You are on page 1of 44

BUKU PEDOMAN

K3L LABORATORIUM

Disusun oleh
Wisnu Widyarto, A.Md
Lia Indriana, A.Md

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2015
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam rangka menciptakan ketertiban, keamanan, kenyamanan serta keselamatan, kesehatan kerja
dan lingkungan (K3L) di Laboratorium Fakultas Farmasi UI, diperlukan partisipasi dan keterlibatan dari
semua pihak yang ada di Fakultas Farmasi UI.Buku panduan teknis ini merupakan acuan yang dapat
digunakan oleh warga UI, yaitu seperti mahasiswa, dosen, pegawai UI, dan warga non UI, seperti tamu
atau pengunjung Fakultas Farmasi UI.
Buku panduan ini adalah panduan teknis khusus.Panduan teknis secara khusus meliputi kegiatan yang
secara khusus dilakukan oleh seluruh pihak yang melakukan di lokasi kegiatan tertentu.Buku panduan
teknis ini bertujuan untuk meningkatkan ketertiban, keamanan, kenyamamanan, serta K3L di Fakultas
Farmasi UI.

“Fakultas Farmasi UI Tertib, Aman, Nyaman, Selamat, Sehat Milik Kita”

1.2. Tujuan
Panduan ini dibuat untuk memberikan pedoman yang jelas dan sederhana untuk semua aspek
keselamatan dan kesehatan pada saat bekerja di laboratorium. Tujuan dari peraturan keselamatan dan
kesehatan kerja dimaksud adalah untuk menjamin:
a. Kesehatan dan keselamatan orang yang bekerja di laboratorium
b. Mencegah subjek (dosen, mahasiswa dan karyawan) terkena resiko terganggu kesehatannya akibat
kegiatan di laboratorium.
c. Mengontrol penyimpanan dan penggunaan bahan yang mudah terbakar dan beracun.
d. Mengontrol pelepasan bahan berbahaya (gas) dan zat berbau ke udara, sehingga tidak berdampak
negatif terhadap lingkungan.

1.3. Aturan Umum


a. Orang yang tidak berkepentingan dilarang masuk laboratorium, untuk mencegah hal yang tidak
diinginkan.
b. Di larang melakukan eksperimen sebelum mengetahui informasi mengenai bahaya bahan
kimia, alat-alat dan cara pemakaiannya.
c. Mengenali semua jenis peralatan keselamatan kerja dan letaknya untuk memudahkan
pertolongan saat terjadi kecelakaan kerja.
d. Wajib mengetahui cara pemakaian alat emergensi : pemadam kebakaran, eye shower,
respirator dan alat kesehatan kerja lain.
e. Setiap Laboran wajib mengetahui tata cara memberi pertolongan darurat (P3K).

1
f. Dilarang makan minum dan merokok di lab, hal ini berlaku juga untuk laboran dan kepala
laboratorium.
g. Jangan terlalu banyak bicara, berkelakar, dan lelucon lain ketika bekerja di laboratorium.
h. Jauhkan alat-alat yang tidak digunakan, tas, gadget (handpone, I pad) dan benda lain dari atas
meja kerja.
i. Semua pintu laboratorium haruslah berupa pintu tahan api dan harus tetap tertutup sepanjang
waktu.
j. Jangan pernah menghambat pintu keluar darurat, perlengkapan untuk kondisi darurat atau panel
listrik.
k. Jangan menggunakan kabel ekstensi di laboratorium secara permanen.
l. Benda-benda yang mudah terbakar disimpan dalam lemari keamanan khusus.
m. Lemari asam tidak boleh digunakan untuk penyimpanan.
n. Peserta mengetahui tempat penyimpanan peralatan darurat yang berada disekitar area
laboratorium dan mengetahui cara penggunaannya
o. Tidak dianjurkan bekerja sendiri terutama diluar jam kerja; selalu lakukan pemeriksaan dengan
pengawas apabila prosedur tertentu memerlukan pengeoperasian oleh lebih dari satu orang.
Periksa prosedur standar operasional dilaboratorium mengenai “bekerja sendiri” diluar jam
kerja. Konsultasikan manajemen resiko manual (MRM) yaitu Program untuk orang yang
bekerja sendirian.
p. Tempelkan tanda-tanda peringatan yang sesuai jika terdapat kondisi yang berbahaya, sertakan
nama pengguna laboratorium dan nomor ekstensi yang bisa dihubungi. Komunikasikan kepada
peneliti anggota bahwa percobaan sedang berlangsung. Percobaan yang sedang berlangsung
hanya boleh ditinggalkan apabila dijamin aman untuk ditinggalkan.
q. Reagen dan sampel harus diberi label sesuai peraturan WHMI (Workplace Hazardous
Materials Information Systems/ sistem informasi lingkungan pekerjaan yang menggunakan
bahan bahan berbahaya).
r. Pekerjaan yang menggunakan bahan – bahan berbahaya harus dilakukan di dalam lemari asam
atau peralatan pengaman lainnya. Jauhkan barang baru dari semua bahan-bahan.
s. Lakukan cara pengurusan laboratorium yang baik seperti membersihkan peralatan kaca dengan
tepat dan menyusun kembali peralatan yang sudah selesai digunakan. Semua bangku lab
hendaknya dijaga agar tetap bersih dan rapi. Bersihkan segera semua bahan-bahan yang
tertumpah.

1.4. Aturan Khusus


a. Setiap orang harus bertanggung jawab setiap berada di laboratorium.
b. Baca semua prosedur dengan seksama sebelum memasuki laboratorium.
c. Memasuki Laboratorium harus dengan izin dosen/Laboran.

2
d. Dilarang Keras membawa makanan, minum dan makan apapun didalam laboratorium.
e. Dilarang memakai perhiasan yang dapat rusak karena bahan kimia.
f. Dilarang menggunakan sandal, sepatu terbuka, atau yang berhak tinggi.
g. Dilarang melakukan senda-gurau dan tindakan lain yang berbahaya di dalam laboratorium.
h. Jas lab harus dipakai dengan baik dan benar selama percobaan di laboratorium
i. Bagi yang berambut panjang, rambut harus diikat
j. Mengisi lembar peminjaman alat dan mengecek terlebih dahulu, apakah alat dalam keadaan
baik atau tidak.
k. Wajib membaca SOP/PROSEDUR alat terlebih dahulu sebelum menggunakannya.
l. Dilarang membawa alat dan bahan keluar dari laboratorium.
m. Laporkan semua kecelakaan (bahan tumpah, peralatan rusak, dll) kepada dosen/laboran
secepatnya.
n. Jika alat yang dikembalikan dalam keadaan rusak atau cacat pengguna wajib menggantinya.
o. Peralatan yang digunakan harus dalam keadaan bersih sebelum dan sesudah pemakaian.
p. Baca etiket pada botol sebelum mengambilnya dan gunakan bahan seperlunya.
q. Buang semua bahan kimia dengan cara yang benar
r. Jika bahan kimia mengenai mata atau kulit, secepatnya dicuci dengan air mengalir 20 menit.
s. Harus mengetahui lokasi dan prosedur operasi peralatan kemasan termasuk P3K, pemadam
kebakaran dan pintu darurat.

1.5. Alat pelindung diri di laboratorium


Bekerja di laboratorium harus mentaati etika berbusana di laboratorium. Busana yang dikenakan
di laboratorium berbeda dengan busana yang digunakan sehari-hari, busana atau pakaian di laboratorium
hendaklah mengikuti aturan sebagai berikut :
a. Gunakan alat pelindung diri yang sesuai dengan setiap pekerjaan yang akan dilakukan.
b. Gunakan kacamata keselamatan atau pelindung muka di area dimana peralatan dan zat-zat seperti
bahan kimia, cairan, sinar UV, laser atau radiasi dapat menyebakan cedera terhadap mata.
c. Pakaian pelindung kerja yang tepat (contoh: flame resistant clothing) harus digunakan bila
dibutuhkan.
d. Alat pelindung telinga harus digunakan, bila bising dapat menyebabkan dampak buruk terhadap
pendengaran
e. Gunakanlah sarung tangan bila dikhawatirkan mungkin terjadi kontak dengan bahan kimia dengan
kulit.

1.6. Bahan Kimia


1.Bekerja dengan bahan kimia

3
Bila anda bekerja dengan bahan kimia maka diperlukan perhatian dan kecermatan dalam
penanganannya. Adapun hal umum yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:
a. Hindari kontak langsung dengan bahan kimia
b. Hindari menghirup langsung uap bahan kimia
c. Dilarang mencicipi atau mencium bahan kimia kecuali ada perintah khusus (cukup dengan
mengkibaskan kearah hidung)
d. Bahan kimia dapat bereaksi langsung dengan kulit dan menimbulkan iritasi (pedih dan gatal)

2. Memindahkan Bahan kimia


Seorang laboran atau peneliti pasti melakukan pekerjaan pemindahan bahan kimia pada setiap
kerjanya. Hal-hal yang harus diperhatikan saat memindahkan adalah sebagai berikut :
a. Baca label bahan sekurang kurangnya dua kali untuk menghindari kesalahan dalam pengambilan
bahan kimia misalnya antara asam sitrat dan asam nitrat.
b. Pindahkan sesuai jumlah yang diperlukan.
c. Jangan menggunakan bahan kimia secara berlebihan
d. Jangan mengembalikan bahan kimia ke tempat botol semula untuk menghindari kontaminasi,
meskipun dalam hal ini kadang terasa boros.

3. Penanganan Terkena Bahan Kimia


Kecelakaan kerja biasa saja terjadi meskipun telah bekerja dengan hati-hati. Apabila hal itu terjadi
maka perhatikan hal hal sebagai berikut :
a. Jangan panik.
b. Mintalah bantuan rekan anda yang ada didekat anda, oleh karenanya dilarang bekerja sendiri di
laboratorium.
c. Bersihkan bagian yang mengalami kontak langsung dengan bahan tersebut, bila memungkinkan
bilas sampai bersih.
d. Bila kena kulit, jangan digaruk supaya tidak menyebar.
e. Bawa keluar korban keluar supaya banyak menghirup oksigen.
f. Bila mengkhawatirkan kesehatannya segera hubungi paramedic secepatnya.

1.7. Bekerja dengan Makhluk Hidup


Bekerja dengan makhluk hidup (mikroorganisme atau hewan coba seperti tikus) berbeda dengan
bahan kimia atau benda mati. Pekerjaan ini memerlukan penanganan khusus yaitu:
a. Perhatikan makhluk hidup apa yang akan diteliti atau diperlakukan, mikroorganisme atau hewan
coba seperti tikus.
b. Ikuti cara kerja dan perlakuan yang telah ditetapkan oleh laboratorium.
c. Berkonsentrasi dengan mikroorganisme/hewan coba supaya mencegah resiko kecelakaan kerja.

4
1.8. Terjadinya Kebakaran
Kebakaran bisa saja terjadi dilaboratorium akibat kecelakaan atau human error.Karena didalam
laboratorium banyak tersimpan bahan yang mudah terbakar. Bila terjadi kebakaran maka :
a. Jangan panik.
b. Segera bunyikan alarm tanda bahaya atau laporkan kepada yang bertanggung jawab di
laboratorium tersebut.
c. Identifikasi bahan yang terbakar (kelas A, B atau C ), Padamkan dengan kelas pemadam yang
sesuai (contoh kebakaran kelas B : bensin, minyak tanah tidak boleh disiram dengan air)
d. Bila api membesar dan tidak dapat ditangani segera keluar menuju titik kumpul (Assembly
point) dengan mengikuti arah jalur evakuasi.
e. Hindari menghirup asap secara langsung, gunakan masker atau tutup hidung dengan sapu tangan.
f. Cari batuan pemadam kebakaran.

1.9. Bekerja di laboratorium di luar jam kerja


Berdasarkan surat pemberitahuan dari kepala UPT PLK-UI NO : 244/UN2.R11.2/SDM.02/2015
perihal pemberitahuan operasi gakun dan ketertiban tanggal 28 mei 2015, maka setiap mahasiswa
penelitian harus memperhatikan hal-hal berikut ini :
1. Mempunyai surat izin untuk menggunakan laboratorium dari pembimbing skripsi dan kepala
laboratorium tempat melakukan penelitian, lalu diberikan kepada pihak keamanan Fakultas
Farmasi.
2. Jika lebih dari pukul 22.00 WIB mahasiswa sudah tidak diperbolehkan keluar dari area gedung
fakultas farmasi kecuali ada pendamping dari pihak keamanan.
3. Mahasiswa tidak diperkenankan untuk membawa pihak luar (selain mahasiswa fakultas farmasi)
4. Mahasiswa harus mematuhi tata tertib yang berlaku di laboratorium.

5
BAB II
LABORATORY SAFETY LAB

2.1. Bahan Berbahaya dan Komunikasi Risiko di Laboratorium


2.1.1. Bahaya Kimia
A. Bahan Berbahaya (Kimia)
Bahan Berbahaya adalah bahan apapun yang dapat memberikan efek yang berlawanan
(merugikan).Racun adalah zat/bahan berbahaya yang dalam dosis rendah dapat menyebabkan
efek (merugikan) atau kematian.
B. Wujud Bahan Berbahaya (Kimia)
1. Bahaya Kimia
a. Berdasarkan bentuk fisik :
 Gas, contoh : CO, SOx, NOx, Ammonia
 Uap/VOCs (Bahan organic mudah menguap) , contoh : Ether, Formaldehida/Formalin
(Desinfektan/Pengawet mayat, Industri lem/kayu)
 Partikulat, contoh : Debu Pb, Kadmium, serat asbes

KRITERIA KLASIFIKASI BAHAN KIMIA BERDASARKAN GHS

BAHAYA BAHAYA
FISIK - KIMIA KESEHATAN & LINGKUNGAN
1. Eksplosif 1. Toksisitas akut
2. Gas mudah menyala 2. Iritasi/ korosi pada kulit
3. Aerososl mudah menyala 3. Kerusakan yang serius pada mata/
4. Gas pengoksidasi iritasi mata
5. Gas bertekanan 4. Sensitisasi kulit /saluran
6. Cairan mudah menyala pernafasan
7. Padatan mudah menyala 5. Mutagenisitas Sel Induk
8. Zat dan campuran swa reaktif 6. Karsiogenisitas
9. Cairan piroporik 7. Toksisitas pada reproduksi
10. Padatan piroporik 8. Keracunan sistemik pada organ
11. Zat dan campuran swa panas sasaran spesifik setelah paparan
12. Zat dan campuran jika kontak tunggal
dengan air mengeluarkan gas 9. Keracunan sistemik pada organ
mudah menyala sasaran spesifik setelah paparan
13. Cairan pengoksidasi berulang
14. Padatan pengoksidasi 10. Bahaya aspirasi
15. Peroksida organik 11. Berbahaya terhadap lingkungan
16. Korosif pada logam akuatik
12. Berbahaya terhadap Lapisan Ozon

6
Contoh Bahaya Fisik-Kimia: Meledak & Nyala

Bahaya Kesehatan
=Bahaya Toksik Bahan Kimia=

7
2.1.2. Karakteristik Bahan Berbahaya
2.1.2.1. Sifat Bahan Berbahaya
Suatu senyawa dikatakan sebagai Bahan Kimia Berbahaya, jika memiliki diantara sifat : mudah
meledak, korosif, bahaya terhadap lingkungan, mudah terbakar, toksik

A. Sifat Bahaya Fisik :


CONTOH :

   Gas bertekanan :
•   Oksigen (dapat membakar)
•   Hidrogen (mudah terbakar)
•   Asetilen (mudah terbakar)
•   NO2/N2O5 (mudah terbakar)
•   Petroleum Eter (mudah terbakar)

 Zat reaktif terhadap air dan zat yang bereaksi hebat


dengan asam :
•   NaCN + HCl NaCl + HCN (gas Racun)
•   Logam Fe + HCl FeCl2 + H2 (gas nyala)
•   Logam (M) + H2SO4 SO2 (gas Racun)

8
TINGKAT BAHAYA TOKSIK (LD50)
SEJUMLAH BAHAN KIMIA (CONTOH)

BAHAN KIMIA LD50 ORAL, TIKUS,


Vitamin C 11.900
Etanol 7.060
Asam Sitrat 5.040
NaCl 3.000
FeSO4 320
DDT 100
Dieldrin 38
Paration 2
Nikotin 1
Tetrodotoksin 0,1
Dioksin (TCDD) 0,02
Toksin botulinum 0,00001

2.1.2. Bahaya Biologi (Microorganisme)


KLASIFIKASI BAHAYA
KELOMPOK MIKROORGASNISME INFEKSIUS
KELOMPOK KLASIFIKASI KETERANGAN
MIKROORGANISME (Sifat Mikroorganisme)
Kelompok Tidak/Sangat Rendah Tidak menyebabkan gangguan
Risiko I thp.individu & Penyakit
masyarakat
Kelompok Moderat/Sedang patogen bagi manusia atau
Risiko II thp.individu dan hewan, namun tidak menjadi
berisiko rendah bahaya serius bagi pekerja,
thp.masyarakat hewan atau lingkungan.
Kelompok Risiko Tinggi Patogen, berbahaya serius bagi
Risiko III thp.Invividu, tapi risiko manusia atau hewan, dan tidak
rendah bagi masyarakat menular
Kelompok Risiko Tinggi Patogen, berbahaya serius bagi
Risiko IV thp.Invividu, dan manusia atau hewan, dan dapat
masyarakat menular secara langsung
maupun tidak langsung.

2.1.3. Bahaya Fisika (Radiasi, Kebisingan)


Radiasiadalah emisi & penyebaran energi melalui ruang (media) dalam bentuk gelombang
elektromagnet atau partikel-partikel/elementer dengan energi kinetik yang sangat tinggi.Contoh : Isotop
radioaktif tritium (H-3), carbon (C-14), sulfur (S-35), phosphorus (P-32/33), iodine (I-135)

9
Efek Radiasi terhadap Kesehatan
   Leukemia
 Katarak
 Kanker
 Sakit kepala menahun
 Kelelahan
 Impotensi
 Kemandulan
 Sakit jantung

10
11
Frasa Risiko (R) dan Keselamatan (S)
Merupakan gambaran umum tentang sifat fisika, kimia,sifat bahaya atau risiko suatubahan
kimia dilambangkandengan simbol R (Risk) dan S (Safety) sesuai aturan masyarakat Ekonomi Eropa
(EU). Contoh :
R3 : Amat sangat berisiko meledak karena guncangan, gesekan, api atau
sumber nyala lain
R25 : Beracun jika terhirup
R13/20 : Jika kontak dengan air menimbulkan gas beracun yang sangat mudah
Terbakar
S17 : Jauhkan dari bahan mudah terbakar
S45 : Jika terjadi kecelakaan atau jika merasa tidak sehat, cari pertolongan
medis segera (tunjukkan label bilamana memungkinkan)
S61 : Cegah pembuangan ke lingkungan. Perhatikan lembar data keamanan
bahan / instruksi khusus
S36/39 : Kenakan pakaian pelindung dan pelindung mata/wajah yang sesuai
Informasi yang diberikanLembaran Keselamatan Bahan Kimia/LDK/SDS
Identifikasi bahan, penggunaan dan produsen
Komposisi/informasi mengenai kandungan bahan
Identifikasi bahaya
Tindakan pertolongan pertama
Tindakan pemadaman kebakaran
Tindakan terhadap tumpahan dan kebocoran
Penanganan dan penyimpanan
Pengendalian paparan/perlindungan pribadi
Sifat fisika dan kimia
Stabilitas dan reaktivitas
Informasi toksikologi
Informasi ekologi
Pertimbangan pembuangan
Informasi pengangkutan
Informasi peraturan
Informasi lainnya

12
BAB III
MANAJEMEN BAHAN KIMIA BERBAHAYA DAN BERACUN

Manajemen atau pengelolaan dan penanganan bahan kimia berbahaya dan beracun atau lebih
populer dengan istilah B3 dalam rangka keselamatan dan kesehatan kerja, merupakan aspek yang sangat
penting yang perlu mendapat perhatian.Banyak terjadi kecelakaan dalam industri yang disebabkan
karena ketidak-tahuan operator ataupun pekerja dalam mengenali dan menangani B3 tersebut.
Kecelakaan kerja merupakan dampak yang harus diperhitungkan dan di antisipasi, sehingga
sedapat mungkin hal ini harus dihindari dan dicegah agar tidak terjadi. Kecelakaan kerja yang berkaitan
dengan B3 selain akan menimbulkan korban bagi pekerja / orang lain juga dapat menimbulkan
pencemaran terhadap lingkungan,
dan hal ini akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan industri tersebut. Disamping itu akan
menimbulkan dampak yang lebih luas terhadap lingkungan dan masyarakat.
Kita sangat perlu mengetahui pengaruh bahaya dan racun dari B3 tersebut.Bahan-bahan ini
disamping dapat menimbulkan dampak terhadap kesehatan dan pencemaran lingkungan, pemakaian dan
penggunaannya dalam instalasi nuklir juga dapat menimbulkan radiasi/kontaminasi jika terjadi
kecelakaan.Untuk itu dalam penyimpanan, pengelolaan dan penanganannya perlu memperhatikan faktor
keamanan dan keselamatan. Pengaruh B3 tersebut antara lain: dapat menimbulkan kebakaran, ledakan,
keracunan, dan iritasi pada permukaan atau bagian tubuh manusia (Gambar 1).

Kebakaran Radiasi dan Kontaminasi


- Pelarut organik - Isotop dan bahan fisi
- gas-gas
Ledakan
- bahan peledak

B3 - gas-gas yang mudah terbakar


- peroksida
- gas cair bertekanan tinggi

DAMPAK :
Keracunan
-Akut : CO, HCN - Korban jiwa
-Kronik : Benzena, Pb - Kerusakan/pencemaran
Lingkungan
Iritasi - Kesehatan pekerja
-Bahan kimia korosif
-Iritant seperti HCl - Kerugian Materi

Gambar 1. Pengaruh B3 dalam industri

13
Kebakaran,
terjadi bila bahan kimia yang mudah terbakar (pelarut organik dan gas) berkontak dengan sumber panas.
Sumber panas dapat berupa api terbuka, logam panas, bara api atau loncatan listrik. Kebakaran dapat
pula menimbulkan ledakan lain yang lebih dahsyat atau dapat juga menghasilkan bahan lain yang
bersifat racun.

Ledakan,
yaitu suatu reaksi yang amat cepat dan menghasilkan gas dalam jumlah yang besar. Ledakan dapat
terjadi oleh reaksi yang amat cepat dari bahan peledak, atau gas yang mudah terbakar atau reaksi dari
berbagai peroksida organik.Dapat juga terjadi karena adanya gas cair pada tekanan tinggi yang tidak
terkendali.

Keracunan,
yaitu masuknya bahan kimia kedalam tubuh yang dapat berakibat keracunan akut atau keracunan kronik.
Keracunan akut sebagai akibat penyerapan B3 dalam jumlah yang besar dan dalam waktu yang singkat
dan dapat pula berakibat fatal seperti keracunan gas CO, dan HCN. Keracunan kronik adalah penyerapan
B3 dalam jumlah sedikit tetapi berlangsung dalam waktu yang lama, sehingga akibatnya baru dirasakan
setelah beberapa bulan atau beberapa tahun sampai puluhan tahun.Kemudian bahan kimia tersebut seperi
uap Pb, benzena dapat mengakibatkan leukimia.Pada umumnya zat-zat toksik tersebut masuk lewat
pernafasan dan kemudian beredar keseluruh tubuh atau menuju ke organ-organ tubuh tertentu sehingga
dapat langsung mengganggu fungsinya seperti hati, ginjal, paru-paru, dan lain-lain.Tetapi dapat juga zat-
zat tersebut terakumulasi dalam organ-organ tubuh tersebut, sehingga menimbulkan kerusakan untuk
jangka waktu yang panjang.
Iritasi,
yaitu kerusakan atau peradangan permukaan tubuh seperti kulit, mata dan saluran pernafasan oleh bahan
kimia korosif, atau iritan seperti asam klorida dan lain-lain.
Banyak sekali aspek keselamatan yang perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya kecelakaan.Dari
seluruh aspek tersebut selalu melibatkan tiga komponen yang saling berkaitan yakni manusia,
prosedur/metode kerja, dan peralatan/ bahan.Faktor penyebab kecelakaan kerja berdasarkan data yang
dikumpulkan oleh sebuah perusahaan perminyakan di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 2.

14
Gambar 2. Faktor-faktor penyebab kecelakaan kerja]
Sikap dan tingkah laku pekerja sebagai faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja antara lain karena :
a. Keterbatasan pengetahuan/ keterampilan pekerja.
b. Lalai dan ceroboh dalam bekerja.
c. Tidak melaksanakan prosedur kerja sesuai dengan petunjuk yang diberikan.
d. Tidak disiplin dalam mentaati peraturan keselamatan kerja termasuk pemakaian alat
pelindung diri.
Mengingat faktor terbesar penyebab kecelakaan kerja adalah faktor manusia, maka usaha untuk
meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja perlu diarahkan pada peningkatan pembinaan rasa
tanggung jawab, sikap dalam bekerja dan peningkatan pengetahuan tentang pentingnya keselamatan dan
kesehatan kerja.
Banyak juga kecelakaan terjadi karena ketidak-tahuan terhadap kemungkinan adanya bahaya. Oleh
karena itu peningkatan pengetahuan juga memegang peranan penting dalam mencegah terjadinya
kecelakaan, baik dalam cara mengenali maupun menangani bahan-bahan kimia berbahaya dan beracun.
Dari hampir 100.000 bahan kimia yang digunakan dalam industri, hanya kira-kira 15 % bahan
kimia yang telah diketahui secara pasti bahayanya bagi manusia. Hal ini disebabkan karena keterbatasan
pengetahuan yang dimiliki, sehingga banyak bahan kimia yang telah lama digunakan tetapi baru
diketahui bahayanya dikemudian hari [3].

15
Bagi mereka yang bekerja dalam industri yang menggunakan atau menghasilkan bahan-bahan kimia,
mereka tidak lepas dari bahaya bahan-bahan kimia terhadap keselamatan dan kesehatan kerja. Segala
usaha harus dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan sama sekali bahaya tersebut terhadap
tenaga kerja, karena hanya pada kondisi ruang kerja yang sehat dan aman bebas dari bahaya kecelakaan
seseorang pekerja dapat bekerja dengan tenang, aman, efektif dan efisien.
Secara umum unsur pengelolaan/manajemen B3 sama dengan unsur manajemen seperti:
Perencanaan (Planing), Pengorganisasian (Organizing), Pelaksanaan (Actuating) dan Pengendalian
(Controlling).
Perencanaan dilakukan bertujuan untuk menghindari pengadaan bahan yang tidak sesuai
dengan kegiatan yang akan dikerjakan. Selain itu agar tidak terjadi penumpukan bahan kimia yang
berlebihan disatu sisi dan adanya kebutuhan yang tidak terpenuhi disisi lain yang dapat mengganggu
kegiatan yang akan dilaksanakan. Adanya penumpukan bahan khususnya B3 akan mengganggu dan
mambahayakan lingkungan, serta dapat menimbulkan kecelakaan khususnya bahan-bahan yang sudah
kadaluarsa/habis masa penggunaannya.
Pengorganisasian (Organizing) B3 meliputi pemberian wewenang dan tanggung jawab kepada
personel yang tepat baik sebagai pengelola, pemakai, maupun pengawas.
Pelaksanaan (actuating) B3 harus menggunakan prosedur dan instruksi yang telah
ditetapkan.Selain itu setiap kegiatan yang dilakukan harus ada rekaman yang mencatat kegiatan tersebut
untuk memantau status keberadaan B3, penggunaan, dan interaksinya. Selain itu fungsi prosedur dan
rekaman adalah untuk pengendalian kegiatan yang berkaitan dengan B3, sehingga jika terjadi sesuatu
yang tidak diinginkan akan dapat ditelusuri sebab-sebab dan maupun akibat dari suatu kecelakaan.
Pengendalian (controlling) B3 merupakan unsur manajemen yang harus diterapkan pada setiap unsur-
unsur yang lain yakni mulai dari perencanaan, pengorganisasian (organizing), dan pelaksanaan
(actuating).Controlling dapat dilakukan dengan cara inspeksi dan audit terhadap dokumen dan rekaman
yang ada.
Pada industri nuklir untuk bahan nuklir telah menerapkan fungsi-fungsi diatas karena bahan-
bahan nuklir dianggap memiliki potensi bahaya yang sangat besar yakni bahaya radiasi. Namun untuk
B3 seharusnya dikelola sesuai dengan manajemen yang sama karena penggunaan B3 dalam industri
nuklir memiliki potensi bahaya yang sama jika terjadi kecelakaan yakni akan terjadi radiasi dan
kontaminasi. Sebagai contoh kecelakaan kebakaran ataupun ledakan oleh bahan kimia yang digunakan
bersamaan dengan bahan nuklir akan mengakibatkan radiasi dan kontaminasi ke lingkungan.

3.1. SISTEM MANAJEMEN BAHAN KIMIA BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)


Perencanaan :
Perencanaan dilakukan untuk kurun waktu tertentu (1 tahun) mulai dari perencanaan pengadaan,
penyimpanan/penggudangan, dan penggunaannya.Dalam perencanaan ini meliputi identifikasi kebutuhan
bahan, klasifikasi bahan dan perencanaan penyimpanan.B3 dapat dikelompokkan dalam dua kelompok

16
yakni bahan berbahaya dan bahan beracun.
Bahan kimia berbahaya adalah bahan kimia yang memiliki sifat reaktif dan atau sensitif
terhadap perubahan/kondisi lingkungan yang dengan sifatnya tersebut dapat menimbulkan bahaya bagi
lingkungannya.
Bahan kimia beracun adalah bahan kimia yang dalam jumlah kecil menyebabkan bahaya
terhadap kesehatan manusia apabila terserap dalam tubuh melalui pernafasan, tertelan, atau kontak
melalui kulit.Bahan-bahan beracun dalam industri dapat digolongkan seperti dalam Tabel 1.

Tabel 1. Penggolongan Bahan beracun dalam industri


JENIS ZAT PENGARUH TERHADAP TUBUH
CONTOH
BERACUN MANUSIA
Logam - Timbal (Pb)  toksik thd syaraf, ginjal, dan darah
- Air raksa (Hg)  toksik thd darah, hati, dan ginjal
- Cadmium (Cd)  toksik thd darah, hati, dan ginjal
- Fosfor (P)  gangguan metabolisme karbohidrat,
- Arsen (As) protein, dan lemak.
 iritasi dan kangker pada hati dan paru-
paru
Bahan Pelarut - HC alifatik :BBM  pusing dan koma
- HC terhalogenasi :CCl4  toksik thd hati dan ginjal
- Alkohol : etanol, metanol  gangguan susunan saraf pusat dan
- Glikol saluran pencernakan
 gangguan ginjal, hati dan tumor
Gas beracun - Asfiksian sederhana:  Sesak nafas dan kekurangan Oksigen
N2,Argon, Helium  Pusing, sesak nafas, kejang, dan
- As. fiksian kimia: pingsan
As. sianida, As. sulfida  Sesak nafas, gangguan saraf otak,
- Monooksida : CO jantung, pingsan
- Nitrogen oksida : NOx  Sesak nafas, iritasi, dan kematian
Bahan - Benzena  leukimia
Karsinogenik - Asbes  kanker paru-paru
- Benzidin  kanker kandung kencing
- Krom (Cr)  kanker paru-paru
- Nafti lamin  kanker hati, darah, dan paru-paru
- Vinil klorida  kanker hati, darah, dan paru-paru
Pestisida - Organoklorin  Keduanya menyebabkan pusing,
- Organofosfat kejang, hilang kesadaran & kematian

17
Kekuatan racun (toksisitas) dari suatu bahan kimia dapat diketahui berdasarkan angka LD50
(Lethal Dose 50) yaitu dosis (banyaknya zat racun yang diberikan kepada sekelompok binatang
percobaan sehingga menimbulkan kematian pada 50% dari binatang tersebut.LD50 biasanya dinyatakan
dalam satuan bobot racun persatuan bobot binatang percobaan, yaitu mg/Kg berat badan.Makin kecil
angka LD50 makin toksik zat tersebut.Klasifikasi toksisitas zat kimia berdasarkan LD50 dan contoh-
contohnya ditunjukkan dalam Tabel 2.
Tabel 2.
KEKUATAN RACUN LD50 (mg/Kg.bb) CONTOH
Racun super <5 Nikotin
Amat sangat beracun 5 - 50 Pb arsenat
Amat beracun 50 - 500 hidrokinon
Beracun sedang 500 - 5000 isopropanol
Sedikit beracun 5000 - 15000 Asam sorbat
Tidak beracun >15000 glikol
Secara umum bahan tersebut dapat digolongkan menjadi 5 (lima) yaitu :
1. Bahan mudah terbakar (Flammable Substance): yaitu bahan yang mudah bereaksi dengan oksigen dan
menimbulkan kebakaran. Kebakaran dapat terjadi bila ada 3 unsur bertemu yaitu bahan, oksigen, dan
panas.
2. Bahan mudah meledak (Explosives): yaitu bahan kimia padat, cair atau campuran keduanya yang
karena suatu reaksi kimia dapat menghasilkan gas dalam jumlah dan tekanan yang besar disertai suhu
tinggi sehingga dapat menimbulkan ledakan. Selain itu juga termasuk bahan yang karena struktur
kimianya tidak stabil dan reaktif sehingga mudah meledak.
3. Bahan reaktif terhadap air/ asam: yaitu bahan kimia yang amat mudah bereaksi dengan air disertai
pengeluaran panas dan gas yang mudah terbakar, dan disertai ledakan. Bahan yang reaktif terhadap
air juga reaktif terhadap asam, dimana reaksi yang terjadi adalah eksothermis dan menghasilkan gas
yang mudah terbakar, sehingga dapat menimbulkan ledakan.
4. Bahan beracun: yaitu bahan kimia yang dalam konsentrasi tertentu akan dapat menimbulkan
gangguan kesehatan terhadap manusia.
5. Gas bertekanan: yaitu gas yang disimpan dalam tekanan tinggi baik gas yang ditekan gas cair, atau
gas yang dilarutkan dalam pelarut dibawah tekanan.
Penggolongan bahan berbahaya, jenis dan contohnya dapat dilihat seperti Tabel 3 .

18
Tabel 3.Penggolongan jenis Bahaya bahan kimia.
JENIS/ BAHAYANYA CONTOH

Bahan mudah  Padat  Belerang, fosfor, hidrida logam, kapas,


kertas, rayon, dll
terbakar  Cair
 Sebagai pelarut : eter, alkohol, aseton
 Gas benzena, dll
 Gas alam, hidrogen, asetilen, etilen
oksida, dll
Bahan peledak  Bahan peledak  TNT (Tri Nitro Toluena), Nitro
 Bahan dengan struktur kimia Gliserin, dan Amonium Nitrat
tidak stabil  Asetilen, C-C; diazo, C-N2; nitrozo, C-
NO; peroksida, O-O; Ozon O3; azida,
 Campuran zat kimia eksplosive:
N3; perkloril, C-Cl-O3; dll.
Oksidatior +  Oksidator : KClO3, NaNO3, As. nitrat,
Reduktor K-permanganat, Krom trioksida
 Pelarut organik pembentuk  Reduktor : Karbon, Belerang, Etanol,
peroksida organik Gliserol, Hidrazin.
Eter, keton, ester, senyawa tak jenuh, dll
Bahan reaktif  Logam halida anhidrat  Natrium, Kalium
terhadap air/ asam  Logam oksida anhidrat  Aluminium brimida (AlBr3)
 Oksida non logam halida  Calsium oksida (CaO)
 Sulforil klorida
 Reaktif thd asam
 Kalium klorat/perklorat, kalium
permanganate
Bahan Beracun  Cair  Pestisida, Amoniak
 Gas  Berilium dll
Gas bertekanan  Untuk gas bakar  Asetilen
 Untuk bhn baku (beracun)  Amoniak
 Untuk sterilisasi  Etilen oksida
 Hidrogen
 Untuk hidrogenasi
 Nitrogen
 Untuk pencucian/ bbs O2  Klor
 Untuk klorinasi  Vinil klorida
 Utk bhn baku plastik

Pengorganisasian (organizing)
Pengorganisasian untuk mengelola B3 meliputi penetapan tugas dan wewenang personil
pengelola, pemakai, dan pengawas. Dalam pengorganisasian perlu adanya
koordinasi antar berbagai pihak yang berkepentingan dengan B3 tersebut. Selain itu juga dilakukan
penetapan persyaratan penyimpanan B3 dimana setiap jenis bahan memiliki syarat penyimpanan
tertentu.Persyaratan tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.

19
Tabel 4.Syarat penyimpanan jenis bahan tertentu.
Jenis/sifat Syarat Penyimpanan
Bahan beracun Ruangan dingin dan berventilasi
Jauh dari sumber panas
Terpisah dari bahan kimia lain yang reaktif
Tersedia alat pelindung diri seperti masker, pakaian
pelindung, sarung tangan dan lain-lain.
Bahan korosif  Ruang dingin dan berventilasi
 Wadah tertutup dan berlabel
 Terpisah dari zat beracun
 Tersedia alat pelindung diri seperti sarung tangan,
masker, kaca mata dan lain-lain.
Bahan mudah terbakar  Ruang dingin dan berventilasi
 Jauh dari sumber panas/api
 Tersedia alat pemadam kebakaran
Bahan mudah meledak  Ruang dingin dan berventilasi
 Jauh dari sumber panas/ api
Bahan oksidator  Ruang dingin dan berventilasi
 Jauh dari sumber api/ panas dan dilarang merokok
 Jauh dari bahan reduktor dan mudah terbakar
Bahan reaktif thd air Suhu ruangan dingin, kering dan berventilasi
 Bangunan kedap air
 Pemadam kebakaran yang tersedia tdk
menggunakan air seperti CO2, Halon, Dry
Powder
Bahan reaktif terhadap asam  Ruang dingin dan berventilasi
 Jauh dari sumber api dan panas
 Ruang penyimpanan perlu dirancang agar tidak
memungkinkan terbentuknya kantong-kantong
hidrogen, karena reaksi dengan asam akan
terbentuk gas hidrogen yang mudah terbakar.
Gas bertekanan  Disimpan dalam keadaan tegak/ berdiri dan
terikat
 Ruang dingin dan tidak terkena langsung sinar
matahari
 Jauh dari api dan panas
 Jauh dari bahan korosif yang dapat merusak
kran dan katup.

Dalam penyimpanan B3 harus diketahui sifat-sifat berbagai jenis bahan kimia berbahaya, dan
juga perlu memahami reaksi kimia akibat interaksi dari bahan-bahan yang disimpan. Interaksi dapat
berupa tiga hal yaitu :
1. Interaksi antara bahan dan lingkungannya.
Contoh: panas/percikan api yang dapat menimbulkan kebakaran dan ledakan terutama untuk zat
yang mudah terbakar dan mudah meledak seperti pelarut organik dan peroksida.

20
2. Interaksi antara bahan dan wadah.
Contoh: Beberapa bahan kimia yang amat korosif, seperti asam sulfat, asam khlorida, natrium
hidroksida, dapat merusak wadahnya. Kerusakan ini menyebabkan interaksi antar bahan
sehingga menimbulkan reaksi-reaksi berbahaya seperti kebakaran, ledakan atau
menimbulkan racun.
3. Interaksi antar bahan.
Contoh: Interaksi antara zat oksidator dan reduktor dapat menimbulkan ledakan dan kebakaran,
sedangkan interaksi antara asam dan garam dapat menimbulkan gas beracun. Oleh karena
itu beberapa bahan yang mungkin bereaksi harus dipisahkan dalam penyimpanannya.

Pelaksanaan (Actuating)
Pelaksanaan setiap kegiatan mulai dari pengelolaan (penyimpanan), pemakaian dan
pengawasan harus sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.Prosedur harus digunakan untuk setiap
kegiatan yang berkaitan dengan penggunaan B3 oleh semua personil, baik sebagai pengelola, pemakai
maupun pengawas.Prosedur yang telah ditetapkan harus telah teruji dan mengacu pada informasi yang
telah ada pada setiap bahan kimia. Informasi ini biasanya tercantum pada label yang menjelaskan 4 hal
terpenting, yaitu :
a. Nama bahan dan formula
b. Bentuk fisik yakni gas, cair, atau padat
c. Sifat fisik, yakni titik didih, titik lebur, berat jenis, tekanan uap, dan lain-lain
d. Sifat kimia dan bahaya yakni korosif, mudah terbakar, beracun dan lain-lain.

Untuk tujuan praktis, maka bahan bahan kimia berbahaya dibagi dalam tiga kelompok besar yaitu :
a. Bahan beracun dan korosif
b. Bahan mudah terbakar
c. Bahan kimia reaktif

Penanganan B3 ini berdasarkan jenis bahan dapat dilihat seperti dalam Tabel 5.
Tabel 5. Penanganan B3
JENIS BAHAN PENANGANAN
Bahan Beracun & Korosif  Pencampuran, pengadukan, pemanasan dan pemindahan
dilakukan dalam ruang khusus atau almari asam
 Menggunakan alat pelindung seperti masker, sarung
tangan & respirator yang sesuai dengan bahan yang
ditangani, pelindung badan/ jas lab dll. Alat ini harus
terbuat dari bahan yang tahan terhadap korosif dan

21
mempunyai daya lindung terhadap bahan yang
ditangani.
 Tidak diperkenankan merokok, minum dan makan
didalam ruang kerja.
 Ruang kerja mempunyai sirkulasi dan ventilasi udara
yang baik.
Bahan Mudah Terbakar  Menjauhkan sumber panas yaitu api terbuka/bara,
loncatan api listrik, logam panas, dan tidak
diperkenankan merokok,
 Ruang kerja mempunyai sirkulasi dan ventilasi udara
yang baik serta tersedia alat pemadam kebakaran.
Bahan reaktif  Hindarkan dari sumber panas dan matahari
 Hindarkan pengadukan yang menimbulkan panas
 Hindarkan dari benturan dan gesekan yang kuat
 Untuk zat reaktif thd air harus disimpan ditempat yang
kering, hindarkan dari uap air dan air. Jika terjadi
kebakaran gunakan alat pemadam, bukan air.

Selain itu dalam melakukan kegiatan penanganan B3 harus tercatat dalam suatu rekaman
sehingga mudah untuk mengetahui status dan keberadaannya serta mudah untuk dilakukan penelusuran.

Pengendalian (Controlling)
Pengendalian dalam manajemen B3 dapat dilakukan dengan inspeksi, audit maupun pengujian
mulai dari perencanaan, hingga pelaksanaan.Pengawasan ini dapat dilakukan oleh manajemen yang
memiliki tugas pengawasan terhadap seluruh kegiatan organisasi maupun oleh manajemen yang lebih
tinggi terhadap manajemen di bawahnya sebagai pengawasan melekat, sehingga segala sesuatu kegiatan
yang berkaitan dengan B3 berjalan sesuai dengan kebijakan dan peraturan/prosedur yang telah
ditetapkan.
Pemakaian dan penggunaan B3 dalam industri merupakaan aspek keselamatan yang penting
khususnya dalam industri nuklir karena dapat menimbulkan dampak yang cukup besar bila terjadi
kecelakaan kerja yakni kontaminasi dan paparan radiasi. Hal ini dimungkinkan karena dalam industri
nuklir banyak digunakan B3 sebagai pelarut, aditif maupun bahan penunjang dalam analisis kendali
kualitas.Bila terjadi kecelakaan seperti ledakan/ kebakaran yang ditimbulkan oleh B3, maka tidak
tertutup kemungkinan terjadi paparan/kontaminasi radiasi sebagai akibat penyebaran zat radio aktif ke
lingkungan.

22
Faktor manusia merupakan faktor terbesar penyebab terjadinya kecelakaan.Pembinaan rasa tanggung
jawab, sikap disiplin dalam bekerja serta peningkatan pengetahuan memegang peranan penting dalam
mencegah kecelakaan khususnya yang berkaitan dengan B3.
Secara Umum B3 terdiri dari bahan beracun, korosif, mudah terbakar, mudah meledak, reaktif
terhadap air/asam, dan gas bertekanan.Bahan ini dapat berpengaruh dan berdampak pada
manusia/pekerja maupun lingkungan seperti keracunan, ledakan, kebakaran, dan iritasi.
Prinsip utama dalam sistem manajemen B3 meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan pengendalian yang berupa pengawasan.
Pengadaan B3 perlu perencanaan yang baik dan benar untuk menghindari penumpukan dan
penggunaan yang tidak benar yang berpotensi untuk terjadinya kecelakaan. Pengadaan B3 harus
disesuaikan dengan kebutuhan terhadap kegiatan yang akan dilaksanakan, selain itu harus
memperhatikan stok yang masih ada. Untuk itu perlu adanya pembuatan kartu stok sebagai kontrol
dalam menyusun rencana kebutuhan bahan kimia dan identifikasi status bahan yang masih ada. Selain itu
juga dilakukan klasifikasi terhadap bahan yang akan diadakan sehingga dalam pengelolaan maupun
penyimpanan dilakukan sesuai persyaratan yang telah ditentukan.
Pengelola harus terkualifikasi dan ditetapkan sesuai dengan tugas dan wewenangnya dalam
pengorganisasian B3. Hal ini sangat perlu karena dengan adanya wewenang dan tanggung jawab akan
memudahkan penelusuran jika terjadi sesuatu yang tidak dinginkan, yakni siapa pelaku dan siapa yang
harus bertanggung jawab. Penetapan kualifikasi personel sangat dibutuhkan karena untuk dapat
menangani bahan berbahaya dan beracun dengan baik maka dibutuhkan pengetahuan dasar yang
memadahi mengenai B3 yakni sifat fisik, kimia, dan bahayanya dari bahan-bahan tersebut.
Dalam pelaksanaannya, prosedur pengelolaaan B3 harus ditetapkan dan
penempatan/penggudangan yang baik harus memenuhi persyaratan.Hal ini sangat penting karena
penggudangan yang tidak memenuhi persyaratan dan kegiatan pemakaian/ penggunaan tanpa adanya
prosedur sering menimbulkan kecelakaan kerja.Selain itu dalam penanganan B3 perlu adanya instruksi
kerja dan rekaman serta mendapatkan pengawasan melalui inspeksi, audit dan pengujian oleh organisasi
yang berwewenang ataupun oleh manajemen yang lebih tinggi agar bila terjadi sesuatu dapat
tertlusur.Salah satu sumber kecelakaan dalam menangani bahan kimia berbahaya adalah faktor
penyimpanan.Banyak sekali kebakaran dan ledakan berasal dari tempat penyimpanan. Untuk dapat
memahami cara penyimpanan yang aman, maka selain harus mengetahui sifat-sifat berbagai jenis bahan
kimia berbahaya, juga perlu memahami reaksi kimia akibat interaksi dari bahan-bahan yang disimpan.
Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah batas waktu penyimpanan. Untuk zat tertentu seperti Eter,
parafin cair, dan olefin membentuk peroksida jika berkontak dengan udara dan cahaya.Semakin lama
disimpan semakin besar jumlah peroksida yang terbentuk.Zat sejenis eter tak boleh disimpan melebihi
satu tahun, kecuali ditambah inhibitor.Eter yang telah dibuka harus dihabiskan selama 6 bulan.
Secara umum penyimpanan B3 harus memenuhi persyaratan diantaranya: ruangan dingin dan
berventilasi, jauh dari sumber panas/api, tersedia alat pelindung seperi sarung tangan, masker, pelindung

23
badan/jas lab dll. Untuk bahan yang reaktif harus disimpan dalam keadaan tertutup rapat dan terpisah
dengan bahan yang lain untuk mencegah agar tidak terjadi kontak dengan udara maupun bahan lain
disamping persyaratan diatas. Hal ini dilakukan karena bahan reaktif bersifat bahaya (dapat bereaksi
spontan) akibat ketidakstabilan atau kemudahan terurai, bereaksi dengan zat lain atau terpolimerisasi
yang bersifat eksotermik sehingga eksplosif. Beberapa bahan reaktivitasnya terhadap gas lain
menghasilkan gas beracun. Beberapa bahan kimia bereaksi hebat dengan bahan kimia lain dan bahan-
bahan yang berhubungan tersebut disebut inkompatibel. Contoh: Asetilene yang akan bereaksi hebat
dengan Klorin; Asam Nitrat akan bereaksi dengan cairan yang mudah terbakar seperti etanol/alkohol.
Prinsip utama dalam menangani bahan-bahan berbahaya tersebut adalah mendapat informasi
sebanyak mungkin lebih dahulu sebelum menanganinya. Tidaklah mungkin dapat mengenal cara
penanganan dari semua jenis bahan kimia, bukan saja tidak praktis tetapi masing-masing memiliki sifat
yang berbeda. Cara penanganan yang tepat untuk setiap bahan kimia, hanya dapat diperoleh dari pabrik
atau pemasok yang memang telah berpengalaman dengan bahan tersebut.Informasi spesifikasi bahan
juga dapat dilihat melalui Material Safety Data Shet (MSDS) Dalam MSDS terdapat keterangan
mengenai suatu bahan yaitu identitas, sifat, penanganan dan lain-lain yang berkaitan dengan
keselamatan.Untuk itu sebelum bahan kimia tersebut diterima, disimpan dan digunakan, maka
keterangaan yang ada dalam MSDS tersebut harus dipahami.Menangani bahan berbahaya tanpa
mengetahui informasi tersebut di atas dapat mengakibatkan kecelakaan kerja dan sakit akibat kerja.
Dapat disimpulkan bahwa manajemen B3 memerlukan perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengendalian. Dengan menerapkan sistem manajemen B3 maka pemakaian,
penanganan, maupun penyimpanan B3 diharapkan akan lebih terkontrol/terkendali dan tertelusur,
sehingga keselamatan dan kesehatan kerja serta perlindungan lingkungan akan terjaga. Dalam
pelaksanaan penanganan B3 sangat tergantung dari jenis, sifat dan bahaya dari bahan tersebut. Karena
masing-masing B3 memiliki sifat yang berbeda, maka cara penanganan yang paling tepat hanya dapat
diperoleh dari pabrik atau pemasok bahan tersebut.

24
BAB IV
PENYIMPANAN BAHAN KIMIA

4.1. Langkah – langkah Dalam Mengamankan Bahan Kimia Yang Perlu diperhatikan (COC)
Semua upaya keamanan laboratorium harus sesuai dengan potensi risiko, tidak menghambat
penelitian, dan memanfaatkan sumber daya setempat.
Perencanaan keamanan laboratorium mencakup berikut ini:
1. Menentukan kebutuhan keamanan fisik: penjaga keamanan, kunci pintu (elektronik atau kunci), lemari
terkunci, sistem alarm, dan lainnya.
2. Menetapkan izin akses: siapa yang boleh menggunakan bahan.
3. Memantau masalah akses: distribusi dan pengumpulan kunci, dan lainnya.
4. Mempertanyakan kehadiran orang tak dikenal di laboratorium.
5. Melaporkan semua kegiatan mencurigakan.
6. Mengunci pintu laboratorium jika tidak digunakan.
7. Mematuhi prosedur keamanan, termasuk mengganti bahan dan mengamankannya jika tidak
digunakan.
8. Melarang penggunaan bahan dan fasilitas laboratorium tanpa izin.
9. Melatih pegawai laboratorium tentang masalah dan harapan keamanan.
10. Memasukkan masalah keamanan dalam inspeksi laboratorium reguler.
11.Membangun protokol pelaporan masalah keamanan.
COC (Chemicals of Concerns) adalah bahan kimia yang sangat berbahaya atau bahan kimia
yang berpotensi menjadi prekursor bahan yang sangat berbahaya. Biasanya, daftar ini mencakup bahan
kimia yang didaftar oleh Konvensi Senjata Kimia, bahan kimia yang berpotensi digunakan untuk
penghancuran massal, bahan peledak dan prekursor perangkat ledak pengganti, dan bahan kimia dengan
toksisitas akut tinggi (diberi peringkat Kategori 1 dalam Sistem Harmonisasi Global tentang Klasifikasi
dan Pelabelan Bahan Kimia).
Cara pengaturan dan penyimpanan bahan kimia didasrkan atas sifat fisik dan sifat kimia bahan.
Pengaturan tersebut harus memperhatikan kondisi operasional bahan kimia seperti : Control temperatur,
Perbandingan dan konsentrasi reaktan, Kemurnian bahan, Kecepatan dan penambahan
bahan, Pengadukan, Teknik reaksi atau distilasi, Bahaya radiasi, Bahaya padatan yang reaktif.
Pengaturan penyimpanan bahan kimia adalah suatu hal yang tidak bisa kita abaikan setiap bahan
kimia mempuyai sifat fisika dan kimia yang berbeda seperti misalnya :
1.Bahan berbahaya dan beracun (B3).
2.Reaksi dekomposisi.
3.Komposisi, struktur & reaktivitas kimia.
4.Bahan – bahan kimia tidak kompatibel.
Bahaya berbahaya dan Beracun (B3)

25
Secara rinci, klasifikasi bahan berbahaya dan beracun (B3) diatur dalam PP No.74 Th 2001
tentang pengelolaan B3, klasifikasi tersebut sebagai berikut :
1. Mudah meledak (explosive)
2. Pengoksida (oxiding)
3. Berbahaya (harmful)
4. Korosif (corrosive)
5. Bersifat iritasi (irritant)
6. Beracun (toxic)
7. Karsinogenik
8. Teratogenik
9. Berbahaya bagi lingkungan

Reaksi dekomposisi :
Hasil reaksi dekomposisi suatu senyawa bisa menjadi dua atau lebih dan bisa jadi
dekomposisi/pemisahan ini terurai menjadi senyawa yang berbeda dengan senyawa sebelumnya. Jenis
reaksi ini berjalan lambat dan bisa pula berjalan cepat.

Komposisi, struktur & reaktivitas kimia :


Ketidakstabilan atau reaktivitas kimia dihubungkan dengan strukturnya.
Contoh : - CN2 (senyawa diazo)
- C-NO (senyawa nitroso)
- C- CN2 (senyawa nitro)
Reaktivitas senyawa tersebut sangat tergantung dari beberapa factor sehingga yang harus
diperhatikan adalah kondisi operasionalnya seperti :
1. Control temperatur.
2.Perbandingan dan konsentrasi reaktan.
3.Kemurnian bahan.
4. Kecepatan dan penambahan bahan.
5. Pengadukan.
6. Teknik reaksi atau distilasi.
7. Bahaya radiasi.
8. Bahaya padatan yang reaktif.

Bahan – bahan kimia tidak kompatibel (chemical incompatibility matrix) :

26
 Identifikasi bahan di masing-masing lab.
 Perhatikan MSDS.
 Pahami prosedur penanganan.
Pengaturan dan penempatan bahan kimia sebaikanya dipisahkan berdasrkan perbedaan klas
bahaya. Sebagai contoh perlakuan masing-masing klas bahaya adalah sebagai berikut :

Jenis asam
 Pisahkan dari logam reaktid : sodium, potassium dan magnesium.
 Pisahkan asam pengoksidasi dengan asam organic dan bahan yang flammable dan combustible.
 Asam asetat adalah cairan flammable.
 Asam nitrat dan HCl bisa ditaruh dalam tempat yang sama tetapi pada rak yang berbeda. Dapat
membentuk gas Cl2 dasn gas nitrosyl chloride yang toksik.
 Pisahkan asam dengan bahan yang bisa menghasilkan toksik atau gas mudah terbakar apabila
terjadi kontak dengan asam seperti : sodium sianida, besi sulfide dan kalsium karbida.

Jenis basa (bases)


 Pisahkan dari asam, logam, bahan mudah meledak, peroksida organik.
 Jangan menyimpan larutan NaOH dan KOH dalam rak aluminium.

Pelarut (flammable dan combustible)


 Simpan dalam kaleng dalam lemari solvent.
 Pisahkan dari asam peroksida dan oksidator lain.
 Jauhkan dari sumber pembakar : panas, api dll.

Pengoksidasi
 Jauhkan dari materi yang combustible dan flammable.
 Jauhkan dari bahan pereduksi seperti seng, logam alkali, dan asam format.

Sianida
 Pisahkan dari larutan berair, asam dan pengoksidasi.

Bahan reaktif terhadap air.


 Simpan di tempat dingin, kering yang jauh dari sumber air.
 Siapkan racun api kelas di dekatnya.

Bahan piroforik

27
 Dalam kemasan asli asli, simpan di tempat yang dingin.
 Berikan tambahan sel yang kedap udara.

Ligh – sensitive chemicals


 Simpan di botol gelap / berwarna dalam tempat dingin kering dan gelap.

Bahan pembentuk peroksida


 Simpan di tempat kedap udara atau tempat penyimpanan bahan flammable.
 Pisahkan dari pengoksidasi dan asam.

Bahan beracun
 Simpan sesuai sifat bahan kimia penyusunannya.
 Pergunakan system keamanan yang memadai.

Tempat cairan :
 Semua cairan kimia berbahaya harus disimpan dalam tray (nampan) untuk meminimalkan
efek karena tumpahan atau bocoran. Kapasitas tray 110 % volume botol terbesar atau 10%
dari seluruh volume.
 Rak penampung disesuaikan dengan sifat bahan (cairan) yang disimpan dalam botol.
 Jangan menggunakan bahan aluminium.

Chemical storage cabinets


 Approved corrosive cabinets berfungsi untuk penyimpanan asam dan basa.
 Flammable storage cabinets berfungsi untuk menyimpan cairan flammable liquids.

Menetapkan Keamanan Informasi


Keamanan informasi sangat penting untuk keamanan peralatan dan bahan. Masalah penggunaan-
ganda berlaku untuk data dan bahan laboratorium. Pelanggaran keamanan siber mungkin menyebabkan
informasi sensitif jatuh ke tangan teroris, kelompok musuh, atau pelaku kejahatan. Kembangkan
kebijakan dan prosedur keamanan informasi, seperti yang diperinci pada bagian berikutnya :

1. Membuat Cadangan Data

28
Kembangkan rencana untuk membuat cadangan data secara reguler. Pertimbangkan manfaat
menyimpan cadangan data di luar, baik di tempat penyimpanan tahan api atau di fasilitas pusat (msl.,
fasilitas teknologi informasi lembaga).

2. Melindungi Informasi Rahasia atau Sensitif


Nilailah jenis data yang dihasilkan oleh laboratorium. Data mungkin sesuai dengan kategori berikut:
 Publik, dapat diberitahukan bebas kepada siapa saja;
 Internal, dapat diberitahukan bebas kepada pihak lain dalam lembaga;
 Departemental, hanya dapat diberitahukan ke pihak lain dalam departemen;
 Laboratorium, hanya dapat diberitahukan ke pihak lain di laboratorium; atau,
 Rahasia, dapat diberitahukan hanya kepada mereka yang terlibat langsung dengan data
atau berdasarkan keperluan tertentu yang sah.
Jika laboratorium menghasilkan data yang pribadi, sensitif, atau data hak milik, ambil langkah
berikut dengan panduan dari kelompok teknologi informasi lembaga atau konsultan luar :
1. Berikan pelatihan kepada mereka yang mempunyai akses terhadap informasi ini, dengan menekankan
pada pentingnya kerahasiaan. Kaji segala prosedur publikasi informasi tersebut ke luar laboratorium.
2. Buat perjanjian kerahasiaan tertulis dan ditandatangani oleh mereka yang mempunyai akses terhadap
informasi tersebut.
3. Ganti sandi secara rutin. Jangan menyimpan atau menulis sandi di tempat mudah ditemukan. Jaga
kerahasiaan sandi.
4. Kunci keamanan, kartu akses, atau alat keamanan fi sik lainnya.
5. Sebelum membuang bahan yang berisi informasi sensitif, buat bahan tersebut menjadi tidak dapat
digunakan lagi dengan menghancurkannya atau menghapus pita perekam.
6. Laporkan segera segala pelanggaran keamanan yang diketahui atau dicurigai ke kantor keamanan
lembaga dan petugas keselamatan dan keamanan kimia.

4.2. Menentukan Prosedur untuk Penanganan dan Manajemen Bahan Kimia


Manajemen bahan kimia adalah komponen penting dari program laboratorium. Keselamatan dan
keamanan harus menjadi bagian dari seluruh siklus hidup bahan kimia, termasuk pembelian,
penyimpanan, inventaris, penanganan, pengiriman, dan pembuangan

4.3. Inventaris dan Pelacakan Bahan Kimia


Semua laboratorium harus mencatat semua inventaris bahan kimia yang dimilikinya secara
akurat. Inventaris adalah catatan, biasanya dalam bentuk basis-data, bahan kimia dalam laboratorium dan
informasi penting tentang pengelolaannya yang tepat. Inventaris yang dikelola dengan baik meliputi
bahan kimia yang didapat dari sumber komersial dan yang dibuat di laboratorium, juga lokasi

29
penyimpanan untuk setiap wadah masing-masing bahan kimia. Inventaris membantu dalam pemesanan,
penyimpanan, penanganan, dan pembuangan bahan kimia, juga perencanaan darurat.

4.4. Penyimpanan Bahan Kimia


Ikuti panduan umum ini saat menyimpan bahan kimia dan peralatan bahan kimia:
1. Sediakan tempat penyimpanan khusus untuk masing-masing bahan kimia dan kembalikan bahan
kimia ke tempat itu setelah digunakan.
2. Simpan bahan dan peralatan di lemari dan rak khusus penyimpanan.
3. Amankan rak dan unit penyimpanan lainnya. Pastikan rak memiliki bibir pembatas di bagian depan
agar wadah tidak jatuh. Idealnya, tempatkan wadah cairan pada baki logam atau plastik yang bisa
menampung cairan jika wadah rusak. Tindakan pencegahan ini utamanya penting di kawasan yang
rawan gempa bumi atau kondisi cuaca ekstrem lainnya.
4. Hindari menyimpan bahan kimia di atas bangku, kecuali bahan kimia yang sedang digunakan.
Hindari juga menyimpan bahan dan peralatan di atas lemari. Jika terdapat sprinkler, jaga jarak bebas
minimal 18 inci dari kepala sprinkler.
5. Jangan menyimpan bahan pada rak yang tingginya lebih dari 5 kaki (~1,5 m).
6. Hindari menyimpan bahan berat di bagian atas.
7.Jaga agar pintu keluar, koridor, area di bawah meja atau bangku, serta area peralatan keadaan darurat
tidak dijadikan tempat penyimpanan peralatan dan bahan.
8. Labeli semua wadah bahan kimia dengan tepat. Letakkan nama pengguna dan tanggal penerimaan
pada semua bahan yang dibeli untuk membantu kontrol inventaris.
9. Hindari menyimpan bahan kimia pada tudung asap kimia, kecuali bahan kimia yang sedang
digunakan.
10. Simpan racun asiri (mudah menguap) atau bahan kimia pewangi pada lemari berventilasi. Jika bahan
kimia tidak memerlukan lemari berventilasi, simpan di dalam lemari yang bisa ditutup atau rak yang
memiliki bibir pembatas di bagian depan.
11. Simpan cairan yang mudah terbakar di lemari penyimpanan cairan yang mudah terbakar yang
disetujui.
12. Jangan memaparkan bahan kimia yang disimpan ke panas atau sinar matahari langsung.
13. Simpan bahan kimia dalam kelompok-kelompok bahan yang sesuai secara terpisah yang disortir
berdasarkan abjad. Untuk mendapatkan gambaran metode pengodean warna untuk penyusunan
bahan kimia.
14. Ikuti semua tindakan pencegahan terkait penyimpanan bahan kimia yang tidak sesuai.
15. Berikan tanggung jawab untuk fasilitas penyimpanan dan tanggung jawab lainnya di atas kepada
satu penanggung jawab utama dan satu orang cadangan. Kaji tanggung jawab ini minimal setiap
tahun.

30
4.5. Wadah dan Peralatan
Ikuti panduan khusus di bawah ini tentang wadah dan peralatan yang digunakan untuk
menyimpan bahan kimia :
1. Gunakan perangkat pengaman sekunder, seperti wadah pengaman (overpack), untuk menampung
bahan jika wadah utama pecah atau bocor.
2. Gunakan baki penyimpanan yang tahan korosi sebagai perangkat pengaman sekunder untuk
tumpahan, kebocoran, tetesan, atau cucuran. Wadah polipropilena sesuai untuk sebagian besar tujuan
penyimpanan.
3. Sediakan lemari berventilasi di bawah tudung asap kimia untuk menyimpan bahan berbahaya.
4. Segel wadah untuk meminimalkan terlepasnya uap yang korosif, mudah terbakar, atau beracun.

4.6. Penyimpanan Dingin


Penyimpanan bahan kimia, biologis dan radioaktif yang aman di dalam lemari es, ruangan yang
dingin, atau freezer memerlukan pelabelan dan penataan yang baik. Manajer laboratorium menugaskan
tanggung jawab untuk menjaga unit-unit ini agar aman, bersih, dan tertata, serta mengawasi
pengoperasiannya yang benar. Ikuti panduan penyimpanan dingin ini:
1.Gunakan lemari penyimpanan bahan kimia hanya untuk menyimpan bahan kimia. Gunakan pita dan
penanda tahan air untuk memberi label lemari es dan freezer laboratorium.
2. Jangan menyimpan bahan kimia yang mudah terbakar dalam lemari es, kecuali penyimpanan bahan
tersebut disetujui. Jika penyimpanan dalam lemari es diperlukan di dalam ruang penyimpanan bahan
yang mudah terbakar, pilih lemari es tahan-ledakan. Jangan menyimpan oksidator atau bahan yang
sangat reaktif dalam unit yang sama dengan bahan yang mudah terbakar.
3. Semua wadah harus tertutup dan stabil. Perangkat pengaman sekunder, seperti baki plastik, penting
untuk labu laboratorium kimia dan disarankan untuk semua wadah.
4. Labeli semua bahan dalam lemari es dengan isi, pemilik, tanggal perolehan atau penyiapan, dan sifat
potensi bahayanya.
5. Tata isi berdasarkan pemilik, namun pisahkan bahan yang tidak sesuai. Tata isi dengan memberi label
pada rak dan tempelkan skema penataan di luar unit.
6. Setiap tahun, kaji semua isi dari masing-masing unit penyimpanan dingin. Buang semua bahan tidak
berlabel, tidak diketahui, atau tidak diinginkan, termasuk bahan yang dimiliki oleh pegawai yang
telah meninggalkan laboratorium.

4.7. Penyimpanan Cairan yang Mudah Terbakar dan Gampang Menyala

31
Cairan yang mudah terbakar dan gampang menyala di laboratorium hanya boleh tersedia dalam
jumlah terbatas. Jumlah yang diperbolehkan tergantung pada sejumlah faktor, termasuk:
 Konstruksi laboratorium;
 Jumlah zona api dalam gedung;
 Tingkat lantai tempat laboratorium berlokasi;
 Sistem pelindungan api yang dibangun dalam laboratorium;
 Adanya lemari penyimpanan cairan yang mudah terbakar atau kaleng keselamatan; dan
 Jenis laboratorium (yaitu, pendidikan atau penelitian dan pengembangan).
Ikuti panduan ini untuk menyimpan cairan yang mudah terbakar dan gampang menyala:
1. Jika tempatnya memungkinkan, simpan cairan yang gampang menyala dalam lemari penyimpanan
bahan yang mudah terbakar.
2. Simpan cairan gampang menyala di dalam wadah aslinya (atau wadah lain yang disetujui) atau dalam
kaleng keselamatan. Jika memungkinkan, simpan cairan yang mudah terbakar yang berjumlah lebih
dari 1 L dalam kaleng keselamatan.
3. Simpan 55 galon (~208-L) drum cairan yang mudah terbakar dan gampang menyala dalam ruang
penyimpanan khusus untuk cairan yang mudah terbakar.
4. Jauhkan cairan yang mudah terbakar dan gampang menyala dari bahan oksidasi kuat seperti asam
nitrat atau kromat, permanganat, klorat, perklorat, dan peroksida.
5. Jauhkan cairan yang mudah terbakar dan gampang menyala dari sumber penyulutan. Ingat bahwa
banyak uap yang mudah terbakar lebih berat dibandingkan udara dan dapat menuju ke sumber
penyulutan.

4.8. Penyimpanan Silinder Gas


Periksa undang-undang gedung dan kebakaran internasional, regional, dan lokal untuk
menentukan jumlah gas maksimal yang dapat disimpan di dalam laboratorium. Dengan gas beracun dan
reaktif, atau gas penyebab mati lemas dalam jumlah besar, lemari gas khusus mungkin diperlukan.
Lemari gas dirancang untuk pendeteksian kebocoran, penggantian yang aman, ventilasi, dan jalan keluar
darurat.
Untuk gas laboratorium yang biasanya digunakan, pertimbangkan pemasangan sistem gas
internal. Sistem tersebut menghapuskan perlunya pengiriman dan penanganan silinder gas mampat
dalam laboratorium.

4.9. Penyimpanan Zat yang Sangat Reaktif


Periksa undang-undang gedung dan kebakaran internasional, regional, atau lokal untuk
menentukan jumlah maksimal bahan kimia yang sangat reaktif yang dapat disimpan di dalam
laboratorium. Ikuti panduan umum di bawah ini saat menyimpan zat yang sangat reaktif.

32
1. Pertimbangkan persyaratan penyimpanan setiap bahan kimia yang sangat reaktif sebelum
membawanya ke dalam laboratorium.
2. Baca MSDS atau literatur lainnya dalam mengambil keputusan tentang penyimpanan bahan kimia
yang sangat reaktif.
3. Bawa bahan sejumlah yang diperlukan ke dalam laboratorium untuk tujuan jangka pendek (hingga
persediaan 6 bulan, tergantung pada bahannya).
4. Pastikan memberi label, tanggal, dan mencatat dalam inventaris semua bahan yang sangat reaktif
segera setelah bahan diterima.
5. Jangan membuka wadah bahan yang sangat reaktif yang telah melebihi tanggal kedaluwarsanya.
Hubungi koordinator limbah berbahaya di lembaga Anda untuk mendapatkan instruksi khusus.
6. Jangan membuka peroksida organik cair atau pembentuk peroksida jika ada kristal atau endapan.
Hubungi CSSO Anda untuk mendapatkan instruksi khusus.
7. Untuk masing-masing bahan kimia yang sangat reaktif, tentukan tanggal pengkajian untuk
mengevaluasi kembali kebutuhan dan kondisi dan untuk membuang (atau mendaur ulang) bahan yang
terurai dari waktu ke waktu.
8. Pisahkan bahan berikut:
 Agen pengoksidasi dengan agen pereduksi dan bahan mudah terbakar;
 Bahan reduksi kuat dengan substrat yang mudah direduksi;
 Senyawa piroforik dengan bahan yang mudah terbakar; dan
 Asam perklorik dengan bahan reduksi.
9. Simpan cairan yang sangat reaktif di baki yang cukup besar untuk menampung isi botol.
10. Simpan botol asam perklorik dalam baki kaca atau keramik.
11. Jauhkan bahan yang dapat diubah menjadi peroksida dari panas dan cahaya.
12. Simpan bahan yang bereaksi aktif dengan air sejauh mungkin dari kemungkinan kontak dengan air.
13. Simpan bahan yang tidak stabil karena panas dalam lemari es.
14. Gunakan lemari es dengan fitur keselamatan ini:
 Semua kontrol yang menghasilkan percikan di bagian luar;
 Pintu terkunci magnetik;
 Alarm yang memperingatkan jika suhu terlalu tinggi; dan
 Suplai daya cadangan.
15. Simpan peroksida organik cair pada suhu terendah yang mungkin sesuai dengan daya larut atau titik
beku. Peroksida cair sangat sensitif selama perubahan fase. Ikuti panduan pabrik untuk
penyimpanan bahan yang sangat berbahaya ini.
16. Lakukan inspeksi dan uji bahan kimia pembentuk peroksida secara periodik dan beri bahan label
akuisisi dan tanggal kedaluwarsa. Buang bahan kimia yang kedaluwarsa.
17. Simpan bahan yang sangat sensitif atau simpan lebih banyak bahan eksplosif dalam kotak anti
ledakan.

33
18. Batasi akses ke fasilitas penyimpanan.
Contoh :Asam harus disimpan dalam botol kaca yang dimasukkan dalam wadah individu dan
disimpan di atas baki. Upaya ini akan membuat bahan terpisah dan tidak terkena
tumpahan apa pun.

4.10. Penyimpanan Bahan yang Sangat Beracun


Lakukan tindakan pencegahan berikut saat menyimpan karsinogen, toksin reproduktif, dan
bahan kimia dengan tingkat toksisitas akut tinggi.
1. Simpan bahan kimia yang diketahui sangat beracun dalam penyimpanan berventilasi dalam perangkat
pengaman sekunder yang resisten secara kimia dan anti pecah.
2. Jaga jumlah bahan pada tingkat kerja minimal.
3. Beri label area penyimpanan dengan tanda peringatan yang sesuai.
4. Batasi akses ke area penyimpanan.
5. Pelihara inventaris untuk semua bahan kimia yang sangat beracun.

Adapun keamananan dan pengamanan kerja di laboratorium sebagai berikut:


1. Rencanakan percobaan yang akan dilakukan sebelum memulai praktikum.
2. Sediakanlah alat-alat yang akan dipakai di atas meja. Alat-alat yang tidak digunakan sebaiknya
disimpan didalam almari supaya tidak mengganggu dalam bekerja.
3. Gunakan peralatan kerja seperti masker, jas laboratorium untuk melindungi pakaian dan sepatu
tertutup untuk melindungi kaki.
4. Zat yang akan dianalisis disimpan dalam tempat tertutup agar tidak kena kotoran yang mempersulit
analisis.
5. Dilarang memakai perhiasan yang dapat rusak karena bahan kimia.
6. Dilarang memakai sandal atau sepatu terbuka atau sepatu berhak tinggi.
7. Hindari kontak langsung dengan bahan kimia.
8. Hindari menghisap langsung uap bahan kimia, tetapi kipaslah uap tersebut dengan tangan ke muka
anda.
9. Dilarang mencicipi atau mencium bahan kimia kecuali ada perintah khusus.
10. Bahan kimia dapat bereaksi langsung dengan kulit menimbulkan iritasi (pedih atau gatal).
11. Baca label bahan Kimia sekurang-kurangnya dua kali untuk menghindari kesalahan.
12. Pindahkan sesuai dengan jumlah yang diperlukan, jangan menggunakan bahan Kimia secara
berlebihan.
13. Jangan mengembalikan bahan Kimia ke dalam botol semula untuk mencegah kontaminasi.
14. Biasakanlah mencuci tangan dengan sabun dan air bersih terutama setelah melakukan praktikum.
15. Bila kulit terkena bahan kimia, janganlah digaruk agar tidak tersebar.

34
16. Dilarang makan, minum dan merokok di laboratorium.
17. Jagalah kebersihan meja praktikum, apabila meja praktikum basah segera keringkan dengan lap.
18. Hindarkan dari api bahan-bahan yang mudah terbakar seperti eter, kloroform, dsb.
19. Hati-hati dalam menggunakan bahan-bahan yang dapat menimbulkan luka bakar, misalnya asam-
asam pekat (H2SO4, HNO3, HCl), basa-basa kuat (KOH, NaOH, dan NH4OH), dan oksidator kuat
(air brom, iod, senyawa klor, permanganat).
20. Percobaan dengan penguapan menggunakan asam-asam kuat dan menghasilkan gas-gas beracun
dilakukan di almari asam.
21. Jangan memanaskan zat dalam gelas ukur/labu ukur.
22. Menetralkan asam/basa
 Asam pada pakaian: dengan amonia encer.
 Basa pada pakaian: dengan asam cuka encer, kemudian amonia encer.
 Asam/basa pada meja/lantai: dicuci dengan air yang banyak.
 Asam, basa, dan zat-zat yang merusak kulit: dicuci dengan air, kemudian diberi vaseline.
23. Bila terjadi kecelakaan yang berkaitan dengan bahan kimia, laporkan segera pada dosen atau asisten
jaga.

35
BAB V
MANAGEMEN LIMBAH LABORATORIUM

Inventori dan penyimpanan bahan kimia di laboratorium merupakankegiatan penting yang


harus mendapat perhatian khusus oleh karena sifatdan karakteristik dari bahan kimia tersebut sangat
menentukan waktu danlokasi tempat penyimpanan. Saat ini jenis bahan kimia yang disimpan digudang
laboratorium meliputi :
a. Bahan kimia berupa cairan sejumlah 224 jenis;
b. Bahan kimia berupa padat/serbuk (powder) sejumlah 356 jenis;
c. Bahan kimia berupa gas dalam silinder bertekanan sejumlah 47jenis.
Penyimpanan timbulan limbah bahan kimia harus juga mengikutitatacara segregasi seperti yang
dilakukan pada penyimpanan awal.Secaraumum, pemisahan harus dilakukan juga antara timbulan bahan
kimiaorganik dengan yang an-organik untuk mencegah bercampurnya keduajenis timbulan
tersebut.Ruangan tempat penampungan timbulan limbahbahan kimia mutlak memerlukan ventilasi
cukup, dan masing-masingkategori kemasan limbah dilengkapi dengan label yang memberikaninformasi
mengenai jenis dan karakteristik limbah.Perlu diperhatikan juga tutup kemasan timbulan limbah bahan
kimiaharus senantiasa dalam keadaan tertutup rapat, akan dibuka apabila adatambahan limbah baru yang
akan dimasukkan kedalam kontainer yangsama.
Timbulan limbah akibat dari kegiatan analisis laboratorium merupakanbagian yang tidak
terpisahkan dari proses analisis kimia, oleh karena ituuntuk mengurangi atau bahkan menghilangkan
potensi limbah tersebutdipakai manajemen limbah laboratorium.Beberapa dari bahan kimia kadaluarsa
yang dijumpai di gudang
penyimpanan bahan laboratorium dikategorikan sebagai bahan berbahayadan beracun (B3), oleh karena
itu bahan tersebut juga masuk kedalamkategori limbah bahan B3 yang memerlukan teknis serta
pengetahuankhusus didalam pengelolaannya. 22 (dua puluh dua) jenis bahan kimiakadaluarsa
dikategorikan sebagai limbah bahan B3 yang menurutPeraturan Pemerintah (PP) No 18 tahun 1999
pasal 1 ayat 3 diwajibkanuntuk dilakukan pengelolaannya melalui : reduksi, penyimpanan,pengumpulan,
pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan dan penimbunanharus dilakukan oleh pengelola laboratorium
yang menghasilkannya.Oleh karena bahan tersebut sudah kadaluarsa dan berdasarkanMaterial Safety
Data Sheet (MSDS) masuk kedalam kelas bahan beracunmaka manajemen limbah yang diterapkan
hanya dalam bentukpengelolaan dan penyimpanan saja.Sedangkan berdasarkan pasal 3 dari Peraturan

36
Pemerintah (PP) No.18 tahun 1999 yang menyatakan bahwa bahan B3 tidak diperkenankanuntuk
dibuang ke media lingkungan sebelum dilakukan pengolahan, makabahan tersebut perlu dipisahkan
(segregasi) dari bahan lainnya untukkemudian disimpan secara terpisah sambil menunggu untuk
tindakanberikutnya.
Material Safety Data Sheet (MSDS) bahan merupakan informasimengenai karakteristik dan
sifat utama bahan kimia serta potensi bahayayang dimiliki oleh bahan kimia sehingga melalui
pengetahuan MSDSdapat diprediksi seberapa besar potensi yang dapat dihasilkan apabilabahan kimia B3
ingin dimusnahkan melalui insenerator. Mengingat bahantersebut tidak bisa dimusnahkan melalui cara
insenerasi maka 22 jenisbahan kimia kadaluarsa harus diperlakukan sebagai limbah B3 dengan
ancaman bahaya sebagai berikut :
a. Berbahaya secara langsung maupun tidak langsung terhadapkesehatan manusia/pekerja;
b. Dapat mencemarkan dan atau merusakkan lingkungan hidup
c. Mengancam kelangsungan hidup manusia dan alam sekitarnyaatau lingkungan.
Penanganan limbah hasil analisis laboratorium, kelebihan bahan kimiadan limbahnya serta
bahan kimia terkontaminasi merupakan kegiatanyang sangat penting di laboratorium dengan tujuan agar
kesehatan dankeselamatan (K3) staf laboratorium tetap terpelihara dan dapatdikendalikan, demikian juga
ancaman terhadap potensi timbulan limbahbahan kimia kadaluarsa ataupun rusak kemasan dapat
diminimalisasi.
Langkah awal dalam manajemen limbah bahan kimia adalahmelakukan inventori dan
identifikasi terhadap bahan kimia tersebutapakah masuk didalam kategori limbah berbahaya (hazardous
waste) atautidak sehingga keputusan untuk melakukan proses pembelian, jumlah daribahan yang dibeli
harus mencerminkan kebutuhan bukan sebagai persediaan (stock).Diupayakan agar bahan kimia
senantiasa tidak tersimpan sebagaibahan persediaan di laboratorium apabila bahan tersebut tidak
diperlukan,terlebih jika bahan dimaksud merupakan bahan kimia berbahaya, beracun(B3) seperti
senyawa-senyawa peroksida, senyawa polintro atau bahankimia yang sangat reaktif terhadap kandungan
air (water reative).Alas meja kerja laboratorium, jas lab bekas pakai, patahan ujung pipet,thermometer
yang patah atau benda-benda lain yang terkontaminasidengan senyawa bahan B3 merupakan timbulan
bahan kimia berbahaya

5.1. KARAKTERISTIK LIMBAH B3


SIFAT CONTOH
Mudah meledak (eksplosif) bahan peledak
Mudah terbakar bahan bakar, solven
Bersifat reaktif - bahan-bahan oksidator (menyebabkan infeksi)
- limbah bakteri/rumah sakit
Bersifat korosif (asam kuat)

37
Bersifat irritatif (basa kuat)
Pengamatan secara langsung, yang dapat
seketika maupun menunggu beberapa waktu
Berbahaya/harmful logam berat
Beracun hcn, cr(vi)
Karsinogenik, mutagenik dan teratogenik merkuri, turunan benzena
Bahan radioaktif uranium, plutonium

5.2. DAMPAK LIMBAH B3


No. Unsur Logam Sumber dan Cara penyebaran Efek yang ditimbulkan
Alamiah Kegiatan Manusia
Arsen (As) Pelapukan, batuan Proses pertambangan, Sangat beracun
sulfida dan emisi gas Industri insektisida, arsenik,
panas bumi dan
Pembakaran bahan bakar
minyak dan gas
Barium Pelarutan mineral barit Limbah industri cat dan Konsumsi dalam waktu
(Ba) (BaSO4) kertas, dan proses pengeboran lama menyebabkan
gangguan otot dan jantung,
dan merusak ginjal
Besi (Fe) Pelarutan kulit bumi dan Air limbah elektroplating Menurunkan estetika (air
bijihbesi keruh dan bau amis, warna
coklat pada baju)
Kadmium (Cd) Pelepasan dari Limbah industri cat, Menyebabkan karapuhan
selmikroorganisme baterai, dan plastik, dan tulang dan nyeri dengan
proses elektroplating intensitas tinggi, serta
beracun
Kobal (Co) - Air limbah industri cat Konsentrasi tinggi beracun
dan tekstil, dan emisi
pembakaran mineral
Kromium - Air limbah elektroplating, Gangguan kulit,
heksavalen penyamakan kulit, industri kerusakan liver
(Cr (VI)) tekstil dan pembuatan cat. dan karsinogenik
Mangan (Mn) Pelarutan mineral Industri pembuatan baterai -
Merkuri (Hg) Emisi gas panas Limbah industri pembuatan Beracun dan
bumi termometer, lampu, baterai, merusak sistem
pembasmi serang, dan soda syaraf
kostik, dan ekstraksi emas
dan perak
Nikel (Ni) Pelarutan kulit Air limbah proses Karsinogenik
bumi elektroplating, dan
pembuatan baterai kering
Tembaga (Cu) Pelarutan mineral Air limbah proses Beracun bagi biota dan ikan.
Kalkopirit (CuFeS) dan elektroplating, industri Konsentrasi tinggi
atau malasit pembuatan soda kostik, cat, menyhebabkan
(Cu(OH)2CuCO3) dan pestisida, dan kegiatan iritasi
pertambangan

38
Timbal (Pb) Pelarutan batuan Industri pembuatan Kerusakan otak dan
galena (PbS) cat dan soda kostik, ginjal
dan kegiatan
pertambangan, serta
emisi kendaraan
bermotor
Selenium (Se) - Industri pembuatan Beracun jika dihirup
komponen listrik
Zenk (Zn) Pelepasan dari sel Air limbah proses Tidak beracun bagimanusia
biota elektroplating, dan ikan
industri pembuatan cat,
baterai, dan soda kostik

Cara zat kimia menyakiti manusia : Inhalation/menghirup, kontak dengan kulit, tertelan.

5.3. Kemasan limbah B3


Prinsip-prinsip kemasan B3 :
• Limbah b3 atau bahan lain yg tidak selaras tidakboleh disimpan dalam kemasan yg sama;
• Jika kemasan rusak atau karat, terdapatkerusakan fisik, bocor, isinya harus dikeluarkandan dikemas
kembali;
• Untuk mencegah risiko selama penyimpanan,kemasan hrs dirancang dgn memperhitungkanpeningkatan
perluasan, formasi gas atautekananruang penyimpanan
• Bahan kimia mudah terbakar di simpan dalamtempat yang cukup dingin.
• Mempunyai ventilasi udara yang cukup.
• Ruangan terlindung dari genangan air, danhujan.
• Sistem deteksi alarm (asap/panas) harus tersedia.
• Bahan kimia mudah terbakar tidak dicampurdengan bahan yang bersifat oksidator.
• Tabung silinder bertekanan harus disimpandalam keadaan berdiri dan diikat dengan kuat keran
silinder harus ditutup (diberi cup) .
• Tersedianya lembar data keselamatan bahan(csds/msds).
• Tersedianya alat pemadam api (mudahdijangkau).
• Adanya tanda larangan untuk merokok.
• Gunakanlah system fifo.

39
LAMPIRAN

Personal Protective Equipment

GAMBAR
NO. SYMBOL DETAIL NO. SYMBOL DETAIL
1. Earplug 9. No chemicals in area

2. No Eat/Drink 10. Gloves

3. No entry 11. Respirator


without
safety
goggles
4. Shower 12. Safety Goggles

5. Eye Washer 13. Apron

6. Emergency 14. Lab Coat


Exit

40
7. APAR 15. Shoe/ Shoe Cover

8. Fire Alarm 16. Hair Cap

GHS PICTOGRAM
GAMBAR

41
DAFTAR PUSTAKA

42
1. ZULKARNAIN ADJRAAM, “Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terhadap Bahan-bahan Berbahaya
dan Beracun”, Lokakarya Keselamatan dan Kesehatan Kerja BATAN, Tahun 1991.
2. ANONIM, “Panduan Bahan Berbahaya “ edisi 1, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Tahun
1985.
3. ANONIM, “National Workshop on Safety and Control of Toxic Chemicals and Pollutansts”,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1989
4. Petunjuk Keselamatan Kerja Laboratorium Farmakologi
5. Buku Pedoman Kesehatan dan Keselamatan Kerja K3L UI
6. Budiawan, dkk. Pedoman Safety Lab. DRPM. Universitas Indonesia

43

You might also like