Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
The objective of this research was to test the
effectivenes on the use of L.casei and tapioca as the addition
nutrition to prevent the damage of soy tempeh. The experiment
was arranged in a complete randomized block design consisted
of two factors and 3 replications. The first factor was the
concentration of L.casei (0%, 1%, 1,5%, and 2%), the other
Diterima : 10 Juni 2013 factor was the concentration of tapioca (0%, 0,4%, 0,8%, and
Disetujui : 24 Juli 2013
1,2%). The data were analyzed with analysis of variance then
Korespondensi Penulis : continued with Honestly Significant Differences Test (HSD
suharyono_thp@unila.ac.id Test) with significance level of 5% and 1%. The result showed
that the concentration of L.casei 2% and tapioca 0,8% was able
to prevent the tempeh deterioration. The shelf-life reached 9
days of storage, the product had a longer shelf-life compared to
that of the control (soy tempeh with no treatment) which only
had 3 days of shelf life.
Key word : Lactobacillus casei, soybean, tapioca, tempeh
176 Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 18 No.2, September 2013
Lidya Tri Aptesia et al Pemanfaatan Lactobacillus casei dan Tapioka
biakan L.casei 0% (b/v) (Lo), 1% (b/v) biji kedelai, selanjutnya tahap perebusan
(L1), 1,5% (b/v) (L2) dan 2% (b/v) (L3) . kedua pada suhu 1000C selama 30 menit.
Faktor dua adalah konsentrasi tapioka Kemudian dilakukan penirisan dan
(b/b) masing-masing 0% (b/b) (T0), 0.4% pendinginan, dilakukan tahap peragian
(b/b) (T1), 0.8% (b/b) (T2) dan 1.2% setiap 200 gram kedelai ditambahkan laru
(b/b) (T3) (Suharyono, 2008). Masing- tempe sebanyak 0,4 gram dan pemberian
masing faktor terdiri dari 4 taraf dengan 3 L.casei sebanyak 0 mL, 2mL, 3 mL dan
kali ulangan. Pengamatan dilakukan 4mL yang telah bercampur dengan MRS
terhadap lama simpan dan organoleptik. borth serta tapioka 0 g, 0, 4 g, 0,8 g dan
Perlakuan terbaik dianalisis proksimat 1,2 g. Selanjutnya dilakukan fermentasi
yang meliputi kadar protein, kadar selama 48 jam pada suhu ruang yaitu
karbohidrat, kadar lemak, kadar abu dan 37oC, kemudian dilakukan pengamatan
kadar air. terhadap hasil percobaan setelah
Data primer yang didapat dilakukan fermentasi selama dua hari.
dianalisa ragam dengan uji tuckey dan
barlet selanjutnya data primer dilakukan Pengamatan
analisis menggunakan uji lanjutan yaitu Pengamatan yang dilakukan
uji beda nyata jujur (BNJ) pada taraf terhadap produk tempe kedelai dengan
nyata 1% dan 5%. konsentrasi tapioka dan L.casei yang
berbeda-beda, dan pengamatan yang
Cara Kerja dilakukan adalah lama peyimpanan dan
a. Pembuatan starter Lactobacilus casei organoleptik. Perlakuan terbaik yang
Sebagai permulaan diawali diperoleh dari lama simpan dan
dengan persiapan starter sebanyak 1 ose organoleptik. selanjutnya dianalisis
kultur murni Lactobacillus casei kandungan kimianya berupa kadar air
dimasukkan ke dalam tabung reaksi berisi (AOAC, 1984), kadar lemak dengan
10 mL media MRS Broth steril dan metode sokhlet (Sudarmadji, 1984), kadar
diinkubasi selama 24 jam pada suhu protein dengan metode Kjeldahl
o
37 C. Setelah itu, sebanyak 5 mL kultur (Sudarmadji, 1984), kadar abu (AOAC,
murni dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 1984), dan kadar karbohidrat dengan
yang berisi 50 mL MRS Broth steril metode by difference (Winarno, 1992).
0
diinkubasi 24 jam dengan suhu 37 C dan
kultur siap digunakan. HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Lama Simpan
b. Pembuatan tempe kedelai
Tujuan penelitian utama adalah
Kedelai disortasi dari biji yang
menentukan daya tahan tempe kedelai
cacat dan muda. Lalu dilakukan
dengan penambahan L.casei serta tapioka
pencucian menggunakan air yang
setelah proses fermentasi 48 jam, sampai
mengalir sampai kotoran yang melekat
ditemukan lama simpan yang
terlepas dari biji kedelai. Selanjutnya
menunjukkan terjadinya perubahan sifat
kedelai direbus selama 30 menit dengan
organoleptik yang tidak memenuhi SNI
air yang mendidih sampai kulit ari dari
3144:2009. Adapun parameter yang
kedelai mudah terkelupas, selanjutnya
diamati adalah warna, bau dan tekstur
dilakukan tahap perendaman pada suhu
menggunakan panca indera (Gambar 1).
25oC selama 24 jam, kulit ari dikupas dari
Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 18 No.2, September 2013 177
Pemanfaatan Lactobacillus casei dan Tapioka Lidya Tri Aptesia et al
178 Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 18 No.2, September 2013
Lidya Tri Aptesia et al Pemanfaatan Lactobacillus casei dan Tapioka
dan amilopektin 76-83%, selain itu penambahan tapioka memberikan
tapioka juga dapat memperbaiki tekstur pengaruh nyata dan penambahan L.casei
tempe kedelai dengan memproduksi tidak memberikan pengaruh nyata.
miselium yang tinggi. Sedangkan interaksi tidak berbeda nyata.
Hasil uji lanjut BNJ pada taraf nyata 5%
1. Uji Organoleptik
memberikan hasil yang tidak berbeda
a. Tekstur
nyata terhadap tekstur tempe kedelai
Hasil analisis ragam
(Tabel 1).
menunjukkan bahwa perlakuan dengan
Tabel 1. Pengaruh penambahan tapioka yang berbeda nyata terhadap tekstur tempe
kedelai pada usia 9 hari
Faktor Tapioka μ 5%
T3 3,3 B
T1 3,5 A
T2 3,5 A
T0 3,4 Ab
Keterangan : Nilai tengah yang diikuti dengan huruf yang sama memiliki tidak berbeda nyata
Hasil uji lanjut BNJ pada taraf sedang. Selain itu, senyawa-senyawa
nyata 5% menunjukkan bahwa skor yang tidak larut hasil dari degradasi
tekstur pada seluruh perlakuan tempe enzimatik turut mempengaruhi tekstur.
kedelai dengan penambahan tapioka Hal ini didukung oleh Nout dan Kiers
memberikan pengaruh nyata dan L.casei (2005) menyatakan bahwa selama
tidak memberikan pegaruh nyata terhadap fermentasi tempe, ragi tempe
seluruh perlakuan tekstur tempe kedelai menghasilkan enzim-enzim, diantaranya
kedelai. Berdasarkan uji lanjut BNJ pada protease, lipase, berbagai karbohidrase,
taraf 5% tempe kedelai dengan dan phytase. Enzim-enzim tersebut
penambahan tapioka sebesar 1,2% (T3) mendegradasi molekul makro menjadi zat
berbeda nyata terhadap tempe kedelai berat molekul rendah, dinding sel dan
dengan penambahan tapioca sebesar 0,4% bahan selular intra yang sebagian
(T1) dan 0,8% (T2). Sedangkan tempe dilarutkan berkontribusi pada tekstur
kedelai tanpa penambahan tapioka tidak yang diinginkan yaitu rasa dan aroma
berbeda nyata dengan tempe kedelai produk.
dengan penambahan tapioka sebesar
b. Aroma
1,2% (T3), 0,8% (T2) dan 0,4% (T1).
Hal ini disebabkan bagian tekstur tempe Hasil analisis ragam
kedelai diduga mengandung kandungan menunjukkan bahwa perlakuan
serat kasar yang terdapat pada kulit ari penambahan tapioka dan L.casei
kedelai sehingga selama proses memberikan pengaruh yang nyata pada
fermentasi 48 jam diduga kulit kedelai aroma tempe kedelai.dan interaksi antara
sudah terdegradasi oleh enzim tapioka dan L.casei berbeda nyata. Hasil
karbohidrase utama dari R. oligosporus uji lanjut BNJ pada taraf nyata 5%
pada ragi tempe termasuk memberikan hasil yang berbeda nyata
poligalakturonase, endocellulase, xilanase terhadap aroma tempe kedelai yang
dan arabinase sehingga tekstur yang dihasilkan (Tabel 2).
dihasilkan tempe kedelai bertekstur
Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 18 No.2, September 2013 179
Pemanfaatan Lactobacillus casei dan Tapioka Lidya Tri Aptesia et al
Tabel 2. Pengaruh penambahan tapioka dan L.casei terhadap aroma tempe kedelai pada
usia 9 hari
Perlakuan Nilai tengah
T2L0 Tapioka 0,8% dan L.casei 0% 3,600a
T0L1 Tapioka 0% dan L.casei 1% 3,600a
T2L3 Tapioka 0,8% dan L.casei 2% 3,600a
T1L1 Tapioka 0,4% dan L.casei 1% 3,500a
T2L1 Tapioka 0,8% dan L.casei 1% 3,500a
T1L2 Tapioka 0,4% dan L.casei 1,5% 3,500a
T0L2 Tapioka 0% dan L.casei 1,5% 3,500a
T3L1 Tapioka 1,2% dan L.casei 1% 3,400a
T0L3 Tapioka 0% dan L.casei 2% 3,400a
T2L2 Tapioka 0,8% dan L.casei 1,5% 3,400a
T1L3 Tapioka 0,4% dan L.casei 2% 3,400a
T3L2 Tapioka 1,2% dan L.casei 1,5% 3,400a
T1L0 Tapioka 0,4% dan L.casei 0% 3,300a
T3L0 Tapioka 1,2% dan L.casei 0% 3,300a
T3L3 Tapioka 1,2% dan L.casei 2% 3,200 b
T0L0 Tapioka 0% dan L.casei 0% 3,100 b
Keterangan : Nilai tengah yang diikuti dengan huruf yang sama memiliki arti tidak berbeda nyata
180 Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 18 No.2, September 2013
Lidya Tri Aptesia et al Pemanfaatan Lactobacillus casei dan Tapioka
Tabel 3. Pengaruh penambahan tapioka terhadap rasa tempe kedelai pada usia 9 hari
Faktor Μ 5%
T0 3,3 b
T1 3,5 a
T2 3,5 a
T3 3,3 b
Keterangan : Nilai tengah yang diikuti dengan huruf yang sama memiliki arti tidak berbeda nyata
Rasa yang berpengaruh nyata asetat dan asam butirat diacetyl yang
disebabkan karena rasa khas pada tempe membuat tempe memiliki rasa dan aroma
kedelai tejadi degradasi komponen- yang khas.
komponen dalam kedelai seperti
karbohidrat, lemak, dan protein oleh d. Warna
enzim-enzim yang dihasilkan ragi tempe Hasil analisis ragam
selama berlangsungnya proses menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan
fermentasi. Hasil penelitian Mensah et konsentrasi tapioka dan L.casei
al. (2012), proses dasar dalam fermentasi memberikan pengaruh yang nyata pada
tempe, yang melibatkan kegiatan tempe kedelai. Hasil uji lanjut BNJ pada
enzimatik Lactobacilus, Lieuconostocs, taraf nyata 5% memberikan hasil yang
Pediococci, Yeasts, dan Moulds adalah berbeda nyata terhadap warna tempe
sama, hasil metabolisme dalam produksi kedelai dan interaksi antara tapioka dan
asam lemak seperti laktat, asam asetat, L.casei berpengaruh nayata (Tabel 4).
butirat, format, dan propionat. Asam
Tabel 4. Pengaruh penambahan tapioka dan L.casei terhadap warna tempe kedelai
pada usia 9 hari
Tabel 6. Kandungan kimia tempe kedelai dengan penambahan tapioka 0,8% dan
Lactobacillus casei 2%
Zat Gizi T2L3 (%) Standar SNI (%)
Protein (wb) 17,78 Min 16
Lemak (wb) 3,57 Maks. 10
Kadar Air (wb) 64,83 Maks. 65
Kadar Abu (wb) 0,45 Maks.1,5
Karbohidrat (wb)* 13,37 -
Keterangan : * = By difference
Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 18 No.2, September 2013 183
Pemanfaatan Lactobacillus casei dan Tapioka Lidya Tri Aptesia et al
Hidayat, N. 2009. Tahapan Proses third millenium. Journal of
Pembuatan Tempe. Applied Microbiology 98:789–
http://www.nurhidayat.tip.wordpre 805.
ss.com. Diakses tanggal 23 Maret Sarwono, R. 2005. Pengering Suhu
2012. 4 hlm. Rendah Untuk Menjaga Mutu
Ifandro. 2011. Komposisi Tepung Bahan Pertanian. Teknologi dan
Tapioka. http://ifandro.com. Industri Pangan. 2 (XVI) : 168 –
Diakses tanggal16 Juli 2012. 3 hlm. 173 hlm.
Kasmidjo. 1990. Tempe Mikrobiologi Siswono. 2003. Tiada Hari Tanpa Tempe.
dan Biokimia Pengolahan serta http://www.gizi.net. 1 hlm.
Pemanfaatannya. Pusat Antar Diakses tanggal 2 Maret 2012.
Universitas Pangan dan Gizi UGM. hlm 2.
Yogyakarta. 147 hlm. Standar Nasional lndonesia, 2009. SNI
Kemala, Sari. 2006. Upaya 3144-2009 tentang Tempe
Memperpanjang Umur Simpan Kedelai. Jakarta. Hlm 1.
Tempe Dengan Metode Sudarmadji, S. 1984. Prosedur Analisis
Pengeringan Dan Sterilisasi. untuk Bahan Makanan dan
Departemen Teknologi Pangan Pertanian. Edisi ketiga. Liberty.
Dan Gizi Fakultas Teknologi Yogyakarta. 201-204 hlm.
Pertanian Institut Pertanian Suharyono, A.S. 2008. Pemanfaatan
Bogor. Bogor. 5 hlm. Lactobacillus plantarum Dan
Laga. 2001. Produksi siklodekstrin Tepung Beras Dalam
menggunakan substrat tapioca Menghambat Kerusakan Tempe
terlikuifikasi dengan aseptor Kedelai. 21-25 hlm.
minimal. Produksi Siklooekstrin Syarief, R., H, Joko., H, Purwiyatno., W,
dari Substrat Tapioka Dengan Sutedja., Suliantari, S, Dahrul., E,
Menggunakan Pullulanase dan S, Nugraha., dan Y,S, Pieter.
CGTase Secara Simultan. 1999. Wacana Tempe Indonesia.
Program Studi Ilmu dan Universitas Katolik Widya
Teknologi Pangan Universitas Mandala. Surabaya.
Hassanudin. Makassar. Hlm 134- Widianarko, B., A, Pratiwi., Rika, dan
135. Ch, Retnaningsih. 2000. Seri
Mensah, P., B. S. Drasan, T. J. Harrison, Iptek Pangan Volume I. Tempe
and A. M. Tomkins. Fermented Makanan Populer dan Bergizi
cereal gruels: towards a solution Tinggi. http://www.ristek.go.id.
of the weaning's dilemma. 3 hlm. Diakses tanggal 23
http://www.greenstone.org/. November 2010.
Diakses pada tanggal 13 Oktober Winarno, F.G.1992. Kimia Pangan dan
2012. Gizi. Gramedia. Jakarta. 43 hlm.
Muhandri, T. 2009. Pengembangan Yuliana, Erna. 2010. Tempe Sumber
proses pembuatan mie instan Antioksidan dan Antibiotika.
jagung. (Skripsi). IPB. Bogor. http://www.litbang.go.id. 105
Nout, M. J. R. and J. L .Kiers. 2005. hlm. Diakses Tanggal 10 Maret
Tempe fermentation, innovation 2012.
and functionality: update into the
184 Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian Volume 18 No.2, September 2013