah Kecamatan Sambas yaitu yang ada di 13 SKPD berjumlah
Yaitu Puskesmas Sambas, Terigas dan sebanyak 638 orang.
Semberang. Dimana 12 SKPD (Satuan

Karakteristik Responden
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Responden di 13 SKPD Pemerintah
Kabupaten Sambas Tahun 2013

Kasus Kontrol
Karakteristik Responden
N % N %
Umur
20-30 th 1 5,6 1 2,8
31-40 th 3 16,7 12 33,3
41-50 th 9 50 15 41,7
51-60 th 5 27,8 8 22,2
Jenis Kelamin
Perempuan 2 11,1 6 16,7
Laki-laki 16 88,9 30 83,3
Status Merokok
Merokok 6 33,3 12 33,3
Tidak Merokok 12 66,7 24 66,7
Riwayat Hipertensi
Ada 11 61,1 11 30,6
Tidak Ada 7 38,9 25 69,4
Sumber : Data Primer 2013
Dari tabel 1 dapat diketahui Karakteristik responden berdasarkan
bahwa karakteristik responden status merokok pada kelompok kasus
berdasarkan umur pada kelompok sebagian besar tidak merokok 66,7%,
kasus sebagian besar berumur antara sedangkan pada kelompok kontrol
41-50 th 50%, sedangkan pada sebagian besar tidak merokok 66,7%.
kelompok kontrol sebagian besar Karakteristik reponden berdasarkan
berumur antara 41-50 th 41,7%. riwayat hipertensi pada kelompok
Karakteristik responden berdasarkan kasus sebagian besar ada riwayat
jenis kelamin pada kelompok kasus hipertensi 61,1% dan sedangkan pada
dan kontrol sebagian besar adalah laki- kelompok kontrol sebagian besar tidak
laki masing-masing sebesar 88,9%. ada riwayat hipertensi 69,4%.
Univariat
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Stres Kerja, Beban Kerja, Pola Makan Ditempat Kerja,
dan Kebiasaan Olahraga

Kasus Kontrol
Distribusi Frekuensi n % N %
Stres Kerja
Stres 16 88,9 20 55,6
Tidak Stres 2 11,1 16 44,4
Beban Kerja
Berlebihan 15 83,3 23 63,9
Normal 3 16,7 13 36,1
Pola Makan Ditempat Kerja
Berisiko 12 66,7 11 30,6
Tidak Berisiko 6 33,3 25 69,4
Kebiasaan Olahraga
Tidak Olahraga 17 94,4 18 50
Olahraga 1 5,6 18 50
Sumber : Data Primer 2013

Dari tabel 2 dapat diketahui 63,9%. Distribusi dan frekuensi


distribusi dan frekuensi responden responden berdasarkan pola makan
berdasarkan stres kerja, pada ditempat kerja, pada kelompok kasus
kelompok kasus sebagian besar sebagian besar berisiko 66,7%, dan
mengalami stres kerja 88,9%, pada kelompok kontrol sebagian besar
sedangkan pada kelompok kontrol tidak berisiko 69,4%. Distribusi dan
sebagian besar juga mengalami stres frekuensi responden berdasarkan
kerja 55,6%. Distribusi dan frekuensi kebiasaan olahraga, pada kelompok
responden berdasarkan beban kerja, kasus sebagian besar tidak olahraga
pada kelompok kasus sebagian besar 94,4%, sedangkan pada kelompok
berlebihan 83,3%, sedangkan pada kontrol antara tidak olahraga dan
kontrol sebagian besar juga berlebihan olahraga sama besar 50%.
Bivariat
Tabel 3
Hubungan Stres Kerja, Beban Kerja, Pola Makan Ditempat Kerja, dan Kebiasaan
Olahraga dengan Kejadian Hipertensi pada Pegawai Negeri Sipil

Responden
OR
Faktor Risiko Kasus Kontrol p value
95% CI
n % n %
Stres Kerja
Stres 16 88,9 20 55,6 6,4
0,032
Tidak Stres 2 11,1 16 44,4 (1,27 -32,02)
Beban kerja
Berlebihan 15 83,3 23 63,9 2,82
0,246
Normal 3 16,7 13 36,1 (0,68–11,62)
Pola Makan Ditempat Kerja
Berisiko 12 66,7 11 30,6 4,54
0,025
Tidak Berisiko 6 33,3 25 69,4 (1,35-15,23)
Kebiasaan Olahraga
Tidak Olahraga 17 94,4 18 50 17
0,003
Olahraga 1 5,6 18 50 (2,04-141,6)
Sumber : Data Primer 2013

Dari tabel 3 diketahui hasil Hasil analisis antara


analisis antara stres kerja dengan kebiasaan olahraga dengan kejadian
kejadian hipertensi didapat nilai p hipertensi didapat nilai p value =
value = 0,032 (< 0,05) dapat 0,003 (< 0,05) dapat disimpulkan
disimpulkan bahwa ada hubungan bahwa ada hubungan yang bermakna
yang bermakna antara stres kerja antara kebiasaan olahraga dengan
dengan kejadian hipertensi. Hasil kejadian hipertensi. Hasil analisis
analisis diperoleh nilai OR = 6,4 (95% diperoleh nilai OR = 17 (95% CI =
CI = 1,27 – 33,02) artinya orang yang 2,04 – 141,6) artinya orang yang
mengalami stres kerja berisiko 6,4 kali mempunyai kebiasaan tidak
menderita hipertensi dibandingkan berolahraga berisiko 17 kali menderita
dengan orang yang tidak stres kerja. hipertensi dibandingkan dengan orang
Hasil analisis antara beban yang mempunyai kebiasaan olahraga.
kerja dengan kejadian hipertensi di
dapat nilai p value = 0,246 (> 0,05) Pembahasan
dapat disimpulkan bahwa tidak ada Stres Kerja
hubungan antara beban kerja dengan Hasil analisis bivariat
kejadian hipertensi. menunjukkan bahwa ada hubungan
Hasil analisis antara pola yang bermakna antara stres kerja
makan ditempat kerja dengan kejadian dengan kejadian hipertensi (p value =
hipertensi didapat nilai p value = 0,032) dan nilai OR = 6,4, artinya
0,025 (< 0,05) artinya ada hubungan responden yang mengalami stres kerja
yang bermakna antara pola makan mempunyai kecenderungan menderita
ditempat kerja dengan kejadian hipertensi 6,4 kali dibandingkan
hipertensi. dengan responden yang tidak stres
kerja. Hasil penelitian ini sejalan saat kita berada dalam situasi bahaya
dengan penelitian Asih (2010), yang atau siaga, tubuh mempersiapkan
menyebutkan bahwa orang yang reaksi menyerang (fight) atau
mengalami stres kerja berisiko 11,769. melarikan diri (flight) yang dipicu
kali mengalami hipertensi.15 penelitian adrenalin. Bila seseorang terus berada
ini juga sejalan dengan penelitian dalam situasi seperti ini, tekanan
Poerwati (2008) menunjukan bahwa darahnya akan bertahan pada tingkat
terdapat hubungan antara stres kerja tinggi.13
dengan hipertensi pada pegawai dinas Berdasarkan teori dan hasil
kesehatan Pekan baru p value = penelitian di atas, maka dapat
0,024.16 Penelitian ini juga sejalan disimpulkan bahwa stres kerja
dengan penelitian Markovitz, et al berpengaruh terhadap kejadian
(2004), yang menunjukan bahwa hipertensi karena stres kerja dapat
orang dengan peningkatan ketegangan memacu pengeluaran adrenalin dan
pekerjaan 2,06 kali mengalami kortisol yang menyebabkan
hipertensi.17 peningkatan tekanan darah.
Hubungan antara stres
dengan hipertensi diduga melalui Beban Kerja
aktivitas saraf simpatis, yang dapat Hasil analisis bivariat
meningkatkan tekanan darah secara menunjukkan bahwa tidak ada
bertahap. Apabila stres menjadi hubungan yang bermakna antara
berkepanjangan dapat berakibat beban kerja dengan kejadian hipertensi
tekanan darah menjadi tetap tinggi. (p value = 0,246). Artinya beban kerja
Hal ini secara pasti belum terbukti, > 5 jam/hari bukan merupakan faktor
akan tetapi pada binatang percobaan risiko dari hipertensi.
yang diberikan pemaparan tehadap Penelitian ini tidak sejalan
stres ternyata membuat binatang dengan penelitian Haiou,et al (2006)
tersebut menjadi hipertensi.7 yang menemukan bahwa ada
Hubungan antara stres hubungan antara individu yang bekerja
psikologis dan penyakit sering disebut 40 jam/minggu lebih mungkin untuk
interaksi pikiran dan tubuh. Riset telah melaporkan menderita hipertensi
menunjukan bahwa stres dapat sebanyak 14% (95% CI: 1,04-1,33).18
mempengaruhi penyakit dan pola penelitian ini juga tidak sejalan dengan
penyakit. Stres yang berkepanjangan penelitian Ducher, et al (2006), yang
telah menunjukan hubungan dengan dilakukan di Prancis menunjukan
penyakit kardiovaskuler dan bahwa beban kerja yang terlalu tinggi
gastrointestinal, beberapa kanker dan secara signifikan berhubungan dengan
gangguan imunologis juga sakit hipertensi sistolik (tekanan darah
kepala, migrain, kepenatan dan mudah sistolik > 140 mmHg) dengan nilai p
tersinggung.7 value = 0,001.9
Seseorang yang mengalami Beban kerja yang diteliti
kondisi tertekan, akan menyebabkan pada PNS di Pemerintah Kabupaten
adrenalin dan kortisol dilepaskan ke Sambas terdiri dari dua kategori
aliran darah sehingga menyebabkan jabatan yaitu pengambil kebijakan
peningkatan tekanan darah agar tubuh (Kabid, Kasie/Kasubbag) dan
siap untuk bereaksi. Itulah yang terjadi pelaksana teknis (staf) berdasarkan
uraian tugas pokok dan fungsi masing- yang bermakna dengan hipertensi pada
masing jabatan berdasarkan keputusan PNS di Pemerintah Kabupaten Sambas
Menteri Dalam Negeri Nomor 12 tahun 2013. Keadaan ini disebabkan
tahun 2008 tentang pedoman analisis oleh beberapa faktor : hasil penelitian
beban kerja dilingkungan departemen ini tidak berhubungan disebabkan oleh
dalam negeri dan pemerintah daerah.19 bias informasi beban kerja karena pada
Beban kerja didasarkan saat penelitian ini berlangsung,
waktu yang efektif dalam 1 hari kerja bersamaan dengan waktu bagi PNS
yaitu 5 jam/hari. Kelebihan waktu menyelesaikan tugas/kegiatan yang
kerja lebih dari 5 jam/hari dinyatakan berhubungan dengan pertanggung
kelebihan beban kerja. Berdasarkan jawaban anggaran disebabkan waktu
hasil uji univariat pada distribusi tersebut sudah mendekati akhir
frekuensi beban kerja kerja responden tenggat waktu penyelesaian
sebagian besar sebagai pengambil tugas/kegiatan untuk anggaran tahun
kebijakan sebanyak 36 orang (66,7%) 2013. Alasan lama kerja yaitu 25
dan hasil uji univariat pada distribusi jam/minggu yang kurang dari 40
frekuensi beban kerja responden jam/minggu yang menyebabkan hasil
menunjukan bahwa sebagian besar ini tidak berhubungan karena beban
responden (pengambil kebijakan) kerja berdasarkan waktu masih dalam
sebanyak 38 orang (70,4%) memiliki batas normal meskipun secara norma
beban kerja berlebihan (> dari 5 jam). waktu menurut Kepmendagri no 12
Hasil penelitian diatas Hasil penelitian tahun 2008 total beban kerja dengan
diatas menunjukan bahwa beban kerja waktu 25 jam/ minggu adalah batas
responden sebagian besar sebagai maksimal. Hasil penelitian ini tidak
pengambil kebijakan sebanyak 36 berhubungan juga disebabkan oleh
orang (66,7%) dan sebagian besar libur kerja bagi PNS yaitu hari sabtu
responden (pengambil kebijakan) dan minggu yang menyebabkan PNS
sebanyak 38 orang (70,4%) memiliki mendapat cukup waktu untuk dapat
beban kerja berlebihan (> dari 5 jam). dipergunakan untuk kegiatan istirahat
Hasil penelitian ini juga tidak sejalan dirumah atau refreshing sehingga
dengan penelitian Emmanuel et al dapat menurunkan intensitas dari
(2012), yang menunjukan bahwa stres beban kerja PNS ditempat kerja.
yang dirasakan tidak ada hubungan Berdasarkan teori dan hasil
dengan tekanan darah diantara penelitian di atas, maka dapat
individu dari status pekerjaan tinggi disimpulkan bahwa beban kerja bukan
(OR: 0,91, 95% CI: 0,87-0,96), tetapi merupakan faktor risiko dari
positif berhubungan antara mereka hipertensi, hal ini karena beban kerja
status rendah (OR: 1,10, 95% CI: yang dimaksud dapat menyebabkan
1,03-1,17) atau pengangguran (OR: hipertensi dapat disebabkan oleh
1,13, 95% CI: 1,03-1,24). Hubungan faktor lain, seperti faktor psikososial
antara stres yang dirasakan saat ini dan (stres kerja) bukan disebabkan oleh
tekanan darah tergantung pada status faktor kelelahan fisik dalam bekerja
pekerjaan.20 karena beban kerja yang menjadi dasar
Berdasarkan hasil penelitian dalam penelitian ini berkaitan dengan
ini maka faktor beban kerja yang lamanya (waktu) suatu tugas atau
berlebihan tidak mempunyai hubungan
pekerjaan yang harus diselesaikan oleh satunya adalah kolesterol yang
PNS. mempengaruhi proses atherosklerosis
(pengecilan diameter pembuluh
Pola Makan Ditempat Kerja darah). Supaya kadar kolesterol tidak
Hasil analisis bivariat tinggi dianjurkan meningkatkan
menunjukkan bahwa ada hubungan asupan serat makanan, kurangi asupan
yang bermakna antara pola makan lemak jenuh jeroan, daging berlemak,
ditempat kerja dengan kejadian tingkatkan asupan lemak tidak jenuh
hipertensi (p value = 0,025), dan nilai seperti ikan, olahraga teratur dan
OR = 4,54 artinya seseorang dengan supaya tekanan darah normal
kebiasaan pola makan ditempat kerja dianjurkan asupan serat makanan
yang berisiko mempunyai (natrium) (buah dan sayur) > 400
kecenderungan menderita hipertensi gram/hari dan kurangi garam dapur.11
4,54 kali dibandingkan dengan orang Berdasarkan teori dan hasil
dengan kebiasaan pola makan penelitian di atas, maka dapat
ditempat kerja yang tidak berisiko. disimpulkan bahwa pola makan
Penelitian ini sejalan dengan ditempat kerja yang berisiko
penelitian Saban (2013), yang merupakan faktor risiko dari hipertensi
menunjukan bahwa terdapat hubungan karena banyak mengkonsumsi
antara pola makan (jenis makanan) makanan yang tinggi lemak atau
dengan kejadian hipertensi pada lansia lemak jenuh akan membawa dampak
dengan nilai p value = 0.021.12 hasil buruk bagi kesehatan tubuh yang salah
penelitian ini juga sejalan dengan satunya adalah kolesterol yang
penelitian Aris (2008), yang mempengaruhi proses atherosklerosis
menemukan bahwa orang dengan (pengecilan diameter pembuluh darah)
kebiasaan sering konsumsi lemak dan menyebabkan thrombosis, yang
jenuh (≥ 3 kali) dalam seminggu 7,72 dapat meningkatkan denyut jantung
kali menderita hipertensi.26 dan dan tekanan darah sistolik dan
berdasarkan penelitian Kapriana, et al diastolik.
(2012), menunjukan bahwa orang
dengan asupan tinggi lemak 4,3 kali Kebiasaan Olahraga
menderita hipertensi obesitas.21 Hasil analisis bivariat
Frekuensi mengkonsumsi menunjukkan bahwa ada hubungan
makanan fast food, rendah serat dan yang bermakna antara kebiasaan
tinggi kolesterol menimbulkan olahraga dengan kejadian hipertensi
masalah kesehatan karena hampir (p value = 0,003). Artinya kebiasaan
semua makanan cepat saji tinggi akan olahraga merupakan faktor risiko dari
lemak jenuh, lemak trans, karbohidrat hipertensi.
sederhana dan garam, yang semua itu Penelitian ini sejalan dengan
berhubungan dengan hipertensi, penelitian Jatmiko (2012) yang
penyakit jantung dan diabetes melitus menemukan bahwa orang dengan
tipe 2. kebiasaan tidak olahraga 2,24 kali
Banyak mengkonsumsi menderita hipertensi.14 penelitian ini
makanan yang tinggi lemak atau juga sejalan dengan penelitian
lemak jenuh akan membawa dampak Kapriana, et al (2012), yang
buruk bagi kesehatan tubuh yang salah menemukan bahwa orang dengan
aktivitas olahraga jarang 3,31 kali Berdasarkan teori dan hasil
menjadi hipertensi obesitas pada penelitian di atas, maka dapat
remaja awal.21 penelitian ini juga disimpulkan bahwa kebiasaan tidak
sejalan dengan penelitian Yuliantini, E olahraga merupakan faktor risiko
and Maigoda, TC (2011), yang terjadinya hipertensi karena Kegiatan
menunjukan bahwa ada hubungan olahraga yang dilakukan secara teratur
olahraga aerobik 60 menit 3 kali / dapat membantu proses penurunan
minggu dengan status tekanan darah berat badan, kadar lemak dalam darah,
dengan nilai p value = 0,000.22 tekanan darah dan faktor risiko
Kegiatan olahraga yang penyakit kardiovaskular lainnya dan
dilakukan secara teratur dapat jenis olahraga aerobik yang dapat
membantu proses penurunan berat mengontrol tekanan darah adalah
badan, kadar lemak dalam darah, berjalan kaki/ jogging, bersepeda,
tekanan darah dan faktor risiko berenang, dan senam.
penyakit kardiovaskular lainnya.23
Manfaat utama olahraga Kesimpulan
meliputi mempertahankan dan 1. Ada hubungan yang signifikan
memperkuat kemampuan fungsi, antara stres kerja dengan kejadian
meningkatkan perasaan dan Hipertensi pada PNS.
meningkatnya kesehatan. Penelitian 2. Tidak ada hubungan yang
oleh Lord, Caplan dan Ward, (1993), signifikan antara beban kerja
menemukan olahraga dapat dengan kejadian Hipertensi pada
memainkan peranan dalam PNS.
meningkatkan Sensorik-Motorik 3. Ada hubungan yang signifikan
sejumlah sistem yang mempengaruhi antara pola makan ditempat kerja
stabilitas (keseimbangan, reaksi dengan kejadian Hipertensi pada
waktu, kekuatan otot) dan dapat PNS.
mencegah jatuh pada lansia. 4. Ada hubungan yang signifikan
Disamping itu, sekumpulan manfaat antara Kebiasaan olahraga dengan
fisiologis berkaitan dengan olahraga.3 kejadian Hipertensi pada PNS.
Jenis olahraga aerobik yang
dapat mengontrol tekanan darah Saran
adalah berjalan kaki/ jogging, 1. Bagi Instansi yang terkait untuk
bersepeda, berenang, dan senam. memperhatikan dan melakukan
Olahraga yang bersifat kompetisi tidak pemantauan kesehatan (skrining)
dibenarkan (tenis meja, lapangan, yang teratur dengan interval
Futsal dll) karena dikhawatirkan akan tertentu (minimal satu tahun
memacu emosi sehingga akan sekali) pada PNS. Meningkatkan
menyebabkan peningkatan tekanan promosi kesehatan tentang
darah 24 bahaya/faktor risiko penyakit
Aktivitas fisik aerobic secara hipertensi melalui media
regular misalnya jalan kaki (cepat) elektronik/media cetak, fanflet dsb,
paling sedikit 30 menit/hari dapat untuk mengurangi angka
menurunkan tekanan darah 4-9 morbiditas atau mortalitas akibat
mmHg.25 penyakit tersebut. Tugas-tugas
pekerja harus dirancang untuk
dapat menyediakan stimulasi dan mengatasi stres kerja, melakukan
kesempatan agar pekerja distraksi dan relaksasi dalam
bersangkutan dapat menggunakan mengatasi stres atau mencoba
ketrampilannya dan memposisikan melakukan konseling dengan
pekerja berdasarkan kemampuan tenaga profesional, meningkatkan
individual dengan memberikan semangat hidup serta kegiatan
pelatihan yang sesuai. Melakukan spiritual (ibadah). Mengubah life
rotasi kerja (job rotation) pada style atau pola hidup dengan
tempat yang mempunyai stres melakukan olahraga secara teratur
kerja tinggi kepada PNS yang dengan frekuensi minimal 3
berisiko tinggi atau menderita kali/minggu dengan durasi
hipertensi untuk mencegah minimal selama 30 menit dan
kejenuhan dan mengurangi stres menghindari/mengurangi pola
kerja pada PNS di Pemerintah makan ditempat kerja yang
Kabupaten Sambas secara berkala berisiko terhadap penyakit
dan berkesinambungan. hipertensi.
Menghimbau kepada seluruh PNS 3. Bagi peneliti selanjutnya untuk
agar menyempatkan diri untuk melakukan penelitian tentang
berolahraga minimal 3 kali / beban kerja secara lebih detail /
minggu dengan durasi 30 menit, metode yang lain atau penelitian
untuk menjaga kesehatan, tentang beban kerja yang
kebugaran tubuh, dan mengontrol mengarah kepada kelelahan kerja
tekanan darah selain melalui (Burn Out) pada PNS, apakah ada
pengobatan. hubungannya dengan hipertensi
2. Bagi Pegawai Negeri Sipil untuk pada PNS.
mengurangi/menghindari faktor-
faktor yang menyebabkan stres Daftar Pustaka
kerja yang berlebihan dengan cara 1. Bustan, 2007. Epidemiologi
berfikir secara positif, lebih Penyakit Tidak Menular. Jakarta :
bijaksana dalam mengatur waktu Rineka Cipta Depkes RI. 2008.
dalam bekerja agar tuntutan tugas 2. Depkes RI. 2008. Riset Kesehatan
dapat diselesaikan dengan baik dan Dasar (Riskesdas) 2007 Laporan
tepat waktu dan tanggung jawab Nasional 2007. Litbangkes Depkes
diluar pekerjaan seperti masalah RI.
pribadi dan bisnis dapat 3. Potter & Perry, 2006. Buku Ajar
diselesaikan, kesukaan/hobi dan Fundamental Keperawatan. Edisi
rekreasi bersama keluarga dapat 4. Volume 2. Jakarta : EGC.
dilakukan sebagai refresing setelah 4. WHO, 2004. The International
bekerja. Beban kerja fisik maupun Classification of adult
mental disesuaikan dengan underweight, overweight and
kemampuan atau kapasitas diri. obesity according to BMI.
Tugas-tugas harus dirancang [Artikel]. [Disitasi tanggal 28 Juni
sedemikian rupa agar dapat 2013]. Diakses dari URL:
menyesuaikan diri dengan http://apps.who.int/bmi/index.jsp?i
perubahan. Meningkatkan ntroPage=intro_3.html.
pengetahuan tentang bagaimana
5. Profil Kesehatan Provinsi Proses-Proses Penyakit. Edisi 6.
Kalimantan Barat Tahun 2011. Jakarta : EGC.
6. Jeyaratnam and Koh, 2010. Buku 14. Jatmiko, 2012. Faktor Risiko
Ajar Praktik Kedokteran Kerja. Kejadian Hipertensi Pada Lansia
Jakarta. Alih Bahasa : Suryadi. di Rt 06, Kelurahan Kadipaten,
EGC. Kecamatan Kraton Kota,
7. Soeparman, S.W., 1998. Ilmu Yogyakarta. [Serial Online].
Penyakit Dalam. Jilid II.. Jakarta. [Disitasi tanggal 4 Oktober 2013].
Balai Penerbit FKUI : Gaya Baru. Diakses dari URL :
8. Kemenkes. RI, 2011. Gangguan http://prezi.com/ky4urju9gqsf/pres
Kesehatan Akibat Faktor entasi-ikm-hipertensi-rw-
Psikososial Di Tempat Kerja. Seri 06/?utm_source=website&utm_me
Pedoman Tata Laksana Gangguan dium=prezi_landing_related_solr&
Kesehatan Akibat Faktor utm_campaign=prezi_landing_rela
Psikososial. Jakarta. ted_author.
9. Ducher. M. et al, 2006. Is High 15. Asih, 2010. Pengaruh Kebiasaan
Job Strain Associated With Merokok dan Stres Kerja terhadap
Hypertension Genesis?. [Serial Kejadian Hipertensi Pada Petugas
Online]. [Disitasi tanggal 28 Juli Bandara Usia 40 Tahun Keatas Di
2013]. Diakses dari URL: Sentani Tahun 2010. [Serial
http://ajh.oxfordjournals.org/conte Online]. [Disitasi tanggal 2
nt/19/7/694.abstract. Oktober 2013]. Diakses dari URL:
10. Sinaga. E.S., 2012. Karekteristik http://id.scribd.com/doc/49996298/
Penderita Hipertensi Yang Pengaruh-Kebiasaan-Merokok-
Dirawat Inap Di Rumah Sakit Vita Dan-Stres-Kerja-Terhadap-
Insani Pematangsiantar Tahun Kejadian-Hipertensi-Pada-
2010-2011. [Serial Online]. Petugas-Bandara-Usia-40-Tahun-
[Disitasi tanggal 28 Juni 2013]. Keatas-Di-Sentani-Tahun-2010.
Diakses dari URL : 16. Poerwati. Ririn., 2008. Hubungan
http://jurnal.usu.ac.id/index.php/gk Stres Kerja Terhadap Hipertensi
re/article/download/446/434. Pada Pegawai Dinas Kesehatan
11. Oenzil, 2012. Gizi Meningkatkan Kota Pekan Baru Tahun 2008.
Kualitas Manula. Jakarta: EGC. [Serial Online]. [Disitasi tanggal 8
12. Saban, et.al., 2013. Hubungan Juli 2013]. Diakses dari URL:
Pola Makan Dengan Kejadian http://repository.usu.ac.id/bitstrea
Hipertensi Pada Lansia Di m/123456789/7033/1/09E00130.p
Poliklinik Rawat Jalan Rumah df.
Sakit Daerah Kota Tidore 17. Markovitz et.al., 2004. Increases
Kepulauan. [Serial Online]. in job strain are associated with
[Disitasi tanggal 3 September incident hypertension in the
2013]. Diakses dari URL : CARDIA Study. [Serial Online].
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.p [Disitasi tanggal 8 Januari 2014].
hp/eners/article/view/1761. Diakses dari URL:
13. Price, Silvia Anderson., 2006. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pub
Patofisiologi: Konsep Klinis med/15249254.
18. Haiou, et.al., 2006. Work Hours p://ejournal.litbang.depkes.go.id/in
and Self-Reported Hypertension dex.php/hsr/article/view/2367.
Among Working People in 23. Kartikasari. A.N., 2012. Faktor
California. [Serial Online]. Risiko Hipertensi Pada
[Disitasi tanggal 8 Januari 2014]. Masyarakat Di Desa Kabongan
Diakses dari URL: Kidul Kabupaten Rembang. [Serial
http://hyper.ahajournals.org/conten Online]. [Disitasi tanggal 8 Juli
t/48/4/744.abstract?sid=4c614af8- 2013]. Diakses dari URL :
93b4-4d69-a11b-e60e201f431c. http://ejournal-
19. Peraturan Menteri Dalam Negeri s1.undip.ac.id/index.php/medico/ar
No 12 Tahun 2008. Pedoman ticle/download/1447/1450.
Analisis Beban Kerja Di 24. Irfan. M, 2011. Pedoman
Lingkungan Departemen Dalam Berolahraga Yang Menyehatkan.
Negeri Dan Pemerintah Daerah. [Serial Online]. [Disitasi tanggal
[Artikel]. Diakses dari URL : 22 Juli 2013]. Diakses dari URL :
http://www.scribd.com/doc/60304 http://digilib.unimed.ac.id/public/
031/Permen-no-12-2008- UNIMED-Journal-22198-
Pedoman-Analisis-Beban-Kerja. Jurnal%20Irfan%20PJKR-
20. Emmanuel et.al., 2012. FIK.pdf.
Occupational Status Moderates the 25. Brunner & Suddarth’s., 2008.
Association Between Current Textbook of Medical-Surgical
Perceived Stress and High Blood Nursing. Edisi 11. Buku 2. USA:
Pressure. [Serial Online]. [Disitasi Lippincot William & Walkin.
tanggal 8 Januari 2014]. Diakses 26. Aris, 2008. Faktor-Faktor Risiko
dari URL: Hipertensi Grade II Pada
http://hyper.ahajournals.org/conten Masyarakat (Studi Kasus di
t/61/3/571.abstract?sid=4f326c23- Kabupaten Karanganyar). [Serial
1d83-4b46-8ddc-74184e790915 Online]. [Disitasi tanggal 2
21. Kapriana, et.al., 2012. Asupan Oktober 2013]. Diakses dari URL:
Tinggi Lemak dan Aktivitas http://eprints.undip.ac.id/5265/.
Olahraga Sebagai Faktor Risiko
Terjadinya Hipertensi Obesitas
Pada Remaja Awal. Tesis. [Serial
Online]. [Disitasi tanggal 8 Januari
2014]. Diakses dari URL:
http://eprints.undip.ac.id/38411/.
22. Yuliantini, E and Maigoda, TC.,
2011. Dampak Dari Olahraga dan
Konseling Gizi Terhadap Tekanan
Darah Berdasarkan Lingkar
Pinggang Pada Pasien Hipertensi
Di Bengkulu Kota. [Serial Online].
[Disitasi tanggal 28 Juni 2013].
Diakses dari URL:
http://ejournal.litbang.depkes.go.id
/index.php/hsr/article/view/2367htt

You might also like