You are on page 1of 9

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MEKANISME KOPING PASIEN

DIABETES MELLITUS

Tri Juliansyah1, Veny Elita2, Bayhakki3

Program Studi Ilmu keperawatan


Universitas Riau
Email: trijuliansyah70@gmail.com

Abstract

The purpose of this research is to determine the relationship between family’s support and coping mechanisms of diabetes
mellitus patients at Arifin Achmad Hospital. Methodology on this research is a descriptive correlative with cross sectional
approach. The number of sample is 30 respondents who is take by convenience sampling (accidental sampling) technique. The
measurement tool of this research is questionnaire which consist of 18 questionnaire of family’s support and 19 questionnaire
of coping mechanims.This research use Chi-Square test as bivariate analysis. The results of this research shows 11
respondents (36,7%) have high level of family’s support and have adaptive coping mechanisms and 6 respondents (20% ) with
maladaptive coping mechanisms. The results also show 3 respondents (10%) have low level of family’s support with adaptive
coping mechanisms,and 10 respondents (33,3%) have maladaptive coping mechanisms. The results of Chi-Square test get p
value 0,058 > 0,05, it means that there is no relationship between family’s support and coping mechanisms of patient with
diabetes mellitus in Arifin Achmad Hospital Pekanbaru. It is suggested to health care provider to pay attention to patients
health’s condition not only in physical aspect but also in pyschology.

Keywords : Coping mechanisms, diabetes mellitus, family’s support

PENDAHULUAN Achmad Pekanbaru diketahui jumlah pasien


Menurut World Health Organization dengan DM pada tahun 2011 adalah sebanyak
(WHO) tahun (2012) 1 dari 10 penyebab 132 orang, pada tahun 2012 sebanyak 189 orang
kematian di dunia pada orang dewasa adalah dan bulan Januari sampai Juli didapatkan 86
karena Diabetes Mellitus (DM). WHO pada orang pasien menderita DM yang dirawat di
tahun 2010 melaporkan bahwa 60% penyebab ruang rawat inap RSUD Arifin Achmad.
kematian di dunia adalah penyakit tidak menular. Akibat penyakit DM secara psikologis
DM menduduki peringkat ke 6 sebagai penyebab dapat dilihat dari penelitian yang dilakukan oleh
kematian. Sekitar 1,3 juta orang meninggal akibat Widyastuti (2011) dengan judul hubungan antara
DM (Kemenkes, 2013). depresi dengan kepatuhan melaksanakan diit pada
WHO mengatakan pada tahun 2000 diabetisi (penderita diabetes) di Pekalongan.
jumlah penderita DM sudah mencapai Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar
171.230.000 orang dan pada tahun 2030 diabetisi mengalami depresi mulai dari depresi
diperkirakan jumlah penderita DM di dunia akan ringan hingga berat, dan adanya depresi ini
mencapai 366.210.100 orang atau naik sebesar mengakibatkan ketidakpatuhan diabetisi dalam
114% dalam kurun waktu 30 tahun. Indonesia melaksanakan diit DM. kondisi stress akan
menduduki peringkat ke 4 terbesar penderita DM merangsang tubuh untuk meningkatkan kadar
di dunia dengan petumbuhan sebesar 152% atau gula darah (Iskandar, 2010). Penelitian yang
dari 8.426.000 orang pada tahun 2000 menjadi dilakukan Murdiningsih dan Ghofur (2013) yang
21.257.000 ditahun 2030 (Info Diabetes mellitus, menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang
2012). Sama halnya dengan WHO, International signifikan antara kecemasan terhadap kadar gula
Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2009, darah pada penderita DM.
memprediksi akan terjadinya kenaikan Penelitian selanjutnya oleh Firman
penyandang DM dari 7,0 juta pada tahun 2009 (2012), dengan judul Kualitas Hidup Pasien
menjadi 12,0 juta pada tahun 2030 (Perkeni, Ulkus Diabetik di Rumah sakit Umum Daerah
2011). Berdasarkan data yang diperoleh dari Serang Tahun 2012, mendapatkan hasil bahwa
Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru (2012), dari dimensi kesehatan fisik sebagian besar
penderita DM mencapai 10.955 jiwa pada tahun responden merasa terganggu akibat terapi medis
2011, sedangkan pada triwulan I di tahun 2012 yang dilakukan, rasa sakit yang dirasakan bahkan
tercatat 2.897 jiwa penderita DM. Berdasarkan pola istirahat. Dimensi kesehatan psikologis,
data yang diperoleh di rekam medik RSUD Arifin responden sering merasakan adanya perasaan

JOM PSIK VO.1 NO.2 OKTOBER 2014 1


negatif, penurunan harga diri dan perubahan citra mencari subjek atas dasar hal-hal yang
tubuh. Dimensi hubungan sosial responden lebih menyenangkan peneliti.
puas terhadap dukungan sosial. Dari dimensi Alat pengumpul data pada penelitian ini adalah
lingkungan responden lebih puas dalam berupa kuesioner yang telah diuji valid
mendapatkan informasi yang baru. Penelitian Analisa data penelitian ini menggunakan
yang dilakukan oleh Hapsanti (2012) dengan analisa univariat dan bivariat. Analisa univariat
judul faktor-faktor yang berhubungan dengan digunakan untuk mengetahui karakteristik
mekanisme koping pada pasien DM kronik di responden, dan analisa bivariat untuk mengetahui
poli penyakit dalam RSUP Dr. Kariadi Semarang, hubungan antara dua variabel dengan
didapatkan hasil ada hubungan antara usia dengan menggunakan uji chi-square dengan alpha<0,05.
mekanisme koping pada psien DM. Ada
hubungan antara lama menderita, pengetahuan, HASIL PENELITIAN
dan dukungan keluarga dengan mekanisme Hasil yang didapatkan dari penelitian adalah
koping pada pasien DM. sebagai berikut:
Penelitian yang dilakukan oleh Purnomo A. Analisa Univariat
(2000) yang berjudul judul hubungan dukungan
keluarga dengan motivasi klien DM untuk Tabel 1.
melakukan latihan fisik di Dinas Kesehatan dan Distribusi Responden berdasarkan Umur di
Kesejahteraan Sosial Kabupaten Klaten, RSUD Arifin Achmad (n=30)
didapatkan hasil bahwa 56,6% responden
memiliki motivasi kuat untuk melakukan latihan No Umur Frekuensi Persentase (%)
latihan fisik. Faktor yang dapat meningkatkan 1 Dewasa 3 10,0%
motivasi diantaranya adalah dukungan keluarga. akhir (36-
45 tahun)
Hal ini sejalan dengan penelitian yang
2 Lansia awal 10 33,3%
dilakukan oleh Anggina (2010) dengan judul (46-55
hubungan antara dukungan sosial keluarga tahun)
dengan kepatuhan pasien DM dalam 3 Lansia 14 46,7%
melaksanakan program diet di Poli Penyakit akhir
Dalam RSUD Cibabat Cimahi, didapatkan hasil (56-65
tahun)
terdapat hubungan antara dukungan sosial 4 Masa 3 10,0%
keluarga dengan kepatuhan pasien DM dalam manula
melaksanakan program diet. Penelitian lainnya (>65
oleh Yusuf (2013), dengan judul hubungan antara tahun)
dukungan keluarga dengan kepatuhan diit pada Jumlah 30 100%
pasien DM tipe 2 rawat jalan di RSUD dr.
Soedirman Mangun Sumarso, didapatkan hasil Berdasarkan tabel 1 diketahui Tabel diatas
ada hubungan dukungan keluarga dengan menunjukkan bahwa usia responden terbanyak
ketetapan jadual makan. Berdasarkan fenomena adalah pada kelompok usia lansia awal yaitu
tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan sebanyak 14 responden (46,7)% dan yang paling
penelitian tentang hubungan dukungan keluarga sedikit yaitu pada kelompok usia manula dan
terhadap mekanisme koping pasien dengan dewasa akhir yaitu 3 responden (10,0%).
DM.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan antara dukungan keluarga Tabel 2.
terhadap mekanisme koping pasien dengan DM Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin
di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. di RSUD Arifin Achmad (n=30)

METODOLOGI PENELITIAN No Jenis kelamin Frekuensi Persentase


Desain pada penelitian ini adalah deskriptif (%)
1 Laki-laki 13 43,3%
korelasi dengan pendekatan cross sectional.
2 Perempuan 17 56,7%
Sampel pada penelitian ini adalah 30
Jumlah 30 100%
responden yang memenuhi kriteria inklusi dengan
metode pengambilan sampel convenience Tabel diatas didapatkan bahwa jenis kelamin
sampling yaitu cara penetapan sampel dengan responden terbanyak adalah jenis kelamin
perempuan yaitu sebanyak 17 responden (56,7%),
JOM PSIK VO.1 NO.2 OKTOBER 2014 2
sedangkan responden dengan jenis kelamin laki- terendah adalah didampingi pasangan dengan
laki sebanyak 13 orang (43,3%). jumlah responden sebanyak 5 orang (16,7%).

Tabel 3. Tabel 6.
Distribusi Responden berdasarkan Pekerjaan di Distribusi Responden berdasarkan Lama
RSUD Arifin Achmad (n=30) Menderita di RSUD Arifin Achmad (n=30)

N Pekerjaan Frekuensi Persentase (%) Lama


No Frekuensi Persentase (%)
o menderita
1 PNS 3 10,0% 1 1-5 tahun 21 70,0%
2 Swasta 11 36,7% 2 6-10 tahun 7 23,3%
3 IRT 16 53,3% 3 >10 tahun 2 6,7%
Jumlah 30 100%
Jumlah 30 100%
Tabel diatas didapatkan bahwa responden
tertinggi terdapat pada responden dengan Tabel diatas menunjukkan bahwa
pekerjaan sebagai IRT yaitu sebanyak 16 orang sebagian besar responden menderita DM dengan
(53,3%), sedangkan terendah terdapat pada kurun waktu 1-5 tahun sebanyak 21 orang
responden dengan pekerjaan PNS yaitu sebanyak (70,0%) dan terendah dengan kurun waktu >10
3 orang responden (10,0%). tahun yaitu 2 orang (6,7%).

Tabel 4. Tabel 7.
Distribusi Responden berdasarkan Pendidikan Distribusi Responden berdasarkan Dukungan
Terakhir di RSUD Arifin Achmad (n=30) Keluarga di RSUD Arifin Achmad (n=30)

Pendidikan Dukungan
No Frekuensi Persentase (%) No Frekuensi Persentase (%)
terakhir keluarga
1 SD 5 16,7% 1 Tinggi 19 63,3%
2 SMP 8 26,7% 2 Rendah 11 36,7%
3 SMA 15 50,0% Jumlah 30 100%
4 Perguruan 2 6,7% Tabel diatas menunjukkan bahwa tingkat
tinggi dukungan keluarga tinggi yaitu sebanyak 19
Jumlah 30 100% orang (63,3%), dan tingkat dukungan keluarga
Tabel diatas didapatkan bahwa responden rendah yaitu sebanyak 11 orang (36,7%).
tertinggi terdapat pada responden dengan
pendidikan terakhir tingkat SMA yaitu sebanyak Tabel 8.
15 orang (50,0%), dan yang terendah dengan Distribusi Responden berdasarkan Mekanisme
pendidikan terakhir perguruan tinggi yaitu 2 Koping di RSUD Arifin Achmad (n=30)
orang (6,7%).
Mekanisme
No Frekuensi Persentase (%)
Tabel 5. koping
1 Adaptif 12 40,0%
Distribusi Responden berdasarkan Keluarga
2 Maladaptif 18 60,0%
yang Mendampingi Di RSUD Arifin Achmad
Jumlah 30 100%
(n=30)
Keluarga yang Persentase Tabel diatas menunjukkan bahwa
No frekuensi mekanisme koping responden yang adaptif yaitu
mendampingi (%)
1 Pasangan 5 16,7% sebanyak 12 orang (40,0%) dan yang maladaptif
2 Anak 6 2,0% sebanyak 18 orang (60,0%).
3 Pasangan dan 19 63,3%
anak B. Analisa Bivariat
Jumlah 30 100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa Tabel 9.
keluarga terbanyak yang mendampingi terdapat Hubungan Dukungan Keluarga dengan
pada pasangan dan anak dengan jumlah Mekanisme Koping (n=30)
responden sebanyak 19 orang (63,3%) dan yang

JOM PSIK VO.1 NO.2 OKTOBER 2014 3


Variabel
Dukungan 2,4%, dan pada kelompok umur 75+ adalah
keluarga 2,2%. Hasil survey dari Dinas Kesehatan Kota
Total p value
Mekanisme
Tinggi Rendah Semarang tahun 2012 menunjukkan total
koping
10 2 12 jumlah penderita DM adalah 2147 dengan
Adaptif kisaran usia 50-70 tahun. Sementara itu dari
(52,6%) (18,2%) (40,0%)
9 9 18 total 3461 lansia yang terdata di Puskesmas
Maladaptif 0,121
(47,4%) (81,8%) (60,0%) Kedungmundu, 214 lansia diantaranya
19 11 30 menderita DM. Jadi dapat disimpulkan bahwa
Total
(100%) (100%) (100%)
mayoritas penderita DM berada pada
Tabel diatas menunjukkan bahwa
kelompok lansia.
responden yang mendapatkan dukungan keluarga
b. Jenis kelamin
tinggi dan memiliki mekanisme koping yang
Hasil penelitian diatas didapatkan
adaptif adalah sebanyak 10 responden (52,6%),
bahwa persentase jenis kelamin responden
responden yang mendapatkan dukungan keluarga
terbanyak adalah jenis kelamin perempuan
tinggi dan mekanisme koping maladaptif adalah
yaitu sebanyak 17 responden, sedangkan
sebanyak 9 orang (47,4%). Responden yang
responden dengan jenis kelamin laki-laki
memiliki dukungan keluarga yang rendah dan
sebanyak 13 orang. Menurut Handarsari &
memiliki mekanisme koping adaptif yaitu
Bintanah (2012) Penderita diabetes melitus
sebanyak 2 orang (18,2%), dan responden yang
lebih banyak terjadi pada perempuan
mendapatkan dukungan keluarga rendah dan
dibandingkan laki-laki. Hal ini disebabkan
memiliki mekanisme koping yang maladaptif
oleh penurunan hormon estrogen akibat
yaitu sebanyak 9 orang (81,8%). Hasil bivariat
menopause. Hal ini sejalan dengan yang
setalah dilakukan analisis terdapat jumlah cell
disampaikan oleh Lincoln (2010), bahwa
yang memilki nilai expected kurang dari 5 lebih
hormon estrogen dan progesteron
dari 20%, yang artinya tidak memenuhi syarat uji
mempengaruhi sel-sel merespon insulin.
chi- square sehingga peneliti menggunakan uji
Setelah menopause, perubahan kadar hormon
alternatif yaitu uji Fisher. Didapatkan p value
akan memicu fluktuasi kadar gula darah.
0,121 yang artinya tidak terdapat hubungan antara
Selain itu juga dipicu oleh adanya persentase
dukungan keluarga dengan mekanisme koping
timbunan lemak pada wanita lebih besar
pasien DM.
dibandingkan dengan laki-laki yang dapat
menurunkan sensitifitas terhadap kerja insulin
PEMBAHASAN pada otot dan hati (Handarsasi & Bintanah,
A. Analisa univariat 2012). Hal inilah yang menyebabkan kejadian
1. Karakteristik responden
diabetes melitus lebih tinggi pada perempuan
a. Umur
dibandingkan laki-laki.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
c. Pendidikan
persentase usia terbanyak adalah pada
Hasil penelitian diatas didapatkan
kelompok usia lansia awal yaitu sebanyak 14
persentase responden tertinggi terdapat pada
responden dan yang paling sedikit yaitu pada
responden dengan pendidikan terakhir tingkat
kelompok usia manula dan dewasa akhir yaitu
SMA yaitu sebanyak 15 orang, dan yang
3 responden. Hasil penelitian ini sesuai dengan
terendah dengan pendidikan terakhir
penelitian yang dilakukan oleh kurniawan
perguruan tinggi yaitu 2 orang. Tingginya
(2010) menyimpulkan bahwa hampir 50%
angka kejadian penyakit diabetes melitus pada
penderita DM termasuk dalam kategori umur
responden yang memiliki tingkat pendidikan
lanjut usia. Tandra (2008) menyatakan bahwa
tinggi menunjukkan bahwa penyakit diabetes
fungsi pankreas pada lansia tidak menurun,
melitus dapat dialami oleh siapa saja tanpa
namun resistensi insulin dan kerja insulin
melihat tingkat pendidikan seseorang. Hal ini
mengalami penurunan, selain itu lansia juga
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
lebih pasif untuk bergerak, sehingga lebih
Styorogo & Trisnawati (2013), tentang faktor
rentan terkena penyakit DM.
resiko kejadian diabetes melitus tipe 2 di
Berdasarkan data Riskesdas (2007),
Puskesmas kecamatan cengkareng Jakarta
prevalensi diabetes pada umur 45-54 tahun
Barat tahun 2012, yang menunjukkan hasil
adalah 2,0%, umur 55-64 tahun adalah 2,8%,
bahwa tidak ada hubungan antara tingkat
pada kelompok umur 65-74 tahun adalah

JOM PSIK VO.1 NO.2 OKTOBER 2014 4


pendidikan dengan kejadian diabetes melitus
tipe 2.
b. Pekerjaan d. Keluarga yang mendampingi
Hasil penelitian didapatkan persentase Hasil penelitian diatas menunjukkan
tertinggi terdapat pada responden dengan bahwa persentase tertinggi keluarga yang
pekerjaan sebagai IRT yaitu sebanyak 16 mendampingi terdapat pada pasangan dan
orang, sedangkan persentase terendah terdapat anak dengan jumlah responden sebanyak 19
pada responden dengan pekerjaan PNS yaitu orang dan yang terendah adalah didampingi
sebanyak 3 orang responden. Jenis pekerjaan pasangan dengan jumlah responden sebanyak
secara tidak langsung menggambarkan 5 orang. Hal sejalan dengan penelitian
aktivitas fisik yang dilkukan sehari-hari oleh Triyanto (2010) bahwa terdapat hubungan
pasien. Pada saat tubuh melakukan aktivitas, yang bermakna antara dukungan suami
maka sejumlah gula akan dibakar untuk dengan mekanisme koping istri yang
dijadikan tenaga gerak. Sehingga jumlah gula menderita kista ovarium dimana dari 24 istri
dalam tubuh akan berkurang, dengan penderita kista ovarium 23 diantaranya
demikian kebutuhan akan hormon insulin menerima dukungan suami. Kebutuhan
juga berkurang. Pada orang yang kurang perempuan yang utama dari suaminya adalah
bergerak zat makanan yang masuk kedalam berupa perhatian yang lebih. Dukungan suami
tubuh tidak dibakar, tetapi hanya ditimbun dapat berupa perhatian, komunikasi dan
dalam tubuh sebagai lemak dan gula hubungan emosional yang intim dan hangat
(Lanywati, 2011). Hasil penelitian ini sesuai dengan seluruh anggota keluarga (Rich,
dengan penelitian yang dilakukan oleh 2007).
Yuanita (2013) bahwa mayoritas pasien yang 2. Karakteristik Dukungan keluarga
terkena diabetes melitus adalah yang tidak Hasil penelitian diatas menunjukkan
bekerja yaitu sebesar 35%. Hal inilah yang bahwa persentase tingkat dukungan keluarga
menyebabkan responden dengan pekerjaan tinggi yaitu sebanyak 19 orang, dan tingkat
sebagai pengangguran atau IRT mayoritas dukungan keluarga rendah yaitu sebanyak 11
mengidap penyakit diabetes melitus. orang. Menurut Friedman (2010) dukungan
c. Lama menderita keluarga adalah sikap, tindakan dan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerimaan keluarga terhadap penderita yang
sebagian besar responden menderita DM sakit. Keluarga juga berfungsi sebagai sistem
dengan kurun waktu 1-5 tahun sebanyak 21 pendukung bagi anggotanya dan anggota
orang dan persentase terendah dengan kurun keluarga memandang bahwa keluarga adalah
waktu >10 tahun yaitu 2 orang. Hal ini orang yang bersifat mendukung, selalu siap
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh memberikan pertolongan dengan bantuan jika
Taluta, Mulyadi, dan Hamel (2014) mengenai diperlukan. Ali (2009) menyatakan bahwa
hubungan tingkat kecemasan dengan dukungan keluarga adalah komunikasi verbal
mekanisme koping pasien DM didapatkan dan non verbal, saran, bantuan, yang nyata
hasil bahwa responden terbesar yang atau tingkah laku yang diberikan oleh orang –
menderita DM adalah menderita selama 1-5 orang yang akrab dengan subjek didalam
tahun yaitu sebesar 21 orang. lingkungan sosialnya atau berupa kehadiran
Penelitian Bangun (2009) tentang faktor dan hal – hal yang dapat memberikan
yang berkontribusi terhadap kepatuhan pasien keuntungan emosional atau berpengaruh pada
DM tipe 2 dalam konteks asuhan keperawatan tingkah laku penerimanya.
menunjukkan bahwa pasien yang menderita 3. Mekanisme koping
DM lebih dari 10 tahun mematuhi Hasil penelitian diatas menunjukkan
rekomendasi penatalaksanaan DM. Hal ini bahwa persentase mekanisme koping
sesuai dengan teori yang mengatakan semakin responden yang adaptif yaitu sebanyak 12
lama pasien mengalami suatu penyakit akan orang dan yang maladaptif sebanyak 18
bermanifestasi pada koping yang efektif orang. Berdasarkan teori yang dikemukakan
(Muttaqin, 2008). Pasien yang mengalami oleh Rasmun (2004) mengatakan keefektifan
penyakit kronis akan mengalami tingkat stres strategi koping yang digunakan oleh individu
emosional dan mekanisme koping yang dalam menghadapi stressor yaitu jika strategi
berbeda-beda (Muttaqin, 2008). yang digunakan efektif maka menghasilkan
JOM PSIK VO.1 NO.2 OKTOBER 2014 5
adaptasi yang baik dan menjadi suatu pola adaptif memiliki pemecahan masalah seperti
baru dalam kehidupan, seperti berbicara banyak berdoa kepada Allah SWT, berbicara
dengan orang lain, mencoba mencari dengan orang lain tentang masalah yang
informasi yang banyak tentang masalah yang dihadapi, mencari informasi untuk
dihadapi, menghubungkan situasi dengan pemecahan masalah yang sedang dihadapi,
kekuatan supranatural. Namun sebaliknya melakukan hobi yang disukai, melakukan
dapat mengakibatkan gangguan kesehatan aktivitas fisik seperti olahraga, mengambil
fisik maupun psikologis jika mekanisme yang hikmah dari peristiwa yang terjadi, pergi
digunakan tidak efektif seperti menggunakan berobat ke rumah sakit, mendapat dukungan
alkohol, melamun, banyak tidur, merokok, dari orang terdekat seperti keluarga dan
menangis, dan beralih pada aktivitas lain agar teman, merasa lebih tenang setelah bercerita
dapat melupakan masalah. dengan orang lain tentang permasalahan yang
Hasil penelitian yang dilakukan dialami dan berfikir penyakit diabetes melitus
peneliti mendapatkan hasil berbeda dengan merupakan ujian dari Allah SWT.
teori oleh Rasmun (2004) yang mengatakan Mekanisme koping maladaptif seperti sering
bahwa salah satu mekanisme koping adaptif melamun, hanya diam jika ada masalah,
dalam bentuk jangka panjang yaitu dengan sering menangis, suka menyendiri, banyak
bercerita dan berbagi masalah dengan orang tidur dan merokok untuk melupakan penyakit
terdekat seperti teman atau keluarga. Berbeda diabetes melitus, mudah marah dengan
dengan teori mekanisme koping, pada masalah yang sepeleh, melakukan tindakan
penelitian yang ditemui peneliti di tempat mencederai seperti memukul orang atau
penelitian didapatkan banyak Faktor-faktor benda mati setelah terdiagnosa diabetes
yang menyebabkan responden memiliki melitus, selalu memikirkan penyakit diabetes
mekanisme koping yang maladaptif melitus sehingga mengganggu aktivitas
berdasarkan yang ditemui dilaangan adalah sehari-hari, menggunakan obat tidur dan obat
karena responden telah masuk ke tahap penenang dalam menghadapi setiap
depresi. Depresi adalah reaksi psikologis permasalahan serta menyesal selama ini tidak
terhadap hilangnya kesehatan, orang yang menjaga pola hidup sehat.
dicintai, atau harga diri seseorang (Swartz, B. Analisa Bivariat
2005). Faktor selanjutnya adalah karena 1. Hubungan dukungan keluarga dengan
penyangkalan seperti yang ditemui mekanisme koping pasien DM
dilapangan pada saat penelitian sebagian Hasil penelitian diatas menunjukkan
responden mengatakan masih memakan bahwa responden yang mendapatkan
makanan yang dapat meningkatkan kadar dukungan keluarga tinggi dan memiliki
glukosa dan tidak mau terlalu memperhatikan mekanisme koping yang adaptif adalah
diit makan, karena responden berfikir bahwa sebanyak 10 responden, responden yang
kalau ia akan sembuh dan kematian berada mendapatkan dukungan keluarga tinggi
ditangan tuhan, bukan karena diit makanan dan mekanisme koping maladaptif adalah
rendah glukosa. Sejalan dengan teori yang sebanyak 9 orang. Dapat disimpulkan
dikatakan oleh (Swartz, 2005) Penyangkalan bahwa tidak ada hubungan antara
adalah berbuat dan berpikir seakan-akan dukungan keluarga dengan mekanisme
sebagian realitas tidak benar, ini merupakan koping pasien DM.
suatu penipuan diri sendiri, hal ini biasanya Responden yang memiliki
sering dijumpai pada penyakit yang dukungan keluarga yang rendah dan
menyebabkan kematian atau pada penyakit memiliki mekanisme koping adaptif yaitu
kronis yang tidak dapat disembuhkan. Pada sebanyak 2 orang (18,2%), dan responden
umumnya makin akut penyakitnya, makin yang mendapatkan dukungan keluarga
besar wawasan, makin tidak kentara rendah dan memiliki mekanisme koping
perjalanan penyakitnya, makin besar yang maladaptif yaitu sebanyak 9 orang
penyangkalannya. (81,8%). Hasil uji bivariat dengan
Pada hasil penelitian yang dilakukan menggunakan uji statistic Chi Square
peneliti terhadap pasien diabetes mellitus di yang dilihat dari nilai Fisher didapatkan p
RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, pasien value 0,121>α yang artinya Ho gagal di
yang menggunakan mekanisme koping ditolak sehingga dapat disumpulkan
JOM PSIK VO.1 NO.2 OKTOBER 2014 6
bahwa tidak ada hubungan antara pada lansia, dengan bertambahnya usia
dukungan keluarga dengan mekanisme akan ada penurunan kecepatan belajar,
koping pasien DM. kecepatan dalam memproses informasi,
Seperti teori yang dikemukakan dan kecepatan dalam bereaksi terhadap
Rasmun (2004) pada tingkat keluarga rangsangan disekitarnya. Keadaan fisik
koping yang dilakukan dalam menghadapi lansia yang mengalami penurunan fungsi
masalah/ketegangan adalah mencari menyebabkan lansia enggan beraktivitas
dukungan sosial seperti minta bantuan dan melakukan hal-hal yang melelahkan
keluarga, tetangga, teman, atau keluarga baik fisik maupun pikiran. Faktor-faktor
jauh. Sejalan dengan penelitian Tharob yang menghambat pembelajaran antara
(2014) yang berjudul hubungan dukungan lain adalah ; cemas, sakit, nyeri, hambatan
keluarga terhadap mekanisme koping pada budaya (Kozier, Berman, Snyder, & Erb
pasien gagal ginjal kronik dengan 2009). Berdasarkan hasil penelitian yang
hemodialisis di RSP AD Gatot Soebroto diamati peneliti mengenai keadaan
Jakarta bahwa sebagian besar responden responden yang didominasi oleh lansia
menilai dukungan keluarganya baik, dimana lansia banyak mengalami depresi,
dengan mekanisme koping yang persepsi yang jelek mengenai dirinya,
maladaptif (16,7%) dan (83,3%) depresi, dan kecemasan. Hasil ini sejalan
mekanisme kopingnya adaptif. Hasil uji dengan teori Tamher dan Noorkasiani
statistik menunjukkan ada hubungan (2009) yang menyebutkan bahwa
antara dukungan keluarga dengan karakteristik personal yang sering
mekanisme koping pasien gagal ginjal dijumpai pada lansia adalah merasa
kronik dengan hemodialisa dengan nilai kehilangan teman, merasa bahwa orang
p<0,05. disekitarnya sering kali tidak
Berbeda dengan hasil penelitian melibatkannya dalam kegiatan tertentu,
yang didapatkan oleh Tharob, pada merasa tidak diterima lagi dimasyarakat,
penelitian ini peneliti mendapatkan hasil merasa tidak ada teman sebaya yang bisa
tidak ada hubungan antara dukungan diajak bicara, merasa tidak ada yang mau
keluarga dengan mekanisme koping mendengarkan pendapatnya, merasa tidak
pasien DM. Banyak faktor yang berguna lagi, lebih banyak mengurung
menyebabkan hasil peneliti berbeda diri, pemarah, kurang mampu berpikir,
dengan teori dan hasil penelitian oleh egois, tidak ingin bergaul, merasa tidak
penelitian lainnya, misalnya tingkat berdaya, mudah tersinggung. Penelitian
pendidikan responden, usia responden, yang dilakukan oleh Putro (2013)
keadaan fisik responden. Berdasarkan didapatkan hasil tidak ada hubungan
teori yang dikemukakan oleh Bastable antara tipe kepribadian dan dukungan
(2002) mengatakan bahwa seorang pasien sosial dengan tingkat depresi pada lansia.
dapat atau tidak membaca instruksional
didasarkan pada cocok atau tidak cocok KESIMPULAN
dengan tingkat pendidikan pasien itu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Berdasarkan hasil penelitian yang karakteristik responden terbanyak berusia
dilakukan peneliti didapatkan sebagian setengah baya sebanyak 22 responden
besar responden penelitian adalah lansia, (73,3%), jenis kelamin laki-laki sebanyak 16
pada masa lansia banyak mengalami responden (53,3%), pekerjaan terbanyak IRT
penurunan fungsi tubuh, salah satunya sebanyak 13 responden (43,3%), pendidikan
adalah penurunan fungsi neurologis. Berat terakhir terbanyak yaitu SMA sebanyak 14
otak lansia mengalami penurunan orang (46,7%), keluarga yang mendampingi
penurunan dan daya hantar saraf yang tertinggi yaitu pasangan dan anak
mengalami penurunan 10% sehingga sebanyak 20 orang (66,7%), berdasarkan
gerakan menjadi lamban (Utomo & lama menderita DM yang terbanyak yaitu 1-
Pudjiastuti, 2003). Teori lainnya juga 5 tahun sebanyak 20 orang (66,7%).
dikatakan oleh Ismail dan Santoso (2009) Berdasarkan dukungan keluarga,
mengatakan bahwa secara keseluruhan, responden yang memiliki dukungan keluarga
fungsi kognitif menunjukkan penurunan tinggi yaitu sebanyak 17 orang (56,7%), dan
JOM PSIK VO.1 NO.2 OKTOBER 2014 7
yang memiliki mekanisme koping yang Bastable, S.B. (2002). Perawat sebagai pendidik.
maladaptif sebanyak 16 orang (53,3%). Dari Jakarta: EGC.
uji statistik dengan menggunakan uji chi- Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru. (2012). Data
square didapatkan p value (0,024) < α (0,05) pasien diabetes melitus di Kota
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada Pekanbaru. Pekanbaru: Dinas Kesehatan
hubungan antara dukungan keluarga dengan Kota Pekanbaru.
mekanisme koping pasien DM. Firman. (2012). Kualitas Hidup Pasien Ulkus
Diabetik di Rumah sakit Umum Daerah
SARAN Serang Tahun 2012 diperoleh pada
Berdasarkan hasil penelitian yang tanggal 21 Januari 2013 dari
dilakukan, peneliti memiliki beberapa saran http://www.researchgate.net/publication/2
yang ditujukan kepada pihak rumah sakit 57919858.
diharapkan agar pihak rumah sakit dan Friedman, L. (2010). Buku ajar keperawatan
petugas kesehatan terutama perawat dapat keluarga: riset, teori, praktik. Jakarta:
memberikan asuhan keperawatan secara EGC
holistik, mempertahankan kinerja serta tidak Handarsari, E & Bintanah, S. (2012). Hubungan
hanya terfokus kepada pengobatan saja, tetapi asupan serat dengan kadar gula, kadar
juga memperhatikan kondisi psikologis pasien kolestrol dan status gizi pada pasien DM
diabetes melitus. Bagi pasien diharapkan tipe 2 di RT Roemani Semarang.
pasien diabetes melitus untuk terus Diperoleh tanggal 9 Juli 2014 dari
meningkatkan kesadaran dan motivasi selalu http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/psn
berfikiran dan berprilaku adaptif dalam 12012010/article/view/5222/571.
menghadapi permasalahan penyakit diabetes Hapsanti, T.K. (2012). Faktor-faktor yang
melitus. Bagi peneliti diharapkan dapat berhubungan dengan mekanisme koping
mengaplikasikan ilmu yang telah didapat pada pasien diabetes mellitus di poli
dalam memberikan asuhan keperawatan pada penyakit dalam RSUP Dr.kariadi
pasien diabetes melitus. Bagi peneliti lain Semarang diperolah pada tanggal 1 mei
diharapkan dapat meneliti lebih lanjut tentang 2014 dari
faktor-faktor yang mempengaruhi aspek http://digilit.unimus.ac.id/gdl.php?mod=br
psikologis pasien diabetes melitus dengan ose&op=read&id=jtptunimus-gdl-
metode kualitatif. titiskurni-6622
Harrison. (2000). Prinsip-Prinsip Ilmu
UCAPAN TERIMA KASIH Penyakit dalam. Jakarta: EGC.
Iskandar, M. (2010). Health triad (Body, mind
1
Tri Juliansyah: Mahasiswa Program Studi Ilmu and system). Jakarta: Elex Media
Keperawatan Universitas Riau, Indonesia. Komputindo.Jakarta: Salemba Medika.
2
Veny Elita, MN (MH): Dosen Bidang Kemenkes. (2013). Diabetes Mellitus penyebab
Keilmuan Keperawatan Jiwa Program Studi kematian nomor 6 di dunia diperoleh pada
Ilmu Keperawatan Universitas Riau, Indonesia. tanggal 9 April 2014 dari
3
Bayhakki, M.Kep, Sp.KMB: Dosen Bidang dekes.go.id/index.php?vw=2&id=2383
Keilmuan Keperawatan Medikal Bedah Kozier, B., Berman, A., Snyder, S., Erb, G.
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas (2009). Buku ajar praktik keperawatan
Riau, Indonesia. klinis. Jakarta: EGC.
Kurniawan, I. (2010). Diabetes melitus tipe II
DAFTAR PUSTAKA pada usia lanjut. Didapat tanggal 8 Juli
Anggina. (2010). hubungan antara dukungan 2014 dari
sosial keluarga dengan kepatuhan pasien digilit.unimu.ac.id/download.php?id=1276
Diabetes melitus dalam melaksanakan 8.
program diet di Poli Penyakit Dalam Lanywati, E (2011). Diabetes Mellitus.
RSUD Cibabat Cimahi diperoleh pada Yogyakarta: Kanisius
tanggal 20 januari dari Lincol,A. (2010). What to expect diabetes.
http://suaraforikes.webs.com./volume1%2 Diperoleh tanggal 9 Juli 2014 dari
0nomorkhusus-HKN.pdf#page=3. http://www.mayoclinic.com.

JOM PSIK VO.1 NO.2 OKTOBER 2014 8


Murdiningsih, D. S., & Ghofur, G. G. A. (2013). mekanisme koping pada penderita
Pengaruh kecemasan terhadap kadar diabetes mellitus tipe II di poliklinik
glukosa darah pada penderita diabetes penyakit dalam rumah sakit umum daerah
mellitus di wilayah Puskesmas tabelo kabupaten halmahera utara.
Banyuanyar Surakarta Program Studi Diperoleh pada tanggal 10 Juli 2014 dari
Psikologi Fakultas Ilmu Kesehatan http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/a
Universitas Sahid Surakarta diperoleh rticle/download/4059/3575ss
pada tanggal 9 April 2014 dari Tamher, S & Noorkasiani. (2009). Kesehatan
www.usahidosolo.ac.id/jurnal/index.php/t usia lanjut dengan pendekatan asuhan
alenta/article/view/73 keperawatan
Muttaqin, A. (2008). Pengantar asuhan Tandra, H. (2008). Segala sesuatu yang harus
keperawatan dengan gangguan sistem anda ketahui tentang diabetes. Jakarta:
persarafan .Jakarta: Salemba medika Gramedia Pustaka Utama
PERKENI. (2011). Konsensus pengelolaan dan Tharob. (2014). Hubungan dukungan keluarga
pencegahan diabetes melitus tipe 2 di terhadap mekanisme koping pada pasien
Indonesia. Perkumpulan Endokrinologi gagal ginjal kronik dengan hemodialisis
Indonesia. Diperoleh pada 1 desember di RSP AD Gatot Soebroto Jakarta.
2013 dari Diperoleh pada tanggal 11 Juli 2014 dari
http://www.perkeni.net/index.php?page=j digilib.esaunggul.ac.id
urnal_tinjauan_protokol. Triyanto, E. (2010). Hubungahn antara dukungan
Purnomo. (2000). hubungan dukungan keluarga suami dengan mekanisme koping istri
dengan motivasi klien Diabetes melitus yang enderita kista ovarium di
untuk melakukan latihan fisik di Dinas Purwokerto. Diperoleh pada tanggal 11
Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Juli 2014 dari www.e-bookspdf.org
Kabupaten Klaten diperoleh pada tanggal Utomo, B & Pudjiastuti, S.S (2003). Fisioterapi
20 Januari dari pada Lansia. Jakarta: EGC
http://jurnal.stikesmukla.ac.id/index.php/ Widyastuti. (2011). Hubungan Antara Depresi
motorik/article/view/11. Dengan Kepatuhan Melaksanakan Diit
Putro. (2013). Tingkat depresi pada lansia pada Diabetisi (penderita diabetes) di
ditinjau dari tipe kepribadian dan Pekalongan diperoleh pada tanggal 20
dukungan sosial. Diperoleh pada tanggal 3 Januari 2013 dari
Juli 2014 dari http://www.journal.stikesmuh-
http://eprints.uns.ac.id/id/eprint/3022 pkj.ac.id/journal/index.php/jik/article/vie
Rasmun. (2004). Stress, koping dan adaptasi: w/11.
Teori dan pohon masalah kessperawatan. Yusuf. (2013). hubungan antara dukungan
Jakarta: Sagung Seto. keluarga dengan kepatuhan diit pada
Rich, W.M. (2007). Ovarian cancer. Diperoleh pasien diabetes melitus tipe 2 rawat jalan
pada tanggal 11 Juli 2014 melalui di RSUD dr. Soedirman Mangun Sumarso
http://www.gyncancer.com/ovarian- diperoleh pada tanggal 20 Januari 2014
cancer.html. dari
Riskesdas (2013) Riset kesehatan dasar. http://publikasiilmiah.ums.ac.id/handle/12
Diperoleh pada tanggal 14 juli 2014 dari 3456789/2992.
depkes.go.id
Setyorogo & Trisnawati. (2013). Faktor resiko
kejadian diabetes melitus tipe 2 di
Puskesmas Kecamatan Cengkareng
Jakarta Barat tahun 2012. Diperoleh
tanggal 9 Juli 2014 dari
http://lp3m.thamrin.ac.id/upload/artikel2.v
ol 5 no 1_shara.pdf
Swartz, M.H. (2005). Buku ajar diagnostik fisik.
Jakarta : EGC
Taluta, Y.P, Mulyadi, dan Hamel, R.S. (2014).
Hubungan tingkat kecemasan dengan
JOM PSIK VO.1 NO.2 OKTOBER 2014 9

You might also like