You are on page 1of 15

ASUHAN KEPERAWATAN

NEFROLITIASIS

Nama Kelompok :
1. Meigo Anggit Rindranarki (S16103)
2. Mila Nurkamila (S16105)
3. Muhammad Hafid Efendi (S16106)
4. Nilam Dwi Adelia (S16109)
5. Novita Indriyani S (S16110)
6. Nurul Widiyawati (S16111)
7. Panji Kumara J (S16112)
8. Putri Sinta R (S16113)
9. Ratih Marlina (S16114)
10. Riska Putri S (S16115)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2018

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Manusia merupakan makhluk yang komplek yang terdiri dari aspek bio,
psikososial dan spriritual yang mempunyai kebutuhan dasar yang sama dalam
rangka kelangsungan kehidupannya. Pemenuhan klebutuhan dasar ini akan
berjalan dengan normal, jika sistem tubuh mampu meregulasi
mekanisme keseimbangan yang sudah diatur sedemikian kompleks sehingga
seseorang terhindar dari gangguan. Akan tetapi mekanisme tersebut kadang
mengalami kegagalan dan akhirnya akan memberikan dampak bagi tubuh
seseorang.
Nefrolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam velvis renal (ujung
ureter yang berpangkal di ginjal), sedangkan urolitiasis adalah adanya batu
atau kalkulus dalam sistem urinarius. Terbentuknya batu saluran kemih
diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran urin, gangguan metabolik,
infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang idiopatik.
Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah
terjadinya batu saluran kemih pada seseorang. Faktor- faktor tersebut antara
lain : Herediter (keturunan), Umur, Jenis Kelamin. Manifestasi klinisnya, jika
batu menyebabkan obstruksi akan menyebabkan terjadinya retensio urine.
penatalaksanaan bagi penderita urolitiasis dan nefrolitiasis ini dengan
pengurangan nyeri, pengangkatan batu, terapi nutrisi dan medikasi.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari nefrolitiasis ?
2. Apa saja penyebab penyakit nefrolitiasis ?
3. Bagaimana patofisiologi nefrolitiasis ?
4. Bagaimana tanda dan gejalanya ?
5. Pemeriksaan penunjang apa saja yang dapat dilakukan ?
6. Bagaimana pengkajian untuk penderita nefrolitiasis ?
7. Apa saja diagnosa yang dapat tejadi ?

2
8. Bagaimana intervensi untuk penderita nefrolitiasis ?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan
asuhan keperawatan secara langsung dan komprehensif yang meliputi
aspek bio, psiko, sosial dan spiritual dengan menggunakan pendekatan
proses keperawatan pada klien dengan gangguan perkemihan Nefrolitiasis.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mampu memahami pengertian Nefrolitiasis.
b. Untuk mampu memahami penyebab dan tanda gejala nefrolitiasis.
c. Untuk mampu memahami pengkajian pada penderita nefrolitiasis.
d. Untuk mampu memahami diagnosa keperawatan yang terjadi pada
penderita nefrolitiasis.
e. Untuk mampu menyusun intervensi pada nefrolitiasiss.

3
BAB II
KONSEP MEDIK

A. Definisi
Nefrolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam pelvis renal batu-batu
tersebut dibentuk oleh kristalisasi larutan urin (kalsium oksolat asam urat,
kalium fosfat, struvit dan sistin). Ukuran batu tersebut bervareasi dari yang
granular (pasir dan krikil) sampai sebesar buah jeruk. Batu sebesar krikil
biasanya dikeluarkan secara spontan, pria lebih sering terkena penyakit ini
dari pada wanita dan kekambuhan merupakan hal yang mungkin terjadi)

B. Etiologi
Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan
gangguan aliran urin, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi
dan keadaan-keadaan lain yang idiopatik.
Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah
terjadinya batu saluran kemih pada seseorang. Faktor- faktor tersebut antara
lain :
1. Faktor Intrinsik
a. Herediter (keturunan).
b. Umur : sering dijumpai pada usia 30-50 tahun.
c. Jenis Kelamin : jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak
dibandingkan dengan pasien perempuan.
2. Faktor Ekstrinsik
a. Geografis :
pada beberapa daerah menunjukan angka kejadian batu saluran kemih
yang lebih tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah
stone belt (sabuk batu), sedangkan daerah batu di Afrika Selatan hampir
tidak dijumpai penyakit batu saluran kemih.
b. Iklim dan temperatur
c. Asupan air :

4
kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada air
yang dikonsumsi, dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih.
d. Diet
Diet banyak purin, oksalat, dan kalsium mempermudah terjadinya
penyakit batu saluran kemih.
e. Pekerjaan :
Penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak
duduk atau kurang aktivitas atau sedentary life.

C. Patofisiologi
Ada beberapa teori tentang terbentuknya Batu saluran kemih adalah:
a) Teori nukleasi: Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu
atau sabuk batu (nukleus). Partikel-partikel yang berada dalam larutan
kelewat jenuh akan mengendap di dalam nukleus itu sehingga akhirnya
membentuk batu. Inti bantu dapat berupa kristal atau benda asing saluran
kemih.
b) Teori matriks: Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin,
globulin dan mukoprotein) sebagai kerangka tempat mengendapnya
kristal-kristal batu.
c) Penghambat kristalisasi: Urine orang normal mengandung zat
penghambat pembentuk kristal yakni magnesium, sitrat, pirofosfat,
mukoprotein dan beberapa peptida. Jika kadar salah satu atau beberapa
zat ini berkurang akan memudahkan terbentuknya batu dalam saluran
kemih.
Batu saluran kemih dapat menimbulkan penyulit berupa obstruksi dan
infeksi saluran kemih. Manifestasi obstruksi pada saluran kemih bagian
bawah adalah retensi urine atau keluhan miksi yang lain sedangkan pada
batu saluran kemih bagian atas dapat menyebabkan hidroureter atau
hidrinefrosis. Batu yang dibiarkan di dalam saluran kemih dapat
menimbulkan infeksi, abses ginjal, pionefrosis, urosepsis dan kerusakan
ginjal permanen (gagal ginjal).

5
D. Manifestasi klinik
Manifestasi klinisnyaadanya batu dalam traktus urinarius menurut Smeltzer
(2001) bergantung pada adanya obstruksi, infeksi, edema, antara lain :
1. Ketika menghambat aliran urin, terjadi obstruksi menyebabkan
peningkatan hidrostatik da distensi piala ginjal serta ureter proksimal.
2. Infeksi (pielonetritis dan sistinis yang disertai menggigil, demam dan
disuria).
3. Batu dipiala ginjal mungkin berkaitan dengan sakit yang dalam dan terus-
menerus di area koskovertebral.
4. Nyeri bertahap biasanya pada pinggang.
5. Nyeri yang berpindah kebawah (panggul, testis/vulva).
6. Hematuria.
7. Mual dan muntah sebagai akibat dari adanya gejala gastrointestinal.

E. Komplikasi
Menurut guyton, 2010 adalah :
1. Gagal ginjal
Terjadinya karena kerusakan neuron yang lebih lanjut dan pembuluh darah
yang disebut kompresi batu pada membrane ginjal oleh karena suplai
oksigen terhambat. Hal ini menyebabkan iskemis ginjal dan jika dibiarkan
menyebabkan gagal ginjal
2. Infeksi
Dalam aliran urin yang statis merupakan tempat yang baik untuk
perkembangbiakan microorganisme. Sehingga akan menyebabkan infeksi
pada peritoneal.
3. Hidronefrosis
Oleh karena aliran urin terhambat menyebabkan urin tertahan dan
menumpuk diginjal dan lam-kelamaan ginjal akan membesar karena
penumpukan urin
4. Avaskuler ischemia
Terjadi karena aliran darah ke dalam jaringan berkurang sehingga terjadi
kematian jaringan.

6
F. Pemeriksaan penunjang
1. Urinalisa :
a. warna : normal kekuning-kuningan, abnormal merah menunjukkan
hematuri (kemungkinan obstruksi urine, kalkulus renalis,
tumor,kegagalan ginjal).
b. pH : normal 4,6 – 6,8 (rata-rata 6,0), asam (meningkatkan sistin dan batu
asam urat), alkali (meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu
kalsium fosfat), Urine 24 jam : Kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat,
oksalat, atau sistin mungkin meningkat, kultur urine menunjukkan
Infeksi Saluran Kencing , BUN hasil normal 5 – 20 mg/dl tujuan untuk
memperlihatkan kemampuan ginjal untuk mengekskresi sisa yang
bemitrogen. BUN menjelaskan secara kasar perkiraan Glomerular
Filtration Rate. BUN dapat dipengaruhi oleh diet tinggi protein, darah
dalam saluran pencernaan status katabolik (cedera, infeksi). Kreatinin
serum hasil normal laki-laki 0,85 sampai 15mg/dl perempuan 0,70
sampai 1,25 mg/dl tujuannya untuk memperlihatkan kemampuan ginjal
untuk mengekskresi sisa yang bemitrogen. Abnormal (tinggi pada
serum/rendah pada urine) sekunder terhadap tingginya batu obstruktif
pada ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis.
2. Darah lengkap : hemoglobin (Hb), Hematokrit (Ht), abnormal bila pasien
dehidrasi berat atau polisitemia.
3. Hormon Paratyroid
Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal (PTH
merangsang reabsorbsi) kalsium dari tulang, meningkatkan sirkulasi serum
dan kalsium urine.
4. Foto Rontgen : menunjukkan adanya calculi atau perubahan anatomik pada
area ginjal dan sepanjang uriter.
5. IVP : Memberikan konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab nyeri
abdominal atau panggul. Menunjukkan abnormalitas pada struktur anatomik
(distensi ureter).
6. Sistoureteroskopi : Visualisasi kandung kemih dan ureter dapat
menunjukkan batu atau efek ebstruksi.

7
7. USG Ginjal : Untuk menentukan perubahan obstruksi dan lokasi batu.

G. Penatalaksanaan
1. Karena batu ginjal meningkatkan resiko infeksi, sepsis dan obstruksi
urinarius pasien di instruksikan melaporkan penurunan volume urin dan
adanya urin yang keruh atau mengandung darah.
2. Keluar urin total dan pola berkemih diperiksa.
3. Meningkatkan pemasukan cairan di lakukan untuk mencegah dehidrasi dan
meningkatkan tekanan hidrostaltik dalam traktus urinasius untuk mendorong
pasase batu.
4. Ambulasi didorong sebagai suatu cara untuk menggeser batu dari taktus
urinarius.
5. Tanda-tanda vital pasien mencakup suhu dipantau untuk mendeteksi tanda-
tanda dini adanya infeksi.
6. Segera melaporkan bila ada rasa nyeri.
7. Analgesik diberikan sesuai resep untuk mengurangi nyeri.
8. Melakukan pembedahan untuk pengambilan batu ginjal.

8
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Dasar data pengkajian pasien
a. Anamnesis : Meliputi keluhan utama, keluhan tambahan, riwayat
penyakit masa lalu, riwayat penyakit Keluarga
b. Aktifitas / Istirahat.
c. Riwayat : pekerjaan, dehidrasi, infeksi, imobilisasi
d. Eliminasi
e. Mual dan muntah
f. Makan dan Minum
g. Nyeri / rasa tidak nyaman
h. Keluhan nyeri Keluhan nyeri harus dikejar mengenai onset kejadian,
karakteristik nyeri, penyebaran nyeri, skala nyeri, aktivitas yang dapat
membuat bertambahnya nyeri ataupun berkurangnya nyeri, riwayat
muntah, gross hematuria, dan riwayat nyeri yang sama sebelumnya.
Apakah nyeri sampai menimbulkan kokik atau tidak.
i. Respon emosi : cemas
j. Pengetahuan tentang penyakitnya
2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum : Klien biasanya lemah, Kesadaran Composmetis dan
Adanya rasa nyeri.
b. Kulit : Teraba panas, Turgor kulit menurun dan Penampilan pucat.
3. Pernafasan : Pergerakan nafas simetris.
4. Cardio Vaskuler : Takicardi dan Irama jantung reguler.
5. Gastro Intestinal: Kurang asupan makanan nafsu makan menurun.
6. Sistem Integumen : Tampak pucat.
7. Geneto Urinalis: Dalam BAK produksi urin tidak normal dan Jumlah lebih
sedikit karena ada penyumbatan.
8. Pola-pola Fungsi Kesehatan
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup

9
Bagaimana pola hidup orang atau klien yang mempunyai penyakit batu
ginjal dalam menjaga kebersihan diri klien perawatan dan tata laksana
hidup sehat.
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Nafsu makan pada klien batu ginjal terjadi nafsu makan menurun
karena adanya luka pada ginjal.
c. Pola aktivitas dan latihan
Klien mengalami gangguan aktivitas karena kelemahan fisik gangguan
karena adanya luka pada ginjal.
d. Pola eliminasi
Bagaimana pola BAB dan BAK pada pasien batu ginjal biasanya BAK
sedikit karena adanya sumbatan atau bagu ginjal dalam perut, BAK
normal.
e. Pola tidur dan istirahat
Klien batu ginjal biasanya tidur dan istirahat kurang atau terganggu
karena adanya penyakitnya.
f. Pola persepsi dan konsep diri
Bagaimana persepsi klien terdapat tindakan operasi yang akan
dilakukan dan bagaimana dilakukan operasi.
g. Pola sensori dan kognitif
Bagaimana pengetahuan klien tarhadap penyakit yang dideritanya
selama di rumah sakit.
h. Pola reproduksi sexual
Apakah klien dengan nefrolitiasis dalam hal tersebut masih dapat
melakukan dan selama sakit tidak ada gangguan yang berhubungan
dengan produksi sexual.
i. Pola hubungan peran
Biasanya klien nefrolitiasis dalam hubungan orang sekitar tetap baik
tidak ada gangguan.
j. Pola penaggulangan stres
Klien dengan nefrolitiasis tetap berusaha dab selalu melakukan hal yang
positif jika stress muncul.

10
k. Pola nilai dan kepercayaan
Klien tetap berusaha dan berdoa supaya penyakit yang di derita ada
obat dan dapat sembuh.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubugan dengan adanya batu diginjal
spasme pelvis renalis.
2. Perubahan eliminasi urin : oliguria berhubungan dengan penurunan fungsi
ginjal untuk mensekresi cairan.
3. Resti infeksi berhubungan dengan penurunan tubuh karena trauma jaringan
akibat obstruksi ginjal.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubugan dengan adanya batu diginjal
spasme pelvis renalis.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri terkontrol /hilang
dan rasa nyaman terpenuhi.
Kriteria hasil : 1) Skala nyeri menurun
2) Klien tidak gelisah
3) Klien dapat beristrahat dan tidur nyenyak.
Intervensi :
1) Kaji tingkat nyeri.
Rasional : mengetahui seberapa jauh nyeri yang dirasakan klien.
2) Kaji lokasi nyeri
Rasional : membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan kemajuan
gerakan kalkulus.
3) Ajarkan tekhnik relaksasi.
Rasional : mengurangi rasa nyeri klien.
4) Kolaborasi pemberian obat analgetik.
Rasional : menurunkan kolik uretral.
5) Ciptakan lingkunan yang kondusif.
Rasional : meminimalkan rasa nyeri klien.

11
2. Perubahan eliminasi urin : oliguria berhubungan dengan penurunan fungsi
ginjal untuk mensekresi cairan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan jam pola berkemih
seperti biasanya.
Kriteria hasil : Urine ± 250 cc/BAK 6-7x/hari, Tak mengalami tanda
inflamasi, Warna urine bening kekuningan.
Intervensi:
1) Awasi pemasukan dan pengeluaran : karaktristik urine.
Rasional : memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya
komplikasi, contoh infeksi dan pendarhan.
2) Tentukan pola berkemih klien.
Rasional : kalkulus dapat menyebabkan eksikabilitas saraf yang
menyebabkan sensai kebutuhan berkemih segera.
3) Dorong meningkatkan masukan cairan.
Rasional : peningkatan hidrasi membilas bakteri, darah dan debris dan
dan dapat membantu lewatnya batu.
4) Awasi pemeriksaan laboraturium : elektrolit, BUN (Blood Ureum
Nitrogen), kreatinin.
Rasional : peninggian BUN (Blood Ureum Nitrogen), kreatinin dan
elektrolit mengidentifikasikan disfungsi ginjal.

3. Resti infeksi berhubungan dengan penurunan tubuh karena trauma jaringan


akibat obstruksi ginjal.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan infeksi tidak
terjadi.
Kriteria hasil : Suhu normal dan warna urine tidak keruh (bening
kekuningan), urine tidak bau, leukosit menurun.

Intervensi
1) Kaji intensitas dan warna urine.
Rasional : seberapa jauh klien terkena infeksi.

12
2) Observasi tanda-tanda vital klien.
Rasional : mengetahui penurunan / peningkatan suhu.
3) Motivasi klien makan tinggi protein.
Rasional : infeksi tidak bertambah.
4) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antibiotik.
Rasional : mengurangi infeksi menyebar.

13
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Nefrolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam pelvis renal batu-
batu tersebut dibentuk oleh kristalisasi larutan urin (kalsium oksolat asam
urat, kalium fosfat, struvit dan sistin). Terbentuknya batu saluran kemih
diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran urin, gangguan metabolik,
infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang idiopatik.
Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya
batu saluran kemih pada seseorang.

B. Saran
Untuk mencegah terbentuknya kembali batu saluran kemih perlu disiplin
yang tinggi dalam melaksanakan perawatan dan pengobatan. Maka perlu
adanya pencegahan atau program sepanjang hidup, seperti :
1. Masalah yang mendasari untuk mempermudah terbentuknya batu saluran
kemih harus dikoreksi.
2. Infeksi harus dihindari atau pengobatan secara intensif untuk semua jenis
type batu

14
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer Arief, 2012. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ke-2, Medikal


Aesculapius, FKUI, Jakarta.

Marilynn E. Dongoes, (2010), Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi tiga, Buku


Kedokteran EGC, Jakarta.

Nursalam, 2016. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem


Perkemihan, Edisi Ke-1, Salemba Medika, Jakarta.

Purnomo BB. 2013. Dasar-Dasar Urologi. Edisi Ke-2. Jakarta : Perpustakaan


Nasional Republik Indonesia.

15

You might also like