Professional Documents
Culture Documents
OLEH :
FAKULTAS KEDOKTERAN
MEDAN
2007
PENDAHULUAN
Glaukoma akut merupakan salah satu glaukoma sudut tertutup
primer. Glaukoma akut adalah suatu kondisi dimana terjadi aposisi iris
dengan jalinan trabekular pada sudut bilik mata. Saat kondisi iris
terdorong atau menonjol kedepan maka outflow humor akuos akan
terhambat, keadaan ini dapat menyebabkan peningkatan tekanan
intraokular. Jika penutupan sudut terjadi secara mendadak, maka gejala
yang ditimbulkan sangat berat seperti: nyeri pada mata, sakit kepala,
pandangan kabur, haloe, mual dan muntah. 1-12
Glaukoma akut merupakan suatu keadaan darurat mata yang
memerlukan penanganan segera untuk mencegah kerusakan nervus
optikus yang dapat menyebabkan kebutaan. Pengobatan medika
mentosa harus dimulai secepat mungkin untuk menurunkan tekanan
intraokular, sebelum terapi definitif iridektomi laser atau bedah
dilakukan. 1-10
Diagnosa pasti ditegakkan berdasarkan gejala klinik dan hasil
pemeriksaan gonioskopi yang dapat memberikan bukti bahwa sudut
bilik mata tertutup.1
Glaukoma sudut tertutup primer sendiri dapat dibagi dalam 5
tingkatan dengan perjalanan penyakitnya yang overlaping dan tidak
selalu dimulai dari progresifitas tingkat awal ke tingkat selanjutnya.
Kombinasi ini dibagi sesuai dengan tingkatan klinis, yaitu:
1. Glaukoma sudut tertutup suspek.
2. Glaukoma sudut tertutup intermitten (subakut).
3. Glaukoma sudut tertutup akut: kongesti dan post-kongesti.
4. Glaukoma sudut tertutup khronik: tanpa atau dengan
glaukomatous damage.
5. Glaukoma sudut tertutup absolut: merupakan tingkat
terakhir dari glaukoma akut, pada tingkatan ini mata sudah
mengalami kebutaan total.1-12
PATOFISIOLOGI
Perbedaan jenis glaukoma dan sudut bilik mata sempit (dangerous
angle)
Apa itu sudut bilik mata sempit (dangerous angle)? Apa jenis
glaukoma yang paling sering? Dan bagaimana membedakan dasar
patologinya?
Pada glaukoma sudut terbuka, kelainan terjadi pada jalinan
trabekular, sedangkan sudut bilik mata terbuka lebar. Jadi tekanan
intraokular meningkat karena adanya hambatan outflow humor akuos
akibat kelainan mikroskopis pada jalinan trabekular.
Pada glaukoma sudut tertutup, jalinan trabekular normal,
sedangkan tekanan intraokular meningkat karena obstruksi mekanik
akibat penyempitan sudut bilik mata, sehingga outflow humor akuos
terhambat saat menjangkau jalinan trabekular. Keadaan seperti ini
Aryani Atiyatul : Penatalaksanaan Glaukoma Akut, 2007
USU Repository © 2008
sering terjadi pada sudut bilik mata yang sempit (kadang-kadang disebut
dengan “dangerous angle”).
Penting untuk diketahui, jika sudut bilik mata tidak sempit atau
sudut terbuka luas, perifer iris tidak kontak dengan perifer kornea,
sehingga sudut bilik mata tidak tertutup, dan glaukoma sudut tertutup
tidak akan terjadi.
Ini merupakan perbedaan dasar antara glaukoma sudut terbuka
dengan glaukoma sudut tertutup.
Ketika dislokasi lensa sebagai penyebab tertutupnya sudut bilik
mata maka keadaan ini dikenal dengan glaukoma sudut tertutup
sekunder. Jika glaukoma sudut tertutup tidak diketahui penyebabnya,
kondisi ini dikenal dengan glaukoma sudut tertutup primer.
Apabila sudut bilik mata tertutup secara cepat dan berat, ini dikenal
dengan glaukoma akut yang disertai dengan banyak gejala dan tanda.
Apabila penutupan sudut bilik mata tidak sempurna dan kadang-kadang
saja terjadi, ini dikenal dengan glaukoma sudut tertutup intermitten
atau glaukoma sudut tertutup kronik, dan disertai dengan sedikit
gejala. Apabila glaukoma sudut tertutup intermitten yang tidak
mempunyai gejala, ini dikenal dengan glaukoma sudut tertutup
kreeping.
Dibawah ini menunjukkan gambaran struktur segmen anterior yang
berhubungan dengan glaukoma akut:
1. Diameter kornea lebih kecil.
2. Kurvatura kornea anterior lebih datar.
3. Kurvatura kornea posterior lebih datar.
4. Sudut bilik mata depan lebih dangkal.
5. Lensa lebih tebal.
6. Kurvatura lensa anterior lebih pendek.
7. Letak lensa lebih ke anterior.
8. Sumbu bola mata lebih pendek.
Gambar 3: Blok pupil dengan sudut tertutup dan iris bombe (iris
konvek).perifer iris menutup sudut sehingga tekanan meningkat,
jika terjadi secara mendadak dapat menjadi glaukoma akut.3
3. Gonioskopi
Pemeriksaan gonioskopi ditunda sampai edem kornea berkurang,
salah satunya dengan obat yang dapat menurunkan tekanan intra
okular, misalnya dengan gliserin topikal atau saline hipertonik salap
mata. Hal yang tidak kalah penting yaitu melakukan pemeriksaan mata
kontra-lateral, yang biasanya ditemukan gambaran sudut tertutup laten.
Dimana mata yang menderita glaukoma akut menunjukkan adanya
kontak perifer irido-korneal komplit (Shaffer grade 0) (gambar 8).2,4,6
4. Oftalmoskopi
Kelainan optik-disk dapat dievaluasi dengan menggunakan
oftalmoskop direk, slit-lamp biomikroskopi yang menggunakan lensa +90
Dioptri, Hruby lens, atau lensa kontak Goldmann dan oftalmoskop
indirek. Gambaran fundus pada glaukoma akut sering ditemukan
optik-disk edema dan hiperemis.2,4,6
PENATALAKSANAAN
1. Terapi medikamentosa:
1.1. Agen osmotik
1.2. Karbonik anhidrase inhibitor
1.3. Miotik kuat
1.4. Beta-bloker
1.5. Apraklonidin
2. Observasi respon terapi:
2.1. Monitor ketajaman visus, edema kornea, dan ukuran pupil.
2.2. Ukur tekanan intraokular setiap 15 menit.
2.3. Periksa sudut dengan gonioskopi.
3. Parasintesis
4. Bedah Laser:
4.1. Laser iridektomi
4.2 Laser iridoplasti
5. Bedah insisi
5.1. iridektomi bedah insisi
1.5. Apraklonidin
Merupakan agen alfa2-agonis yang efektif untuk hipertensi okular,
apraklonidin bekerja dengan cara menurunkan produksi akuos humor
dan tidak memberikan efek pada outflow humor akuos. Apraklonidin
0,5% dan 1%, keduanya telah menunjukkan efektifitas yang sama dan
rata-rata dapat menurunkan tekanan intraokular 34% setelah 5 jam
pemakaian topikal. Apraklonidin dapat digunakan pada pengobatan
glaukoma akut yang dikombinasikan dengan terapi medis lainnya.
Setelah tekanan intraokular menurun dan miosis pupil telah
dicapai, terapi topikal dengan pilokarpin, beta bloker, karbonik anhidrase
inhibitor dan apraklonidin dapat diteruskan sampai tindakan operasi
dilakukan atau reopening sudut bilik mata. Pemeriksaan ulang
gonioskopi harus dilakukan, jika perlu gliserin tetes mata dapat
digunakan untuk menjernihkan kornea. Sekarang ini, dilakukan
gonioskopi indentasi untuk mendorong akuos dari sentral ke perifer agar
Ad. 3. Parasintesis
Kalau pemakaian terapi medikamentosa secara intensif masih
dianggap lambat dalam menurunkan tekanan intraokular ke tingkat yang
aman, dan kadang-kadang justru setelah pemberian 2 atau 4 jam masih
tetap tinggi. Sekarang ini mulai diperkenalkan cara menurunkan tekanan
intraokular yang cepat dengan tehnik parasintesis, seperti yang
dilaporkan oleh Lamb DS dkk, tahun 2002, yang merupakan penelitian
pendahuluan (pilot study). Pada 10 mata dari 8 pasien dengan glaukoma
akut, yang rata-rata tekanan intraokular 66,6 mmHg sebelum tindakan
parasintesis. Setelah dilakukan parasintesis dengan mengeluarkan
cairan akuos sebanyak 0,05 ml, didapatkan penurunan tekanan
intraokular secara cepat yaitu pada 15 menit setelah parasintesis
tekanan intraokular menjadi sekitar 17,1 mmHg, setelah 30 menit
menjadi 21,7 mmHg, setelah 1 jam 22,7 mmHg, setelah 2 jam atau lebih
20,1 mmHg. Cara ini juga dapat menghilangkan rasa nyeri dengan
segera pada pasien.4,14
Komplikasi
Pada umumnya komplikasi yang sering terjadi pada laser
iridektomi meliputi kerusakan lokal pada lensa dan kornea, ablasio
retina, pendarahan, gangguan visus dan tekanan intraokular meningkat.
Kerusakan lensa dapat dihindari dengan cara menghentikan prosedur
dan segera penetrasi iris untuk iridektomi lebih ke superior iris perifer.
Ablasio retina sangat jarang, tetapi masih ditemukan pada prosedur
Nd:YAG laser iridektomi.2,5,6,7
5.2. Trabekulektomi
Mengingat komplikasi yang terjadi pada saat dan sesudah operasi
trabekulektomi, tidak baik dilakukan pada keadaan glaukoma akut.
Namun kadang-kadang, karena suatu kondisi misalnya serangan
glaukoma akut yang akan terjadi keterlantaran penyakitnya atau
penderita berasal dari tempat yang jauh maka dapat dilakukan tindakan
PROGNOSA
Prognosa baik apabila glaukoma akut cepat terdeteksi dan
mendapat terapi yang sesegera mungkin.
Sering diagnosa dibuat pada stadium lanjut, dimana lapangan
pandang telah hilang secara progresif, iris menjadi atrofi dan midriasis
pupil telah menetap. Penanganan episode akut yang terlambat akan
menyebabkan sinekia sudut tertutup permanen dan bahkan
menyebabkan kebutaan permanen dalam 2-3 hari.7,10