You are on page 1of 11

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG MAKANAN BALITA TERHADAP

STATUS GIZI BALITA DI DESA MALANGJIWAN, KECAMATAN COLOMADU, KABUPATEN

KARANGANYAR

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh :

PUPUT LESTARI

J 300 120 031

PROGRAM STUDI ILMU GIZI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2015

1
2
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG MAKANAN BALITA TERHADAP
STATUS GIZI BALITA DI DESA MALANGJIWAN, KECAMATAN COLOMADU, KABUPATEN
KARANGANYAR

Oleh:

Puput Lestari*, Dwi Sarbini**, Luluk Ria Rakhma***

*Mahasiswa DIII Prodi Ilmu Gizi FIK UMS, **Dosen Prodi Ilmu Gizi FIK UMS,
*** Dosen Prodi Ilmu Gizi FIK UMS
Email: PuputLestari366@yahoo.co.id.

ABSTRACT

RELATIONSHIP BETWEEN KNOWLEDGE AND ATTITUDE OF MOTHERS ABOUT FOOD


FOR TODDLERS AND THE NUTRITIONAL STATUS OF TODDLERS IN MALANGJIWAN
VILLAGE, COLOMADU, KARANGANYAR

Introduction: Nutritional status is health generated between the nutrient needs and input. Food
has a very crucial role in growth and development of toddlers. Manultrition can cause disruption
of growth in toddlers. Knowledge and attitude of mother are the indirect factors that affect
nutritional status of children.
Objective: The study aimed to asses the relationship between knowledge and attitude of
mother about food for toddlers and the nutritional status of toddlers.
Method: The research design was an observasional study with cross-sectional. Subjects w
were 33 mothers that had toddlers aged 1-5 years. Retrieval of data used sequential sampling.
Knowledge and attitude of mothersdata were obtained by filling out a questionnaire and
nutritional status of toddlers obtained by measuring their anthropometry.
Result: Most mothers had good knowledge (97,7%) and attitude (100%). Nutritional status of
toddlers by BMI/age was good (100%). Correlation test showed p value=0,351 for relationship
between knowledge of mothers and nutritional status. The correlation between attitude of
mothers and nutritional status showed p value=0,104.
Conclusion: There was no correlations between knowledge and attitude of mothers about food
for toddlers, and the nutritional status of toddlers at Malangjiwan village, Colomadu,
Karanganyar.
Keywords: knowledge, attitude, mother, nutritional status.
Bibliography: (42) 1992-2014

3
PENDAHULUAN tentang makanan balita terhadap status gizi
Kekurangan gizi menjadi salah satu balita di Desa Malangjiwan, Kecamatan
penyebab kesakitan dan kematian pada Colomadu, Kabupaten Karanganyar.
anak-anak usia dibawah lima tahun (Amsalu
dan Tigabu, 2008). Balita membutuhkan Pengetahuan
zat-zat gizi dalam jumlah yang besar karena Pengetahuan merupakan suatu
terjadi proses tumbuh kembang yang proses pembentukan yang terus-menerus
sangat pesat (Depkes RI, 2000). Hal oleh seseorang yang setiap saat mengalami
tersebut yang menjadikan anak pada usia reorganisas karena masuknya pemahaman-
ini lebih rentan terkena gizi kurang sehingga pemahaman baru. Pengetahuan seseorang
apabila tidak mendapat penanganan lebih dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
lanjut dapat membuat anak megalami pendidikan; informasi atau media massa;
penurunan status gizi (UNICEF, 2009). sosial, budaya, dan ekonomi; lingkungan;
Status gizi balita dipengaruhi oleh pengalaman; dan usia (Budiman dan
dua faktor yaitu fakor langsung dan faktor Riyanto, 2013).
tidak langsung. Faktor langsung yaitu
konsumsi pangan dan penyakit infeksi, Sikap
sedangkan salah satu faktor tidak langsung Pengertian sikap menurut Stepan
yang mempengaruh status gizi balita adala (2007) dalam Budiman dan Riyanto (2013)
pengetahuan dan sikap ibu. Kurangnya adalah reaksi respon terhadap subyek,
pengetahuan dan sikap ibu merupakan obyek, orang maupun peristiwa, yang
salah satu penyebab terjadinya kurang gizi mencerminkan perasaan orang terhadap
pada balita. Ibu yang memiliki pengetahuan suatu hal. Sikap memerlukan rangsangan
dan sikap gizi yang kurang akan sukar atau stimulus dari lingkungan, sehingga
memilih makanan yang bergizi bagi balita seseorang dapat memperlihatkan reaksi
dan keluarganya sehingga akan terhadap rangsangan tersebut.
mempengaruhi asupan makan balita dan
status gizinya. Gizi yang baik adalah gizi Status Gizi
yang seimbang, artinya asupan nutrisi Status gizi adalah status kesehatan
sesuai dengan kebutuhan tubuh. Balita gizi yang dihasilkan oleh keseimbangan antara
kurang akan menyebabkan terganggunya kebutuhan dan masukan nutrien. Makanan
pertumbuhan otak dan tingkat kecerdasan, mempunyai peranan yang sangat penting
hal ini karena kurangnya produksi protein dalam pertumbuhan dan perkembangan
dan energy yang di peroleh dari makanan anak. Gizi kurang dapat menyebabkan
(Zuraida dan Nainggolan, 2011). terganggunya pertumbuhan pada anak,
Berdasarkan data UPT Puskesmas misalnya: kekurangan yodium dapat
Colomadu 1 pada tahun 2013, jumlah menyebabkan gangguan pertumbuhan,
seluruh balita 2601 balita, dengan balita pembesaran kelenjar gondok, dan
yang ditimbang sebanyak 1999 balita. Balita gangguan susunan syaraf pusat akibatnya
yang mengalami gizi buruk sebanyak akan menurunkan kecerdasan pada anak.
0,65%, balita gizi kurang sebanyak 3, 15%, Gizi lebih juga tidak baik karena akan
balita gizi baik sebanyak 94,39%, dan balita menyebabkan obesitas atau kegemukan
gizi lebih sebanyak 1,8%. Sedangkan data sehingga anak cenderung kurang aktif
UPT Puskesmas Colomadu 1 pada tahun bergerak, lebih malas dan kecerdasannya
2015, Desa Malangjiwan mempunyai angka kurang (Rahmita, 2000).
kejadi gizi buruk pada balita sebessar
0,58%, gizi kurang sebesar 9,3%, gizi
normal sebesar 89,21%, dan gizi lebih
sebesar 0,87%.
Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui hubungan dan sikap ibu

2
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status generasi sebelumnya, atau melalui
Gizi informasi lainnya. (Notoatmojdo, 2002).
Faktor Langsung Faktor ibu (pengetahuan) memegang
1. Konsumsi makanan peranan penting dalam menyediakan dan
Konsumsi makanan yang menyajikan makanan yang bergizi dalam
mengandung berbagai zat gizi makro dan keluarga, termasuk pemenuhan gizi bagi
mikro sangat dibutuhkan balita untuk balita sehingga akan berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangannya. Balita status gizinya (Supariasa dkk, 2007).
akan tumbuh secara optimal jika asupan 3. Sikap ibu
makannya dalam jumlah yang cukup, Balita yang menderita gizi kurang
bergizi dan seimbang (Aini dkk, 2013). dapat disebabkan karena sikap ibu dalam
2. Penyakit infeksi pemilihan makanan yang tidak benar.
Penyakit infeksi pada balita akan Pemilihan bahan makanan, tersedianya
menyebabkan berkurangnya asupan makan jumlah makanan yang cukup dan
dan kemampuan anak dalam menerima keanekaragaman makanan dipengaruhi
makanan, sementara dengan kebutuhannya oleh tingkat pengetahuan ibu tentang gizi
semakin meningkat. Hal ini mengakibatkan dan makanan (Mardiana, 2005).
terhambatnya pertumbuhan balita 4. Pola asuh ibu
(Soetjiningsih, 2013). Pola asuh merupakan kegiatan
Faktor yang menjadi penyebab praktik yang di lakukan anggota keluarga
penyaki infeksi antara lain yaitu lingkungan yang diwujudkan dengan ketersediaan
fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik pangan dan perawatan kesehatan untuk
dengan pencemaran yang tinggi akan pertumbuhan dan perkembangan anak
menyebabkan balita rentan terkena (Zulaikha, 2010). Pola asuh juga mencakup
penyakit infeksi, seperti daerah perkotaan perawatan terhadap kesehatan anak,
yang padat dan kumuh (Elyana dan Candra, seperti imunisasi, pemberian ASI, dan
2009). penimbangan secara teratur ke posyandu,
serta tersedianya pemukiman tempat
Faktor Tidak Langsung tinggal yang bersih, sanitasi lingkungan,
1. Ketersediaan pangan dalam rumah sandang, dan rekreasi (Titi, 1993).
tangga 5. Sanitasi lingkungan
Ketersediaan pangan dalam rumah Sanitasi lingkungan merupakan
tangga merupakan kemampuan keluarga usaha meningkatkan kesehatan lingkungan
untuk memenuhi kebutuhan makan bagi fisik yang berpengaruh terhadap kesehatan
anggota keluarganya, dilihat dari segi personal, dan mental serta kesejahteraan
jumlah, mutu, dan ragamnya sesuai adat sosial. Keadaan sanitasi yang kurang baik
dan kebiasaan masyarakat setempat. akan menimbulkan berbagai penyakit,
Apabila pemenuhan pangan dalam rumah terutama penyakit infeksi saluran
tangga kurang akan menyebabkan pernafasan dan menyakit menular.
menurunnya tingkat konsumsi makan Penyakit-penyakit tersebut jika dibiarkan
keluarga, akibatnya kebutuhan zat gizi juga terus menerus akan mempengaruhi status
akan berkurang dan status gizinya menjadi gizi, sehingga status gizinya akan menurun
kurang atau buruk (Suhardinata, 2014). (kurang atau buruk).
2. Pengetahuan ibu 6. Pelayanan kesehatan
Pengetahuan merupakan hal yang Pelayanan kesehatan merupakan
sangat penting untuk terbentuknya tindakan akses atau keterjangkauan anak dan
seseorang. Pengetahuan gizi dan keluarga terhadap upaya pencegahan
kesehatan adalah suatu keadaan dimana penyakit dan pemeliharaan kesehatan
seseorang dapat memahami pengertian seperti imunisasi,penimbangan anak,
tentang gizi dan kesehatan. Pengetahuan penyuluhan kesehatan, dan gizi serta
tersebut dapat diperoleh dari orang lain, sarana kesehatan yang baik seperti

3
Posyandu, Puskesmas, dan Rumah sakit. METODE PENELITIAN
Upaya pelayanan kesehatan diarahkan Penelitian ini dilakukan dengan
kepada peningkatan kesehatan dan status menggunakan metode observasional
gzi anak sehingga terhindar dri kematian analitik dengan pendekatan cross sectional
dini dan mutu fisik yang rendah (Aritonang, (potong lintang) yaitu penelitian pada suatu
2003). populasi yang diamati pada satu waktu.
7. Pendapatan keluarga Populasi dan Sampel
Pendapatan keluarga atau Populasi dalam penelitian ini adalah
ekonomi keluarga merupakan suatu hal semua ibu yang memiliki balita berusia 1-5
yang menentukkan asupan makan dan tahun yaitu 343 orang. Sampel penelitian ini
nutrisi bagi anggota keluarga. Jika adalah 33 responden dengan teknik
pendapatan keluarga cukup atau menengah pengambilan sampel menggunakan
ke atas akan lebih mudah memberikan Sequential Sampling.
asupan makan yang mengandung banyak Kriteria Sampel
gizi, tetapi jika pendapatannya kurang atau 1. Ibu yang mempunyai balita berusia 1-5
bahkan tidak mencukupi untuk pemenuhan tahun tidak cacat, sehat, dan bertempat
kebutuhan hidup, maka asupan makan tinggal tetap di Desa Malangjiwan,
anggota keluarga pun juga tidak akan Kecamatan Colomadu, Kabupaten
terpenuhi, akibatnya terjadi penurunan Karanganyar.
status gizi (Devi, 2010). 2. Bersedia menjadi responden.
8. Jumlah keluarga Instrumen Penelitian
Jumlah anggota keluarga yang Instrumen penelitian ini adalah
banyak menyebabkan berkurangnya berupa kuesioner pengetahuan ibu tentang
asupan makan baik dalam hal kuantitas makanan balita, dan sikap ibu tentang
maupun kualitas, biasanya hal ini diikuti makanan balita. Instrumen penelitian ini
dengan tingkat pendapatan dan kemiskinan. menggunakan skala Guttman.
Populasi dalam keluarga juga Pengukuran status gizi pada balita
mempengaruhi derajat kesehatan, sehingga menggunakan WHO, 2005. Pengukuran
berperan terpaparnya dengan penyakit berdasarkan parameter IMT/U berdasarkan
infeksi. kategori Z-score. Hasil pengukuran status
9. Kemiskinan gizi dikelompokkan menjadi tiga yaitu:
Kemiskinan merupakan suatu 1) Gizi gemuk: >2 SD
keadaaan dimana seseorang tidak mampu 2) Gizi normal: -2 SD sampai +2 SD
untuk memenuhi kebutuhan dasarmya, 3) Gizi kurus: -3 SD sampai <-2 SD
seperti sandang, pangan, dan papan. Hal ini Analisa Data
disebabkan karena ekonomi keluarga yang Analisa data menggunakan uji statistic non
rendah, akibatnya pola makan dan parametrik yaitu uji Rank Spearman dan Uji
kecukupan gizi anggota keluarga tidak Pearson Product Moment dengan batas
terpenuhi, terutama balita yang kemaknaan p≤ 0,05.
membutuhkan banyak asupan gizi untuk
tumbuh kembangnya (Devi, 2010). HASIL PENELITIAN
Menurut Keputusan Menteri RI Karakteristik Responden
(2011) parameter IMT/U berdasarkan Umur Ibu
kategori Z-score diklasifikasikan sebagai Tabel 1. Distribusi Frekuensi Subjek
berikut: Berdasarkan Umur Ibu
1) Gizi gemuk: >2 SD Umur Ibu (th) n %
2) Gizi normal: -2 SD sampai +2 SD < 20 0 0
3) Gizi kurus: -3 SD sampai <-2 SD 21-35 27 61,36
4) Gizi sangat kurus: <-3 SD >36 17 38,63
Total 44 100

4
Berdasarkan Tabel 1 diketahui umur Pendapatan Keluarga
ibu paling banyak yaitu berkisar 21-35 tahun Tabel 4. Distribusi Frekuensi Subjek
dengan jumlah 27 ibu atau sebesar 61,36%. Berdasarkan Pendapatan Keluarga
Dasar pembagian umur mengacu pada Pendapatan n %
BKKBN (2003) yaitu kelompok ibu risiko Rendah (< UMR) 13 29,54
tinggi dalam kehamilan dan melahirkan Tinggi (≥UMR) 31 70,45
yaitu umur kurang dari 20 tahun dan lebih Total 44 100
dari 35 tahun, sementara risiko rendah yaitu
rentang umur 21-35 tahun. Berdasarkan Tabel 10 diketahui
pendapatan keluarga yang paling banyak
Pendidikan Ibu adalah diatas UMR Kabupaten karanganyar
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Subjek yaitu sebesar 70,45%. Pendapatan
Berdasarkan Pendidikan Ibu keluarga yang tinggi akan meningkatkan
Pendidikan Ibu n % pemenuhan untuk membeli pangan dengan
SD 2 4,5 kuantitas dan kualitas yang lebih baik,
SMP 3 6,8 sehingga secara langsung akan
SMA 28 63,6 mempengaruhi pemberian makan pada
PT 11 25 balita. Asupan makan balita dengan jumlah
Total 44 100 yang cukup, bergizi dan seimbang akan
membuat balita tumbuh secara optimal
Berdasarkan Tabel 2 diketahui sehingga status gizinya juga akan baik (Aini
pendidikan ibu yang paling banyak yaitu dkk, 2013).
lulusan SMA dengan jumlah 28 orang
(63,6%). Semakin tinggi pendidikan maka ANALISIS UNIVARIAT
akan semakin mudah menerima informasi, Pengetahuan Ibu
sehingga pengetahuan yang diperoleh akan Tabel 5. Distribusi Frekuensi Subjek
semakin banyak (Mubarak, et al. 2007). Berdasarkan Pengetahuan Ibu
Pengetahuan Ibu n %
Pekerjaan Ibu Kurang 1 2,3
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Subjek Baik 43 97,7
Berdasarkan Pekerjaan Ibu Total 44 100
Pekerjaan Ibu n % Berdasarkan Tabel 5 diketahui
IRT 27 61,4 bahwa ibu yang mempunyai pengetahuan
Karyawan Swasta/Pabrik 2 4,5 baik sebanyak 43 ibu atau sebesar 97,7%.
PNS 1 2,3 Nilai terendah dari pengetahuan ibu yaitu
Wiraswasta 14 31,8 75% dan nilai tertinggi yaitu 100%.
Total 44 100
Berdasarkan Tabel 3 diketahui Sikap Ibu
sebanyak 61,4% ibu balita berpofresi Tabel 6. Distribusi Frekuensi Subjek
sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT), sehingga Berdasarkan Sikap Ibu
ibu mempunyai banyak waktu untuk balita, Sikap Ibu n %
termasuk mendampingi ketika balita makan Kurang 0 0
serta memantau perkembangan dan Baik 44 100
pertumbuhannya (status gizi). Total 44 100
Berdasarkan Tabel. 12 diatas
diketahui bahwa semua sikap ibu dalam
kategori baik yaitu sebesar 100% dengan
jumlah responden 44 orang, nilai terendah
yaitu 80% dan nilai tertinggi yaitu 100%.
Sikap merupakan domain perilaku yang

5
dipengaruhi oleh pengetahuan, pikiran, Berdasarkan Tabel. 9 diketahui
keyakinan serta emosi (Notoatmodjo, 2010). bahwa dari 1 responden yang mempunyai
pengetahuan kurang, mempunyai balita
Status Gizi Balita dengan status gizi balita baik. Sedangkan
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Subjek dari 43 responden, semua ibu mempunyai
Berdasarkan Status Gizi Balita. pengetahuan baik dengan status gizi balita
Status Gizi Balita n % baik sebesar 100%. Nilai p value dari
Kurus 0 0 distribusi frekuensi status gizi balita
Normal 44 100 berdasarkan pengetahuan ibu yaitu sebesar
Gemuk 0 0 0,351 yang artinya bahwa Ho diterima yang
Total 44 100 berarti tidak ada hubungan pngetahuan ibu
Berdasarkan Tabel 7 diketahui tentang makanan balita terhadap status gizi
bahwa semua balita mempunyai status gizi balita di Desa Malangjiwan Kecamatan
baik yaitu sebesar 100%, nilai terendah Colomadu Kabupaten Karanganyar. Hal
yaitu 0,25 dan nilai tertinggi yaitu 1,88. tersebut dikarenakan ada 1 ibu yang
Berdasarkan pengukuran IMT menurut memiliki pengetahuan kurang, tetapi
umur, balita dikatakan mempunyai status mempunyai balita dengan status gizi baik.
gizi kurus yaitu jika hasil pengukuran – 3 SD Hal ini berhubungan dengan konsumsi
sampai – 2SD, mempunyai status gizi makanan oleh balita. Walaupun ibu
normal jika hasil – 2 SD sampai + 2 SD, mempunyai pengetahuan tentang gizi
mempunyai status gizi gemuk jika >+ 2 SD kurang tetapi balita nafsu makannya baik
(KepMenkkes, 2011). juga akan membuat status gizinya baik. Hal
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
ANALISIS BIVARIAT oleh Zuraida (2013) yang menyatakan
Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang bahwa balita selain mengkonsumsi
Makanan Balita terhadap Status Gizi makanan utama yang diberikan ibu, juga
Balita suka mengkonsumsi camilan sehingga akan
Tabel 8. Uji Kenormalan Data Pengetahuan memberikan tambahan asupan nutrisi bagi
Ibu, Sikap Ibu, dan Status Gizi Balita balita. Penelitian ini sejalan dengan
Variabel p value penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2010)
Pengetahuan Ibu 0,015* di Posyandu Delima, Desa Tiron,
Sikap Ibu 0,138* Kabupaten Kediri yang menyatakan bahwa
Status Gizi Balita 0,154* tidak ada hubungan pengetahuan dengan
*Kolmogorov-Smirnov Test kecukupan gizi.
Berdasarkan hasil uj normalitas data Penelitian lain yang dilakukan Setiaji
pada Tabel 8, dapat diketahui bahwa data (2010) yang menyatakan bahwa tidak ada
pengetahuan ibu tidak terdistribusi normal hubungan yang bermakna antara
sehingga uji hubungan menggunakan Uji pengetahuan ibu dengan status gizi anak
Rank Spearman, sedangkan data sikap ibu pra sekolah di wilayah kerja Puskesmas
dan status gizi balita terdistribusi normal Sonorejo, Kecamatan Sukoharjo,
sehingga uji hubungan menggunakan Uji Kabupaten Sukoharjo. Faktor langsung
Pearson Product Moment. yang mempengaruhi status gizi balita yaitu
Tabel 9. Distribusi Frekuensi Status Gizi konsumsi pangan dan penyakit infeksi,
Balita Berdasarkan Pengetahuan Ibu
Pengetahuan Ibu Status Gizi Balita Total
Kurus Normal Gemuk
n % n % n % n %
Kurang 0 0 1 100 0 0 1 100
Baik 0 0 43 100 0 0 43 100

6
faktor langsung ini lebih kuat pengetahuan dan sikap, sikap positif
kemungkinannya untuk mempengaruhi dipengaruhi oleh pengetahuan yang baik.
status gizi balita. Konsumsi makanan Sikap merupakan reaksi yang masih
dengan berbagai zat gizi sangat dibutuhkan tertutup dari seseorang terhadap
balita untuk pertumbuhan dan rangsangan atau obyek. Sikap belum
perkembangannya. Balita akan tumbuh merupakan suatu tindakan atau aktivitas,
secara optimal jika asupan makannya akan tetapi merupakan suatu presdiposisi
dalam jumlah cukup, bergizi, dan seimbang tindakan suatu perilaku. Sikap yang baik
(Aini dkk, 2013). Penyakit infeksi akan dipengaruhi oleh pengetahuan yang baik,
menyebabkan berkurangnya asupan makan dan sikap yang kurang baik dipengaruhi
dan kemampuan dalam menerima makanan oleh pengetahuan yang kurang baik pula,
sehingga akan mempengaruhi status sehingga akan mempengaruhi sikap ibu
gizinya (Soetjiningsih, 2013). dalam memberikan asupan nutrisi yang
adekuat bagi balitanya (Notoatmodjo,
Hubungan Sikap Ibu Tentang Makanan 2003). Hal ini sejalan dengan penelitian
Balita Terhadap Status Gizi Balita yang dilakukan oleh Rismawanti dan
Tabel 10. Distribusi Frekuensi Status Gizi Yulizawati (2012) yang menyatakan bahwa
Balita Berdasarkan Sikap Ibu tidak ada hubungan yang signifikan antara
Sikap Ibu Status Gizi Balita Total
Kurang Baik Lebih
n % n % n % n %
Kurang 0 0 0 0 0 0 0 0
Baik 0 0 44 100 0 0 44 100
sikap ibu dengan status gizi balita.
Berdasarkan Tabel. 10 diketahui Sikap ibu yang tidak mempengaruhi
bahwa semua ibu mempunyai sikap baik status gizi balita karena adanya faktor yang
dan memiliki balita dengan status gizi baik lebih kuat untuk mempengaruhi status gizi
sebesar 100%. Nilai p value dari distribusi balita yaitu konsumsi makanan dengan gizi
frekuensi status gizi balita berdasarkan yang cukup pada balita. Makanan dengan
status gizi yaitu 0,164 sehingga dapat berbagai zat gizi sangat dibutuhkan balita
disimpulkan bahwa tidak ada hubungan untuk pertumbuhan dan perkembangannya.
antara sikap ibu tentang makanan dengan Balita akan tumbuh secara optimal jika
status gizi balita di Desa Malangjiwan, asupan makannya dalam jumlah cukup,
Kecamatan Colomadu, Kabupaten bergizi, dan seimbang (Aini dkk, 2013).
Karanganyar. Hal tersebut dikarenakan Konsumsi makanan yang kurang pada
karena semua ibu mempunyai sikap baik balita akan menyebabkan balita menderita
dan memiliki balita dengan status gizi baik kurang gizi, karena balita mendapat
sebesar 100%. makanan yang tidak sesuai dengan
Pengetahuan dan sikap merupakan kebutuhan pertumbuhan badan anak atau
bagian domain bagi terbentuknya perilaku. adanya ketidakseimbangan antara
Pengetahuan ibu tentang gizi konsumsi zat gizi dan kebutuhan gizi dari
mempengaruhi sikap dan perilakunya. Pada segi kuantitatif atau kualitatif (Sjahmien,
penelitian ini ada kesinambungan antara 2003).
pengetahuan dan sikap ibu. Hasil data dari
pengetahuan dan sikap tidak jauh berbeda,
dari 44 responden, ibu yang mempunyai
pengetahuan baik sebanyak 43 orang
(97,72%) dan ibu yang mempunyai sikap
baik sebanyak 44 orang (100%). Hal ini
membuktikan adanya keterkaitan antara

7
Simpulan Amsalu S dan Tigabu Z. 2008. Risk Factors
1. Pengetahuan ibu tentang makanan For Severe Acute Malnutrition In
balita termasuk kedalam kategori baik Children Under The Age Of Five. A
dengan prosentase sebesar 97,72% Case-Control Study. Ejhd.uib.no
2. Sikap ibu tentang makanan balita
termasuk kedalam kategori baik Azwar, S. 2007. Sikap Manusia, Teori dan
dengan prosentase sebesar 100% Pengukurannya. Pustaka Belajar.
3. Tidak ada hubungan antara Yogyakarta.
pengetahuan ibu tentang makanan
balita terhadap status gizi balita di Desa Budiman dan Riyanto A. 2013. Kapita
Malangjiwan, Kecamatan Colomadu, Selekta Kuesioner. Salemba Medika.
Kabupaten Karanganyar Jakarta.
4. Tidak ada hubungan antara sikap ibu
tentang makanan balita terhadap status Departemen Kesehatan RI. 2002. Program
gizi balita di Desa Malangjiwan, Perbaikan Gizi Makro. Direktorat Gizi
Kecamatan Colomadu, Kabupaten Masyarakat. Jakarta.
Karanganyar.
Devi, Mazarina. 2010. Analisis Faktor-
Saran Faktor yang Berpengaruh Terhadap
1. Bagi Puskesmas Colomadu I Status Gizi Balita Di Pedesaan. Hal. 1-
Kabupaten Karanganyar 10.
Hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai bahan evaluasi program gizi Dewi Intan, C. 2010. Hubungan
agar dapat pihak Puskesmas Pengetahuan, Sikap, dan Persepsi Ibu
memberikan penyuluhan dan promosi dengan Pemenuhan Gizi Balita. Tesis.
mengenai pentingnya pengetahuan ibu UNS
dan sikap ibu bagi tumbuh kembang
balita. Elyana, Mei dan Candra, Ayu. 2009.
2. Bagi Peneliti Hubungan Frekuensi ISPA dengan
Hasil penelitian ini dapat digunakan Status Gizi Balita. Hal. 1-12.
sebagai dasar peneliti lain, namun
diharapkan dengan mengganti atau Keputusan Menteri Kesehatan RI. 2011.
menambah variabel lain. Selain itu, Tentang Standar Antropometri
untuk penelitian selanjutnya diharapkan Penilaian Status Gizi. Direktorat Bina
penelitian dapat dilakukan untuk Gizi. Jakarta : 1-41.
keseluruhan Desa Malangjiwan,
terutama 2 dukuh yang belum Mardiana. 2006. Hubungan Perilaku dengan
dilakukan penelitian yaitu Dukuh Status Gizi Balita di Puskesmas
Nanasan dan Dukuh Klegen Tanjung Beringin Kecamatan Hinai
Kabupaten. Skripsi. Fakultas Ilmu
Kesehatan Masyarakat Sumatera
Utara.
DAFTAR PUSTAKA
Alarcon, ML., Villalpando, S., Fajardo, A., Mubarak, Wahit Iqbal: Chayatin, Nurul:
Aini,M., Aritonang, EY., Ardiani., F. Rozikin, Khoirul: Supardi. 2007.
2013. Pola Makan dan Status Gizi Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar
Balita Di Daerah Aliran Sungai (DAS) Proses Belajar Mengajar dalam
dan Daerah Trandas Di Wilayah Kerja Pendidikan. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Puskesmas Singkil. Aceh:1-10.
Nency, Yetty dan Arifin, Muhammad
Thohar. 2005. Gizi Buruk Ancaman

8
Generasi yang Hilang. Diakeses: 6 http://kesehatan.kompasiana.com/maka
Desember 2014 jam 18.40 WIB. nan/2014/08/07/ketahanan-pangan-
http://io.ppijepang.org/old/article.php?id menentukan-status-gizi-balita-dan-
=113#top kualitas-sumber-daya-manusia-
678681.html.
Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Supariasa, IDN., Bakri, B., Fajar, I., 2002.
Jakarta. Penilaian Status Gizi. Penerbit
Kedokteran EGC. Jakarta.
Rismwanti dan Yulizawati. 2012. Hubungan
Sikap Ibu Balita Tentang Gizi terhadap Titi S. Sularyo. 2013. Kebutuhan Dasar
Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Anak. In : Soetjiningsih, Ranuh, Gde
Puskesmas Pekan Heran Kecamatan (Ed). Tumbuh Kembang Anak. Penerbit
Rengat Barat. 3(1): 1-9. Buku Kedokteran EGC. Jakarta

Setiaji, A. 2012. Hubungan Tingkat UNCEF. 2009. Tracking Progess on Child


Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang and Maternal Nutrition-A Survival and
Gizi dengan Status Gizi Pada Anak Development Priority.
Usia Pra Sekolah di Kabupaten
Sukoharjo. Skripsi. FIKUMS Zulaikha, Siti. 2010. Hubungan Status Gizi
dengan Perkembangan Anak Usia 2
Sjahmien, Moehji. 1992. Pemeliharaan Gizi Sampai 3 Tahun Di Wilayah Kerja
untuk Bayi dan Balita. Baratha Niaga Puskesmas Gambirsari Kota Surakarta.
Media. Jakarta. Skripsi. Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Soetjiningsih dan Ranuh (ed.). 2013.
Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta: Zuraida dan Nainggolan. 2011. Hubungan
61-71. antara Pengetahuan dan Sikap Ibu
dengan Status Gizi Balita di Wilayah
Suhardinata, Fredian. 2014. Ketahanan Kerja Puskesmas Rajabasa Indah
Pangan, Menentukan Status Gizi Balita Kelurahan Rajabasa Raya Bandar
Dan Kualitas Sumber Daya Manusia. lampung. Hal: 1-12.
Diakses: 7 Desember 2014 jam 23.30
WIB.

You might also like