You are on page 1of 34

BAB III

INJEKSI AIR PADA OPERASI PRESSURE MAINTENANCE

Berkurangnya produksi minyak dari suatu reservoir dapat diakibatkan oleh


makin menurunnya tekanan reservoir selama diproduksikan, sehingga tekanan
drawdown tidak mampu lagi memberikan laju produksi yang ekonomis dan produksi
terpaksa harus berhenti, walaupun sebenarnya jumlah cadangan minyak yang
tertinggal (remaining reserve) masih cukup besar.
Menurunnya tekanan reservoir disebabkan oleh adanya pengosongan
reservoir akibat diproduksikannya minyak. Hal ini terutama terjadi pada reservoir
yang mempunyai jenis mekanisme pendorong depletion drive. Pada reservoir
depletion, disamping tekanannya cepat menurun, recovery yang diperoleh juga relatif
kecil. Oleh karena itu pada reservoir jenis ini perlu sekali dilakukan pemeliharaan
tekanan reservoir (pressure maintenance) untuk meningkatkan recovery minyaknya,
yaitu dengan cara menginjeksikan air atau gas ke dalam reservoir tersebut.
Selain pada reservoir depletion drive, pressure maintenance ini kadang-
kadang juga dilakukan pada reservoir-reservoir water drive dan gas cap drive yang
kurang aktif (lemah), dengan maksud untuk meningkatkan efektivitas water drive
atau gas cap drive tersebut.
Jadi, Pressure maintenance adalah salah satu cara untuk meningkatkan
perolehan minyak kumulatif atau laju produksi minyak dengan jalan menginjeksikan
fluida ke dalam reservoir pada saat tenaga pendorong reservoir masih mampu untuk
memproduksikan minyak ke permukaan. Injeksi fluida ini dimaksudkan untuk
mengendalikan tekanan reservoir agar tidak mengalami penurunan yang tajam
selama berlangsungnya produksi. Fluida yang diinjeksikan dapat berupa air atau gas
tergantung dari kondisi reservoirnya. Dipilihnya air sebagai fluida untuk operasi
injeksi dikarenakan air mempunyai sifat keefektifan yang baik dalam proses
pendesakan minyak untuk berbagai kondisi dan karakteristik reservoir, jenis-jenis
batuan dan sifat-sifat fluidanya.
Maka dari itu, tujuan utama dari pressure maintenance adalah untuk menjaga
tekanan agar tetap tinggi, sehingga dengan tingginya tekanan diharapkan gas yang
ada akan tetap terlarut pada minyak sehingga viskositas minyak akan turun dan ini
berarti minyak tersebut makin ringan, dengan kata lain mobilitas minyak makin
besar.
Pada dasarnya, prinsip pressure maintenance ini adalah mengusahakan agar :
a. Depletion Drive Index (DDI) menurun atau tidak dominan, yaitu dengan cara
menjaga tekanan reservoir agar tetap tinggi, atau
b. Mengganti tenaga pendorong alamiah dengan tenaga pendorong buatan yang
lebih efisien, misalnya dengan mengganti gas cap drive dengan water drive
buatan.
Adapun keuntungan dari terjaganya tekanan reservoir pada harga yang cukup
tinggi adalah sebagai berikut :
a. Viscositas minyak akan turun, hal ini disebabkan gas tertahan/tidak keluar dalam
larutannya.
b. Permeabilitas effektif terhadap minyak bertambah, juga dikarenakan dari
berkurangnya gas yang terbebaskan dari minyak.
c. Bertambahnya umur dari produksi sumur.
Injeksi air bisa juga dilakukan untuk reservoir dengan tenaga pendorong air
yang normal, sedangkan jika ternyata drive mekanismenya adalah strong water drive
maka injeksi air tidak akan banyak berpengaruh terhadap perolehan yang diinginkan,
karena itu injeksi air sebaiknya tidak dilakukan pada strong water drive reservoir.
Pressure maintenance dengan injeksi air memiliki keuntungan dalam
effisiensi pendesakan fluida. Saturasi minyak sisa pada water drive biasanya lebih
rendah dari pada gas drive. Hal ini disebabkan terutama pada mobilitas ratio (kw/ko ×
µo/µw) reservoir water drive dan wetabilitas kebanyakan batuan reservoir, karena
umumnya lebih water wet. Pendesakan air berjalan lebih kurang seperti pendesakan
torak dengan sedikit breakthrough.
Dasar pertimbangan dilakukannya pressure maintenance diantaranya adalah :
a. Jumlah cadangan minyak yang memungkinkan untuk dapat diproduksikan masih
cukup besar.
b. Tekanan reservoir masih cukup mampu untuk mengalirkan minyak ke
permukaan.
c. Tenaga atau energi pendorong yang dimiliki reservoir (tekanan reservoir)
mengalami penurunan dengan cepat selama periode produksi, sehingga
menurunkan laju produksi.
d. Fluida yang akan digunakan sebagai fluida injeksi mudah diperoleh dan tersedia
dalam jumlah yang cukup besar.

3.1. Pemilihan Sumur Injeksi


Pressure maintenance dengan cara injeksi air umumnya dilakukan dengan
menginjeksikan air ke pinggir reservoir atau pada bagian bawah/dasar dari reservoir
(di aquifer), dimana sumur produksinya berada pada bagian atas atau lebih tinggi dari
struktur reservoir (top structure). Tujuan dalam operasi injeksi air adalah untuk
memungkinkan tercapainya pengembangan frontal (frontal advance) yang seragam
pada air. Hasil yang lebih baik dapat tercapai dengan mempelajari aspek-aspek
geologi reservoir dan perencanan injeksi yang sesuai. Sebagai contoh injeksi air ke
dalam struktur yang berbentuk kubah (domal-type structure), kemungkinan
penginjeksian akan bagus diselesaikan dengan sumur-sumur yang tersebar secara
seragam/merata di seluruh reservoir, daripada dengan injeksi di dasar reservoir
(aquifer). Dengan cara injeksi air ini, diharapkan reservoir dapat bekerja sebagai
water drive buatan.
Untuk memperoleh suatu hasil dari pressure maintenance yang optimum,
maka perlulah dipilih penempatan dari sumur injeksinya, sehingga dengan
penempatan sumur tersebut dapat diperoleh suatu hasil yang diharapkan. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi didalam pemilihan untuk penempatan letak
suatu sumur ini, yaitu distribusi dari tekanan, struktur perangkapnya, mekanisme
pendorong, stratigrafi seperti distribusi permeabilitas. Injeksi air pada pressure
maintenance dapat dibagi dalam tiga klasifikasi berdasarkan tempat dimana air
diinjeksikan, yaitu :
1. Bottom water, dimana air diinjeksikan kedalam aquifer yang terletak dibawah
zone minyak, kemudian mendesak minyak ke arah vertikal. Karena terdapatnya
perbedaan berat jenis antara air dan minyak, maka gaya gravitasi dapat
membantu pendesakan. (Gambar 3.1.).
2. Edge water, dimana air diinjeksikan kedalam reservoir melalui zone air yang
terletak di samping zone minyaknya. (Gambar 3.2.).
3. Crestal water injection (injeksi air dari arah puncaknya). yaitu suatu injeksi air
yang dilakukan pada batas minyak-gas (gas-oil contact). Dalam injeksi ini gaya
gravitasi juga turut membantu proses pendesakan. (Gambar 3.3.).

Gambar 3.1.
Bottom Water Injection (from aquifer)

Gambar 3.2.
Edge Water Injection
Gambar 3.3.
Crestal Water Injection

Ketiga jenis injeksi air di atas adalah yang paling banyak dilakukan pada
injeksi air untuk pressure maintenance. Sedangkan injeksi air kedalam zone minyak
atau dispersed water injection, dimana air injeksi mendesak minyak yang ada dalam
arah lateral menuju sumur-sumur produksi sesuai dengan pola injeksinya, umumnya
untuk water flooding.

3.2. Perencanaan Injeksi Air


3.2.1. Saat Penginjeksian Optimum
Keadaan reservoir dapat ditunjukkan oleh besarnya tekanan, saturasi fluida
dan distribusi saturasi-saturasinya. Hal ini dapat diketahui dari analisa perilaku
reservoir secara material balance.
Seperti kita ketahui bahwa pressure maintenance dilaksanakan pada keadaan
tekanan dan laju produksi minyak yang masih tinggi. Oleh karena itu untuk
mendapatkan recovery yang sebesar-besarnya injeksi air dapat dilaksanakan pada
saat awal reservoir dikembangkan. Tetapi kondisi yang paling baik dilaksanakannya
pressure maintenance adalah pada saat tekanan mencapai titik gelembungnya (bubble
point), karena pada kondisi ini viscositas minyak mencapai harga yang minimum dan
faktor volume formasi mencapai maksimum, sehingga sisa minyak yang akan
ditinggalkan setelah injeksi air pada pressure maintenance akan mencapai harga
minimum.
Walaupun secara teoritis dapat ditentukan saat injeksi yang tepat untuk
memperoleh recovery secara maksimum tetapi ada faktor lain yang harus
dipertimbangkan, yaitu faktor ekonomi. Untuk menentukan saat injeksi yang
optimum sudah tentu harus dipertimbangkan perolehan minyak, laju produksi
minyak, investasi, dan pendapatan yang diperoleh untuk waktu yang diasumsikan
sejak dimulainya injeksi air. Selanjutnya dilihat pengaruh faktor-faktor tersebut
sehingga dapat ditentukan sasaran yang diinginkan.

3.2.2. Lokasi dan Pola Sumur Injeksi


Umumnya untuk menentukan lokasi sumur injeksi sangat tergantung pada
kondisi geologi reservoir dari sumur yang bersangkutan, termasuk tipe reservoir dan
jumlah hidrokarbon yang masih ada. Untuk memilih lokasi yang tepat sebaiknya
dipakai peta distribusi dari cadangan minyak yang tersisa. Begitu pula dengan peta
iso-permeabilitas, dapat membantu dalam pemilihan pola sumur injeksi, karena
dengan peta ini dapat dipilih arah aliran fluida reservoir, sehingga diharapkan fluida
pendesak tidak terlalu dini. Untuk menerapkan pola teratur harus diperhatikan masa
produksinya, spasi sumur, injektifitas waktu reaksi, produktifitas dan
keekonomisannya.

3.2.3. Kedalaman Injeksi


Kedalaman injeksi disini adalah kedalaman reservoir itu berada, serta interval
mana yang harus dipilih untuk diinjeksi. Hal ini perlu diketahui agar injeksi dapat
diarahkan secara tepat ke reservoir yang dituju.
Letak air yang akan diinjeksikan ke dalam reservoir, tergantung pada keadaan
geologi reservoir dan volume distribusi hidrokarbon yang berada. Karena dengan
mengetahui kondisi ini, maka daerah sasaran yang dituju akan tercapai.
3.2.4. Debit dan Tekanan Injeksi
Debit injeksi ditentukan untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal,
dimana batas bawah debit injeksi adalah debit yang menghasilkan produksi minyak
yang merupakan batas ekonomis. Sedangkan batas atas debit injeksi berhubungan
dengan tekanan injeksi yang mulai menyebabkan terjadinya rekahan.
Laju injeksi yang optimum adalah laju injeksi air yang dapat mengimbangi
besarnya pengurasan reservoir, sehingga tekanan reservoir tidak cepat mengalami
penurunan. Jadi laju injeksi air optimum ditujukan untuk dapat memelihara tekanan
reservoir agar relatif konstan dan dalam kondisi yang relatif tinggi.
Laju injeksi air mula-mula tergantung pada permeabilitas effektif, viscositas
air dan minyak, ketebalan pasir, jari-jari sumur, tekanan reservoir, dan tekanan yang
diberikan air. Bila air mulai masuk mengisi reservoir faktor-faktor lain akan muncul
mempengaruhi kelakuan sumur injeksi. Faktor tersebut adalah pengaruh
bertambahnya tahanan aliran jika air berkembang ke dalam reservoir dan kualitas air
injeksi.
Persamaan dasar untuk laju injeksi air ke dalam suatu sumur dinyatakan
dengan rumus :
7,082 k w h ( Pw − Pe )
i= ............................................................................ (3-1)
µ w ln ( re / rw )
jika air diinjeksikan terus-menerus maka jari-jari pendesakan (r e) akan bertambah,
sedangkan laju injeksi (i) akan berkurang dengan bertambahnya waktu. Jari-jari
pendesakan tergantung pada volume air injeksi kumulatif didalam ruang yang dapat
dilewati air injeksi tersebut dan dapat dinyatakan dengan persamaan :

V = 1,976 f h re 10 −5
2
( ) ............................................................................. (3-2)

dimana : V = volume air injeksi kumulatif, bbl


f = bagian batuan yang dapat ditempati air, fraksi
h = ketebalan pasir, ft
re = jari-jari pendesakan, ft
Umumnya harga f adalah perkalian dari porositas batuan dengan saturasi gas.
Minyak mungkin bisa digerakkan oleh kemajuan air, tetapi mungkin pula tidak. Bila
minyak tidak bergerak maka air akan mengisi ruang gas. Bila minyak bergerak di
depan water bank, volume injeksi air untuk mengisi reservoir dengan cairan (minyak
dan air) untuk jarak pendesakan tertentu masih merupakan volume yang diisi dengan
gas.
Bila prosentase minyak yang digerakkan cukup besar, maka persamaan (3-1)
menjadi kurang tepat. Sedangkan persamaan yang lebih sesuai adalah :
7,082 k w h ( Pw − Pe )
i=
( µ w / k w ) ln( re / rw ) + ( µ 0 / k 0 ) ln( re / rw ) .................................................. (3-3)
dimana : Rw = jari-jari perembesan air, ft
Dari persamaan (3-1) dan (3-2) perubahan laju intake dapat dihitung dengan
persamaan :
0 , 00617 k h ∆P
0,0253 k ∆P t  0,0142 k h ∆P  µw i
=1 +  −1 x 10 ................... (3-4)
µ w f rw 2  µw i 
Persamaan (3-4) adalah untuk sumur tunggal (aliran radial). Bila terjadi
interferensi antar sumur dimana didorong menyebar ke arah sumur produksi, maka
intake pressure akan turun dan akhirnya stabil.
Untuk pola five-spot, laju injeksi stabil dapat dinyatakan dengan persamaan :
3,541 k w h ∆P
i= ............................................................................. (3-5)
µ w ln ( re / rw ) − 0,619
dimana : ∆P = perbedaan tekanan injeksi di dasar dengan tekanan reservoir ,psi
Besarnya laju injeksi untuk pola-pola sumur yang lain akan dibicarakan pada bagian
lain, yaitu water flooding.

3.2.5. Peralatan Injeksi


Operasi injeksi air dalam proyek pressure maintenance dalam pelaksanaannya
menggunakan dua jenis sumur yang berbeda fungsinya, yaitu sumur injeksi dan
sumur produksi. Kedua jenis sumur ini masing-masing dilengkapi dengan peralatan
permukaan dan peralatan bawah permukaan (lubang sumur) atau disebut juga dengan
komplesi (yang disesuaikan dengan fungsi sumur-sumur tersebut).
Peralatan untuk sumur injeksi dapat dikelompokkan menjadi dua bagian
besar, yaitu berupa fasilitas injeksi dan komplesi injeksi. Fasilitas injeksi yang
dimaksud mencakup pompa, tangki penyimpanan air (storage), sistem preparasi air
(water treatment), saringan-saringan, dan pipa-pipa salur. Komplesi sumur injeksi
dapat mempergunakan open hole maupun perforated completion hole. Pada gambar
3.4. dapat dilihat contoh komplesi sumur injeksi yang digunakan pada suatu proyek
injeksi air di lapangan East Venezuela.

Gambar 3.4.
Komplesi Sumur Injeksi

Peralatan sumur produksi juga dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu,


fasilitas produksi dan komplesi sumur produksi. Yang dimaksud fasilitas produksi
adalah peralatan-peralatan yang digunakan untuk mengalirkan minyak yang berasal
dari dasar lubang sumur sampai ke penyimpanan sementara sebelum minyak dijual.
Peralatan mencakup kepala sumur, pipa salur, tangki pemisah, tangki penyimpanan,
dan lain-lain. Komplesi sumur produksi pada proyek injeksi air sama seperti
komplesi sumur-sumur pada umumnya, baik dalam hal komplesi formasi, tubing
komplesi, maupun wellhead komplesi.

Gambar 3.5.
Diagram Sistem Produksi Secara Umum

Pada umumnya peralatan untuk operasi injeksi air ini terdiri dari :
a. Pompa
Merupakan alat yang memberikan tekanan masuk injeksi.
b. Storage Tank
Yaitu tangki tempat pengumpul air bersih yang disiapkan untuk diinjeksikan ke
dalam sumur setelah mengalami penanganan pada bagian yang khusus untuk
membersihkannya.
c. Pipa Alir
Merupakan pipa yang dipakai sebagai media alir untuk fluida injeksi yang akan
dimasukkan ke dalam reservoir setelah dipompakan. Pemakaian dan
pemilihannya tergantung pada debit injeksi dari fluida yang direncanakan serta
tekanan dan faktor ekonomi.
3.3. Perkiraan Ulah Reservoir
Peramalan perilaku reservoir merupakan satu cara yang dapat digunakan
untuk memperkirakan perolehan minyak atau gas dari suatu reservoir. Adapun
metode yang digunakan untuk memperkirakan perolehan minyak adalah metode
material balance.
Perkiraan laju produksi dan perolehan minyak kumulatif dengan
menggunakan persamaan material balance, terlebih dahulu dilakukan suatu perkiraan
harga water cut dimasa yang akan datang, dengan mengambil setiap harga dari hasil
ekstrapolasi kurva yang diperoleh dari data produksi masa lalu. Dari perbandingan
ini diketahui bahwa kenaikan harga water cut terhadap waktu selama periode injeksi
air akan meningkat (relatif linier) sampai mendekati harga 100 %.
Untuk memperkirakan water influx dalam reservoir, dapat digunakan
persamaan material balance dan untuk perhitungan konstantanya dapat digunakan
persamaan laju water influx dari Schiltuis Steady State. Dari hasil perhitungan
dWe/dt dengan persamaan material balance dan Schiltuis akan dihasilkan harga
konstanta (k), untuk kondisi terjadinya penurunan tekanan reservoir yang stabil, akan
didapat suatu harga konstanta rata-rata dari laju water influx tersebut. Harga
konstanta ini dapat digunakan untuk melakukan perhitungan perkiraan water influx
di masa yang akan datang serta memperkirakan perolehan minyak kumulatif dari
reservoir tersebut dengan menggunakan material balance. Perhitungan perkiraan laju
produksi dan perolehan minyak kumulatif diatas dapat dilakukan, hingga kondisi
produksi mendekati harga water cut 100 % dan dengan memperhitungkan laju water
influx dan laju injeksi air yang konstan selama periode produksi perkiraan. Secara
jelasnya, langkah-langkah perkiraan laju produksi minyak yang diharapkan oleh
adanya laju water influx (dWe/dt) yang dihitung dengan persamaan material balance
adalah sebagai berikut :
1. Perkiraan besarnya laju pengosongan reservoir dV/dt untuk setiap harga tekanan
reservoir yang dipilih. Persamaan laju pengosongan adalah :
dV
= Bt q o +( R −R si ) B g q o +q w Bw ...................................................... (3-6)
dt
WC
qw = x qo ....................................................................................... (3-7)
1 −WC

Perkiraan water cut (WC = water cut, %) diperoleh dari data produksi selama
periode injeksi, yang harganya semakin besar pada setiap periode.
2. Injeksi air sebagai pressure maintenance, maka diharapkan laju pengosongan
reservoir adalah sebanding dengan laju water influx dan injeksi airnya, maka :
dV dWe dWi
= + , sehingga qo yang diharapkan adalah
dt dt dt
dWe dWi
+
qo = dt dt
 WC  ................................................... (3-8)
[
Bt +( R − Rsi ) B g + ] B
1 −WC  w
 
Seperti telah diuraikan sebelumnya, perkiraan laju produksi (q o) dan perolehan
minyak kumulatif (Np) dilakukan sampai harga water cut mendekati 100 %, pada
kondisi ini dianggap hanya air yang terproduksi ke permukaan.

3.3.1. Persamaan Material Balance


Prinsip dari metoda material balance ini didasarkan pada prinsip
kesetimbangan volumetrik yang menyatakan bahwa, apabila volume suatu reservoir
konstan, maka jumlah aljabar dari perubahan-perubahan volume minyak, gas bebas
dan air dalam reservoir harus sama dengan nol.
Untuk mempermudah penjabarannya, perubahan volume minyak, gas bebas
dan air dapat dinyatakan dengan persamaan-persamaan berikut :
Perubahan volume minyak
− Volume minyak mula-mula di reservoir = N × Boi, cuft
− Volume minyak pada waktu t dan tekanan P = (N − Np) × Bo, cuft
− Pengurangan volume minyak = N × Boi − (N − Np) × Bo, cuft ........................ (3-9)
Perubahan volume gas bebas
G Bgi
− Rasio gas bebas mula-mula dengan volume minyak mula-mula (m) =
N Boi
− Volume gas mula-mula = G × Bgi = m × N × Boi

SCFgasbe  SCFgasbe mula SCFgasyn SCFgasyntersia


=   − − 
pad wktu +SCFgasterlu diprouksan  diresvoi 
 mNBoi 
Gf = 
 Bgi
+ NRsi  − N p R p − N − N p Rs

[ ] [( ) ]

 SCF gasbebasdire − 
 servoir pada waktu t =
 mNBoi  
− 
 Bgi
[ ] [( ) ]
+ NRsi  − N p R p − N − N p Rs  Bg



 
− Pengurangan volume gas =
mNBoi
m × N × Boi − { + N × Rsi− Np × Rp − (N − Np) × Rs} × Bg .............. (3-10)
B gi
Perubahan volume air
− Volume air mula-mula di reservoir = W, cuft
− Produksi air kumulatif = Wp × Bw, cuft
− Volume air yang merembes ke dalam reservoir = We, cuft
− Pertambahan volume air = (W + We − Wp × Bw) − W = We − Wp × Bw ........ (3-11)
Dengan menggabungkan persamaan (3-9), (3-10) dan (3-11), dan kemudian
disederhanakan dengan Boi = Bti, Bt = Bo + (Rsi − Rs) Bg, persamaan untuk N adalah :

N =
[ ( ) ] (
N p Bt + R p − Rsi B g − We − Wp Bw )
mB ................................................. (3-12)
Bt − Bti +
B
(B −B )
ti
g gi
gi

dimana :
N = cadangan minyak mula-mula, STB
Np = produksi minyak kumulatif, STB
Wp = produksi air kumulatif, STB
Bo = faktor volume formasi minyak, BBL/STB
Bg = faktor volume formasi gas, BBL/STB
Bw = faktor volume formasi air, BBL/STB
Bt = faktor volume formasi dua fasa, BBL/STB
Rs = kelarutan gas dalam minyak,SCF/STB
Rp = perbandingan kumulatif gas/minyak, SCF/STB
We = water influx, BBL
Wp = produksi air kumulatif, STB
m = perbandingan antara volume gas bebas awal dengan volume minyak
awal di dalam reservoir.
Dengan dilakukannya injeksi air, maka air yang masuk ke dalam reservoir
adalah We* , dimana :
We* = We + Wi ........................................................................................ (3-13)
Sehingga persamaan (3-12) menjadi :
N p { Bt + ( R p − Rsi ) B g − (We + Wi − W p .Bw )}
N=
( Bt − Bti ) + m Bti ( Bg − Bgi ) ........................................ (3-14)
B gi
Perkiraan perilaku reservoir dengan menggunakan metode material balance
mendasarkan kepada lima jenis pendorong, yaitu : water drive, segregation drive,
depletion drive, gas cap drive, serta combination drive.

3.3.1.1. Reservoir Water Drive


Water drive adalah merupakan tenaga pendorong di dalam reservoir yang
disebabkan oleh pendesakan air dari aquifer sebagai bottom water pressure atau edge
water pressure yang terjadi akibat penurunan tekanan. Persamaan material balance
dengan jenis tenaga pendorong ini dianggap bahwa gas cap tidak ada (m = 0), maka
persamaanan material balance untuk reservoir jenis ini dengan adanya injeksi air
dapat ditulis menjadi :
[ ]
N ( Bt − Bti ) = N p ( R p − Rsi ) B g + Bt − (We + Wi − W p Bw ) ........................... (3-15)

3.3.1.2. Reservoir Segregation Drive


Gravity drainage drive atau gravitasional segregation adalah merupakan
tenaga pendorong di dalam reservoir yang disebabkan oleh adanya pemisahan gas
dari minyak akibat perbedaan berat jenis (gaya gravitasi). Persamaan material
balance untuk reservoir segregation drive sama seperti untuk reservoir gas cap drive,
hal ini dikarenakan; We dan Wp pada reservoir jenis ini juga sangat kecil dan dapat
diabaikan (air formasi yang ada tidak aktif memberikan dorongan, dimana dorongan
hanya berasal dari pengembangan gas cap mula-mula atau gas cap sekunder).
3.3.1.3. Reservoir Depletion Drive
Depletion drive reservoir atau solution gas drive adalah merupakan tenaga
pendorong yang dihasilkan oleh pengembangan gas dari larutan minyak yang
disebabkan karena penurunan gas. Reservoir jenis ini tidak memiliki tudung gas
bebas awal (no initial free gas cap atau m = 0) dan tidak memiliki pendorong air
yang aktif (no active water drive) sehingga W = 0. Maka persamaan material balance
untuk jenis reservoir ini dengan adanya injeksi air adalah sebagai berikut:
N p { Bt + ( R p − Rsi ) B g } − Wi
N= ................................................................ (3-16)
( Bt − Bti )

3.3.1.4. Reservoir Gas Cap Drive


Gas cap drive adalah merupakan tenaga pendorong yang disebabkan oleh
pengembangan gas dari gas cap akibat turunnya tekanan dalam reservoir. Karena W e
dan Wp pada reservoir gas cap drive sangat kecil, maka kedua besaran tersebut dapat
diabaikan. Sehingga persamaan material balance untuk reservoir jenis ini menjadi:
N p { Bt + ( R p − Rsi ) B g } − Wi
N=
( Bt − Bti ) + m Bti ( B g − Bgi ) .................................................................. (3-17)
B gi

3.3.1.5. Reservoir Combination Drive


Karena reservoir combination drive bekerja dibawah pengaruh dissolved gas
drive, water drive dan gas cap drive secara bersama-sama, maka persamaan material
balance–nya sama seperti persamaan umum material balance. Tetapi seringkali
digunakan pula persamaan material balance yang didasarkan atas jenis mekanisme
pendorong yang bekerja paling dominan. Misalnya ; jika tenaga pendorong yang
paling dominan adalah water drive, maka persamaan material balance–nya adalah
persamaan material balance untuk water drive.

3.3.2. Persamaan Index Pendorong


Dari persamaan material balance dapat dikembangkan menjadi bentuk
persamaan untuk memperkirakan perembesan air (water influx) :

  Bg 
We = N p { Bt + ( R p − Rsi ) B g } + W p .Bw − N ( Bt − Boi ) + mBoi 
 
− 1 ........ (3-18)
 

  B gi 
Untuk periode produksi setelah dilakukan injeksi air maka perhitungan water influx
dengan persamaan diatas dilakukan dengan memperhitungkan besar injeksi air (Wi).
  Bg 
We = N p { Bt + ( R p − Rsi ) B g } + W p .Bw − N ( Bt − Boi ) + mBoi 
 
− 1 − Wi ...(3-19)
 

  B gi 
Karakteristik mekanisme pendorong yang bekerja dalam suatu reservoir dapat
ditentukan dari index pendorong (drive index) menggunakan persamaan material
balance di bawah ini :

N ( Bt − Bti ) +
m.NBti
( Bg − B gi ) + (We − W p .Bw ) + Wi
B gi ............................ (3-20)
=1
N p { Bt + ( R p − Rsi ) B g }

dimana :

N ( Bt − Bti )
DDI =
N p { Bt + ( R p − Rsi ) B g }
...................................................................... (3-21)

mNBti
( Bg − Bgi )
B gi ....................................................................... (3-22)
SDI =
N p { Bt + ( R p − Rsi ) B g }

We − W p .Bw
WDI =
N p { Bt + ( R p − Rsi ) B g }
...................................................................... (3-23)

Wi
IDI =
N p { Bt + ( R p − Rsi ) B g }
....................................................................... (3-24)

dimana :
DDI = depletion drive index
SDI = segregation drive index
WDI = water drive index
IDI = injected drive index.
Sehingga penjumlahan keempat index pendorong adalah sama dengan satu, atau :
DDI + SDI + WDI + IDI = 1 ........................................................................ (3-25)

3.3.3. Persamaan Perembesan Air


Water Influx adalah peristiwa atau kejadian masuknya air dari aquifer ke
dalam reservoir. Aliran air dari aquifer tersebut dapat berupa aliran mantap (Steady
State Flow), aliran semi mantap (Pseudo Steady State Flow) dan aliran tidak mantap
(Unsteady State Flow).
Gambar 3.6. memperlihatkan perembesan air pada aliran mantap dimana
suatu tangki reservoir dihubungkan dengan tangki aquifer melalui suatu pipa yang
berisi pasir. Mula-mula kedua tangki diisi sampai ketinggian dan tekanan awal (P i)
yang sama. Ketika diproduksikan pada laju alir yang konstan, tekanan di dalam
tangki reservoir akan turun dengan penurunan awal yang lebih cepat. Pada saat
tangki reservoir akan turun hingga suatu harga tekanan (P) tertentu, maka laju alir
dari perembesan air akan berbanding lurus dengan permeabilitas dari pasir yang
berada dalam pipa, luas pipa dan penurunan tekanan.
Gambar 3.7. memperlihatkan perembesan air pada aliran tidak mantap
dimana suatu tangki reservoir disebelah kanan dihubungkan dengan serangkaian
tangki aquifer yang semakin besar diameternya melalui pipa penghubung yang berisi
pasir dengan permeabilitas konstan. Pada saat produksi dimulai tekanan dalam tangki
reservoir akan turun dan menyebabkan masuknya air dari tangki pertama. Masuknya
air dari tangki pertama menyebabkan aliran dari tangki kedua dan seterusnya. Hal ini
membuktikan bahwa tekanan di tangki aquifer tidak seragam atau merata melainkan
bervariasi sesuai dengan waktu dan laju alir produksi.
Metode yang digunakan untuk menghitung perembesan air (Water Influx)
adalah metode Schilthuis, metode Hurst, metode van Everdingen dan Hurst serta
metode Allard dan Chan
Gambar 3.6.
Perembesan Air pada Aliran Mantap (Steady State Flow)

Gambar 3.7.
Perembesan Air Pada Aliran Tidak Mantap (Unsteady State Flow)

3.3.3.1. Metode Schiltuis


Persamaan perembesan air digunakan untuk menghitung water influx (dari
aquifier) dengan anggapan kondisi aliran mantap (steady state) adalah :
dWe
= k ( Pi − P ) .......................................................................................... (3-26)
dt
dan
t
We = k ∫ ( Pi − P ) dt ..................................................................................... (3-27)
0

dimana :
k = konstanta water influx, Bbl/day/psi
Pi - P = perbedaan tekanan reservoir, psi
dWe
= tinggi kenaikkan cairan dalam pipa kapiler, cm
dt
Konstanta water influx (k) :
We
k= t
................................................................................... (3-28)
∫ ( P − P ) dt
0
i

dimana :
k = konstanta water influx (perembesan air), Bbl/day/psi
We = perembesan air (water influx), Bbl
dWe
= tinggi kenaikkan cairan dalam pipa kapiler, cm
dt
Pi = tekanan reservoir mula-mula, psi
P = tekanan reservoir, psi.

3.3.3.2. Metode Hurst


Metode Hurst (1943) ini digunakan untuk aliran semi mantap (pseudo steady
state),dengan menurunkan persamaan pengembangan dari persamaan Schilthuis,
yaitu :
t
( Pi − P ) dt
We = c ∫ ............................................................................. (3-29)
0
log .at

Dimana :
We = laju perembesan air, Bbl
(Pi–P) = penurunan tekanan reservoir, psi
c = konstanta water influx, bbl/psi
a = konstanta konversi waktu
Untuk menentukan harga a dan harga c dapat digunakan persamaan sebagai berikut :
log a ∑K i +∑K i log t i =n c
.............................................. (3-30)
log a ∑K i t i +∑K i t i log t i =c ∑t i

3.3.3.3. Metode Van Everdingen dan Hurst


Van Everdingen dan Hurst (1949), metode ini digunakan untuk aquifer radial
untuk aliran tidak mantap (kondisi radial unsteady state), bentuk persamaannya
adalah sebagai berikut :
t
We = B ∑∆P Q( t D ) ...................................................................................... (3-31)
0

Dimana :
We = laju perembesan air, bbl
B = konstanta water influx , Bbl/psi
∆P = penurunan tekanan reservoir, psi
Q(tD) = water influx yang merupakan fungsi dari tD, tak berdimensi
Geometri dari radial aquifer dan sejarah tekanan diperlihatkan pada gambar
3.8 dan 3.9.
Dimensionless influx Q(t) pada persamaan 3-31 adalah sebuah fungsi dari
waktu dimensionless tD dan perbandingan dari jari-jari aquifer dengan jari-jari
reservoir, reD = re/rR. Di mana harga tD ini dicari dari rumus :
k .t
tD = 6,323 x 10-3 ..................................................................... (3-32)
φ.µ.Ce .rw 2
dimana :
k = Permeabilitas, mD
t = Waktu perembesan air, hari
∅ = Porositas rata-rata, fraksi

µ = Viskositas air formasi, cp


Ce = Kompresibilitas aquifer, psi-1
rw = Jari-jari sumur, ft
karena harga permeabilitas, porositas, viscositas, kompresibilitas aquifer serta jari-
jari reservoir merupakan besaran yang relatif konstan, maka persamaan 3-32 diubah
menjadi :
tD = C . t .........................................................................................................(3-33)
dimana :
k .t
C = 6,323 x 10-3 .................................................................... (3-33)
φ.µ.Ce .rw 2
Untuk mendapatkan harga Q(tD) ini, yang merupakan fungsi dari tD dan re/rR
dp dicari dengan menggunakan grafik pada gambar 3.10a. sampai 3.10d. Sebagai
catatan bahwa rR bisa sebagai jari-jari reservoir minyak (ro) bisa juga reservoir gas
(rg). Harga konstanta water influx (B) juga dapat didekati dengan menggunakan
persamaan :
ϑ
B = 1,119 φ h ce rw
2
......................................................................... (3-34)
360 o
dimana :
h = Ketebalan lapisan, ft
θ = Sudut yang dibentuk oleh lingkaran reservoir

Gambar 3.8.
Geometri Aquifer Finite Radial
Gambar 3.9.
Profile Tekanan Aquifer Finite Radial

Gambar 3.10a.
Dimensionless Water Influx untuk Reservoir Finite Radial
Gambar 3.10b.
Dimensionless Water Influx untuk Reservoir Finite Radial

Gambar 3.10c.
Dimensionless Water Influx untuk Reservoir In-Finite Radial
Gambar 3.10d.
Dimensionless Water Influx untuk Reservoir In-Finite Radial

3.3.3.4. Metode Allard dan Chen


Metode ini digunakan untuk aliran tidak mantap pada reservoir yang
mempunyai perembesan air dari bawah (bottom water drive). Bentuk persamaannya
adalah sebagai berikut :
We = B ∆P Q(tD) ............................................................................................ (3-33)
Bentuk persamaan diatas sama dengan bentuk persamaan untuk menghitung
perembesan air dengan metode van Everdingen dan Hurst. Perbedaannya adalah
didalam penentuan harga perembesan air tidak berdimensi.
Tabel penentuan harga Q(tD) pada reservoir bottom water drive dapat dilihat
pada lampiran A. Pada tabel tersebut terdapat parameter Z D yang berarti harga
ketebalan tak berdimensi (dimensionless thickness). Adanya parameter ini
dikarenakan pada reservoir bottom water drive mempunyai ketebalan aquifer lebih
besar jika dibandingkan ketebalan reservoir, sehingga dalam penurunan persamaan
diffusivitas pada bentuk radial diperlukan adanya penambahan parameter K R.
Parameter KR adalah perbandingan antara permeabilitas vertikal dengan
permeabilitas horizontal.
Besarnya harga ZD dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut :
h
ZD = 1/2 .................................................................................................(3-34)
rw K R
dimana : ZD = ketebalan tak berdimensi
h = ketebalan aquifer, ft.
rw = jari-jari reservoir, ft.

Gambar 3.11.
Geometri Aquifer Infinite Linier

3.3.4. Perilaku Khas Pressure Maintenance


Lapangan Midway di Arkansas merupakan contoh yang baik dalam program
pressure maintenance dengan injeksi air. Gambar 3.12 memperlihatkan sejarah
produksi reservoir ini. Lapangan Midway diproduksikan dari batugamping
Smackover. Reservoir ini memiliki cadangan kurang lebih 150 MMSTB, diproduksi
dengan mekanisme dorong deplesi, ditandai dengan penurunan tekanan reservoir
yang sangat cepat. Operasi injeksi air dilakukan dua tahun setelah reservoir tersebut
berproduksi.
Hasil program injeksi air menunjukkan tekanan reservoir naik sebelum
kemudian menjadi agak konstan. Beberapa tahun kemudian tekanan menjadi
konstant. Sebagai akibat program pressure maintenance, ultimate oil recovery
diperkirakan kurang lebih 75 MMBbl, dibandingkan hanya sekitar 25 MMBbl jika
diharapkan dari perolehan depletion drive.

Gambar 3.12.
Data produksi Lapangan Midway, Arkansas.

3.3.5 Pengurasan Reservoir Kumulatif


Menurut B.C. Craft dan M.F. Hawkins, untuk menjaga agar laju produksi dan
tekanan relatif konstant, maka besarnya laju pengurasan reservoir harus sama dengan
besarnya laju water influx dari aquifer. Persamaannya adalah sebagai berikut :
dWe/dt = (laju pengurasan volumetrik minyak) + (laju pengurasan
volumetrik gas) + (laju pengurasan volumetrik air)
Untuk faktor volume minyak satu fasa :
dWe dN p dN p dW p
=Bo +( R − Rs ) Bg + Bw .......................................... (3-35)
dt dt dt dt
dimana :
dN p
= laju aliran minyak, STB/day
dt
dN p
( R − Rs ) = laju aliran gas bebas, STB/day
dt
dW p
= laju aliran air, STB/day
dt
Rs = kelarutan gas dalam minyak, SCF/STB
R = perbandingan produksi gas/minyak, SCF/STB
Bo = faktor volume formasi minyak, BBL/STB
Bg = faktor volume formasi gas, BBL/STB
Bw = faktor volume formasi air, BBL/STB
Untuk lapangan yang dilakukan injeksi air maka air yang masuk ke dalam reservoir
adalah air dari aquifer dan air injeksi, maka persamaan diatas (3-35) menjadi :
dWe dWi dN p dN p dW p
+ = Bo + ( R − Rs ) Bg + Bw ............................... (3-36)
dt dt dt dt dt
Untuk faktor volume formasi dua fasa, persamaannya :
dWe dN p dN p dW p
= Bo + ( R si − Rs ) B g + ( R − Rsi ) Bg + Bw ................. (3-37)
dt dt dt dt
Untuk persamaan diatas dimana Bt = Bo + Bg(Rsi-Rs), maka selanjutnya dapat ditulis
menjadi :
dWe dN p dN p dW p
= Bt + ( R − R si ) Bg + B w .......................................... (3-38)
dt dt dt dt
Jika dilakukan injeksi air, maka persamaan (3-38) menjadi :
dWe dWi dN p dN p dW p
+ = Bt + ( R − Rsi ) Bg + Bw .............................. (3-39)
dt dt dt dt dt
Dengan demikian laju injeksi air yang diperlukan untuk mengimbangi besarnya
pengurasan reservoir :
dWi dN p dN p dW p dWe
= Bt + ( R − Rsi ) Bg + Bw − ............................ (3-40)
dt dt dt dt dt
Volume pengosongan reservoir (reservoir voidage) dapat ditentukan dengan
menggunakan persamaan yang berdasarkan pada prinsip material balance. Dengan
memasukkan harga water influx (We) ke dalam persamaan tersebut, maka besar
pengosongan reservoir (reservoir voidage) selama belum dilakukan injeksi air adalah
sebagai berikut :
Voidage (bbls ) = N p { Bt + ( R p − Rsi ) B g } + W p .Bw .......................................... (3-41)

Reservoir Net Voidage = V − We

{ ( ) }
= N p Bt + R p − Rsi B g + W p Bw − We .......................... (3-42)

Untuk menentukan laju pengosongan reservoir per satuan waktu, maka persamaan
diatas dapat dituliskan menjadi :

=q o { Bt + ( R p − Rsi ) B g } + Qw Bw ............................................................... (3-43)


dV
dt
Sedangkan untuk mempertahankan kondisi reservoir (tekanan reservoir) dalam
keadaan yang relatif besar maka laju pengosongan reservoir diusahakan seimbang
dengan laju pengisian reservoir seperti pada persamaan berikut :
dV dWe dWi
= + .......................................................................................... (3-44)
dt dt dt
sehingga persamaan (3-42) dapat dituliskan menjadi :
V = N p { Bt + ( R p − Rsi ) B g } + W p Bw − We − Wi ............................................... (3-45)

dimana :
V = total kumulatif produksi minyak, gas dan air (pengurasan kumulatif
reservoir), BBL
Np = produksi kumulatif minyak,STB
Bt = faktor volume formasi dua fasa, BBL/STB
Bg = faktor volume formasi gas, BBL/STB
Bw = faktor volume formasi air, BBL/STB
Rp = perbandingan gas-minyak dipermukaan, SCF/STB
Rs = kelarutan gas dalam minyak, SCF/STB
We = perembesan air dari aquifer (water influx), BBL
Wp = produksi air kumulatif air, STB
Wi = injeksi air kumulatif, STB
Agar kondisi reservoir, khususnya tekanan reservoir dapat dipertahankan untuk tidak
cepat mengalami penurunan, maka diusahakan untuk menyeimbangkan laju
pengosongan reservoir dengan laju pengisian reservoir dengan cara menginjeksikan
air ke dalam reservoir dalam jumlah yang cukup (pressure maintenance). Pada saat
periode injeksi dilakukan, perhitungan reservoir net voidage harus memperhitungkan
volume air yang diinjeksikan ke dalam reservoir. Untuk itu persamaan (3-42) dapat
dinyatakan sebagai berikut :
Reservoir Net Voidage = Voidage − We − Wi

{ ( ) }
= N p Bt + R p − Rsi B g + W p Bw − We − Wi .... (3-46)

3.4. Pengendalian Ukuran Gas Cap


Pada saat air diinjeksikan ke dalam reservoir yang memiliki gas cap, masalah
penyusutan gas cap sering menjadi masalah yang cukup berarti dalam operasinya.
Akan tetapi, masalah yang sangat penting dalam pengoperasian pressure
maintenance ada dua, yaitu 1) gas cap dapat mengembang disebabkan penurunan
tekanan reservoir dan dalam operasi pressure maintenance menurun pada tekanan
reservoir per satuan produksi minyak hingga sangat rendah, dan 2) jika
dimungkinkan mengurangi produksi gas dari tudung gas reservoir. Oleh karena itu
dengan pertimbangan dua faktor tersebut penyusutan gas cap menjadi pertimbangan
yang cukup berarti. Hal ini penting untuk mengurangi penyusutan gas cap dengan
jalan menutup sumur produksi gas dari gas cap atau mengembalikan gas ke gas cap
untuk mengganti gas yang telah diproduksikan. Sangat dimungkinkan untuk menutup
sumur-sumur produksi gas dari gas cap karena pertimbangan keuntungan atau kasus
dimana penyusutan gas cap disebabkan oleh produksi gas sehingga pori-pori
reservoir menjadi kosong.
Praktek yang umum untuk mengembalikan fraksi produksi gas dalam
reservoir agar ukuran gas cap tetap sama, dalam beberapa kasus akan lebih ekonomis
untuk mengembalikan air sebagai pengganti gas ke tudung gas. Hal ini bisa saja
dilakukan karena tidak ada fasilitas yang tersedia untuk menekan gas ke reservoir
dan juga air telah diinjeksikan ke aquifer. Teknik ini telah berhasil dilaksanakan
dalam beberapa kasus, walaupun kemungkinan pengaruh gravity segregation harus
dipertimbangkan.

3.5. Penentuan Sistem Pengolahan Air Injeksi


Hal pertama yang harus diperhatikan dalam merencanakan konstruksi sistem
pengolahan air adalah ruang yang dibutuhkan atau ruang yang tersedia dan jarak
antara sumber air primer dan titik injeksi. Kemudian setelah itu diputuskan
kemungkinan-kemungkinan daripada sistem pengolahan yang akan digunakan.
Berdasarkan dari sumber dan kondisi air yang dipergunakan sebagai fluida
injeksi, serta pertimbangan beberapa problema yang mungkin timbul yaitu ; korosi,
scale, swelling, padatan tersuspensi, gas yang terlarut, minyak yang terbawa, maka
sistem operasi di bagi menjadi tiga, yaitu :
1. Sistem perbaikan air tertutup (Closed Water Treating Systems).
Dalam sistem pengolahan air tertutup ini, air yang digunakan sebagai fluida
injeksi tidak bersinggungan/kontak dengan udara luar, dengan alasan akan timbul
beberapa problem, seperti naiknya kadar gas dalam air, sehingga akan tumbuh
ganggang serta korosi. Selain itu untuk menghindari reaksi reduksi-oksidasi dimana
pengendapan dapat terbentuk dan pemecahan oksigen atmosfer dalam air.
Keuntungan cara sistem perbaikan air tertutup ini adalah :
- sedikit menggunakan peralatan
- murah
- sistem pipa sederhana.
Sistem ini secara skematis dapat dilihat digambar (3.13.)
2. Sistem perbaikan air terbuka (Open water treating System).
Dalam sistem ini, peralatan yang digunakan lebih banyak dibandingkan
dengan sistem tertutup, karena fluida injeksi bersinggunan langsung dengan udara,
karena untuk mencegah timbulnya problem baru yang dapat mengakibatkan
hambatan dalam proyek ini dipasang sejumlah peralatan pembersih air.
Peralatan yang digunakan antara lain :
- Aeration, berfungsi untuk membebaskan gas yang terlarut.
- Chemical treatment, untuk menghilangkan senyawa-senyawa yang dapat
menghilangkan korosi, scale, swelling.
- Sedementation, untuk mengendapkan padatan-padatan yang tersuspensi dalam
air.
- Filtration, berfungsi untuk sebagai penyaring dari partikel-partikel yang
tersuspensi dalam air, dengan ukuran yang lebih kecil.
- Clear water storage, yaitu air dalam storage yang siap diinjeksikan dan benar-
benar bersih.
Dalam gambar 3.14. terlihat bahwa suplai air berasal dari sumber dialirkan ke
aeration untuk membebaskan sejumlah gas yang terlarut, setelah itu dialirkan ke
bagian sedimentation untuk mengendapkan bagian yang tersuspensi. Lalu aliran air
disaring dalam saringan yang berbentuk seperti botol, kemudian dialirkan ke tangki
pengumpul, untuk siap diinjeksikan ke dalam sumur dengan pompa. Skema sistem
terbuka ini dapat dilihat pada gambar 3.14.
3. Sistem perbaikan air setengah tertutup
Sistem ini merupakan gabungan antara sistem terbuka dengan sistem tertutup.
Dalam sistem ini, terdapat dua proses, yaitu :
- Pengolahan air, seperti dalam sistem terbuka mulai dari supply well sampai clear
water storage.
- Kemudian dari clear water storage dipompakan ke vaccum aeration untuk
dihilangkan gas yang terlarut, kemudian diinjeksikan ke dalam sumur.
Sistem ini umumnya merupakan injeksi fluida yang bebas oksigen. Secara
skematis sistem ini dapat dilihat pada gambar 3.15.
Gambar 3.13.
Diagram Alir Sederhana Untuk Sistem Water treating Type Tertutup

Gambar 3.14
Diagram Alir sederhana Untuk Sistem Water Treating Type Terbuka
Gambar 3.15.
Digram Alir Sederhana Untuk System Water Treating Setengah Tertutup

You might also like