Professional Documents
Culture Documents
Jadi, Meningioma merupakan salah satu dari jenis tumor otak yang bersifat
jinak, yang di identifikasi kan sebagai lelsi primer maupun sekunder yang melibatkan
semua lapisan meningen dan di temukan di otak dan sel saraf tulang belakang.
1.1.2. Anatomi
Meningen adalah suatu selaput jaringan ikat yang membungkus enchepalon dan
medulla spinalis. Terdiri dari duramater, arachnoid dan piamater, yang letaknya
berurutan dari superficial ke profunda. Bersama-sama,araknoid dan piamater disebut
leptomening.
Duramater terdiri dari jaringan fibrous yang kuat, berwarna putih, terdiri dari
lamina meningialis dan lamina endostealis. Pada medulla spinalis lamina endostealis
melekat erat pada dinding kanalis vertebralis, menjadi endosteum (periosteum),
sehingga di antara lamina meningialis dan lamina endostealis terdapat spatium
extraduralis (spatium epiduralis) yang berisi jaringan ikat longgar, lemak dan pleksus
venosus. Antara dura mater dan archnoid terdapat spatium subdurale yang berisi
cairan limfe. Pada enchepalon lamina endostealis melekat erat pada permukaan
interior kranium, terutama pada sutura, basis krania dan tepi foramen occipitale
magnum. Lamina meningialis mempunyai permukaan yang licin dan dilapisi oleh
suatu lapisan sel, dan membentuk empat buah septa, yaitu:
1. Falx cerebri
2. Tentorium cerebella
3. Falx cerebella
4. Diaphragm sellae
Arachnoid bersama-sama dengan pia mater disebut leptomeningens. Kedua
lapisan ini dihubungkan satu sama lain oleh trabekula arachnoideae. Arachniod
adalah suatu selubung tipis, membentuk spatium subdurale dengan dura mater.
Antara archnoid dan pia mater terdapat spatium subarachnoideum yang berisi liquor
cerebrospinalis. Arachnoid yang membungkus basis serebri berbentuk tebal
sedangkan yang membungkus facies superior cerebri tipis dan transparant. Arachnoid
membentuk tonjolan-tonjolan kecil disebut granulation arachnoidea, masuk kedalam
sinus venosus, terutama sinus sagitallis superior.
Lapisan disebelah profunda, meluas ke dalam gyrus cerebri dan diantara folia
cerebri. Membentuk tela chorioidea venticuli. Dibentuk oleh serabut-serabut
reticularis dan elastic, ditutupi oleh pembuluh-pembuluh darah cerebral. Pia terdiri
dari lapisan sel mesodermal tipis seperti endothelium. Berlawanan dengan arachnoid,
membrane ini ini menutupi semua permukaan otak dan medulla spinalis.
1.1.3. Etiologi
1.1.4. Klasifikasi
1.1.7. Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat kita temukan pada pasien yang menderita
tumor otak ialah :
a. Gangguan fisik neurologis
b. Gangguan kognitif
c. Gangguan tidur dan mood
d. Disfungsi seksual
1.1.8. Pemeriksaan Radiologi
Umumnya pada banyak pasien, tidak ditemukan kelainan pada pemeriksaan
radiografi. Foto polos kepala dapat memberikan gambaran kalsifikasi karena ada
meningioma pada dasar tulang kepala dengan bentuk yang konveks. Meningioma
dapat mengakibatkan reaktif hyperostosis yang tidak berhubungan dengan ukuran
tumor. Osteolisis jarang mengakibatkan meningioma yang jinak dan malignan.
Pemeriksaan foto polos kepala sebagai penunjang penyaki meningioma masih
memiliki derajat kepercayaan yang tinggi. Gambaran yang sering terlihat plak
yang hyperostosis, dan bentuk sphenoid , dan pterion.
Kalsifikasi tanpa adanya tumor pada foto polos kepala dapat menunjukkan
hasil false-negatif pada meningioma. Banyak pasien dengan meningioma otak
dapat ditegakkan secara langsung dengan menggunakan CT atau MRI.
1.1.9. Penatalaksanaan
1. Rencana preoperatif
Pada pasien dengan meningioma supratentorial, pemberian antikonvulsan
dapat segera diberikan, deksametason diberikan dan dilindungi pemberian H2
antagonis beberapa hari sebelum operasi dilaksanakan. Pemberian antibiotik
perioperatif digunakan sebagai profilaksis pada semua pasien untuk organisme
stafilokokkus, dan pemberian cephalosporin generasi III yang memiliki aktifitas
terhadap organisem pseudomonas, serta pemberian metronidazol (untuk organisme
anaerob) ditambahkan apabila operasi direncanakan dengan pendekatan melalui
mulut, sinus paranasal, telinga, atau mastoid.
Klasifikasi Simptom dari ukuran reseksi pada meningioma intracranial :
· Grade I : Reseksi total tumor, perlekatan dural dan tulang abnormal
· Grade II : Reseksi total tumor, koagulasi dari perlekatan dura
· Grade III : Reseksi total tumor, tanpa reseksi atau koagulasi dari perlekatan dura
atau mungkin perluasan ekstradural ( misalnya sinus yang terserang atau tulang
yang hiperostotik)
· Grade IV : Reseksi parsial tumor
· Grade V : Dekompresi sederhana (biopsy)
2. Radioterapi
Penggunaan external beam irradiation pada meningioma semakin banyak
dipakai untuk terapi. External beam irradiation dengan 4500-6000 cGy dilaporkan
efektif untuk melanjutkan terapi operasi meningioma reseksi subtotal, kasus-kasus
rekurensi baik yang didahului dengan operasi sebelumnya ataupun tidak. Pada
kasus meningioma yang tidak dapat dioperasi karena lokasi yang sulit, keadaan
pasien yang buruk, atau pada pasien yang menolak dilakukan operasi, external
beam irradiation masih belum menunjukkan keefektifitasannya. Teori terakhir
menyatakan terapi external beam irradiation tampaknya akan efektif pada kasus
meningioma yang agresif (atyppical, malignan), tetapi informasi yang mendukung
teori ini belum banyak dikemukakan.
Efektifitas dosis yang lebih tinggi dari radioterapi harus dengan pertimbangan
komplikasi yang ditimbulkan terutama pada meningioma. Saraf optikus sangat
rentan mengalami kerusakan akibat radioterapi. Komplikasi lain yang dapat
ditimbulkan berupa insufisiensi pituitari ataupun nekrosis akibat radioterapi .
3. Radiasi Stereotaktik
Terapi radiasi tumor menggunakan stereotaktik pertama kali diperkenalkan
pada tahun 1960an menggunakan alat Harvard proton beam. Setelah itu
penggunaan stereotaktik radioterapi ini semakin banyak dilakukan untuk
meningioma. Sumber energi yang digunakan didapat melalui teknik yang
bervariasi, yang paling sering digunakan adalah sinar foton yang berasal dari Co
gamma (gamma knife) atau linear accelerators (LINAC) dan partikel berat (proton,
ion helium) dari cyclotrons. Semua teknik radioterapi dengan stereotaktik ini dapat
mengurangi komplikasi, terutama pada lesi dengan diameter kurang dari 2,5 cm.
Steiner dan koleganya menganalisa pasien meningioma yang diterapi dengan
gamma knife dan diobservasi selama 5 tahun. Mereka menemukan sekitar 88%
pertumbuhan tumor ternyata dapat dikontrol. Kondziolka dan kawan-kawan
memperhitungkan pengontrolan pertumbuhan tumor dalam 2 tahun pada 96 %
kasus. Baru-baru ini peneliti yang sama melakukan studi dengan sampel 99 pasien
yang diikuti selama 5 hingga 10 tahun dan didapatkan pengontrolan pertumbuhan
tumor sekitar 93 % kasus dengan 61 % massa tumor mengecil. Kejadian defisit
neurologis baru pada pasien yang diterapi dengan stereotaktik tersebut kejadiannya
sekitar 5 %.
4. Kemoterapi
Modalitas kemoterapi dengan regimen antineoplasma masih belum banyak
diketahui efikasinya untuk terapi meningioma jinak maupun maligna. Kemoterapi
sebagai terapi ajuvan untuk rekuren meningioma atipikal atau jinak baru sedikit
sekali diaplikasikan pada pasien, tetapi terapi menggunakan regimen kemoterapi
(baik intravena atau intraarterial cis-platinum, decarbazine (DTIC) dan
adriamycin) menunjukkan hasil yang kurang memuaskan (DeMonte dan Yung),
walaupun regimen tersebut efektifitasnya sangat baik pada tumor jaringan lunak.
Laporan dari Chamberlin pemberian terapi kombinasi menggunakan
cyclophosphamide, adriamycin, dan vincristine dapat memperbaiki angka harapan
hidup dengan rata-rata sekitar 5,3 tahun. Pemberian obat kemoterapi lain seperti
hydroxyurea sedang dalam penelitian. Pertumbuhan sel pada meningioma
dihambat pada fase S dari siklus sel dan menginduksi apoptosis dari beberapa sel
dengan pemberian hydroxyurea. Dan dilaporkan pada satu kasus pemberian
hydroxyurea ini memberikan efek pada pasien-pasien dengan rekurensi dan
meningioma yang tidak dapat direseksi. Pemberian Alfainterferon dilaporkan
dapat memperpanjang waktu terjadinya rekurensi pada kasus meningioma yang
agresif. Dilaporkan juga terapi ini kurang menimbulkon toksisitas dibanding
pemberian dengan kemoterapi.
Pemberian hormon antogonis mitogen telah juga dilakukan pada kasus dengan
meningioma. Preparat yang dipakai biasanya tamoxifen (anti estrogen) dan
mifepristone (anti progesteron). Tamoxifen (40 mg/m2 2 kali/hari selama 4 hari
dan dilanjutkan 10 mg 2 kali/hari) telah digunakan oleh kelompok onkolologi
Southwest pada 19 pasien dengan meningioma yang sulit dilakukan reseksi dan
refrakter. Terdapat pertumbuhan tumor pada 10 pasien, stabilisasi sementara
pertumbuhan tumor pada 6 pasien, dan respon minimal atau parsial pada tiga
pasien.
Tindakan:
(1) Kaji factor penyebab koma, penurunan perfusi jaringan dan
memungkinkan penyebab peingkatan TIK
Rasional: Deteksi dini untuk memprioritaskan intervensi, mengkaji status
neurologi/tanda-tanda kegagalan untuk menentukan perawatan kegawatan
atau tindakan pembedahan
(2) Evaluasi pupil
Rasional: Reaksi pupil dan pergerakan kembali bola mata merupakan
tanda dari gangguan nervus/saraf jika batang otak terkoyak.
(3) Berikan periode istirahat antara tindakan perawatan dan batasi lamanya
prosedur
Rasional: Tindakan yang terus menerus dapat meningkatkan TIK karena
efek rangsangan kumulatif
(4) Berikan penjelasan pada pasien (jika sadar) dan keliarga tentang sebab
dan akibat TIK meningkat
(5) Kolaborasi dengan tenaga medis dalam pemberian O2 sesuai indikasi
Rasional: Mengurangi Hipoksemia, dimana dapat menigkatkan
vasolidatasi serebral dan volume darah sehingga menaikkan TIK
Tindakan Keperawatan
(1) Jelaskan dan bantu pasien dengan tindakan pereda nyeri
norfarmakologik dan noninvasif
Rasional: Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan
nnfarmakologik linya telah menunjukan keefektifan dalam mengurangi
nyeri
(2) Ajarkan teknik-teknis untuk menurukan ketegangan otot rangka yang
dapat menurunkan intensitas nyeri
Rasional: Akan melancarkan peredaran darah, sehingga kebutuhan 02
oleh jaringan akan terpenuhi dan mengurangi nyeri
(3) Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut
Rasional: Mengalihkan perhatian nyeri ke hal-hal yang menyenangkan.
(4) Berikan kesemapatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan
menghubungkan berapa lama nyeri akan berlangsung.
Rasional: Istirahat akan merelaksasi semua jaringan sehingga akan
meningkatkan kenyamanan
(5) Tingkatkan pengetahuan tentang penyebab nyeri dan menghubungkan
berapa lama nyeri akan berlangsung
Rasional: pengetahuan yang akan dirasakan membantu mengurangi
nyeri dan membantu mengembangkan kepatuhan pasien terhadap
rencana terapeutik.
(6) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesic
Rasional: Analgesik memblok lintasan nyeri sehingga nyeri akan
berkurang
3) Kecemasan pasien/keliuarga berhubungan dengan rencana bedah saraf
Tujuan: secara subyektif melaporkan rasa cemas berkurang
Kriteria hasil:
- Pasien mampu mengungkapkan perasaan yang kaku dengan cara-cara
yang sehat kepada perawat
- Pasien dapat mendemonstrasikan keterampilan pemecahan masalahnya
dan perubahan koping yang digunakan sesuai situasi yang dihadapi
- Pasien dapat mencatat penurunan kecemasan/ketakutan di bawah tersebut
- Pasie dapat rileks dan tidur/istirahat dengan baik
Tindakan:
(1) Monitor respons fisik, seperti: kelemahan, perubahan tanda vital,
gerakan yang berulang-ulang. Catat kesesuaian respons verbal dan
noverbal selama komunikasi
Rasional: Digunakan dalam mengevaluasi derajat/tongkat
kesadaran/konsentrasi, khususnya ketika melakukan komunikasi
verbal
(2) Anjurkan pasien dan keluarga untuk mengungkapkan dan
mengekspresikan rasa takutnya
Rasional: Memberikan kesempatan untuj berkonsentrasi,
mendapatkan kejelasan dari rasa takut, dan mengurangi cemas yang
berlebihan
(3) Identifikasi/kaji ulang bersama pasien/keluarga tindakan pengaman
yang ada, seperti: kekuatan dan suplai oksigen, kelengkapan suction
emergensi. Kemudian diskusikan arti dari bunyi alarm.
Rasional: Memberikan/menentramkanhati pasien untuk membantu
menghilangkan cemas yang tak berguna, mengurangi konsentrasi
yang tidak jelas, dan menyiapkan rencana sebagai respons dalam
keadaan darurat.
(4) Catat reaksi dari pasien/keluarga. Berikan kesempatan untuk
mendiskusikan perasaaan/konsentrasi dan harapan masa depannya.
Rasional: Anggota keluarga dengan responsnya pada apa yang terjadi
dan kecemasan dapat disampaikan kepada pasien.
(5) Anjurkan aktivitas pengalih perhatian sesuai kemampuan individu,
seperti: menulis, menonton televise, dan keterampilan tangan
Rasional: Sejumlah keterampilan, baik secara sendiri maupun dibantu
selama pemasangan ventilator, dapat membuat pasien merasa
berkualitas dalam hidupnya
7. DiRuang prabedah
Diruang prabedah (ruang sementara), perawat melakukan pengkajian ringkas
mengenai kondisi fisik pasien dan kelengkapan yang berhubungan dengan
pembedahan. Diagnosis keperawatan individu bergantung pada pengkajian
keperawatan. Tinjau rekam medic untuk merencanakan kebutuhan pasien
yang spesifik dalam hubungannya dengan pendekatan bedah yang
direncanakan, posisi pasien, kebutuhan peralatan dan perlengkapan khusus,
tindakan pendahuluan (jalur kateter IV, cukur, dan lain-lain). Pengkajian
ringkas tersebut adalah sebagai berikut:
- Validasi: perawat melakukan konfirmasi identitas pasien sebagai data dasar
untuk mencocokan prosedur jenis pembedahan yang akan dilakukan.
- Kelengkapan administrasi: status rekam medic, data-dat penunjang (hasil
laboratorium, radiologi, CT-Scan, serta nomor serial tengkorak harus
tersedia), dan kelengkaoan informed consent.
- Kelengkapan alat dan sarana: sarana pembedahan seperti benang, cairan
intravena, dan obat antibiotic profilaksis sesuai dengan kebijakan institusi.
- Pemeriksaan fisik: terutama tanda-tanda vital dan neurovascular (paratesia,
kesemutan, paralisis), serta pencukuran rambut pada bagian kepala.
- Tingkat kecemasan dan pengetahuan pendidikan
Evaluasi yang diharapkan pada pasien diruang sementara adalah sebagai berikut:
- TTV dalam batas normal
- Respon nyeri tidak meningkat dan perdarahan terkontrol
- Tingkat kecemasan pasien menurun.
- Pasien dapat dukungan psikologis dan secara singkat dapat menjelaskan
perihal prosedur pembedahan
- Pasien sudah terpasang Kateter IV
- Asuhan yang diberikan pada pasien dari kamar operasi dan di ruang pulih
sadar sampai kesadaran pasien optimal
- Asuhan yang dilakukan setelah kondisi pasien stabil dari ruang pemulihan dan
dilanjutkan diruang perawatan intensif
- Asuhan lanjutan setelah pasien kembali ke bangsal rawat inap bedah.
1. Di ruang Pulih Sadar
Asuhan keperawatan pasaca bedah kraniotomi diruang pulih sadar secara
umum sama dengan asuhan keperawatan pasaca bedah dengan anestesi umum
lainnya. Focus pengkajian dan intervensi pascabedah kraniotomi adalah selalu
memperhatikan status respirasi, status jemodinamik, dan penurunan resiko
hipotermi.
2. Diruang perawatan intensif
Pasien pascabedah kraniotomi memerlukan keadaan umum secara ketat
sampai kondisi fisik dan seluruh organ berfungsi dengan optimal. Focus
asuhan keperawatan pascaoperatif bedag saraf I ruang intensif, meliputi:
- Manajemen status respirasi dan kardiovaskular
- Manajemen nyeri keperawatan
- Manajemen ambulasi
3. Diruang rawat inap
Setelah kondisi stabil dari ruang intensif, pasien akan mendapatkan perawatan
lanjutan di ruang inap. Penting bagi perawat untuk memperhatikan prses
pemindahan dan transportasi ini. Perawat berusaha untuk tetap menjaga
kesejajaran kepala dan selang pirau ventrikuloperitoneal.
Focus asuhan keperawatan pascaoperatif bedah saraf di ruang rawat inap
adalah melanjutkn asuhan yang dilakukan di ruang intensif. Intervensi yang
lazim dilakukan, meliputi:
- Manajemen nyeri keperawatan
- Manajemen ambulasi dini
- Manajemen penurunan resiko infeksi luka pascabedah kraniotomi
(penggantian balutan biasanya di lakukan di hari ke 3 pascabedah. Metode
pelaksanaan disesuaikan dengan prosedur institusi tentang perawatan luka
bersih.
CRANIOTOMI
Prosedur bedah
Luka insisi
(stimulasi nyeri) Kontrol kesadaran
Peningkatan
tekanan masih menurun
intrakranial
Resiko Infeksi Resiko
Perdarahan Nyeri Akut
(Post Op)
Respons resiko
posisi bedah
Bertambahnya (paratesia, cedera
massa dalam tekan)
tengkorak
Kerusakan
Nyeri akut integritas
Prosedur operasi
jaringan
invasif
Ansietas
DAFTAR PUSTAKA