You are on page 1of 154

ANALISIS BUKU PELAJARAN FISIKA SEKOLAH

MENENGAH ATAS KELAS X YANG BANYAK


DIGUNAKAN DI SMA NEGERI SE- KABUPATEN
KEBUMEN

skripsi
disajikan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika

oleh
Ana Iska Rizqi Yanti
4201409051

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


2013
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul “Analisis Buku Pelajaran Fisika Sekolah Menengah Atas

Kelas X yang Banyak Digunakan di SMA Negeri Se- Kabupaten Kebumen”

telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi

Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam pada:

Hari :

Tanggal :

Semarang, September 2013

Pembimbing I, Pembimbing II,

Drs. Ngurah Made D.P, M. Si., Ph. D Dr. Hartono, M. Pd.


NIP.19670217 199203 1 002 NIP. 19610810198601 1001

ii
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini disusun sesuai dengan penelitian

yang telah dilaksanakan oleh penulis dengan bimbingan dan arahan dari dosen

pembimbing. Segala jenis karya yang digunakan dalam skripsi ini sebagai sumber

informasi dirujuk sesuai etika dan dicantumkan dalam daftar pustaka pada bagian

akhir skripsi ini. Sejauh pengetahuan saya, skripsi ini belum pernah diajukan untuk

memperoleh gelar sarjana di perguruan tinggi manapun.

Semarang, September 2013


Penulis,

Ana Iska Rizqi Yanti


4201409051

iii
PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul:


Analisis Buku Pelajaran Fisika Sekolah Menengah Atas Kelas X Yang
Banyak Digunakan Di SMA Negeri Se- Kabupaten Kebumen
disusun oleh
Nama : Ana Iska Rizqi Yanti
NIM : 4201409051
telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA UNNES pada
tanggal Septermber 2013.
Panitia:

Ketua Sekretaris

Prof.Dr.Wiyanto, M.Si. Dr. Khumaedi, M.Si.


NIP. 19631012 198803 1 001 NIP. 19630610198901 1 002

Ketua Penguji

Dr. Sutikno, S.T., M.T.


19741120 199903 1 003

Anggota Penguji / Anggota Penguji /


Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Drs. Ngurah Made D.P, M. Si., Ph. D Dr. Hartono, M. Pd.


NIP.19670217 199203 1 002 NIP. 19610810198601 1 001

iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Apapun yang kita lakukan hari ini akan menjadi bekal masa depan nanti, jadi lakukan segala
sesuatunya sebaik mungkin.
Tak ada manis tanpa pahit, pun tak ada sukses tanpa usaha dan kerja keras.
Sejauh mana kita mensyukuri apa yang kita punya, sejauh itu juga kita bahagia.

Skripsi ini saya persembahkan untuk Bapak dan Ibu tercinta yang tidak pernah lelah

mendukung dan mendoakan setiap langkahku, untuk adikku Arum tersayang yang nakal,

untuk saudara-saudaraku, untuk keluarga keduaku “PALAFI” yang selalu memberiku

pengalaman berharga dan kenangan yang tidak ternilai harganya, untuk Finto dan

sahabat-sahabat terbaikku Wika, Erna, Joko, Cahyo, Mita, Ika, dan semuanya yang

tidak bisa aku sebut satu persatu, terima kasih untuk semua kebersamaan, dukungan dan

bantuan selama ini, untuk teman-teman Wisma Panji Sukma 1, teman-teman Fisika

2009, teman-teman PPL dan KKN, serta untuk almamaterku.

v
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT atas berkat danrahmat-Nya


sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul ”Analisis
Buku Teks Fisika Sekolah Menengah Atas Kelas X Yang Banyak Digunakan Di
SMA Negeri Se- Kabupaten kebumen”.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak berupa saran,
bimbingan, maupun petunjuk dan bantuan dalam bentuk lain, maka penulis dengan
penuh ketulusan hati menyampaikan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang.
2. Prof. Dr. Wiyanto, M.Si.,Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Negeri Semarang.
3. Dr. Khumaedi, M.Si.,Ketua Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.
4. Drs. Ngurah Made Darma Putra, M. Si. Ph. D., selaku pembimbing utama yang
telah memberikan bimbingan, arahan, dan saran kepada penulis selama
penyusunan skripsi dan proses perkuliahan.
5. Dr. Hartono, M.Pd., selaku pembimbing pendamping yang telah memberikan
bimbingan, arahan, dan saran kepada penulis selama penyusunan skripsi dan
proses perkuliahan.
6. Drs. Ahmad Sopyan, M.Si., selaku dosen wali yang dengan penuh kesabaran
telah memberikan nasehat dan motivasi kepada penulis.
7. Kesbangpol dan Bappeda Kabupaten Kebumen yang telah memberikan izin
observasi.
8. Semua pihak sekolah SMA Negeri se- Kabupaten Kebumen yang telah
mengizinkan penulis untuk melakukan observasi di sekolah yang bersangkutan.

vi
9. Bapak Musiyono dan Ibu Sunarti, kedua orang tua penulisyang telah
memberikan dukungan, doa, dan kerja kerasnya sehingga penulis bisa
melanjutkan pendidikan ke jenjang Universitas.
10. Finto, Wika, Cahyo, Erna, dan Joko yang telah membantu dalam penyususnan
skripsi ini.
11. Keluargaku di PALAFI khususnya angkatan III, IV, dan V yang telah banyak
membantu dan memberi semangat kepada penulis.
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih untuk
selalu memberikan bantuan moral dan spiritual.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Semoga laporan skripsi ini dapat menambah pengetahuan dan bermanfaat
bagi kita semua.Amiin.

Semarang, September 2013

Penulis

vii
ABSTRAK
Yanti, Ana Iska Rizqi. 2013. Analisis Buku Pelajaran Fisika Sekolah Menengah Atas
Kelas X yang Banyak Digunakan di SMA Negeri Se- Kabupaten Kebumen. Skripsi,
Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Semarang. Pembimbing utama Dr. Ngurah
Made D.P, M. Si., Ph. D. dan pembimbing pendamping Dr. Hartono, M. Pd.

Kata Kunci : analisis buku, buku pelajaran fisika.

Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam usaha pengembangan


suatu bangsa.Buku merupakan salah satu komponen sarana pembelajaran yang dapat
mempengaruhi kualitas pendidikan. Beberapa teori mendukung bahwa buku
merupakan salah satu sarana yang bermakna dalam proses pembelajaran dan dapat
mempengaruhi kualitas pendidikan. Observasi awal yang dilakukan di SMA Negeri
se- Kabupaten Kebumen menunjukkan bahwa terdapat banyak sekali buku pelajaran
fisika yang digunakan dari berbagai penerbit dan pengarang.Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui tingkat keterbacaan wacana dalam buku pelajaran fisika, tingkat
keterpusatan peserta didik, tingkat pengembangan keterampilan proses, dan jenjang
kognitif soal latihan pada buku ajar fisika.
Penelitian dilakukan dengan metode analisis buku ajar meliputi tahapan 1)
observasi awal mengenai penggunaan buku ajar fisika di SMA Negeri se- Kabupaten
Kebumen dan wawancara dengan guru fisika. 2) merancang instrumen analisis buku
ajar. 3) menentukan sampel buku ajar yang akan dianalisis. 4) melakukan analisis
terhadap buku ajar yang telah ditentukan sebagai sampel. Sampel terdiri dari 3 buka
dengan kode A, B, dan C. Buku A dan B merupakan buku yang paling banyak
digunakan di SMA Negeri se- Kabupaten Kebumen, sedangkan buku C merupakan
buku yang hanya digunakan di sekolah terfavorit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada setiap buku sampel memiliki hasil
yang berbeda-beda untuk setiap aspek yang dianalisis. Pada aspek keterbacaan buku
C memiliki persentase tertinggi untuk kategori bacaan yang sesuai yaitu 62,5%,
kemudian buku B 50%, dan terendah buku A 12,5%. Untuk aspek keterpusatan
peserta didik buku yang paling baik adalah buku B dengan persentase 63,56%,
kemudian buku A 60,44 dan terakhir buku C 27,98%. Untuk aspek pengembangan
keterampilan proses buku B merupakanbuku yang terbaik dengan persentase 57,21%,
kemudian buku A 36,98%, dan terakhir buku C 24,67%. Pada aspek persentase
jenjang kognitif soal latihan, pada ketiga buku tidak terdapat jenjang soal latihan C5
dan C6.

viii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................................... ii

PERNYATAAN............................................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... v

KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi

ABSTRAK ....................................................................................................... viii

DAFTAR ISI ................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 5

1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 5

1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 6

1.5 Penegasan Istilah ....................................................................................... 6

1.6 Sistematika Penulisan Skripsi ................................................................... 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hakikat Buku Pelajaran.............................................................................. 9

2.2 Kualitas Buku Pelajaran ............................................................................. 10

ix
2.3 Fungsi Buku Pelajaran ............................................................................... 12

2.4 Tingkat Keterbacaan Buku pelajaran ........................................................ 13

2.5 Berpusat pada Peserta Didik ..................................................................... 17

2.6 Mengembangkan Keterampilan Proses .................................................... 18

2.7 Jenjang Kognitif Soal Latihan .................................................................. 19

2.8 Penelitian yang Relevan ............................................................................. 21

2.9 Kerangka Berfikir ...................................................................................... 26

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Setting dan Karakteristik Penelitian .......................................................... 27

3.2 Variabel Penelitian ..................................................................................... 27

3.3 Rancangan Penelitian ................................................................................ 29

3.4 Prosedur Penelitian .................................................................................... 29

3.5 Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 29

3.6 Metode Analisis Data ................................................................................ 31

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ......................................................................................... 33

4.2 Pembahasan ............................................................................................... 37

BAB 5 PENUTUP

5.1 Simpulan ................................................................................................... 47

5.2 Saran .......................................................................................................... 48

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 49

LAMPIRAN .................................................................................................... 52

x
DAFTAR TABEL

Halaman

1.1 Data Penggunaan Buku Pelajaran Fisika SMA Kelas X di SMA

Negeri Se- Kabupaten Kebumen ................................................................ 4

3.1 Sampel Buku Pelajaran Fisika SMA Kelas X ............................................ 28

3.2 Kategori Skor untuk Tiap Butir ................................................................. 31

4.1 Hasil Analisis Data Tingkat Keterbacaan Buku Ajar Fisika ..................... 33

4.2 Tingkat Keterpusatan Peserta Didik .......................................................... 34

4.3 Tingkat Pengembangan Keterampilan Proses ........................................... 35

4.4 Persentase Jenjang Kognitif Soal Latihan .................................................. 36

xii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.1 Grafik Fry ................................................................................................... 15

3.1 Diagram Rancangan Penelitian .................................................................. 29

3.2 Diagram Prosedur Penelitian ..................................................................... 28

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Instrumen Keterbacaan Buku ...................................................................... 53

2. Kisi-kisi Instrumen Keterpusatan pada Peserta Didik ................................ 55

3. Instrumen Keterpusatan pada Peserta Didik ............................................... 56

4. Kisi-kisi Instrumen Penilaian Pengembangan Keterampilan Proses .......... 59

5. Instrumen Penilaian Pengembangan Keterampilan Proses ......................... 60

6. Instrumen Penilaian Jenjang Kognitif Soal ................................................ 63

7. Analisis Keterbacaan Buku A Terbitan Pusbuk ......................................... 64

8. Rekap Analisis Keterbacaan Sampel Buku A Terbitan Pusbuk................... 77

9. Analisis Keterbacaan Sampel Buku B Terbitan Erlangga .......................... 79

10. Rekap Analisis Keterbacaan Sampel Buku B Terbitan Erlangga ............. 93

11. Analisis Keterbacaan Sampel Buku B Terbitan Yrama Widya ................ 95

12. Rekap Analisis Keterbacaan Sampel Buku B Terbitan Yrama Widya ..... 106

13. Keterpusatan pada Peserta Didik Sampel Buku A .................................... 108

14. Keterpusatan pada Peserta Didik Sampel Buku B .................................... 115

15. Keterpusatan pada Peserta Didik Sampel Buku C .................................... 119

16. Penilaian Pengembangan Keterampilan Proses Sampel Buku A .............. 124

17. Penilaian Pengembangan Keterampilan Proses Sampel Buku B .............. 129

18. Penilaian Pengembangan Keterampilan Proses Sampel Buku C .............. 132

19. Penilaian Jenjang Kognitif Soal Latihan Sampel Buku A ........................ 136

20. Penilaian Jenjang Kognitif Soal Latihan Sampel Buku B ........................ 138

21. Penilaian Jenjang Kognitif Soal Latihan Sampel Buku C ........................ 140

xiv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan memegang peranan penting dalam upaya mencerdaskan

kehidupan bangsa secara menyeluruh dan merata sebagaimana tertera dalam

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Pendidikan formal diselenggarakan

melalui suatu sistem yang telah diatur oleh pemerintah. Oleh karena itu,

memungkinkan adanya pelayanan pendidikan bagi seluruh Warga Negara

Indonesia tanpa memandang suku, agama, bahasa, dan ras. Artinya pendidikan

dapat dinikmati oleh siapapun tanpa diskriminasi dan pengecualian.

Salah satu usaha untuk mewujudkan suatu bangsa yang mandiri dan mampu

bersaing di era globalisasi, pendidikan merupakan unsur penting yang harus terus

dibina. Pendidikan yang baik dan berkualitas akan membentuk sumber daya

manusia yang berkualitas pula. Hal tersebut menjadikan upaya untuk

memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan seakan tidak pernah berhenti.

Perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan ini harus memperhatikan segala

aspek demi menyempurnakan kualitas pendidikan. Salah satu aspek yang harus

diperhatikan adalah sarana yang berupa buku pelajaran. Buku pelajaran ini

merupakan salah satu alat bantu pembelajaran yang sangat penting. Pemilihan

buku pelajaran yang tepat dan berkualitas akan membantu proses pembelajaran

lebih optimal. Menurut Assosition for Supervision and Curiculum (1997),

sebagaimana dikutip oleh Chen and Chen (2002:2), menyatakan bahwa saat ini

1
2

buku pelajaran sudah berfungsi sebagai alat, buku panduan, tutor, dan pengukur.

Guru harus memperhatikan pemilihan buku pelajaran yang tepat bagi muridnya,

karena pemilihan buku yang kurang tepat justru akan menghambat proses

pemahaman peserta didik dalam proses pembelajaran.

Devetak et al (2010:217) menyatakan bahwa buku pelajaran mempunyai

pengaruh yang kuat dalam pembelajaran karena merupakan salah satu sumber

utama bagi peserta didik untuk memperoleh pengetahuan. Menurut Abdulkarim

(2007:71), buku pelajaran merupakan perangkat pembelajaran yang sangat

bermakna dalam memacu, memajukan, dan mencerdaskan peserta didik.

Buku merupakan salah satu sumber belajar yang sangat penting bagi guru

dan murid. Menurut Muslich (2010:23), melalui sarana buku guru dapat

mengelola kegiatan pembelajaran secara efektif dan efisien, selain itu peserta

didik juga lebih maksimal dalam mengikuti kegiatan belajar.

Buku pelajaran yang baik harus dapat berperan sebagai guru, setidaknya

dapat sebagai alat bantu utama dalam proses pembelajaran, baik itu pembelajaran

di sekolah maupun di luar sekolah. Semakin baik kualitas buku pelajaran, semakin

baik juga pengajaran mata pelajaran yang ditunjangnya. Sitepu (2005:125)

menyatakan bahwa buku pelajaran yang baik memberikan kontribusi yang cukup

berarti dalam meningkatkan mutu proses dan hasil belajar.

Buku pelajaran yang baik harus mampu menarik minat dan motivasi para

pembacanya. Buku pelajaran yang terkesan menbosankan akan membuat pembaca

malas untuk membaca dan mempelajarinya. Adapun isi buku pelajaran sendiri
3

harus berkaitan dengan mata pelajaran yang lain, sehingga pengetahuan peserta

didikakan lebih berkembang, tidak hanya terpaku pada satu mata pelajaran saja.

Meskipun saat ini sudah banyak buku pelajaran fisika, namun

penggunaanya belum maksimal. Masih ada beberapa guru yang belum

memanfaatkan buku pelajaran tersebut. Dari hasil wawancara dengan beberapa

guru, kecenderungan yang sering ditemui adalah guru lebih sering menggunakan

lembar kerja peserta didik (LKS) sebagai acuan materi pokok atau

memberikancatatan pada peserta didik. Hal ini menunjukkan bahwa buku

pelajaran belum dijadikan sumber utama dalam belajar dan seolah

menggambarkan bahwa pemilihan buku pelajaran semata-mata demi kepentingan

guru saja, bukan peserta didik.

Oleh karena itu, guru harus dapat memilih dan memilah buku mana yang

benar-benar tepat digunakan oleh peserta didiknya. Melihat begitu pentingnya

buku pelajaran tersebut bagi peserta didik sebagai sumber belajar utama mereka.

Dengan pemilihan buku pelajaran yang tepat, peserta didik diharapkan tidak lagi

bergantung penuh pada gurunya, akan tetapi mereka termotivasi untuk lebih aktif

belajar sendiri dan mampu mengembangkan pengetahuan mereka dengan

mempelajari buku pelajaran yang mereka gunakan. Supaya buku sungguh-

sungguh dapat dimanfaatkan oleh peserta didik, maka perlu diadakan penelitian

lebih lanjut untuk mengetahui kualitas buku pelajaran.

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan di SMA Negeri se- kabupaten

Kebumen, diperoleh data penggunaan buku pelajaran fisika sebagai berikut:


4

Tabel 1.1 Data Penggunaan Buku Pelajaran Fisika SMA Kelas X di

SMA Negeri Se- Kabupaten Kebumen

No. Judul Tahun Pengarang Penerbit Jumlah


Pengguna
1 Fisika untuk SMA Kelas X 2007 Marthen Kanginan Erlangga 8
2 Kompetensi Fisika 2009 Siswanto, Sukaryadi Pusbuk 4
Depdiknas
3 Seribu Pena Fisika SMU 1999 Marthen Kanginan Erlangga 2
Kelas 1
4 Fisika untuk SMA Kelas X 2007 Supiyanto PhiBeta 2
5 Terpadu Fisika SMA 2004 Bob Foster Erlangga 2
6 Seribu Pena Fisika 2006 Marthen Kanginan Erlangga 2
7 Fisika 1 untuk SMU Kelas 1 2000 Nyoman Kertiasa Depdiknas 2
8 Mudah dan Aktif Belajar 2009 Dudi Indrajit Depdiknas 2
Fisika (BSE)
9 Fisika 1 SMA Kelas X 2010 Purwoko, Fendi Yudhistira 2
10 Fisika untuk SMA/MA 2012 Tuti Wahyuningsih, Willian 1
Kelas X Semester 2 dkk
11 Fisika Bilingual 2006 Drs. Teddy Setiawan, Yrama Widya 1
Drs. Tata Sartanu
12 Fisika untuk SMA/MA 2007 Riyatun Muhtar Haka M.J 1
Yunianto
13 Fisika SMA untuk SMA 2004 Supiyanto Erlangga 1
Kelas X
14 Fisika Dasar1 Teori dan 2007 Budi Purwanto Tiga Serangkai 1
Implikasinya
15 Fisika untuk SMA dan MA 2009 Karyono, dkk Pusbuk 1
Kelas X
16 Fisika 1 untuk SMA/MA 2007 Setya Nurachmandani Grahadi 1
Kelas X
17 Fisika untuk SMA/MA 2002 Tim Bimata Willian 1
Kelas X
18 Fisika untuk SMA dan MA 2007 Nikki Anisa Rizki, Nadia Sarana 1
Kelas X Ririen Friedayati Utama
19 Sains Fisika 1 untuk Kelas 2007 Muhammad F. Rosyid, Wangsa Jatra 1
X SMA dan MA dkk Lestari
20 Fisika untuk Kelas X (SMA 2007 Supriyanto, A.M. Bengawan 1
dan MA) Widyatmoko Ilmu
21 Belajar Efektif Fisika untuk 2007 Lukman Nulhakim Intimedia 1
Siswa SMA/MA Kelas X Cipta
Nusantara
22 Fisika X 2007 Joko Sumarsono Pusbuk 1
23 Fisika X 2003 Johanes Surya PHd Intan Pariwara 1
24 Fisika untuk Smu Kelas 1 1994 Drs. Soeparmo, Pabelan 1
Caturwulan III Suwardo, B.A
25 Fisika untuk SMA/MA 2010 Risdiyani Chasanah Intan Pariwara 1
26 Fisika 2007 Edi Istiyono Intan Pariwara 1
27 Fisika 2007 Goris Seran D Grasindo 1
5

Berdasar tabel 1.1 terdapat beberapa buku yang berasal dari satu penerbit

yang sama, tetapi berbeda pengarang dan tahun terbit. Buku pelajaran fisika yang

tersebar di SMA Negeri se- Kabupaten Kebumen sangat bervariasi, akan tetapi

belum sepenuhnya diketahui bagaimana kualitas dari buku tersebut. Dengan

banyaknya variasi buku pelajaran fisika yang ada, tentunya memiliki kualitas yang

berbeda-beda antara buku yang satu dengan buku yang lain.

Berdasarkan uraian di atas, maka penyusun mengambil tema : “Analisis

Buku Pelajaran Fisika Sekolah Menengah Atas Kelas X Yang Banyak Digunakan

Di SMA Negeri Se- Kabupaten Kebumen”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka

permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini meliputi:

(1) Tingkat keterbacaan wacana pada buku ajar fisika.

(2) Tingkat keterpusatan peserta didik.

(3) Tingkat pengembangan keterampilan proses peserta didik.

(4) Jenjang kognitif soal latihan pada buku ajar fisika.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

(1) Untuk menganalisis tingkat keterbacaan buku ajar fisika.

(2) Untuk menganalisis tingkat keterpusatan peserta didik pada buku ajar fisika.

(3) Untuk menganalisis tingkat pengembangan keterampilan proses peserta didik

pada buku ajar fisika.

(4) Untuk menganalisis jenjang kognitif soal latihan pada buku ajar fisika.
6

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

(1) Guru : dapat memilih dan menyesuaikan buku pelajaran yang sesuai dengan

kemampuan dan perkembangan peserta didik.

(2) Peserta didik : memberikan wawasan bagi peserta didiksupaya mereka dapat

memilih buku pelajaran yang sesuai, sehingga akan menumbuhkan minat dan

semangat belajar.

(3) Pengarang dan Penerbit : dapat dijadikan sebagai saran dan masukan dalam

penulisan, pemeriksaan,dan penerbitan buku pelajaran yang selanjutnya.

(4) Penyusun : dapat menambah pengalaman tentang penulisan dan pemilihan

buku pelajaran yang baik.

1.5 Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalahan penafsiran terhadap judul penelitian, maka

diberikan penegasan istilah yang mengenai:

(1) Buku Pelajaran yang digunakan untuk penelitian ini adalah buku yang

digunakan untuk menunjang proses pembelajaran di sekolah khususnya pelajaran

fisika. Adapun isi, urutan dan cara penulisan buku pelajaran disusun menurut tata

cara yang telah ditentukan sesuai dengan proses pembelajaran.

(2) Buku pelajaran yang banyak digunakan di SMA Negeri se- Kabupaten

Kebumen adalah buku pelajaran yang secara presentase paling banyak digunakan

di sekolah-sekolah menengah atas di Kabupaten Kebumen berdasarkan hasil

survey. Buku yang dimaksud adalah Fisika untuk SMA Kelas X karangan
7

Marthen Kanginan, Kompetensi Fisika karangan Siswanto dan Sukaryadi, dan

Fisika Bilingual karangan Sunardi dan Etsa Indra Irawan.

(3) Tingkat keterbacaan buku pelajaran merupakan hal terbaca atau tidaknya suatu

bahan bacaan tertentu bagi pembacanya. Ini membahas sulit atau mudahnya suatu

bacaan bagi pembacanya.

(4) Keterpusatan pada peserta didik menunjukkan seberapa jauh buku pelajaran

tersebut disusun supaya pembelajaran terpusat pada peserta didik, sehingga dapat

membantu peserta didik untuk lebih aktif belajar dan membantu peserta didik

membangun pengetahuannya sendiri.

(5) Tingkat pengembangan keterampilan proses menunjukkan sejauh mana buku

pelajaran tersebut disusun supaya dapat melatih peserta didik melakukan kegiatan

ilmiah untuk memahami suatu konsep dan pemecahan masalah.

(6) Jenjang kognitif soal latihan merupakan ukuran kesulitan soal latihan dalam

ranah kognitif yang dapat ditentukan dengan skala tertentu menurut Taksonomi

Bloom.

1.6 Sistematika Penulisan Skripsi

Sistematika penulisan skripsi terdiri dari tiga bagian yaitu: bagian

pendahuluan, bagian isi dan bagian akhir.Masing-masing bagian terdiri dari

beberapa subbagian sebagai berikut.

(1) Bagian Pendahuluan

Bagian pendahuluan berisi halaman judul, abstrak, lembar pengesahan,

halaman persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar dan daftar

lampiran.
8

(2) Bagian Isi

Bagian isi terdiri dari 5 bab, meliputi :

BAB I: Pendahuluan, berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitia, penegasan istilah dan garis besar sistematika

penulisan skripsi.

BAB II: Landasan Teori, berisi tentang tinjauan pustaka dan penelitian yang

relevan.

BAB III: Metode Penelitian, berisi tentang setting dan karakteristik penelitian,

variabel penelitian, rancangan penelitian, langkah penelitian, tehnik pengumpulan

data, dan metode analisis data.

BAB IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisi tentang deskripsi hasil

penelitian dan pembahasan hasil penelitian.

BAB V: Penutup, berisi kesimpulan dan saran.

(3) Bagian Akhir

Bagian akhir dalam penulisan skripsi ini berisi daftar pustaka dan

lampiran-lampiran.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hakikat Buku Pelajaran

Hall-Quest (1915) dalam Tarigan (1990:11) mengatakan bahwa buku

pelajaran merupakan rekaman pikiran rasial yang disusun untuk maksud dan

tujuan instruksional tertentu.Large (1940) dalam Tarigan (1990:11) mengatakan

bahwa buku pelajaran adalah buku standar atau buku setiap cabang studi, yang

terdiri atas dua tipe, yaitu buku pokok utama dan suplemen atau tambahan.

Menurut Nugroho (2009:2), buku pelajaran merupakan komponen yang

penting dari suatu proses pembelajaran. Bagi guru, buku pelajaran berfungsi

sebagai pendukung pembelajaran, sedangkan bagi peserta didik buku pelajaran

berfungsi sebagai alat bantu dalam menerima materi pembelajaran.

Muslich (2010:64) menyatakan bahwa bahan ajar yang disajikan dalam

buku pelajaran berupa ilmu pengetahuan di bidang tertentu, sehingga isinya harus

dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya menurut bidang studi yang

bersangkutan. Bahan yang disajikan dalam buku pelajaran dapat berupa teori,

gagasan, dan informasi. Bahan yang berupa teori biasanya berupa konsep,

pernyataan, atau dapat juga berupa rumus. Bahan yang berupa gagasan biasanya

berupa pendapat, keyakinan, atau petunjuk. Sedangkan bahan yang berupa

informasi biasanya berupa penjelasan tentang suatu fenomena, peristiwa, atau

persoalan yang ada di lingkungan sekitar.

9
10

Menurut berbagai pendapat tersebut, maka Husen dkk (1997:178-179)

menyimpulkan bahwa: (1) buku pelajaran merupakan buku pelajaran yang

ditujukan bagi peserta didik pada jenjang pendidikan tertentu, misalnya buku

pelajaran untuk SD, SMP, dan SMA.(2) Buku pelajaran selalu berkaitan dengan

bidang studi tertentu.(3) Buku itu selalu merupakan buku yang standar, yaitu buku

acuan yang berkualitas, dan biasanya terdapat tanda pengesahan dari badan yang

berwenang.(4) Buku pelajaran biasanya ditulis oleh para pakar ilmu

dibidangnya.(5) Buku pelajaran ditulis untuk tujuan instruksional tertentu.(6)

Buku pelajaran biasanya juga dilengkapi dengan sarana pengajaran.(7) Buku

pelajaran selalu ditulis untuk menunjang suatu program pengajaran.

Dapat disimpulkan bahwa buku pelajaran adalah buku standar yang

disusun oleh pakar dalam bidang ilmu tertentu untuk maksud dan tujuan

instruksional tertentu, dimana dalam buku tersebut dilengkapi sarana pengajaran

yang serasi dan mudah dipahami oleh para penggunanya, baik di sekolah dasar,

sekolah menengah maupun di perguruan tinggi, sehingga dapat menunjang

keberhasilan suatu program pengajaran.

2.2 Kualitas Buku Pelajaran

Untuk mengetahui apakah buku pelajaran tersebut baik atau tidak, maka

terlebih dahulu harus diketahui bagaimana kualitas dari buku pelajaran tersebut.

Buku pelajaran yang baik tentunya memiliki kualitas yang baik juga. Selama ini,

kualitas buku pelajaran cenderung mengacu pada kesesuaian kurikulum yang

berlaku. Padahal, kualitas buku pelajaran juga ditentukan oleh aspek lain, tidak

hanya aspek kurikulum saja.


11

Buku pelajaran yang berkualitas sangat berpengaruh terhadap kualitas

peserta didik dalam pembelajaran. Ini karena buku pelajaran yang berkualitas

dapat memotivasi peserta didik dalam membaca, mengamati, dan mempelajari apa

yang terkandung dalam buku pelajaran tersebut. Buku pelajaran yang baik tentu

dapat membuat pembacanya mengerti dan paham apa yang ingin disampaikan

buku pelajaran tersebut. Seorang penulis dituntut untuk dapat menyusun buku

pelajaran yang menarik, sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan,

tehnologi, dan perkembangan pembacanya.

Greene dan Petty (dalam Muslich 2010:53) menyatakan ada sepuluh

kategori untuk buku pelajaran yang berkualitas. Sepuluh kategori tersebut sebagai

berikut, (1) Buku pelajaran harus menarik minat peserta didik yang

mempergunakannya.(2) Buku pelajaran harus mampu memberikan motivasi

kepada para peserta didik yang memakainya.(3) Buku pelajaran harus memuat

ilustrasi yang menarik peserta didik yang memanfaatkannya. (4) Buku pelajaran

sebaiknya mempertimbangkan aspek-aspek linguistik sehingga sesuai dengan

kemampuan para peserta didik yang memakainya. (5) Isi buku pelajaran harus

berhubungan erat dengan pelajaran-pelajaran lainnya, lebih baik lagi, kalau data

menunjangnya dan terencana sehingga semuanya merupakan suatu kebulatanyang

utuh dan terpadu.(6) Buku pelajaran harus dapat menstimulasi, merangsang

aktivitas-aktivitas pribadi para peserta didik yang mempergunakannya. (7) Buku

pelajaran harus dengan sadar dan tegas menghindar dari konsep-konsep yang

samar-samar dan tidak biasa, supaya tidak membuat bingung peserta didik yang

memakainya. (8) Buku pelajaran harus mempunyai sudut pandang atau point of
12

view yang jelas dan tegas sehingga pada akhirnya juga menjadi sudut pandang

para pemakainya yang setia. (9) Buku pelajaran harus mampu memberi

pemantapan, penekanan pada nilai-nilai anak dan orang dewasa. (10) Buku

pelajaran harus dapat menghargai perbedaan-perbedaan pribadi para pemakainya.

Sebagai kelengkapan kategori tersebut, Schorling Batchelder (1956 dalam

Muslich 2010:54) memberikan empat ciri buku pelajaran yang baik, (1)

direkomendasikan oleh guru-guru yang berpengalaman.(2) Bahan ajarnya sesuai

dengan tujuan pendidikan, kebutuhan peserta didik, dan kebutuhan masyarakat.

(3) Cukup banyak memuat pelajaran bacaan, materi dan latihan atau tugas.(4)

Memuat ilustrasi yang membantu peserta didik dalam belajar.

2.3 Fungsi Buku Pelajaran

Setiap pembuatan sesuatu pasti memiliki tujuan dan fungsi tertentu. Sama

halnya dengan pembuatan buku pelajaran, diharapkan dapat bermanfaaat bagi

pembacanya. Fungsi buku pelajaran secara umum adalah mempermudah peserta

didik dalam proses pembelajaran.

Ditinjau dari segi fungsinya, selain mempunyai fungsi umum sebagai

sosok buku, buku pelajaran mempunyai fungsi sebagai, (1) sarana pengembang

bahan dan program dalam kurikulum pendidikan;(2) sarana pemerlancar tugas

akademik guru;(3) sarana pemerlancar ketercapaian tujuan pembelajaran; dan (4)

sarana pemerlancar efisiensi dan keefektivan kegiatan pembelajaran (Muslich

2010:52).

Greene dan Petty (dalam Tarigan 1990:17) telah merumuskan beberapa

peranan buku pelajaran sebagai berikut. (1) Mencerminkan suatu sudut pandang
13

yang tangguh dan modern mengenai pengajaran serta mendemonstrasikan

aplikasinya dalam bahan pengajaran yang disajikan.(2) Menyajikan suatu sumber

pokok masalah atau subjectmatter yang kaya, mudah dibaca dan bervariasi, yang

sesuai dengan minat dan kebutuhan para peserta didik, sebagai dasar bagi

program-program kegiatan yang disarankan di mana keterampilan-keterampilan

ekspresional diperoleh di bawah kondisi-kondisi yang menyerupai kehidupan

yang sebenarnya. (3) Menyediakan suatu sumber yang tersusun rapi dan bertahap

mengenai keterampilan-keterampilan ekspresional yang mengemban masalah

pokok dalam komunikasi. (4) Menyajikan bersama-sama dengan buku manual

yang mendampinginya, metode-metode dan sarana-sarana pengajaran untuk

memotivasi para peserta didik. (5) Menyajikan fiksasi (perasaan yang mendalam)

awal yang perlu dan juga sebagai penunjang bagi latihan-latihan dan tugas-tugas

praktis. (6) Menyajikan bahan/sarana evaluasi dan remedial yang serasi dan tepat

guna.

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi

buku pelajaran adalah sebagai sumber kegiatan, acuan, dan gagasan bagi peserta

didik dan guru dalam pembelajaran yang telah dirancang sebelumnya.

2.4 Tingkat Keterbacaan Buku Pelajaran

Membaca memiliki peranan yang sangat penting dalam pembelajaran.

Melalui kegiatan membaca, peserta didik dapat memperoleh berbagai informasi

mengenai pelajaran yang dipelajari. Ginting (2005 :18) menyatakan bahwa salah

satu wahana dalam upaya memperoleh informasi dan meningkatkan pengetahuan

adalah melalui kegiatan membaca. Salah satu tugas guru adalah menyediakan
14

sarana baca yang sesuai untuk peserta didiknya. Buku merupakan sarana baca

yang sering digunakan oleh siswa, sehingga guru harus cermat dalam memilih

buku yang dapat meningkatkan minat baca peserta didiknya.

Menurut Suryadi dalam jurnal Sosioteknologi tahun 2007, menyatakan

bahwa buku ajar yang dikategorikan baik tidak hanya berisi materi yang sesuai

dengan kurikulum, tetapi juga memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi. Tingkat

keterbacaan ini akan berpengaruh terhadap minat baca siswa.

Menurut Ambruster dan Anderson, sebagaimana dikutip oleh Zamroni

(2011:13), keterbacaan buku teks merupakan istilah yang digunakan untuk

menyelidiki beberapa aspek bahan tertulis yang mengacu pada tingkat

pemahaman bahan tersebut. Dalam bahasa Inggris, keterbacaan disebut

readability, yang merupakan istilah untuk menyelidiki suatu bahan tertulis yang

mengacu pada tingkat kesukaran atau kemudahan suatu bacaan bagi pembacanya.

Menurut Fry, dalam El-Masri dan Vlaardingerbroek (2010:109) keterbacaan

sebuah teks –dalam hal ini teks atau wacana ilmu pengetahuan- menyatakan

tingkat kelas pembaca dapat membaca dan memahami teks atau wacana yang

sedang dibaca. Menurut Suryadi, suatu analisis tingkat keterbacaan ini akan

memunculkan apakah buku itu mudah, sedang, atau sulit dipahami oleh

pembacanya. Semakin tinggi tingkat keterbacaannya, maka semakin mudah buku

itu untuk dipahami pembacanya.

Tingkat keterbacaan dapat diukur dengan formula keterbacaan, antara lain

Formula Fry, Formula Flesch, Fog Index, dan SMOG. Berdasar penelitian yang

dilakukan oleh Yasa (2013:9) menyatakan bahwa seluruh formula tersebut dapat
15

digunakan untuk menganalisis tingkat keterbacaan dengan cermat. Salah satu

Formula yang dianjurkan oleh Subyantoro (2006:10) adalah Formula Fry.

Formula Fry dipilih karena praktis dan telah disesuaikan dengan wacana dalam

bahasa Indonesia. Formula keterbacaan Fry diambil dari nama pembuatnya, yaitu

Edward Fry. Formula Fry dipublikasikan pada tahun 1977 dalam majalah Journal

of Reading. Formula Fry ini mengambil seratus kata dalam suatu wacana untuk

dijadikan sampel tanpa memperhatikan seberapa panjang wacana tersebut. Jadi,

seberapa banyakpun wacana tersebut, jumlah sampel yang dipakai tetap seratus

kata.

Gambar 2.1 Gambar Grafik Fry

Formula ini mempunyai dua dasar utama, yaitu panjang pendeknya kata

dan tingkat kesulitan kata yang ditandai oleh jumlah (banyak-sedikitnya) suku

kata yang membentuk setiap kata dalam wacana tersebut.

Di bagian atas grafik terdapat deretan angka-angka seperti berikut:

108,112, 116, 120, dan seterusnya. Angka-angka dimaksud menunjukkan data


16

jumlah suku kata perseratus perkata, yakni jumlah kata dari wacana. Di bagian

samping kiri grafik terdapat angka 25.0, 20, 18.7, 14.3 dan seterusnya yang

menunjukkan data rata-rata jumlah kalimat perseratus perkataan.

Angka-angka yang berderet di bagian tengah grafik dan berada di antara

garis-garis penyekat dari grafik tersebut menunjukkan perkiraan peringkat

keterbacaan wacana yang diukur. Angka 1 menunjukkan 1, artinya wacana

tersebut cocok untuk pembaca dengan level peringkat baca 1, angka 2 untuk

peringkat baca 2, angka 3 untuk peringkat baca 3, dan seterusnya hingga

universitas.

Daerah yang diarsir pada grafik yang terletak di sudut kanan atas dan di

sudut kiri bawah grafik merupakan wilayah invalid, maksudnya jika hasil

pengukuran keterbacaan wacana jatuh pada wilayah gelap tersebut, maka wacana

tersebut kurang baik karena tidak memiliki peringkat baca untuk peringkat

manapun. Oleh karena itu, wacana yang demikian sebaiknya tidak digunakan dan

diganti dengan wacana lain.

Cara menghitung keterbacaan yaitu: (1) mengambil sampel wacana yakni

seratus perkataan; (2) menghitung jumlah kalimat dari seratus buah perkataan

hingga persepuluhan terdekat; (3) menghitung jumlah suku kata dari wacana

sampel hingga kata ke-100. Misalnya, sampel wacana hingga kata keseratus

terdiri atas 228 suku kata; (4) untuk wacana bahasa Indonesia, ditambah satu

langkah yakni mengalikan hasil peghitungan suku kata dengan angka 0,6; (5)

memplotkan angka-angka hasil perhitungan ke dalam Grafik Fry. Kolom tegak


17

lurus menunjukkan jumlah suku kata per seratus kata dan baris mendatar

menunjukkan jumlah kalimat per seratus kata.

2.5 Keterpusatan pada Peserta Didik

Penyajian materi dalam buku harus bersifat interaktif dan partisipasif

sehingga memotivasi peserta didik untuk belajar mandiri. Muslich (2009:25)

menyatakan bahwa belajar merupakan kegiatan aktif peserta didik dalam

membangun makna dan pemahaman. Tanggung jawab belajar sepenuhnya ada

dalam diri peserta didik, sedangkan guru hanya bertanggung jawab menciptakan

suasana yang menyenangkan, yang dapat mendorong prakarsa, motivasi, dan

tanggung jawab peserta didik untuk belajar sepanjang hayat.

Salah satu prinsip pembelajaran adalah berpusat pada peserta didik. Dalam

hal ini, peserta didik dianggap sebagai seseorang yang unik, karena antara peserta

didik yang satu dengan peserta didik yang lain memiliki perbedaan minat,

kemampuan, kesenangan, pengalaman, dan cara belajar. Sehingga untuk kegiatan

pembelajaran, organisasi kelas, materi pembelajaran, waktu belajar, alat belajar,

dan cara penilaian juga harus beragam sesuai dengan karakteristik masing-masing

peserta didik. Kegiatan belajar mengajar harus menempatlan peserta didik sebagai

subjek belajar dan mendorong peserta didik untuk mengembangkan potensinya

dengan semaksimal mungkin.

Kulsum (2011:132) dalam penelitiannya menerapkan pembelajaran yang

berpusat pada peserta didik. Hal tersebut berdampak positif, yaitu dapat

meningkatkan keaktifan peserta didik dengan diimbangi peningkatan hasil belajar

kognitif dan psikomotirk.


18

2.6 Pengembangan Keterampilan Proses

Sebagai suatu proses, ilmu-ilmu sains termasuk fisika diperoleh melalui

penelitian dengan beberapa langkah-langkah tertentu yang disebut metode ilmiah.

Metode ilmiah ini sedapat mungkin dikenalkan pada siwa supaya mereka dapat

menyenangi sains. Pada dasarnya keterampilan fisik dan mental itu sudah ada

dalam diri masing-masing peserta didik, akan tetapi bentuk potensi dan

kemampuannya belum terbentuk dengan jelas. Oleh karena itu, perlu dilatih

supayaketerampilan tersebut dapat dikembangkan. Buku merupakan salah satu

sumber belajar yang dapat digunakan untuk membantu peserta didik

mengembangkan keterampilan proses tersebut.

Menurut Sukiniarti (2009:373), keterampilan proses merupakan salah satu

pendekatan yang dapat membangun cara peserta didik untuk membentuk suatu

konsep dan memberikan kesempatan pada peserta didik untuk menemukan

sendiri, serta mampu membantu belajar peserta didik dalam mempelajari sesuatu.

Beberapa alasan mengapa keterampilan proses itu perlu dikembangkan

adalah: (1) perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi yang semakin cepat,

sehingga guru akan kesulitan jika semua fakta dan konsep diajarkan pada peserta

didik.(2) Banyak sumber belajar yang dapat digunakan oleh guru untuk

meningkatkan pemahaman peserta didik.(3) Peserta didikakan lebih mudah

memahami sesuatu yang rumit jika disertai contoh nyata.(4) Pemahaman peserta

didikakan lebih berarti ketika mereka mendapat kesempatan untuk

mempraktekkan sendiri.(5) Perlu adanya latihan bagi peserta didik untuk terus
19

bertanya, berpikir kritis, objektif serta mengupayakan suatu jawaban atas

permasalahan.

Berdasar penelitian yang dilakukan oleh Nugroho (2009:112) menyatakan

bahwa pendekatan keterampilan proses mampu meningkatkan aktivitas dan

pemahaman peserta didik. Dalam penelitian yang berbeda, Listyaningrum

(2012:66) menyatakan bahwa melalui pendekatan keterampilan proses motivasi

berprestasi peserta didik meningkat.

Funk dalam Sukiniarti (2009:374) mengungkapkan ada tiga keuntungan

dalam pembelajaran dengan keterampilan proses, yaitu :(1) memberikan

pengertian kepada peserta didik mengenai hakikat IPA; (2) memberikan

kesempatan pada peserta didik untuk bekerja dengan IPA, bukan hanya sekedar

menceritakan atau mendengarkan tentang IPA; dan (3) membuat peserta didik

belajar proses dan produk IPA.

Keterampilan proses meliputi beberapa hal, antara lain :(1) pemanasan, (2)

pengamatan, (3) interpretasi dari pengamatan, (4) peramalan, (5) aplikasi konsep,

(6) perencanaan penelitian, dan (7) komunikasi (Semiawan dalam Karso, 1993 :

191).

2.7Jenjang Kognitif Soal Latihan

Soal-soal latihan dapat dijadikan sebagai saran untuk mengetahui sejauh

mana pencapaian suatu pembelajaran melalui penguasaan peserta didik terhadap

suatu konsep.Sehingga adanya analisis jenjang kognitif soal latihan dapat

bermanfaat untuk mengetahui seberapa besar tuntutan soal-soal latihan dan

proporsi soal-soal latihan dalam menguji kemampuan peserta didik.


20

Bloom menyampaikan tiga taksonomi yang biasa dikenal dengan

Taksonomi Bloom. Tiga taksonomi tersebut disebut dengan ranah belajar, yang

terdiri dari tiga ranah, yaitu: (1) ranah kognitif (cognitive domain); (2) ranah

psikomotorik (psychomotoric domain); dan (3) ranah afektif (affective domain).

Ranah kognitif ini berhubungan dengan hasil berupa pengetahuan,

kemampuan, dan kemahiran intelektual. Bloom membagi ranah kognitif menjadi

enam bagian yang telah direvisi, yaitu:

(1) Mengingat

Mengingat merupakan tingkatan kognitif paling rendah dan merupakan

kategori kognitif C1.Kemampuan mengingat ini bersifat menggali kembali

informasi yang tersimpan dalam ingatan jangka panjang. Kategori mengingat ini

mencakup dua macam proses kognitif yaitu mengenali dan mengingat.

(2) Memahami

Memahami merupakan kemampuan untuk membangun makna atau

pengertian dari pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya.Kemampuan

memahami ini masuk dalam kategori C2 dansetingkat lebih tinggi dari kategori

C1. Kategori memahami mencakup tujuh proses kognitif yaitu menafsirkan,

memberi contoh, mengklasifikasikan, meringkas, menarik inferensi,

membandingkan, dan menjelaskan.

(3) Aplikasi

Aplikasi merupakan kemampuan untuk menggunakan atau

mengaplikasikan suatu prosedur untuk menyelesaikan suatu masalah atau

mengerjakan tugas.Kemampuan aplikasi ini masuk dalam kategori C3 dan


21

setingkat kebih tinggi dari kategori C2. Kategori ini mencakup dua macam proses

kognitif yaitu menjalankan dan mengimplementasikan.

(4) Analisis

Analisis merupakan kemampuan untuk menguraikan suatu permasalahan

atau obyek ke unsur-unsurnya dan menentukan bagaimana hubungan saling

keterkaitannya.Kemampuan analisis masuk dalam kategori kognitif C4 yang

berada setingkat lebih tinggi dari C3. Kategori ini mencakup tiga proses kognitif

yaitu membedakan, mengorganisir, dan menemukan pesan tersirat.

(5) Evaluasi

Evaluasi merupakan kemampuan untuk membuat suatu pertimbangan

berdasarkan kriteria yang telah ada.Kemampuan evaluasi masuk dalam kategori

C5 dan setingkat lebih tinggi dari kategor C4. Kategori ini mencakup dua proses

kognitif yaitu memeriksa dan mengkritik.

(6) Kreasi

Kreasi merupakan kemampuan untuk menggabungkan beberapa unsur

manjadi satu bentuk kesatuan.Kemampuan ini masuk dalam kategori C6 dan

berada pada tingkatan kognitif Bloom paling tinggi. Kategori ini meliputi tiga

proses kognitif yaitu membuat, merencanakan,dan memproduksi.

2.8 Penelitian Yang Relevan

Beberapa penelitian mengenai analisis buku telah banyak dilakukan. Dari

beberapa penelitian berikut, ada beberapa hal berbeda yang dianalisis. Beberapa

hal berbeda tersebut sebenarnya mempunyai tujuan yang sama, yaitu mengetahui
22

kualitas dari buku ajar yang dianalisis. Berikut hasil dari penelitian terdahulu yang

relevan dengan bahasan dalam skripsi ini.

Skripsi dengan judul “ Analisis Buku Teks Fisika Kelas VII Berdasarkan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Yang Banyak Digunakan Di SMP

Negeri Se- Kabupaten Kudus” karya Achmad Zamroni, tahun 2011. Penelitian ini

menfokuskan pada lima aspek, yaitu: (1) tingkat keterbacaan, (2) indeks

pengaktifan peserta didik, (3) kesesuaian materi dengan kurikulum KTSP, (4)

ketepatan konsep dan gambar, dan (5) presentase jenjang kognitif soal latihan.

Populasi penelitian ini adalah seluruh buku ajar fisika kelas VII yang digunakan di

Kabupaten Kudus, sedangkan sampel penelitiannya adalah dua buku dengan

peringkat teratas yakni buku terbitan Pustaka Indah dan Erlangga.

Penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan, yaitu: (1) tingkat

tingkat keterbacaan pada buku terbitan Pustaka Indah dan Erlangga belum sesuai.

Buku terbitan Pustaka Indah memiliki presentase 4,76% untuk kategori mudah,

66,66% untuk kategori sesuai, 23,81% untuk kategori sulit, dan 4,76% untuk

kategori invalid. Buku terbitan Erlangga memiliki presentase 0% untuk kategori

mudah, 60,87% untuk kategori sesuai, 34,78% untuk kategori sulit, dan 4,35

untuk kategori invalid. (2) Indeks pengaktifan peserta didik pada buku terbitan

Pustaka indah sudah cukup baik dengan nilai indeks 0,53 (penilaian kalimat), 0,55

(penilaian gambar/grafik), dan 1,50 (penilaian pertanyaan), sedangkan pada buku

terbitan Erlangga masih rendah dengan nilai indeks 0,55 (penilaian kalimat), 0,29

(penilaian gambar/grafik), dan 0,59 (penilaian pertanyaan). (3) Materi dari kedua

buku telah sesuai dengan kurikulum KTSP. (4) Buku Pustaka Indah masih
23

terdapat kesalahan konsep dan gambar, sedangkan pada buku terbitan Erlangga

sudah tidah ada kesalahan gambar dan konsep. (5) Jenjang kognitif soal latihan

pada buku terbitan Pustaka Indah dan Erlangga, kedua belum proporsional karena

banyak mengungkap jenjang pengetahuan (C1) dan pemahaman (C2), sedangkan

jenjang C4, C5, dan C6 tidak ada.

Skripsi yang berjudul “Analisis Penyajian Aspek Pembelajaran Pada Buku

Ajar Fisika SMP Di Kota Semarang” karya Mega Kurnia Permata Sari tahun

2008, membahas beberapa subaspek penilaian kualitas buku dilihat dari aspek

penyajian pembelajaran. Beberapa subaspek dari aspek penyajian pembelajaran

yaitu: (1) tingkat pemusatan peserta didik pada buku ajar fisika; (2) tingkat

pengembangan keterampilan proses peserta didik pada buku ajar fisika; (3) tingkat

keselamatan kerja pada kegiatan ilmiah peserta didik pada buku ajar fisika; (4)

tingka variasi penyajian pada buku ajar fisika; dan (5) tingkat keterpaduan

pembelajaran fisika dengan mata pelajaran matematika, kimia, biologi, dan sosial

sains pada buku ajar fisika.

Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian yang dilakukan oleh Mega

Kurnia menyatakan bahwa buku ajar fisika yang terbanyak dipakai di kota

Semarang sudah baik, dan memenuhi kriteria penyajian aspek pembelajaran yang

baik dengan skor rata-rata 2,58. Tingkat Keterpusatan pada peserta didik yang

dimiliki buku ajar fisika terbanyak digunakan di kota Semarang sudah baik

dengan skor rata-rata 64,88%. Buku tersebut juga sudah mengembangkan

keterampilan proses dengan baik, hal ini ditunjukkan dengan skor rata-rata

69,16%. Pada subaspek keselamatan kerja kegiatan ilmiah memiliki skor yang
24

sangat baik yaitu 95,29% yang menyatakan bahwa buku tersebut sudah

memperhatikan keselamatan peserta didik saat melaksanakan kegiatan ilmiah.

Untuk variasi penyajian memiliki skor rata-rata 50,76%, dan untuk keterpaduan

pembelajaran memiliki skor rata-rata 37,46%.

Masyhuratul Fadhilah melakukan penelitian dengan judul “Analisis Buku

Ajar IPA Biologi yang Banyak Digunakan di SMP Negeri Kabupaten Jepara” dan

dipublikasikan dalam sebuah jurnal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

tingkat keterbacaan, tingkat kesesuaian konsep dan gambar buku teks biologi edisi

kedelapan jilid satu (2008) dan edisi kelima jilid dua dan tiga (2004) karangan

Campbell, dkk, tingkat kesalahan ejaan, dan tingkat kelayakan buku pelajaran IPA

Biologi berdasarkan standar BSNP. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif

kualitatif dengan mengkaji kualitas buku IPA Biologi SMP Kelas VIII yang

banyak digunakan di SMP Negeri Kabupaten Jepara yaitu buku karangan Istamar

Syamsuri, dkk jilid dua (2007) penerbit Erlangga.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat keterbacaan sampel sesuai

18,57%, sampel mudah 8,57%, sampel sulit 64,29%, dan invalid 8,57%; untuk

tigkat kesalahan konsep tidak ditemukan kesalahan konsep dari 231 konsep dan

memiliki kesalahan gambar 11,5% dari 113 gambar; untuk kesalahan ejaan

memiliki enam kesalahan ketikan, lima kesalahan penggunaan huruf kapital, dan

satu kesalahan penulisan tanda baca; dan untuk tingkat kelayakan buku menurut

standar BSNP memenuhi standar kelayakan pada Instrumen tahap I dan tahap II

sebanyak 86,2% dengan criteria sangat sesuai. Simpulan dari penelitian ini adalah

buku pelajaran IPA Biologi terbitan Erlangga karangan Istamar Syamsuri, dkk
25

tahun terbit 2007 jilid dua belum sepenuhnya sesuai untuk siswa kelas VIII pada

tingka keterbacaan.

Saemina melakukan penelitian yang berjudul “ Tingkat Keterbacaan

Wacana Buku Teks Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Untuk Kelas VII

Sekolah Menengah Pertama” dan dipublikasikan dalam sebuah jurnal. Penelitian

tersebut bertujuan untuk mendiskripsikan tingkat keterbacaan wacana buku teks

pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia untuk kelas VII SMP.Analisis data

dilakukan dengan menggunakan Formula Grafik Fry dan teknik cloze.

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa hasil perhitungan tingkat

keterbacaan ke-15 wacana buku teks pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia untuk

kelas VII SMP berdasarkan grafik Fry adalah sebagai berikut: (1) wacana 1 dan 9

dapat digunakan sebagai bahan bacaan pada peserta didik SMA dan mahapeserta

didik; (2) wacana 2 dapat digunakan sebagai bahan bacaan untuk mahapeserta

didik/umum; (3) wacana 3 digunakan sebagai bahan bacaan untuk peserta didik

kelas IX dan XII SMA dan mahapeserta didik; (4) wacana 4 dapat digunakan

sebagai bahan bacaan kelas XII SMA dan mahapeserta didik; (5) wacana 5 dan 7

tidak memiliki area tingkat baca; (6) wacana 6 dan 8 dapat digunakan sebagai

bahan bacaan kelas VII dan VIII; (7) wacana 10 dan 13 dapat digunakan sebagai

bahan bacaan murid kelas VI SD serta peserta didik kelas VII dan VIII; (8)

wacana 11 dapat digunakan sebagai bahan bacaan peserta didik kelas III, IV, dan

V SD; (9) wacana 12 dapat digunakan sebagai bahan bacaan murid kelas I, II, dan

III SD; dan (10) wacana 14 dan 15 dapat digunakan sebagai bahan bacaan kelas

V, VI, dan VII SMP.


26

Hasil perhitungan tingkat keterbacaan tiga wacana berdasarkan teknik

cloze adalah sebagai berikut: (1) wacana I dan II berada pada tingkat frustasi atau

gagal; dan (2) wacana III berada pada tingkat baca intruksional atau sedang.

2.7 Kerangka Berfikir

Buku merupakan salah satu sarana pembelajaran yang penting untuk

menunjang proses belajar-mengajar di sekolah. Buku yang berkualitas akan

menunjang pembelajaran dengan baik. Sebagian besar buku pelajaran fisika kelas

X yang terdapat di SMA Negeri se- Kabupaten Kebumen belum diketahui

bagaimana kualitasnya jika dilihat dari aspek keterbacaan wacana, keberpusatan

peserta didik, pengembangan keterampilan proses peserta didik, dan jenjang

kognitif soal latihan. Untuk itu, perlu dilakukan penelitian mengenai buku

tersebut. Penelitian dilaksanakan dengan menganalisis buku yang dijadikan

sampel berdasarkan beberapa kriteria dan instrumen yang telah disusun.


BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Setting dan Karakteristik Penelitian

Setting dan karakteristik dalam penelitian ini berisi mengenai populasi dan

sampel objek penelitian yang berupa buku pelajaran fisika. Populasi dan sampel

secara rinci akan dijelaskan dalam uraian berikut.

3.1.1 Populasi

Sugiyono (2009:117) menyatakan bahwa populasi merupakan wilayah

generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya.Populasi dalam penelitian ini adalah buku-buku pelajaran

fisika yang digunakan di seluruh SMA Negeri se- Kabupaten Kebumen.

3.1.2 Sampel

Menurut Sugiyono (2009:118) sampel merupakan bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.Pengambilan sampel dalam

skripsi menggunakan teknikpurposive sampling. Dalam proses pengambilan

sampel, terlebih dahulu dilakukan survey mengenai penggunaan buku pelajaran

fisika yang digunakan di SMA Negeri se- Kabupaten Kebumen, kemudian dari

data yang terkumpul, dipilih tiga buku yang paling banyak digunakan, yaitu :

27
28

Tabel 3.1 Sampel Buku Pelajaran Fisika SMA Kelas X

No. Kode Nama Buku Pengarang Penerbit Tahun


Buku Terbit
1 A Fisika untuk SMA Marthen Erlangga 2007
Kelas X Kanginan
2 B Kompetensi Fisika Siswanto, Pusbuk 2009
Sukaryadi Depdiknas
3 C Fisika Bilingual Sunardi, Yrama 2007
Etsa Indra I. Widya

3.2 Variabel Penelitian

Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah:

(1) Tingkat keterbacaan buku pelajaran.

(2) Keterpusatan pada peserta didik.

(3) Tingkat pengembangkan keterampilan proses.

(4) Jenjang kognitif soal latihan.

3.3 Rancangan Penelitian

Buku Teks

Analisis Buku

1 2 3 4

Pemaparan

Gambar 3.1 Diagram Rancangan Penelitian


29

Keterangan :

(1) Tingkat keterbacaan buku pelajaran.

(2) Keterpusatan pada peserta didik.

(3) Tingkat pengembangan keterampilan proses.

(4) Jenjang kognitif soal latihan.

3.4 Prosedur Penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: (1)

penyusunan perangkat penelitian berupa lembar observasi; (2) pelaksanaan

penelitian dengan menganalisis buku ajar fisika yang dijadikan sampel; (3)

pembahasan hasil penelitian dalam bentuk pemaparan hasil penelitian.

Langkah penelitian tersebut juga dapat dilihat dalam diagram berikut:

Penyusunan Perangkat

Pelaksanaan penelitian
(Analisis Buku)

Pembahasan
(Pemaparan)

Gambar 3.2 Diagram Prosedur Penelitian

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data terbagi dalam dua pokok yaitu langkah

penelitian dan instrument yang digunakan untu menganalisis buku.Berikut

merupakan langkah-langkah penelitian dan instrument penelitian.


30

3.5.1 Langkah-langkah

(1) Membaca dan mencermati buku pada setiap subbab/kegiatan.

(2) Mengidentifikasikan berdasarkan deskripsi.

(3) Memberi skor pada lembar observasi, skor 1 jika sesuai dengan pernyataan

dan 0 jika tidak sesuai pernyataan.

(4) Menghitung skor yang diperoleh.

(5) Mendeskripsikan skor yang dimiliki buku berdasarkan kriteria yang

ditentukan oleh BSNP.

3.5.2 Instrumen

Ada empat instrumen yang akandigunakan, yaitu:

(1) Instrumen yang digunakan untuk menganalisis keterbacaan wacana adalah

Formula Grafik Fry. Untuk menggunakan formula Fry, terlebih dahulu harus

dihitung jumlah kata, kalimat, dan perkataan, kemudian diplotkan dalam grafik

Fry dan ditentukan peringkat baca bacaan. Instrumen selengkapnya terdapat di

lampiran 1.

(2) Instrumen yang digunakan untuk menganalisis keterpusatan pada peserta didik

berupa angket. Angket ini terdiri dari beberapa deskripsi mengenai kisi-kisi

penilaian Keterpusatan buku pada peserta didik. Kisi-kisi dan instrumen

selengkapnya terdapat di lampiran instrumen 2 dan 3.

(3) Instrumen yang digunakan untuk menganalisis pengembangan keterampilan

proses berupa angket. Angket ini terdiri dari beberapa deskripsi mengenai kisi-kisi

penilaian pengembangan keterampilan proses.Kisi-kisi dan instrumen

selengkapnya terdapat di lampiran 4 dan 5.


31

(4) Instrumen yang digunakan untuk menganalisis jenjang kognitif soal latihan

berupa angket. Angket ini terdiri dari beberapa kolom dengan predikat soal C1

sampai C6. Instrumen selengkapnya terdapat di lampiran 6.

3.6 Metode Analisis Data

Data yang diperoleh berupa skor penilaian yang selanjutnya dianalisis

secara deskriptif kualitatif untuk mengetahui beberapa aspek yang diteliti pada

buku ajar fisika.Untuk mengetahui presentase masing-masing butir, terlebih

dahulu memberi nilai untuk masing-masing format pengamatan.

Menurut Ali (1985:184), sebelum data dianalisis secara kualitatif, terlebih

dahulu dianalisis dengan teknik deskriptif persentase (DP) dengan rumus:

𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗 𝑎𝑎𝑎𝑎


DP = 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑥𝑥 100%
𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖 /𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚

Tabel 3.2 Kategori Skor untuk Tiap Butir

NO Presentase Kategori Skor

1 ≥80% Sangat Baik 4

2 60% - 79% Baik 3

3 50% - 59% Cukup Baik 2

4 <50% Kurang Baik 1

Menurut Subyantoro sebagaimana dikutip oleh Zamroni (2011:33) kriteria

tingkat keterbacaan dikelompokkan dalam empat kriteria yaitu: sesuai, mudah,

sulit, dan invalid. Setelah itu jumlah masing-masing kriteria dibuat presentase.

Presentasenya dirumuskan sebagai berikut:


32

𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗ℎ 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠


𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑎𝑎𝑎𝑎 ∶ 𝑥𝑥100%
𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗ℎ 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠

𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗ℎ 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚ℎ


𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚ℎ ∶ 𝑥𝑥100%
𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗ℎ 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠

𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗ℎ 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠


𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 ∶ 𝑥𝑥100%
𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗ℎ 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠

𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗ℎ 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖


𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖 ∶ 𝑥𝑥100%
𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗ℎ 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠
BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Tiga sampel buku ajar fisika yang digunakan yaitu Kompetensi Fisika

karangan Siswanto dan Sukaryadi terbitan Pusbuk Depdiknas tahun terbit 2009

(sebagai sampel buku kode A), Fisika untuk SMA Kelas X karangan Marthen

Kanginan terbitan Erlangga tahun terbit 2007 (sebagai sampel buku kode B), dan

Fisika Bilingual karangan Sunardi dan Etsa Indra Irawan terbitan Yrama Widya

tahun terbit 2007 (sebagai sampel buku kode C).

4.1.1 Tingkat Keterbacaan pada Buku Ajar Fisika

Hasil analisis data keterbacaan buku ajar fisika untuk ketiga sampel buku

dapat dilihat pada table 4.1.

Tabel 4.1 Hasil Analisis Data Tingkat Keterbacaan Buku Ajar Fisika

Kode Presentase Kriteria Tingkat Keterbacaan (%)


No
Buku Mudah Sesuai Sulit Invalid
1 A 70,83 12,5 4,17 12,5
2 B 37,5 50 12,5 0
3 C 4,17 62,5 25 8,33

Berdasarkan hasil analisis data tingkat keterbacaan buku ajar fisika dengan

menggunakan Formula Fry, dapat diketahui bahwa pada buku terbitan Pusbuk

memiliki kriteria tingkat keterbacaan kategori “Mudah” dengan presentase

70,83%. Kriteria tingkat keterbacaan untuk kategori “Sesuai” memiliki presentase

12,5%. Tingkat keterbacaan kategori “Sulit” buku ini memiliki presentase 4,17%,

33
34

sedangkan untuk tingkat keterbacaan kategori “Invalid” memiliki presentase

12,5%.

Buku ajar kedua yaitu buku terbitan Erlangga memiliki tingkat

keterbacaan kategori “Mudah” dengan presentase 37,5%. Tingkat keterbacaan

kategori “Sesuai” memiliki presentase 50% dan untuk tingkat keterbacaan

kategori “Sulit” buku ajar terbitan Erlangga memiliki presentase 12,5%,

sedangkan untuk kategori “Invalid” tingkat presentasenya adalah 0%.

Buku ajar yang ketiga yaitu buku ajar terbitan Yrama Widya memiliki

tingkat keterbacaan kategori “Mudah” dengan presentase 4,17%. Tingkat

keterbacaan kategori “Sesuai” pada buku ini mencapai presentase 25%. Tingkat

keterbacaan kategori “Sulit” presentasenya mencapai 62,5%, sedangkan untuk

tingkat keterbacaan kategori “Invalid” presentasenya mencapai 8,33%. Data

lengkap untuk masing-masing analisis tingkat keterbacaan teks pada buku ajar

dapat dilihat di lampiran 7, 8, 9, 10, 11, dan 12.

4.1.2 Tingkat Keterpusatan Peserta Didik

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada ketiga sampel buku ajar

fisika, dapat disajikan hasil yang secara singkat dapat dilihat pada table 4.2.

Tabel 4.2 Tingkat Keterpusatan Peserta Didik

Kode Presentase Tingkat Keterpusatan


No. Kategori
Buku Peserta Didik (%)
1 A 60,44 Baik
2 B 63,56 Baik
3 C 27,98 Kurang Baik
35

Berdasar table 4.2 di atas terlihat bahwa untuk buku ajar pertama yaitu

terbitan Pusbuk memiliki presentase keterpusatan peserta didik sebesar 60,44%.

Menurut BSNP, buku dengan presentase <49% dapat digolongkan dalam kategori

baik. Buku ajar kedua yaitu terbitan Erlangga memiliki presentase keterpusatan

peserta didik sebesar 63,56%, sehingga dapat dimasukkan dalam kategori baik,

sedangkan untuk buku ajar ketiga terbitan Yrama Widya memiliki presentase

keterpusatan peserta didik sebesar 27,98% dan dapat dimasukkan dalam kategori

kurang baik. Data lengkap mengenai analisis tingkat keterpusatan peserta didik

dapat dilihat pada lampiran 13, 14, dan 15.

4.1.3 Tingkat Pengembangan Keterampilan Proses

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada ketiga sampel buku ajar

fisika, dapat disajikan hasil yang secara singkat dapat dilihat pada table 4.3.

Tabel 4.3 Tingkat Pengembangan Keterampilan Proses

Kode Presentase Tingkat Pengembangan


No. Kategori
Buku Keterampilan Proses (%)
1 A 36,98 Kurang Baik
2 B 57,21 Cukup Baik
3 C 24,67 Kurang Baik

Berdasarkan hasil analisis pada table 4.3 terlihat bahwa untuk buku ajar

pertama yaitu terbitan Pusbuk memiliki tingkat pengembangan keterampilan

proses dengan presentase 36,98%. Menurut BSNP presentase ini masuk dalam

kategori kurang baik karena masih kurang dari 49%. Buku ajar kedua yaitu

terbitan Erlangga memiliki presentase sebesar 57,21 dan dapat dimasukkan dalam

katergori cukup baik. Buku ajar ketiga yaitu terbitan Yrama Widya memiliki
36

presentase sebesar 24,67%, sehingga dapat dimasukkan dalam kategori kurang

baik. Data lengkap mengenai analisis tingkat pengembangan ketranpilan proses

dapat dilihat pada lampiran 16, 17, dan 18.

4.1.4 Presentase Jenjang Kognitif Soal Latihan pada Buku Ajar

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap buku ajar fisika yang

dijadikan sebagai sampel, dapat disajikan hasil analisis presentase jenjang kognitif

soal latihan sebagai berikut dalam table 4.4.

Tabel 4.4 Presentase Jenjang Kognitif Soal Latihan

Presentase Jenjang Kognitif Soal Latihan (%)


No. Kode Buku
C1 C2 C3 C4 C5 C6
1 A 8,33 27,5 37,5 26,67 0 0
2 B 0 12,45 50,94 36,61 0 0
3 C 8,8 22 48 21,2 0 0

Berdasar table 4.4 dapat dilihat bahwa untuk setiap sampel buku yang

dianalisis memiliki perbedaan presentase jenjang kognitif soal latihan yang

berbeda. Buku ajar pertama terbitan Pusbuk memiliki presentase untuk jenjang

soal C1 sebesar 8,33% dan untuk presentase jenjang soal C2 adalah 27,5%,

sedangkan presentase untuk jenjang soal C3 dan C4 berturut-turut adalah 37,5%

dan 26,67%. Buku ajar kedua terbitan Erlangga memiliki presentase untuk jenjang

soal C1 sebesar 0% dan untuk jenjang soal C2 presentasenya adalah 12,45%,

sedangkan untuk jenjang soal C3 dan C4 presentasenya sebesar 50,94% dan

36,61%. Selanjutnya dapat diamati presentase jenjang soal C1 untuk buku ketiga

adalah 8,8% dan untuk jenjang soal C2 sebesar 22%, sedangkan untuk jenjang

soal C3 dan C4 adalah sebesar 48% dan 21,2%. Berdasarkan hasil analisis dapat
37

diketahui bahwa ketiga buku sampel yang dianalisis tidak terdapat jenjang soal C5

dan C6, sehingga presentase untuk jenjang soal C5 dan C6 pada ketiga buku

adalah 0%. Hasil analisis secara lengkap masing-masing buku sampel dapat

dilihat pada lampiran 19, 20, dan 21.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Tingkat Keterbacaan pada Buku Ajar Fisika

Berdasar hasil analisis terungkap bahwa pada buku ajar fisika terbitan

Pusbuk terdapat beberapa teks wacana dengan kategori mudah, sesuai, sulit dan

invalid. Pada kategori mudah, terdapat 17 bacaan dengan kategori mudah dari

jumlah sampel bacaan sebanyak 24. Jika dipresentasekan, maka presentase dari

jumlah ini adalah 70,83%. Dari 17 bacaan dengan kategori mudah ini, terdapat

satu bacaan pada peringkat baca lima, tiga bacaan pada peringkat baca enam,

tujuh bacaan pada peringkat baca tujuh, dan enam bacaan pada peringkat baca

delapan. Menurut Saemina, untuk peserta didik kelas X, peringkat baca yang

sesuai adalah pada peringkat baca 10. Peringkat baca ini sifatnya adalah perkiraan,

maka peringkat baca ini hendaknya dikurang dan ditambah satu yaitu (10-1) dan

(10+1) sehingga untuk kelas X peringkat baca yang sesuai adalah peringkat baca

9, 10, dan 11. Untuk peringkat baca yang < 9 masuk dalam kategori mudah,

sedangkan peringkat baca yang > 11 masuk dalam kategori sulit.

Peringkat baca lima cocok digunakan untuk peserta didik SD Kelas IV, V,

dan VI, sehingga tidak tepat untuk peserta didik kelas X. Untuk peringkat baca

enam cocok digunakan untuk peserta didik kelas V, VI, dan VII, sedangkan

peringkat baca tujuh cocok digunakan untuk peserta didik kelas VI, VII, dan VIII.
38

Peringkat baca delapan akan cocok digunakan untuk peserta didik kelas VII, VIII,

dan IX.

Presentase bacaan dengan kategori sesuai pada buku terbitan Pusbuk

sebesar 12,5%. Dari 24 sampel bacaan yang dianalisis, terdapat tiga bacaan yang

masuk dalam kategori sesuai, yaitu peringkat baca 9, 10, dan 11. Untuk kategori

sulit, terdapat satu bacaan dengan peringkat baca 16. Peringkat baca 16 cocok

untuk mahasiswa tingkat akhir. Terdapat juga tiga bacaan kategori invalid dengan

presentase 12,5%, artinya bacaan ini tidak masuk dalam peringkat baca manapun

dan harus diganti dengan bacaan lain yang lebih sesuai untuk peserta didik kelas

X.

Buku terbitan Erlangga memiliki sembilan bacaan dengan kategori mudah.

Sembilan bacaan ini terdiri dari satu bacaan dengan peringkat baca lima, satu

bacaan dengan peringkat baca enam, empat bacaan dengan peringkat baca tujuh,

dan tiga bacaan dengan peringkat baca delapan. Seperti dijelaskan sebelumnya,

bacaan dengan peringkat baca < 9 masuk dalam kategori mudah. Selain terdapat

bacaan dengan kategori mudah, terdapat juga bacaan dengan kategori sesuai dan

sulit.

Berdasarkan pada 24 sampel bacaan yang dianalisis, terdapat 12 bacaan

dengan kategori sesuai, ini berarti setengah dari sampel masuk dalam kategori

sesuai. Kategori bacaan yang sesuai terdiri dari dua bacaan pada peringkat baca

sembilan, delapan bacaan pada peringkat baca 10, dan dua bacaan pada peringkat

baca 11, sedangkan untuk kategori sulit terdapat tiga bacaan, yaitu dua bacaan

pada peringkat baca 12 dan satu bacaan pada peringkat baca 16. Bacaan dengan
39

peringkat baca 12 cocok untuk peserta didik kelas XI, XII, dan mahasiswa tingkat

awal, sedangkan bacaan dengan peringkat baca 16 cocok untuk mahasiswa tingkat

akhir. Pada buku terbitan Erlangga tidak terdapat bacaan dengan kategori invalid.

Artinya tidak ada bacaan yang tidak masuk dalam peringkat baca manapun.

Buku ketiga yang dianalisis adalah buku terbitan Yrama Widya. Buku ini

merupakan buku ajar yang disusun dengan dua bahasa atau bilingual. Bacaan

yang dijadikan sampel merupakan bacaan yang berbahasa Indonesia. Dari 24

sampel bacaan yang dianalisis, terdapat dua bacaan dengan kategori mudah, yaitu

dengan peringkat baca delapan. Bacaan dengan peringkat baca delapan cocok

untuk peserta didik kelas VII, VIII, dan IX. Selain terdapat dua bacaan dengan

kategori mudah, terdapat 15 bacaan dengan kategori sesuai yang terdiri dari enam

bacaan dengan peringkat baca sembilan, enam bacaan dengan peringkat baca 10,

dan tiga bacaan dengan peringkat baca 11. Untuk kategori sulit terdapat enam

bacaan yang terdiri dari satu bacaan dengan peringkat baca 12, satu bacaan

dengan peringkat baca 13, tiga bacaan dengan peringkat baca 14, dan satu bacaan

dengan peringkat baca 16. Bacaan dengan peringkat baca 12 cocok untuk peserta

didik kelas XI, XII, dan mahasiswa tingkat awal. Bacaan dengan peringkat baca

13 cocok untuk peserta didik kelas XII dan mahasiswa dan untuk bacaan dengan

peringkat baca 14 cocok untuk mahasiswa, sedangkan bacaan dengan peringkat

baca 16 cocok untuk mahasiswa tingkat akhir dan umum.

Buku terbitan Yrama Widya memiliki dua sampel bacaan yang masuk

dalam kategori invalid. Artinya bacaan ini tidak masuk dalam peringkat baca
40

manapun, sehingga akan lebih baik jika diganti dengan bacaan lain yang lebih

sesuai untuk peserta didik kelas X.

Menurut Edward Fry sebagaimana dikutip oleh El-Masri dan

Vlaardingerbroek, menyatakan bahwa readability (keterbacaan) merupakan

mudah sukarnya suatu teks atau wacana untuk dibaca. Wacana yang tidak sesuai

dengan peringkat baca pembacanya akan menyebabkan wacana tersebut sulit

dipahami oleh pembacanya.

Buku ajar terbitan Pusbuk sebagian besar bacaannya masuk dalam kategori

mudah, dan ada beberapa bacaan dengan kategori sulit dan invalid, sedangkan

untuk bacaan dengan kategori sesuai masih sangat sedikit yaitu hanya 12,5% atau

seperdelapan dari jumlah sampel yang dianalisis. Pada buku ajar terbitan

Erlangga, bacaan dengan kategori sesuai sudah cukup baik karena mencapai 50%

dari jumlah sampel yang dianalisis, tetapi masih terdapat bacaan dengan kategori

mudah dan sulit, sedangkan untuk kategori invalid tidak ada. Pada buku ajar

terbitan Yrama Widya, presentase bacaan dengan kategori sesuai sudah cukup

tinggi, yaitu 62,5% yang berarti lebih dari setengah dari keseluruhan sampel telah

sesuai. Akan tetapi, dalam buku ini juga masih terdapat beberapa bacaan dengan

kategori mudah, sulit, dan invalid. Secara keseluruhan dari ketiga buku tersebut,

buku terbitan Yrama Widya yang paling sesuai tingkat keterbacaannya untuk

peserta didik kelas X.

Menurut Suryadi (2007:2) buku pelajaran yang baik bukan hanya memuat

materi yang sesuai dengan kurikulum, tetapi juga ditulis dengan tingkat

keterbacaan yang tinggi.Tingkat keterbacaan yang tinggi ini tentunya juga


41

disesuaikan dengan peringkat baca peserta didik. Dengan tingkat keterbacaan

yang tinggi akan menunjang pemahaman peserta didik, yang nantinya juga akan

berpengaruh terhadap kualitas pendidikan. Maka dari itu, Chen and Chen

menyatakan bahwa pemilihan buku yang baik dan sesuai untuk peserta didik

merupakan tugas yang sangat penting bagi guru.

4.2.2 Tingkat Keterpusatan Peserta Didik

Sesuai dengan hasil analisis yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa

pada buku ajar A dan buku ajar B memiliki skor presentase sebesar 60,44% dan

63,56% yang berarti bahwa kedua buku tersebut masuk dalam kategori baik.

Menurut BSNP, buku dengan skor presentase antara 60%-79% sudah dapat

dimasukkan dalam kategori berpusat pada peserta didik.

Salah satu prinsip pembelajaran adalah berpusat pada peserta didik.

Menurut Muslich (2009) belajar merupakan kegiatan aktif peserta didik dalam

membangun makna dan pemahaman. Jadi peserta didik dituntut untuk

membangun sendiri pengetahuan di benak mereka. Dalam hal ini, guru

bertanggung jawab untuk menciptakan suasana yang menyenangkan, yang bisa

mendorong prakarsa dan motivasi peserta didik untuk belajar. Guru juga bisa

membantu proses belajar peserta didik dengan menyediakan sumber belajar

berupa buku yang relevan dan sesuai untuk peserta didik.

Ditinjau dari hasil analisis, kedua buku tersebut sudah sesuai dengan

kurikulum KTSP. Seperti dijelaskan di atas bahwa salah satu prinsip pembelajaran

adalah berpusat pada peserta didik dan buku ini telah memenuhi kriteria ini,

sehingga dapat dikatakan buku ajar A dan buku ajar B telah sesuai dengan
42

kurikulum KTSP. Kedua buku ini juga sudah bersifat dialogis dan partisipasif.

Hal ini dapat dilihat dari adanya pertanyaan-pertanyaan dalam penyampaian

materi, adanya kalimat-kalimat ajakan dan arahan, serta adanya kegiatan peserta

didik. Ini sesuai dengan deskripsi BSNP, bahwa penyajian materi yang berpusat

pada peserta didik bersifat interaktif dan partisipasif sehingga dapat memotivasi

siwa untuk belajar mandiri dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan,

gambar yang menarik, kegiatan, dan lain-lain.

Buku ajar C skor presentasenya hanya sebesar 27,98% yang berarti buku

tersebut masuk dalam kategori kurang baik untuk keterpusatan peserta didik.

Buku ini kurang memotivasi peserta didik untuk belajar mandiri serta kurang

interaktif dan partisipasif. Hal ini ditunjukkan dengan sedikitnya pertanyaan-

pertanyaan dalam penyampaian materi, sedikitnya kalimat ajakan dan arahan,

serta terbatasnya kegiatan peserta didik. Dengan demikian, dapat dikatakan buku

tersebut belum berpusat pada peserta didik dan belum sesuai dengan kurikulum

KTSP karena tidak memenuhi kriteria yang ada.

4.2.3 Tingkat Pengembangan Keterampilan Proses

Berdasar hasil analisis terlihat bahwa buku ajar B memiliki presentase

paling tinggi yaitu 57,21%. Buku ajar B masuk dalam kategori cukup baik dan

dapat mengembangkan keterampilan proses, karena sesuai dengan deskripsi

BSNP bahwa buku dapat dikatakan cukup baik jika skor presentasenya antara

50%-59%.

Buku ajar B sudah berusaha untuk menyajikan materi yang dikaitkan

dengan konsepsi awal peserta didik dan dikaitkan dengan kehidupan nyata peserta
43

didik serta danya aplikasi konsep dalam kehidupan nyata. Selain itu, buku ini juga

menyajikan kegiatan-kegiatan peserta didik yang menuntun peserta didik untuk

melakukan kegiatan ilmiah. Kegiatan ilmiah ini menuntut peserta didik untuk

merancang penelitian, merumuskan masalah, membuat hipotesis, mengamati,

menganalisis dan mengambil kesimpulan dan menyampaikan pendapat. Kegiatan

ini akan mengembangkan keterampilan proses peserta didik, seperti yang

dikatakan Semiawan, bahwa keterampilan proses meliputi beberapa hal antara lain

pemanasan, pengamatan, interpretasi dari pengamatan, peramalan, aplikasi

konsep, perencanaan penelitian, dan komunikasi.

Buku ajar A dan C hanya memiliki skor presentase sebesar 36,98% dan

24,67%. Kedua buku ini memiliki presentase kurang dari 50% sehingga masuk

dalam kategori kurangbaik dan belum dapat mengembangkan keterampilan proses

dengan baik. Pada buku ajar A, penjelasan materi sudah dikaitkan dengan

kehidupan nyata peserta didik, tetapi kegiatan peserta didik masih kurang. Pada

buku ajar C, penjelasan materi belum dikaitkan dengan kehidupan nyata peserta

didik dan belum dikaitkan dengan konsepsi awal peserta didik. Selain itu, pada

buku ajar C juga sangat sedikit terdapat kegiatan peserta didik yang menuntut

peserta didik melakukan rangkaian kegiatan ilmiah yang merupakan salah satu

cara mengembangkan keterampilan proses.

Pengembangan keterampilan proses sangat membantu dalam

penyampaian materi yang berpusat pada peserta didik. Pada butir Keterpusatan

peserta didik, peserta didik dituntun untuk menemukan sendiri makna dan

pemahaman dalam benak peserta didik. Melalui kegiatan ilmiah yang


44

mengembangkan keterampilan proses ini akan membantu peserta didik untuk

menemukan sendiri pengetahuan dan akan bertahan lebih lama dalam benak

peserta didik.

4.2.4 Presentase Jenjang Kognitif Soal Latihan pada Buku Ajar

Berdasarkan analisis data pada jenjang kognitif soal latihan terlihat bahwa

pada ketiga sampel buku tidak terdapat jenjang kognitif C5 dan C6. Pada buku

ajar A, presentase terbesar dimiliki oleh jenjang kognitif C3 (aplikasi) yaitu

37,5%. Untuk presentase C1, C2, dan C4 berturut-turut adalah 8,33%, 27,5%, dan
1
26,67%. Ini artinya 12 dari keseluruhan jumlah soal latihan merupakan soal latihan

dengan jenjang kognitif C1, sekitar seperempat dari jumlah keseluruhan soal

latihan merupakan soal latihan dengan jenjang kognitif C2. Untuk soal latihan

dengan jenjang kognitif C3 sekitar sepertiga dari jumlah keseluruhan soal latihan,

sedangkan untuk jenjang kognitif C4 sekitar seperempat dari keseluruhan soal

latihan. Jumlah keseluruhan dari soal latihan sendiri adalah 120 soal dengan

variasi soal pilihan ganda dan esai.

Presentase untuk soal latihan dengan jenjang kognitif C1, C5, dan C6 pada

buku ajar B adalah 0%. Artinya dari soal-soal latihan yang ada, tidak terdapat soal

latihan dengan jenjang kognitif C1, C5, dan C6. Adapun presentase untuk soal

latihan jenjang kognitif C2, C3, dan C4 berturut-turut adalah 12,45%, 50,94%,

dan 36,61%. Jumlah keseluruhan soal latihan pad buku ajar B adalah 265 soal

dengan jenis soal esai. Dari jumlah soal latihan tersebut, sekitar sepersembilannya

merupakan soal latihan dengan jenjang kognitif C2. Untuk soal latihan dengan

jenjang kognitif C3 sekitar setengah dari jumlah keseluruhan soal latihan,


45

sedangkan untuk soal latihan dengan jenjang kognitif C4 sekitar sepertiga dari

jumlah keseluruhan soal latihan.

Seperti dijelaskan sebelumnya, bahwa pada ketiga buku sampel presentase

untuk soal latihan dengan jenjang kognitif C5 dan C6 adalah 0%. Pada buku ajar

C presentase untuk soal latihan dengan jenjang kognitif C1, C2, C3, dan C4 secara

urut adalah 8,8%, 22%, 48%, dan 21,2%. Jumlah keseluruhan soal latihan pada

buku ajar C adalah 250 soal dengan variasi soal pilihan ganda dan esai. Ini berarti
1
sekitar soal latihan merupakan soal latihan dengan jenjang kognitif C1,
12

seperlima bagian soal latihan dengan jenjang kognitif C2, setengah bagian soal

latihan dengan jenjang kognitif C3, dan seperlima bagian soal latihan dengan

jenjang kognitif C4.

Soal latihan dengan jenjang kognitif C1 memiliki dimensi proses kognitif

mengingat. Dengan adanya soal latihan kategori C1 peserta didik dituntut

mengenal dan mengingat pengetahuan yang didapatkan.Soal dengan kategori C1

merupakan tingkatan paling rendah. Soal latihan kategori C2 memiliki dimensi

proses kognitif memahami. Soal dengan kategori C2 berada satu tingkat di atas

C1 dan menuntut peserta didik untuk dapat membangun makna berdasarkan apa

yang telah diketahui sebelumnya serta menuntut adanya pemahaman terhadap

sesuatu. Soal dengan kategori C1 dan C2 memberikan kemampuan mengingat dan

memahami peserta didik, akan tetapi belum bisa mengaktifkan peserta didik.

Pada tingkatan yang lebih tinggi adalah soal dengan kategori C3 dimana

kategori soal ini memiliki dimensi proses kognitif aplikasi. Soal latihan kategori

C3 menuntut peserta didik agar mampu menggunakan pengetahuan yang telah


46

dimiliki untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Soal latihan kategori C4

berada satu tingkat di atas C3 dan memiliki dimensi proses kognitif analisis.

Dimensi proses kognitif analisis ini menuntut peserta didik untuk dapat mengurai

dan memecahkan suatu masalah dan mencari hubungannya. Soal latihan dengan

kategori C3 dan C4 dapat mengembangakan kemampuan peserta didik untuk

memecahkan masalah. Kategori soal C3 dan C4 juga dapat digunakan sebagai

pembeda kemampuan peserta didik.

Soal latihan kategori C5 dan C6 yang sama sekali tidak terdapat di ketiga

buku sampel merupakan soal dengan jenjang kognitif tertinggi. Soal latihan

kategori C5 memiliki dimensi proses kognitif evaluasi yang menitikberatkan pada

kemampuan peserta didik membuat pertimbangan menurut kriteria-kriteria yang

ada. Soal latihan kategori C6 memiliki dimensi proses kognitif kreasi. Soal

kategori C6 menuntut peserta didik untuk menggabungkan beberapa unsur agar

menjadi suatu kesatuan. Soal latihan kategori C5 dan C6 mampu memberikan

kemampuan pemecahan msalah yang lebih tinggi dari C3 dan C4. Pada ketiga

buka yang dianalisis praktis tidak ditemukan jenis soal dengan kategori C5 dan

C6.

Penyebaran soal latihan kategori C1, C2, C3,dan C4 pada ketiga buku

sampel sudah cukup merata. Dengan komposisi soal latihan kategori C1 paling

sedikit, jumlah soal latihan kategori C2 dan C4 hampir berimbang, dan yang

paling banyak merupakan soal latihan dengan kategori C3.


47

BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Presentase tingkat keterbacaan buku ajar A untuk kategori bacaan mudah

adalah 70,83%, sesuai 12,5%, sulit 4,17%, dan invalid 12,5%. Tingkat

keterbacaan buku ajar B untuk kategori mudah adalah 37,5%, sesuai 50%, sulit

12,5%, dan invalid 0%. Tingkat keterbacaan buku ajar C untuk kategori mudah

adalah 4,17%, sesuai 62,5%, sulit 25%, dan invalid 8,33%.

Presentase tingkat keterpusatan peserta didik buku ajar A adalah sebesar

60,44% dengan kategori baik, dan untuk buku ajar B sebesar 63,56% dengan

kategori baik, sedangkan untuk buku ajar C sebesar 27,98% dengan kategori

kurang baik.

Presentase tingkat pengembangan keterampilan proses peserta didik buku

ajar A adalah sebesar 36,98% dengan kategori kurang baik, dan untuk buku ajar B

sebesar 57,21% dengan kategori baik, sedangkan untuk buku ajar C sebesar

24,67% dengan kategori kurang baik.

Presentase jenjang kognitif soal latihan untuk buku ajar A mulai dari C1,

C2,C3, dan C4 berturut-turut adalah 8,33%, 27,5%, 37,5%, dan 26,67%.

Presentase jenjang kognitif soal latihan untuk buku ajar B mulai dari C1, C2,C3,

dan C4 berturut-turut adalah 0%, 12,45%, 50,94%, dan 36,61%. Untuk buku ajar

C besar presentase jenjang kognitif soal latihan kategori C1, C2, C3, dan C4

secara urut adalah 8,8%, 22%, 48%, dan 21,2%. Untuk jenjang kognitif soal

latihan C5 dan C6 pada ketiga buku adalah 0%.


48

5.1 Saran

Tingkat keterbacaan wacana dapat mempengaruhi pemahaman peserta didik,

sehingga lebih baik jika tingkat keterbacaan ini disesuaikan dengan kemampuan

peserta didik. Untuk kelas X sebaiknya tingkat baca yang diberikan adalah

peringkat baca 9, 10, dan 11, sedangkan bacaan dengan peringkat baca yang <9

atau >11 sebaiknya diperbaiki agar lebih sesuai dengan cara membuat wacana

yang memerhatikan panjang pendek kata serta jumlah suku kata yang membentuk

setiap kata dalam wacana tersebut.

Setiap buku yang disusun sebaiknya memperhatikan aspek keterpusatan

peserta didik karena dapat menunjang dan memotivasi peserta didik untuk belajar

lebih aktif dalam mencari pemahaman terhadap suatu pengetahuan.Aspek-aspek

keterpusatan peserta didik mengacu pada aspek yang ditentukan oleh BSNP.

Selainmemperhatikan aspek keterpusatan peserta didik alangkah baiknya

buku juga memperhatikan aspek pengembangan keterampilan proses, karena

dapat membantu peserta didik mengembangkan kemampuan pemecahan masalah

dan membuat peserta didik lebih lama dalam mengingat pengetahuan yang

didapatkan. Aspek-aspek keterampilan proses mengacu pada aspek yang

ditentukan oleh BSNP.

Soal latihan merupakan alat evaluasi untuk mengetahui sejauh mana

pemahaman peserta didik terhadap suatu konsep, maka sebaiknya perbandingan

jumlah soal latihan ini dibuat proporsional antara C1-C6 dengan menambah soal-

soal kategori C5 dan C6.


49

DAFTAR PUSTAKA

Abdulkarim, A. 2007. Analisis Buku Pelajaran Dan Implikasinya Dalam


Memberdayakan Keterampilan Berpikir Siswa SMA. Jurnal Forum
Pendidikan, 26 (2) : 71-80

Ali, M. 1985. Penelitian Kependidikan Prosedur & Strategi. Bandung : Angkasa.

BSNP. 2006. Instrumen Penilaian Tahap II. Jakarta : BSNP.

Chen, Jacob dan Joseph, C. Chen. 2002. QFD Based Technical Textbook and
Evaluation Procedure and A Case Study. Journal of Industrial
Technology, 18 (1) : 1-8

Devetak, I., Vogrinc, J., dan Glazar, S.A. 2010. States Of Matter Explanation in
Slovenian Textbooks for Students Aged 6 to 14. International Journal
of Environmental And Science Education, 5 (2) : 217-235

Fadhilah, M. 2012. Analisis Buku Ajar Biologi yang Banyak Digunakan di SMA
Negeri Kabupaten Jepara. Unnes Journal of Biology Education, 1 (2) :
86-90

Ginting, V. 2005. Penguatan Membaca, Fasilitas Lingkungan Sekolah dan


Keterampilan Dasar Membaca Bahasa Indonesia serta Minat Baca
Murid. Jurnal Pendidikan Penabur, IV (4) : 17-35

Http://reading-mater-readability4 GRAFIK FRY.htm ( Diunduh pada tanggal 20


Maret 2013 Jam 12:31 )

Husen, dkk.1997.Telaah Kurikulum dan Buku Pelajaran Bahasa Indonesia.


Jakarta : Depdikbud.

Kanginan, M. 2007. Fisika untuk SMA Kelas X. Jakarta : Erlangga.

Karso.1993. Materi Pokok Dasar-Dasar Pendidikan IPA.Jakarta : Universitas


Terbuka.

Kulsum, U. 2011. Penerapan Model Learning Cycle Pada Sub Pokok Bahasan
Kalor untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa Kelas
VII SMP. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 7 (2011) : 128-133

Listyaningrum, I.R. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Inductive Thinking


Berbasis Keterampilan Proses Sains untuk Meningkatkan Kualitas
Pembelajaran Biologi Siswa Kelas X.7 SMA Negeri 2 Karanganyar
Tahun Pelajaran 2011/2012. Jurnal Pendidikan Biologi, 4 (1) : 56-67
50

Muslich, M. 2010. Textbook Writing. Yogyakarta : Ar-Ruz Media.

Muslich, M. 2009. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual.


Jakarta : Bumi Aksara.

Nugroho, I.A. 2009. Analisis dan Studi Komparatif Buku Sekolah Elektronik
Sains Terhadap Buku Cetak Sains Untuk Sekolah dasar Menggunakan
Science textbook Rating System. Laporan Program DIA Bermutu.
Yogyakarta : UNY.

Nugroho, U. 2009. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berorientasi


Keterampilan Proses. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 5 (2009) :
108-112

Sari, M.K.P. 2008. Analisis Penyajian Aspek Pembelajaran Pada Buku Ajar
Fisika SMP Di Kota Semarang. Skripsi. Semarang : UNNES.

Siswanto dan Sukaryadi. 2009. Kompetensi Fisika.Jakarta : Pusbuk.

Sitepu. 2005. Memilih Buku Pelajaran. Jurnal Pendidikan Penabur, IV (4) : 113-
126

Subyantoro, Bambang Hartono dan Sri Prastiti. 2006. Pengembangan Perangkat


Lunak (Software) Pengukuran Kecepatan Efektif Membaca (KEM)
untuk Meningkatkan Kegemaran Membaca Mahasiswa Jurusan
Bahasa dan Sastra Indonesia. Laporan Penelitian Hibah Pengajaran
(Teaching Grant). Semarang : UNNES.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pedidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,


dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Sukiniarti. 2009. Pendekatan Keterampilan Proses dalam Pembelajaran IPA di


Kelas Awal Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 15
(2) : 372-381

Sunardi dan Etsa Indra. I. 2007. Fisika Bilingual. Bandung : Yrama Widya.

Suryadi, A. 2007.Tingkat Keterbacaan Wacana Sains dengan Teknik Klos.Jurnal


Sosiotekno, 10 (6) : 196-200

Tarigan, Djago dan Henry Guntur Tarigan. 1990. Telaah Buku Pelajaran Bahasa
Indonesia. Bandung : Angkasa.

Widodo, A. 2006. Taksonomi Bloom dan Pengembangan Butir Soal. Buletin


Puspendik, 3(2) : 18-29
51

Yasa, K.N. 2013. Kecermatan Formula Flesch, FOG Index, Grafik Fry, SMOG,
dan BI Sebagai Penentu Keefektifan Teks Berbahasa Indonesia. E-
Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 2(2013) : 1-
12

Yasmine El-Masri dan Barend Vlaardingerbroek. 2010. Science Textbook


Readibility in Lebanon: A Comparasion Between Anglophone and
Francophone Learning Milieux. Meditteranean Journal of Educational
Studies, 15 (1) : 109-124

Zamroni, A. 2011.Analisis Buku Pelajaran Fisika Kelas VIII Berdasar Kurikulum


Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang Banyak Digunakan Di SMP
Negeri se- Kabupaten Kudus. Skripsi. Semarang : UNNES.
LAMPIRAN

52
53

Lampiran 1
Instrumen 1
Keterbacaan Buku
Untuk analisis keterbacaan, akan diambil sampel 3 bacaan pada setiap
babnya.
Langkah : 1) Mengambil sampel wacana yakni seratus perkataan.
2) Menghitung jumlah kalimat dari seratus buah perkataan hingga
persepuluhan terdekat.
3) Menghitung jumlah suku kata dari wacana sampel hingga kata ke-
100. Misalnya, sampel wacana hingga kata keseratus terdiri atas 228
suku kata.
4) Untuk wacana bahasa Indonesia, ditambah satu langkah yakni
mengalikan hasil peghitungan suku kata dengan angka 0,6.
5) Memplotkan angka-angka hasil perhitungan ke dalam Grafik Fry.
Untuk teks yang jumlah suku katanya kurang dari 100, maka membutuhkan
konversi. Adapun konversi tingkat keterbacaan buku adalah sebagai berikut:
Jumlah Kata Dalam Teks Bilangan Konversi Kata dan
Kalimat
30 3,3
40 2,5
50 2,0
60 1,67
70 1,43
80 1,25
90 1,1
54

Gambar Grafik Fry:

Tabel Data Tingkat Keterbacaan pada Buku Ajar Fisika


Jumlah Jumlah Tingkat
Jumlah Suku Titik
Bab Halaman kalimat/100 Suku Kata Kelas Kriteria
Kata / 100 Kata Pertemuan
kata x 0,6 Pembaca

1


2


3


4

55

Lampiran 2

Kisi-Kisi Instrumen 2

Kisi-Kisi Instrumen Keberpusatan Pada Peserta Didik

* Diadaptasi dari BSNP

No Deskripsi

1 Ada materi prasyarat


2 Ada penjelasan awal
3 Ada tujuan pembelajaran
4 Ada epitome
5 Epitome relevan dengan materi yang akan dibahas
6 Menyampaikan manfaat mempelajari materi yang akan dibahas
7 Ada contoh-contoh yang mendukung materi
8 Ada soal-soal latihan
9 Ada kunci jawaban untuk soal yang sulit
10 Ada kegiatan siswa
11 Ada tugas untuk siswa seperti membuat jurnal, rigkasan, dll
12 Ada kalimat ajakan
13 Ada kalimat arahan
14 Ada pertanyaan-pertanyaan saat penyampaian materi
15 Terdapat kalimat-kalimat yang menggunakan kata gati orang kedua yang
khusus merujuk ke siswa
16 Ada perintah berdiskusi dengan teman
17 Materi pembelajaran telah disesuaikan dengan lingkungan yang berupa
benda yang ada di sekitar siswa sebagai konteks pembelajaran
18 Materi pembelajaran telah disesuaikan dengan lingkungan yang berupa
peristiwa yang ada di sekitar siswa sebagai konteks pembelajaran
19 Materi pembelajaran telah disesuaikan dengan lingkungan yang berupa
keadaan yang ada di sekitar siswa sebagai konteks pembelajaran
20 Arahan untuk mengemukakan pendapat
21 Ada kegiatan siswa yang dilakukan secara berkelompok
56

Lampiran 3
Instrumen 2
Instrumen Keberpusatan Pada Peserta Didik
Butir 1 : Keberpusatan Pada Peserta Didik
Judul Buku :
Kode Buku :
Langkah : a. Membaca dan mencermati buku pada tiap sub bab.
b. Mengidentifikasi berdasar deskripsi.
c. Memberi skor 1 jika sesuai dengan deskripsi dan skor 0 jika tidak sesuaiol deskripsi pada lembar
observasi.
d. Menghitung skor yang diperoleh.
e. Mendiskripsikan skor berdasarkan criteria yang ditentukan BSNP.

Skor
No Deskripsi BAB 1 BAB 2 BAB 3 BAB 4
1.1 1.2 1.3 2.1 2.2 2.3 3.1 3.2 3.3 4.1 4.2 4.3
1 Ada materi prasyarat
2 Ada penjelasan awal
3 Ada tujuan pembelajaran
4 Ada epitome
5 Epitome relevan dengan materi yang akan dibahas
57

6 Menyampaikan manfaat mempelajari materi yang akan dibahas


7 Ada contoh-contoh yang mendukung materi
8 Ada soal-soal latihan
9 Ada kunci jawaban untuk soal yang sulit
10 Ada kegiatan siswa
11 Ada tugas untuk siswa seperti membuat jurnal, rigkasan, dll
12 Ada kalimat ajakan
13 Ada kalimat arahan
14 Ada pertanyaan-pertanyaan saat penyampaian materi
15 Terdapat kalimat-kalimat yang menggunakan kata gati orang kedua
yang khusus merujuk ke siswa
16 Ada perintah berdiskusi dengan teman
17 Materi pembelajaran telah disesuaikan dengan lingkungan yang
berupa benda yang ada di sekitar siswa sebagai konteks
pembelajaran
18 Materi pembelajaran telah disesuaikan dengan lingkungan yang
berupa peristiwa yang ada di sekitar siswa sebagai konteks
pembelajaran
19 Materi pembelajaran telah disesuaikan dengan lingkungan yang
berupa keadaan yang ada di sekitar siswa sebagai konteks
pembelajaran
20 Arahan untuk mengemukakan pendapat
21 Ada kegiatan siswa yang dilakukan secara berkelompok
JUMLAH
58

Hasil Penilaian Buku Ajar Fisika


Skor Maksimum untuk Masing-masing Sub Bab : 21

NO. Bab Sub Bab Skor Jumlah Skor Maksimal Tiap Bab DP Masing-masing Bab
1.1
1 1 1.2
1.3
2.1
2 2 2.2
2.3
3.1
3 3 3.2
3.3
4.1
4 4 4.2
4.3
Jumlah
DP Total
Lampiran 4

Kisi-Kisi Instrumen 3

Kisi-Kisi Instrumen Penilaian Pengembangan Keterampilan Proses*

Diadaptasi dari BSNP

No Deskripsi

1 Penjelasan materi dikaitkan degan dunia nyata siswa


2 Penjelasan materi dikaitkan dengan konsepsi awal siswa
3 Aplikasi konseptual dalam kehidupan nyata
4 Kegiatan mendukung konsep dengan benar
5 Kegiatan dikaitkan dengan kehidupan nyata siswa
6 Soal latihan mendukung konsep dengan benar
7 Soal latihan dikaitkan konsep dengan benar
8 Soal latihan dilengkapi kunci penyelesaian dan pembahasan
9 Merencanakan dan melakukan kerja/kegiatan ilmiah
10 Mengidentifikasi objek dan fenomena dalam sistem yang ada di alam
11 Mengkomunikasikan pikiran secara lisan dan tertulis
12 Mengembangkan kemampuan mengambil keputusan
13 Menyajikan kemampuan menyelesaikan suatu masalah dalam kasus
14 Mengembangkan kreativitas
15 Merumuskan masalah
16 Melakukan pengamatan
17 Menganalisis dan menyajikan hasil pengamatan secara kritis
18 Mengaitkan satu konsep dengan konsep lainnya dalam menjelaskan
suatu fenomena
19 Ada proses yang menggiring siswa mengalami kegiatan langsung

59
Lampiran 5
Instrumen 4
Instrumen Penilaian Pengembangan Keterampilan Proses
Butir 2 : Pengembangan Keterampilan Proses
Judul Buku :
Kode Buku :
Langkah : a. Membaca dan mencermati buku pada tiap sub bab.
b. Mengidentifikasi berdasar deskripsi.
c. Memberi skor 1 jika sesuai dengan deskripsi dan skor 0 jika tidak sesuai deskripsi pada lembar observasi.
d. Menghitung skor yang diperoleh.
e. Mendiskripsikan skor berdasarkan criteria yang ditentukan BSNP.

Skor
No Deskripsi BAB 1 BAB 2 BAB 3 BAB 4
1.1 1.2 1.3 2.1 2.2 2.3 3.1 3.2 3.3 4.1 4.2 4.3
1 Penjelasan materi dikaitkan degan dunia nyata siswa
2 Penjelasan materi dikaitkan dengan konsepsi awal siswa
3 Aplikasi konseptual dalam kehidupan nyata
4 Kegiatan mendukung konsep dengan benar
5 Kegiatan dikaitkan dengan kehidupan nyata siswa
6 Soal latihan mendukung konsep dengan benar
7 Soal latihan dikaitkan konsep dengan benar

60
61

8 Soal latihan dilengkapi kunci penyelesaian dan pembahasan


9 Merencanakan dan melakukan kerja/kegiatan ilmiah
10 Mengidentifikasi objek dan fenomena dalam sistem yang ada
di alam
11 Mengkomunikasikan pikiran secara lisan dan tertulis
12 Mengembangkan kemampuan mengambil keputusan
13 Menyajikan kemampuan menyelesaikan suatu masalah dalam
kasus
14 Mengembangkan kreativitas
15 Merumuskan masalah
16 Melakukan pengamatan
17 Menganalisis dan menyajikan hasil pengamatan secara kritis
18 Mengaitkan satu konsep dengan konsep lainnya dalam
menjelaskan suatu fenomena
19 Ada proses yang menggiring siswa mengalami kegiatan
langsung
JUMLAH
62

Hasil Penilaian Buku Ajar Fisika


Skor Maksimum untuk Masing-masing Sub Bab : 19

NO. Bab Sub Bab Skor Jumlah Skor Maksimal Tiap Bab DP Masing-masing Bab
1.1
1 1 1.2
1.3
2.1
2 2 2.2
2.3
3.1
3 3 3.2
3.3
4.1
4 4 4.2
4.3
Jumlah
DP Total
63

Lampiran 6
Instrumen 4
Penilaian Jenjang Kognitif Soal Latihan
Judul Buku :
Kode Buku :

Jenjang
No. Bab Jumlah
C-1 C-2 C-3 C-4 C-5 C-6
1 1
2 2
3 3
4 …
Jumlah

𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒄𝒄−𝟏𝟏


Presentase soal C-1 : x 100%
𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔
𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒄𝒄−𝟐𝟐
Presentase soal C-2 : x 100%
𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔
𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒄𝒄−𝟑𝟑
Presentase soal C-3 : x 100%
𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔
𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒄𝒄−𝟒𝟒
Presentase soal C-4 : x 100%
𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔
𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒄𝒄−𝟓𝟓
Presentase soal C-5 : x 100%
𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔
𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒄𝒄−𝟔𝟔
Presentase soal C-6 : x 100%
𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔
64

Lampiran 7
ANALISIS KETERBACAAN BUKU A (KOMPETENSI FISIKA)
TERBITAN PUSBUK
Sampel A.1
Dalam kehidupan sehari-hari pengukuran sering dilakukan. Jika seseorang
melakukan pengukuran terhadap benda dengan menggunakan penggaris atau
mistar pada dasarnya orang itu sedang membandingkan besaran benda yang
diukur dengan besaran panjang pada penggaris. Dengan kata lain, pengukuran
adalah kegiatan membandingkan suatu besaran dengan besaran sejenis sebagai
satuan. Pengukuran suatu besaran memerlukan alat ukur. Di beberapa daerah di
Indonesia terdapat beberapa besaran dan alat ukur. Besaran itu bersifat individu
dan hanya berlaku di daerah tertentu. Misalnya mayam untuk satuan besaran
massa di daerah Sumatera Utara. Tombak untuk satuan besaran panjang di daerah
Jawa Barat, dan sebagainya. Cobalah sebutkan besaran-besaran bersifat….
Jumlah kata : 100
Jumlah kalimat : 8,5
Jumlah suku katax0,6 : 154,8
Titik pertemuan :154,8 ; 8,5
Peringkat baca :8
Kategori : mudah
Sampel A.2
Berapa lama waktu perjalananmu dari rumah ke sekolah? Dengan apa kamu
mengukur lama waktu perjalanan tersebut? Untuk mengukur waktu biasanya kita
menggunakan arloji atau jam. Alat ukur waktu yang lain adalah stopwatch.
Contoh penggunaan stopwatch antara lain untuk mengukur lama waktu tempuh
lomba lari jarak pendek, mengukur lama waktu tempuh pada perlombaan balap,
mobil, motor, sepeda, pacuan kuda, dan lain….
Jumlah kata : 60
Jumlah kalimat + 1,67 : 6,57
Jumlah suku katax0,6x1,67 : 191,38
Titik pertemuan :191,38 ; 6,57
65

Peringkat baca :-
Kategori :invalid
Sampel A.3
Ketika kamu melakukan pengukuran, kamu akan memperoleh hasil pengukuran
berupa angka-angka. Misalnya, kamu diminta mengukur panjang suatu batang
menggunakan penggaris berskala mm. Hasilpengukuran panjang batang adalah
7,15 cm. Angka 7 dan 1 disebut angka pasti atau eksak. Angka 5 disebut angka
taksiran. Angka pasti atau eksak adalah angka atau bilangan hasil pengukuran
yang tidak diragukan nilainya. Angka taksiran….
Jumlah kata : 60
Jumlah kalimat+1,67 : 7,87
Jumlah suku katax0,6x1,67 : 158,32
Titik pertemuan :158,32 ; 7,87
Peringkat baca :9
Kategori :sesuai
Sampel A.4
Coba kamu ingat kembali pengertian gerak yang pernah kamu pelajari ketika di
SMP! Uraian berikut ini dapat menambah membantu menambah pemahamanmu
tentang pengertian gerak. Pada gambar di atas,kereta api dapat dikatakan bergerak
terhadap mobil yang diam dipintu perlintasan kereta api. Bagaimana orang yang
berada di dalam mobil yang sedang melaju di jalan raya. Apakah orang tersebut
dapat dikatakan bergerak? Apabila mobil sebagai acuan maka orang itu dikatakan
tidak bergerak. Sebab posisi orang itu terhadap mobil selalu tetap. Akan tetapi,
jika acuannya adalah jalan atau pohon di pinggir jalan atau rumah, orang itu
dikatakan bergerak. Sebab posisi orang itu….
Jumlah kata : 100
Jumlah kalimat : 8,3
Jumlah suku katax0,6 : 144
Titik pertemuan :144 ; 8,3
Peringkat baca :7
Kategori :mudah
66

Sampel A.5
Perlu kita ingat bahwa kecepatan merupakan besaran vektor. Jika kita
menyebutkan kecepatan, kita harus menyebutkan arah gerak bendanya. Duabuah
mobil yang bergerak dengan kelajuan yang sama, tetapi arahnya berbeda,
kecepatan dua mobil tersebut juga berbeda. Misalnya mobil A bergerak dengan
kecepatan 60 km/jam ke barat dan mobil B 60 km/jam ke timur. Mobil A dan B
dapat dikatakan memiliki kelajuan yang sama, namun kecepatan keduanya
berbeda. Mobil A memiliki kecepatan 60 km/jam ke barat, sedangkan mobil B
memiliki kecepatan 60 km/jam ke timur. Di masyarakat kita sering terjadi
kerancuan atau salah pengertian mengenai penyebutan kecepatan, padahal yang
lebih tepat….
Jumlah kata : 100
Jumlah kalimat : 6,8
Jumlah suku katax0,6 : 154,2
Titik pertemuan :154,2 ; 6,8
Peringkat baca :9
Kategori :sesuai
Sampel A.6
Bola yang digelindingkan pada lantai datar akan membentuk lintasan lurus. Gerak
benda dengan lintasan lurus seperti gerak bola tersebut disebut gerak lurus.
Contoh gerak lurus yang lain misalnya mobil melaju di jalan tol yang lurus.
Apabila benda bergerak lurus dengan kecepatan tetap maka gerak benda itu
disebut gerak lurus beraturan. Pada gerak lurus beraturan, benda menmpuh jarak
yang sama dalam selang waktu yang sama. Sebagai contoh, mobil bergerak lurus
dengan kecepatan tetap 10 m/s maka setiap satu sekon mobil menempuh jarak 10
meter. Dalam gerak lurus beraturan (GLB) kelajuan dan kecepatan dianggap
sama. Lintasan lurus menyebabkan jarak dan perpindahan yang….
Jumlah kata : 100
Jumlah kalimat : 7,4
Jumlah suku katax0,6 : 136,8
Titik pertemuan :136,8 ; 7,4
67

Peringkat baca :6
Kategori :mudah
Sampel A.7
Pernahkah kamu memerhatikan roda sepeda yang sedang dikendarai? Pada saat
sepeda dikayuh, roda sepeda berputar pada porosnya. Gerakan roda sepeda
tersebut adalah contoh dari gerak melingkar. Setiap titik yang berada di tepi roda,
misalnya dop, bergerak menempuh lintasan yang berupa lingkaran. Gerak
demikian disebut gerak melingkar. Jadi, gerak melingkar adlah gerak suatu benda
yang menempuh lintasan berupa lingkaran. Kita misalkan dop bergerak dari A ke
B menempuh sudut putar Ө dan panjang lintasan s. Jika dop telah berputar satu
putaran penuh maka dop tersebut telah menempuh sudut putaran sebesar 3600 .
Sudut putas dalam SI dinyatakan dengan radian (rad). Satu putaran….
Jumlah kata : 100
Jumlah kalimat : 9,3
Jumlah suku katax0,6 : 147
Titik pertemuan :147 ; 9,3
Peringkat baca :7
Kategori :mudah
Sampel A.8
Pada pembahasan sebelumnya kita telah mempelajari gerak melingkar dengan
kelajuan tangensial yang tetap atau konstan. Kali ini kita akan mempelajari gerak
melingkar dengan kelajuan tangensial yang tetap tetapi kecepatan tangensial tidak
sama atau tidak konstan. Akibat dari perubahan kecepatan tangensial, muncul
percepatan yang arahnya menuju pusat lingkaran. Percepatan tersebut adala
percepatan sentripetal. Jika suatu benda bergerak melingkar dengan jari-jari r
menempuh lintasan Δs dan sudut tempuh Δ Ө maka berlaku….
Jumlah kata : 70
Jumlah kalimat+1,43 :6,23
Jumlah suku katax0,6x1,43 :162,16
Titik pertemuan :162,16 ; 6,23
Peringkat baca : 11
68

Kategori :sesuai
Sampel A.9
Jika bola yang massanya m diikat dengan tali kemudian diputar dengan ujung lain
dari tali tersebut sebagai poros, apa yang terjadi? Tentunya bola akan bergerak
menempuh suatu lintasan lingkaran. Pada saat bergerak melingkar,bola
mengalami percepatan sentripetal. Percepatan itu dihasilkan oleh suatu gaya yang
selalu mengarah menuju pusat. Gaya ini disebut sebagai gaya sentripetal. Gaya
sentripetal dapat ditunjukkan oleh teganag pada tali. Tetapi, gaya tegangan pada
tali ini sebenarnya adalah gaya yang arahnya radial berlawanan dengan arah gaya
sentripetal dan dikenal dengan gaya sentrifugal. Besarnya gaya sentripetal yang
bekerja pada….
Jumlah kata : 90
Jumlah kalimat+1,1 : 8,6
Jumlah suku katax0,6x1,1 : 147,18
Titik pertemuan :147,18 ; 8,6
Peringkat baca :7
Kategori :mudah
Sampel A.10
Ilmu yang mempelajari tentang gerak (seperti gerakan pada bola) dan gaya
penyebabnya disebut dinamika. Ilmuwan yang banyak memberikan sumbangan
pemikiran tentang dinamika adalah Isaac Newton. Beliau meletakkan dasar-dasar
dinamika dengan memberikan gagasan pemikirannya yang kemudian dikenal
dengan hokum-hukum Newton. Untuk memahami lebih jauh tentang dinamika,
perhatikan uraian berikut! Ketka kamu berada di dalam mobil yang sedang
bergerak tiba-tiba mobil direm mendadak, apa yang kamu alami? Mengapa kamu
terdorong ke depan, bukan ke belakang atau ke samping? Ketika kamu berada di
dalam mobil yang sedang bergerak, kamu akan berusaha mempertahankan
keadaan gerakmu (malas berhenti). Oleh sebab itu, ketika….
Jumlah kata : 100
Jumlah kalimat : 7,3
Jumlah suku katax0,6 : 149,4
69

Titik pertemuan :149,4 ; 7,3


Peringkat baca :8
Kategori :mudah
Sampel A.11
Contoh penerapan hukum II Newton selain pada gerakan bola adalah pada
gerakan lift. Pernahkah kamu merasakan atau mengalami perubahan berat saat
kamu berada di dalam lift yang sedang bergerak? Ketika kita berada di dalam lift
yang sedang bergerak, kita akan merasakan berat kita berubah sesuai dengan
pergerakan lift. Jika lift bergerak k eats dari keadaan diam kita akan merasakan
gaya berat yang lebih besar dibandingkan lift dalam keadaan diam. Sebaliknya,
jika kita berada dalam lift yangbergerak ke bawah dari keadaan diam maka kita
akan merasakan gaya berat kita menjadi berkurang. Untuk lebih memahami
permasalahan ini, perhatikan contoh soal….
Jumlah kata : 100
Jumlah kalimat : 5,5
Jumlah suku katax0,6 : 141,6
Titik pertemuan :141,6 ; 5,5
Peringkat baca :8
Kategori :mudah
Sampel A.12
Contoh lain tentang pasangan gaya aksi dan reaksi dapat dilihat pada peristiwa
nelayan yang hendak menambatkan perahu di dermaga. Saat tali telah terkait di
dermaga namun perahu belum merapat maka nelayan akan menarik perahu.
Nelayan beserta perahunya akan bergerak ke dermaga meskipun gaya yang
dikerjakan pada tali menjauhi dermaga.Karena setiap benda bergerak searah
dengan gaya yang bekerja pada benda maka dapat disimpulkan bahwa ada gaya
penggerak yang arahnya sama dengan arah gerakan perahu. Gaya penggerak ini
merupakan gaya reaksi dari gaya tarik nelayan yang disebut gaya aksi. Jika diukur
dengan neraca pegas, kedua gaya akan sama besar dengan arah….
Jumlah kata : 100
Jumlah kalimat : 5,87
70

Jumlah suku katax0,6 : 144


Titik pertemuan :144 ; 5,87
Peringkat baca :8
Kategori :mudah
Sampel A.13
Mata terdiri atas beberapa bagian penting, seperti kornea, pupil, iris, lensa mata,
Aqueos humour, retina, otot siliar, dan sebagainya. Kornea mata berfungsi
menerima rangsang cahaya dan melindungi bagian-bagian mata yang berada di
dalam. Aqueos humour merupakan cairan yang member bentuk dan kekokohan
pada mata. Aqueos humour juga berfungsi membiaskan cahaya yang masuk ke
mata. Pembiasan oleh cairan mata diatur oleh lensa mata. Tebal pipihnya lensa
mata diatur oleh otot siliar. Cahaya masuk ke mata melalui celah yang disebut
pupil. Pupil diatur oleh selaput tipis yang disebut iris. Fungsi iris adalah member
warna pada mata. Adapaun bagian mata yang berfungsi….
Jumlah kata : 100
Jumlah kalimat : 8,5
Jumlah suku katax0,6 : 145,8
Titik pertemuan :145,8 ; 8,5
Peringkat baca :7
Kategori :mudah
Sampel A.14
Ketika kita melihat benda-benda yang sangat jauh, lensa mata dalam keadaan
pipih. Sebaliknya, lensa mata akan menebal ketika kita melihat benda-benda yang
dekat. Perubahan memipih atau menebalnya lensa mata diatur oleh otot siliar.
Perubahan lensa tersebut disebut daya akomodasi mata. Jadi, daya akomodasi
mata adalah kemampuan lensa untuk memipih dan menebal sesuai dengan jarak
benda yang dilihat. Mata akan berakomodasi maksimum ketika melihat benda
yang sangat dekat. Sebaliknya, mata kan berakomodasi maksimum saat melihat
benda yang sangat jauh. Jarak terjauh yang dapat dilihat oleh mata tanpa
berakomodasi disebut titik jauh mata atau punctum remotum (PR). Jarak
terdekat….
71

Jumlah kata : 100


Jumlah kalimat : 8,1
Jumlah suku katax0,6 : 150
Titik pertemuan :150 ; 8,1
Peringkat baca :7
Kategori :mudah
Sampel A.15
Kamera menggunakan satu lensa cembung (lensa positif) yangberfungsi untuk
membiaskan cahaya dan membentuk bayangan. Diafragma berfungsi untuk
mengatur cahaya yang masuk pada kamera. Fungsi diafragma pada kamera mirip
dengan fungsi iris pada mata. Shutter adalah penutup atau pembuka ruang gelap
yang berfungsi untuk memberikan jalan bagi cahaya mengenai film. Film
berfungsi untuk menangkap dan merekam bayangan-bayangan benda. Fungsi film
pada kamera mirip dengan retina pada mata. Sifat bayangan pada film kamera
sama dengan bayangan pada retina mata, yaitu nyata, terbalik, dan diperkecil.
Untuk memperoleh bayangan yang bersifat nyata, terbalik, dan diperkecil maka
benda harus berada di depan lensa….
Jumlah kata : 100
Jumlah kalimat : 7,9
Jumlah suku katax0,6 : 148,2
Titik pertemuan :148,2 ; 7,9
Peringkat baca :7
Kategori :mudah
Sampel A.16
Ketika menjerang air dengan panci, biasanya panci diberi tutup yang ringan. Apa
yang terjadi pada tutup saat air mendidih? Mengapa tutup panci yang ringan dapat
terangkat? Perubahan suhu pada gas atau uap air dalam panci ternyata
menyebabkan perubahan tekanan. Perubahan tekanan akan berdampak pada upaya
ekspansi volume gas dalam panci. Itulah mengapa sebabnya tutup panci yang
ringan terdorong ke atas. Peristiwa pemuaian gas juga terjadi pada ban sepeda
yang mengalami perubahan suhu. Pernahkah kamu melihat ban sepeda yang
72

diparkir di tempat panas tiba-tiba meletus? Mengapa ban tersebut dapat meletus?
Ban sepeda meletus karena udara di dalam ban tersebut mengembang atau….
Jumlah kata : 100
Jumlah kalimat : 9,7
Jumlah suku katax0,6 : 142,2
Titik pertemuan :142,2 ; 9,7
Peringkat baca :6
Kategori :mudah
Sampel A.17
Kalian tentunya pernah mengikuti kegiatan pramuka bukan? Biasanya dalam
kegiatan pramuka ada acara berkemah. Pada acara berkemah sering diadakan api
unggun pada malam hari. Para anggota pramuka duduk atau mengitari api unggun
tersebut. Setiap orang yang mengelilingi api unggun akan merasa hangat. Rasa
hangat tersebut disebabkan oleh pancaran kalor dari api, bukan dari aliran udara di
sekitar api. Udara panas di atas api justru cenderung ke atas dan bukan menuju
orang di sekitar api. Hal ini menandakan bahwa kalor dari api unggun dipancarkan
secara langsung ke segala arah. Perpindahan kalor demikian disebut radiasi atau
pancaran. Jadi, perpindahan kalor secara….
Jumlah kata : 100
Jumlah kalimat : 9,3
Jumlah suku katax0,6 : 149,4
Titik pertemuan :149,4 ; 9,3
Peringkat baca :7
Kategori :mudah
Sampel A.18
Perpindahan kalor memang diperlukan. Namun, kadang-kadang kita justru
berusaha mencegah agar kalor tidak berpindah tempat. Misalnya pada termos air,
upaya mempertahankan kalor bertujuan untuk menjaga air agar tetap panas.
Termos mengurangi perpindahan kalor dari dalam termos maupun dari luar
termos. Cobalah kalian mengamati termos air atau termos nasi! Air atau nasi yang
disimpan di dalam termos suhunya dapat bertahan sampai beberapa lama. Pada
73

termos air, dinding termos dibuat rangkap dan vakum agar tidak terjadi
perpindahan kalor secara konduksi maupun konveksi. Bagian dalam dinding
mengkilap agar kalor dipancarkan kembali ke….
Jumlah kata : 100
Jumlah kalimat : 7,8
Jumlah suku katax0,6 : 131,4
Titik pertemuan :131,4 ; 7,8
Peringkat baca :5
Kategori :mudah
Sampel A.19
Dari manakah arus listrik itu berasal? Arus listrik dihasilkan oleh alat yang
dinamakan sumber arus listrik.Contoh sumber arus listrik adalah baterai dan
akumulator. Baterai dan akumulator termasuk sumber arus searah atau DC.
Sumber aruslistrik searah memiliki dua kutub, yaitu kutub negative dan kutub
positif. Beda potensial kutub-kutub sumber arus pada rangkaian terbuka
dinamakan GGL atau gaya gerak listrik (E). Satuan GGL adalah volt (V). Pada
rangkaian tertutup, arus mengalir dari kutub positif ke kutub negative atau dari
titik yang potensialnya tinggi ke titik yang potensialnya lebih rendah. Beda
potensial kutub-kutub sumber arus pada rangkaian….
Jumlah kata : 100
Jumlah kalimat : 8,6
Jumlah suku katax0,6 : 140,4
Titik pertemuan :140,4 ; 8,6
Peringkat baca :6
Kategori :mudah
Sampel A.20
Listrik AC sudah sangat kita kenal dalam kehidupan sehari-hari karena listrik
yang ada dalam rumah kita termasuk listrik AC. Listrik AC dalam rumah kita
dihasilkan oleh pembangkit energy listrik PLN. Pembangkit energy listrik PLN
berasal dari tenaga air, tenaga uap, dan tenaga panas bumi. Listrik AC dari
pembangkit energy listrik PLN disalurkan ke rumah penduduk melalui terminal
74

yang berurutan, yaitu MCB (Main Circuit Breaker), kWh meter, kotak sekring,
stop kontak, dan peralatan listrik. MCB adalah pemutus rangkaian utana yang
berfungsi untuk mengendalikan arus listrik dalam rumah. kWh meter adalah alat
untuk mengukur energy listrik yang digunakan dalam rumah. Sekring….
Jumlah kata : 100
Jumlah kalimat : 6,1
Jumlah suku katax0,6 : 145,2
Titik pertemuan :145,2 ; 6,1
Peringkat baca :8
Kategori :mudah
Sampel A.21
Sumber listrik DC antara lain batu baterai dan aki. Batu baterai termasuk sumber
listrik DC yang tidak dapat diperbarui atau disebut elemen primer. Selain elemen
primer terdapat pula elemen sekunder, yaitu sumber tegangan yang dapat
diperbarui. Contoh elemen sekunder antar lain aki mobil, aki motor, dan baterai
pada telepon seluler. Seperti halnya listrik AC, listrik DC juga sudah kita kenal
dalam kehidupan sehari-hari. Penerapan listrik DC adalah pada peralatan
elektronik. Sebagian peralatan elektronik di rumah menggunakan listrik DC,
misalnya radio, televise, dan computer. Sumber listrik yang digunakan pada
peralatan elektronik tersebut merupakan sumber listrik AC dari PLN, tetapi
dalam….
Jumlah kata : 100
Jumlah kalimat : 7,6
Jumlah suku katax0,6 : 151,8
Titik pertemuan :151,8 ; 7,6
Peringkat baca :8
Kategori :mudah
Sampel A.22
Bunyi dan gelombang pada tali adalah contoh gelombang mekanik karena kedua
gelombang tersebut merambat melalui media perantara. Adapun cahaya adalah
contoh gelombang elektromagnetik karena cahaya merambat tidak melalui
75

perantara. Cahaya matahari sampai ke bumi tanpa media perantara. Dengan


demikian dapat diartikan bahwa gelombang elektromagnetik adalah gelombang
yang merambat tanpa memerlukan medi perantara. Sebelum mempelajari lebih
jauh tentang gelombang elektromagnetik,mari kita tengo terlebih dahulu sejarah
singkat gelombang elektromagnetik tersebut. Pada tahun 1864 fisikawan dari
Skotlandia James Clerk Maxwell (1832-1879) mengemukakan dalam teorinya
bahwa muatan listrik yang dipercepat menimbulkan gejala listrik dan magnetic.
Gejala listrik dan magnetic tersebut menjalar terus-menerus….
Jumlah kata : 100
Jumlah kalimat : 6,7
Jumlah suku katax0,6 : 177,6
Titik pertemuan :177,6 ; 6,7
Peringkat baca :16
Kategori :sulit
Sampel A.23
Kamu tentu sudah tidak asing lagi dengan radio, bukan? Bagaimana gelombang
radio dapat kita terima? Mengapa siaran radio FM terdengar lebih jernih daripada
radio AM?gelombang radio memiliki rentang frekuensi antara 300 kHz hingga
300 GHz. Dalam system komunikasi, gelombang radio dihasilkan oleh
pembangkit gelombang radio yang disebut oscillator. Gelombang radio tersebut
dipancarkan dan diterima menggunakan antenna. Tinggi rendahnya antena
berpengaruh terhadap luas daerah jangkauan gelombang. Oleh pesawat penerima,
energy gelombang radio diubah menjadi energy bunyi. Untuk membawa
informasi bunyi dapat digunakan gekombang radio jenis UHF ( Ultra High
Frequency) dan VHF (Very High Frequency) yang termodulasi. Modulasi
gelombang radio ada….
Jumlah kata : 100
Jumlah kalimat : 9,5
Jumlah suku katax0,6 : 166,8
Titik pertemuan :166,8 ; 9,5
Peringkat baca :-
76

Kategori :invalid
Sampel A.24
Setiap hari beragam tayangan menarik dapat kita saksikan di televise. Tayangan-
tayangan itu berupa hiburan, informasi, ilmu pengetahuan, bahkan siaran langsung
suatu peristiwa. Kita dapa memilih tayangan yang sesuai dan bermanfaat untuk
kita saksikan. Nah, sekarang marilah kita pelajari bagaimana siaran televise dapat
sampai ke rumh kita. Gelombangtelevisi menggunakan gelombang radio frekuensi
tinggi pada kisaran 108-109 Hz. Dari stasiun televisi, sinyal suara dan sinyal
gambar diolah kemudian dipancarkan melalui antenna pemancar. Gelombang
televise tidak dapat dipantulkan oleh lapisan ionosfer. Untuk memperluas
jangkauan siaran televise diperlukan stasiun penghubung (relay station). Siaran
televisi dapat ditransmisikan ke seluruh dunia dengan bantuan satelit….
Jumlah kata : 100
Jumlah kalimat : 8,9
Jumlah suku katax0,6 : 175,8
Titik pertemuan :175,8 ; 8,9
Peringkat baca :-
Kategori :invalid
77

Lampiran 8
REKAP ANALISIS KETERBACAAN SAMPEL BUKU A
Jumlah Jumlah Suku Jumlah Suku Kata x Tingkat Kelas
Sampel Titik Pertemuan Kriteria
kalimat/100 kata Kata / 100 Kata 0,6 Pembaca
A.1 8,5 258 154,8 154,8 ; 8,5 8 Mudah
A.2 4,9 191 191,38 191,38 ; 6,57 - Invalid
A.3 6,2 158 158,32 158,32 ; 7,87 9 Sesuai
A.4 8,3 240 144 144 ; 8,3 7 Mudah
A.5 6,8 257 154,2 154,2 ; 6,8 9 Sesuai
A.6 7,4 231 136,8 136,8 ; 7,4 6 Mudah
A.7 9,3 245 147 147 ; 9,3 7 Mudah
A.8 4,8 189 162,16 162,16 ; 6,23 11 Sesuai
A.9 7,5 223 147,18 147,18 ; 8,6 7 Mudah
A.10 7,3 249 149,4 149,4 ; 7,3 8 Mudah
A.11 5,5 236 141,6 141,6 ; 5,5 8 Mudah
A.12 5,87 240 144 144 ; 5,87 8 Mudah
A.13 8,5 243 145,8 145,8 ; 8,5 7 Mudah
A.14 8,1 250 150 150 ; 8,1 7 Mudah
A.15 7,9 247 148,2 148,2 ; 7,9 7 Mudah
A.16 9,7 237 142,2 142,2 ; 9,7 6 Mudah
A.17 9,3 249 149,4 149,4 ; 9,3 7 Mudah
A.18 7,8 219 131,4 131,4 ; 7,8 5 Mudah
A.19 8,6 234 140,4 140,4 ; 8,6 6 Mudah
78

A.20 6,1 242 145,2 145,2 ; 6,1 8 Mudah


A.21 7,6 253 151,8 151,8 ; 7,6 8 Mudah
A.22 6,7 296 177,6 177,6 ; 6,7 16 Sulit
A.23 9,5 278 166,8 166,8 ; 9,5 - Invalid
A.24 8,9 293 175,8 175,8 ; 8,9 - Invalid

Presentase Kategori Keterbacaan


No. Kategori Jumlah Presentase (%)
1 Mudah 17 70,83
2 Sesuai 3 12,5
3 Sulit 1 4,17
4 Invalid 3 12,5
Jumlah 24 100
79

Lampiran 9

ANALISIS KETERBACAAN SAMPEL BUKU B TERBITAN ERLANGGA

Sampel B.1
Sebelum adanya standar internasional, hampir setiap negara menetapkan system
satuannya sendiri. Sebagai contoh satuan panjang di negeri kita adalah hasta dan
jengkal, di Inggris dikenal inci dan kakai (feet), dan di Perancis digunakan meter.
Penggunaan bermacam-macam satuan untuk suatu besaran ini menimbulkan
kesukaran. Kesukaran pertama adalah diperlukannya bermacam-macam alat ulur
yang sesuai dengan satuan yang digunakan. Kesukaran kedua adalah kerumitan
konversi dari satu satuan ke satuan lain, misalnya dari jengkal ke kaki. Ini
disebabkan tidak adanya keteraturan yang mengatur konversi satuan-satuan
tersebut. Akibat kesukaran yang ditimbulkan oleh penggunaan system satuan yang
berbeda, maka muncul gagasan untuk menggunakan….
Jumlah kata : 100
Jumlah kalimat : 6,5
Jumlah suku katax0,6 : 157,2
Titik pertemuan :157,2 ; 6,5
Peringkat baca : 10
Kategori : sesuai
Sampel B.2
Panjang adalah jarak dalam suatu ruang. Perlihatkan lengan anda dan bentangkan
jari anda, maka jarak antara siku dan ujung jari terjauh anda dikenal sebagai satu
cubit. Inilah cara yang dilakukan selama lebih 400 tahun lalu di Mesir dan
Mesopotamia. Jadi, satu cubit diambil sebagai satuan panjang. Piramida besar
masa lalu dibangun dengan standar cubit. Seperti telah disebutkan bahwa sangat
sukar jika harus menggunakan satuan seperti itu. Ini karena satu cubit setiap orang
berbeda-beda. Sekarang orang menggunakan meter sebagai satuan SI. Semula satu
meter (disingkat m) ditetapkan sebagai jarak antara dua goresan pada meter
standar sehingga jarak dari kutub utara ke khatulistiwa….
80

Jumlah kata : 100


Jumlah kalimat : 8,8
Jumlah suku katax0,6 : 149,4
Titik pertemuan :149,4 ; 8,8
Peringkat baca :7
Kategori : mudah
Sampel B.3
Untuk menyatakan suatu besaran vector anda perlu menulis lambang besaran
vector itu danmenyatakannya dengan sebuah anak panah. Untuk tulisan tangan,
lambang suatu velktor biasanya dituliskan dengan satu huruf dan di atas huruf
tersebut diberi tanda anak panah, misalnya a atau F. untuk buku cetakan, lambang
vector umumnya dicetak dengan huruf yang dicetak tebal (bold), misalnya a atau
F. Bagaimana dengan besar vektor? Untuk tulisan tangan, besar suatu vector
biasanya ditulis dengan menggunakan tanda harga mutlak, misalnya |a| atau |F|.
untuk buku cetakan, besar vector umumnya dicetak dengan huruf miring (italic),
misalnya a atau F. sebuah vector digambarkan dengan sebuah….
Jumlah kata : 100
Jumlah kalimat : 6,4
Jumlah suku katax0,6 : 129,6
Titik pertemuan :129,6 ; 6,4
Peringkat baca :6
Kategori : mudah
Sampel B.4
Gerak buah kelapa tua jatuh dari tangkainya, gerak pelari, mobil, bola sepak,
begitu juga gerak bumi dan bulan merupakan gerak dalam kehidupan sehari-hari.
Apakah gerak itu? Suatu benda dikatakan bergerak apabila kedudukannya
senantiasa berubah terhadap suatu acuan tertentu. Misalnya, anda sedang duduk di
dalam bus yang sedang bergerak meninggalkan terminal. Apabila orang yang
diam di terminal ditetapkan sebagai acuan, maka anda dikatakan bergerak
terhadap terminal. Bagaimana jika orang yang diam di dalam bus sitetapkan
81

sebagai acuan? Apa anda masih dapat dikatakan bergerak? Ternyata tidak,
sekarang anda dikatakan tidak bergerak terhadap….
Jumlah kata : 100
Jumlah kalimat : 8,9
Jumlah suku katax0,6 : 153,6
Titik pertemuan :153,6 ; 8,9
Peringkat baca :8
Kategori : mudah
Sampel B.5
Cara kerja ticker timer adalah sebagai berikut. Pada ujung bilah getar dipasang
sebuah ujung runcing. Arah ujung runcing tegak lurus bilah. Di bawah ujung
runcing diletakkan sehelai kertas karbon yang berbentuk lingkaran (kita sebut
cakram). Jika bilah bergetar, ujung runcing itu melakukan ketikan pada kertas
karbon. Ketika itu menimbulkan titik hitam di bawah karbon. Di bawah karbon
dipasang pita kertas yang disebut pita ketik. Pita ketik ini dapat bergeser pada
sebuah alur menurut arah memanjangnya. Apabila pewaktu ketik kita jalankan
dan pita ketik kita tempelkan pada benda yang sedang bergerak, maka di atas pita
ketik akan kita dapatkan tanda titik….
Jumlah kata : 100
Jumlah kalimat : 8,8
Jumlah suku katax0,6 : 133,8
Titik pertemuan :133,8; 8,8
Peringkat baca :5
Kategori : mudah
Sampel B.6
Bagaimanakah seorang polisi memutuskan apakah seorang pengendara telah
melebihi batas kecepatan yang diperkenankan pada suatu jalan raya? Prinsipnya
mudah saja, yaitu menentukan kelajuan (rata-rata) dari kendaraan yang sedang
bergerak dengan mengukur selang waktu yang diperlukan antar dua titik tetap.
Pada beberapa jalan, tanda-tanda persegi putih dicat pada interval-interval tertentu
pada permukaan jalan. Dengan mencatat selang waktu kendaraan menempuh
82

kedua tanda itu, polisi dapat menentukan apakah pengendara telah melanggar
batas kelajuan. Pada beberapa jalur lalu lintas yang sibuk, pasangan detektorkaret
dapat dipasang di seberang jalan. Mobil yang melintasi detector pertama
menjalankan jam, ketika melintasi detector kedua memberhentikan….
Jumlah kata : 100
Jumlah kalimat : 5,9
Jumlah suku katax0,6 : 160,2
Titik pertemuan :160,2 ; 5,9
Peringkat baca : 11
Kategori : sesuai
Sampel B.7
Dalam gerak lurus dikenal kelajuan dan kecepatan, di mana kecepatan
menyatakan kelajuan berikut arahnya. Dalam gerak melingkarm pun anda dapat
menyatakan arah melingkar dalam dua arah. Misalnya, jika anda memandang dari
atas, arah melingkar adalah berlawanan dengan arah jarum jam, maka tentu saja
jika anda memandang dari bawah, arah melingkar adalah searah dengan arah
jarum jam. Oleh karena itu anda dapat juga menyatakan kecepatan sudut, yang
selain menyatakan kelajuan sudut juga menyatakan arahnya. (Kecepatan yang
terlibat dalam gerak lurus disebut sebagai kecepatan linier, karena gerak partikel
adalah sepanjang garis lurus, sedangkan kecepatan dalam melingkar disebut
kecepatan sudut, karena gerak partikel….
Jumlah kata : 100
Jumlah kalimat : 4,9
Jumlah suku katax0,6 : 152,4
Titik pertemuan :152,4 ; 4,9
Peringkat baca : 10
Kategori : sesuai
Sampel B.8
Anda telah mempelajari tentang gerak lurus beraturan (GLB), yaitu gerak suatu
benda menempuh lintasan garis lurus dengan kelajuan tetap. Karena pada GLB,
baik besar kecepatan (kelajuan) maupun arah kecepatan adalah tetap, maka GLB
83

dapat juga didefinisikan sebagai gerak suatu benda dengan (vector) kecepatan
tetap. Analogi dari GLB adalah gerak melingkar beraturan (disingkat GMB).
Mirip dengan GLB, gerak melingkar beraturan didefinisikan sebagai gerak duatu
benda menempuh lintasan melingkar dengan kelajuan (atau besar kecepatan)
tetap. Dapatkah anda mendefinisikan GMB sebagai gerak suatu benda dengan
(vector) kecepatan tetap? Misalkan suatu benda menempuh lintasan melingkar
pada bidang horizontal. Arah putaran benda adalah berlawanan dengan….
Jumlah kata : 100
Jumlah kalimat : 6,3
Jumlah suku katax0,6 : 166,8
Titik pertemuan :166,8 ; 6,3
Peringkat baca : 12
Kategori : sulit
Sampel B.9
Orang zaman dahulu telah mengenal gerak dalam keseharian, antara lain orang
berjalan, kuda berlari, dan buah jatuh dari pohonnya. Pengalaman mengamati
gerak dalam keseharian menimbulkan intuisi mereka tentang gerak. Ilmuwan
Yunani terkenal, Aristoteles, membagi gerak menjadi dua: gerak alami ddan gerak
paksa. Dia menyatakan bahwa gerak alami tidak disebabkan oleh gaya.
Gerakalami pada bumi dipikirkan olehnya sebagai gerak ke atas atau ke bawah.
Setiap benda akan mencari keadaan alaminya seperti: batu besar (benda berat)
menuju ke tahan dan asap (benda ringan) bergerak ke atas dalam udara. Dia
memproklamasikan bahwa gerak melingkar adalah gerak alami karena tidak
berawal dan tidak berakhir.
Jumlah kata : 100
Jumlah kalimat :7
Jumlah suku katax0,6 : 152,4
Titik pertemuan :152,4 ; 7
Peringkat baca :8
Kategori : mudah
Sampel B.10
84

Di lain pihak, gerak paksa selalu disebabkan oleh gaya, seperti dorongan atau
tarikan. Gerobak bergerak karena ditarik oleh seekor kuda, kapal layar bergerak
karena didorong oleh angin. Yang terpenting adalah gerak paksa selalu
disebabkan oleh gaya luaryang belerja pada suatu benda. Jika pada suatu benda
yang bergerak tidak bekerja gaya luar, maka suatu waktu benda akan kembali ke
keadaan alaminya., yaitu diam. Benda tidak mungkin mempertahankan geraknya
oleh dirinya sendiri. Benarkah bahwa suatu benda tidak mungkin
mempertahankan geraknya? Dengan kata lain, haruskah gaya terus diberikan agar
benda bergerak terus bergerak? Adalah Galielo yang pertama kali menguji untuk
mendapatkan jawaban….
Jumlah kata : 100
Jumlah kalimat : 7,8
Jumlah suku katax0,6 : 150
Titik pertemuan :150 ; 7,8
Peringkat baca :7
Kategori : mudah
Sampel B.11
Gaya berat sering disebut berat. Di SMP anda telah dapat membedakan antara
massa dan berat. Massa adalah ukuran banyaknya materi yang dikandung oleh
suatu benda. Atau, massa adlaah ukuran kelembaman (kemampuan
mempertahankan keadaan gerak) suatu benda. Makin banyak materi yang
dikandung suatu benda, makin besar massanya. Banyak materi dalam 2 kg gula
sama dengan 2 kali banyak materi dalam 1 kg gula. Ketika sebongkah batu
bermassa I kg dibawa oleh astronaut dari bumi ke bulan atau ke planet mars,
banyaknya materi yang terkandung dalam batu tersebut tidak berubah. Karena itu,
massa benda adalah tetap di lokasi atau di tempat mana saja di alam….
Jumlah kata : 100
Jumlah kalimat : 7,8
Jumlah suku katax0,6 : 145,2
Titik pertemuan :145,2 ; 7,8
Peringkat baca :7
85

Kategori : mudah
Sampel B.12
Gaya gesekan termasuk gaya sentuh, yang muncul jika permukaan dua benda
bersentuhan langsung secara fisik. Arah gaya gesekan searah dengan permukaan
bidang sentuh dan berlawanan dengan kecenderungan arah gerak. Di SMP telah
anda ketahui bahwa gaya gesekan bekerja ketika benda bergerak di udara, di air,
ataupun meluncur di atas benda padat lainnya. Anda juga telah mengetahui bahwa
untuk benda yang bergerak melalui udara, gaya gesekan udara pada benda
bergantung pada luas benda yang bersentuhan dengan udara. Makin besar luas
bidang sentuh, makin besar gaya gesekan udara pada benda. Konsep ini
dimanfaatkan oleh penerjun yang membuka parasutnya untuk memperlambat
gerak jatuhnya.
Jumlah kata : 100
Jumlah kalimat :6
Jumlah suku katax0,6 : 145,8
Titik pertemuan :145,8 ; 6
Peringkat baca :8
Kategori : mudah
Sampel B.13
Anda dapat membedakan antara pemantulan baur dan pemantulan teratur, dengan
melihat pemantulan cahaya mobil dihamburkan oleh permukaan jalan pada malam
hari. Ketika jalan kering, cahaya lampu mobil dihamburkan oleh permukaan jalan
ke segala arah (pemantulan baur) dan pemandangan di depa dan samping jalan
tampak jelas oleh pengemudi. Pada malam hari ketika hujan turun, permukaan
jalan menjadi basah sehingga kekasaran permukaan jalan diisi oleh air. Karena
permukaan basah cenderung lebih halus, cahaya lampu mobil mengalami
pemantulan teratur. Ini berarti bahwa cahaya mobil dipantulkan lurus ke atas, dan
pengemudi hanya dapat melihat pemandangan yang langsung berada di
depannya, sedang pemandangan di sampingnya….
Jumlah kata : 100
Jumlah kalimat : 4,9
86

Jumlah suku katax0,6 : 150


Titik pertemuan :150 ; 4,9
Peringkat baca : 10
Kategori : sesuai
Sampel B.14
Bayangan benda yang dibentuk oleh cermin cekung dapat kebih besar atau kebih
kecil daripada ukuran bendanya. Jika ukuran bayangan lebih besar dari pada
ukuran benda, maka dikatakan bayangan diperbesar. Jika ukuran bayangan lebih
kecil daripada ukuran benda, maka dikatakan bayangan diperkecil. Salah satu
fungsi alat optic adalah untuk memperjelas penglihatan. Penglihatan lebih jelas
jika ukuran bayangantampak lebih besar daripada ukuan benda. Untuk
menyatakan kemampuan suatu alat optik dalam memperjelas penglihatan,
digunakan konsep perbesaran. Ada dua konsep perbesaran, yaitu perbesaran linier
dan perbesaran angular (atau perbesaran sudut). Dalam subbab ini kita hanya
membahas tentang perbesaran liniar sehingga jika disebut dengan perbesaran….
Jumlah kata : 100
Jumlah kalimat : 7,6
Jumlah suku katax0,6 : 160,8
Titik pertemuan :160,8 ; 7,6
Peringkat baca : 10
Kategori : sesuai
Sampel B.15
Pada saat ini banyak penelitian dilakukan untuk menyalurkan cahaya melalui
kabel. Penggunaan serat kaca (glass fiber) untuk menyalurkan cahaya dengan
peristiwa pemantulan sempurna dinamakan tehnologi serat opik ( fiber-optic
technology). Inti serat optic dibuat dari kaca berkualitas baik yang memiliki
indeks bias tinggi. Inti ini dilapisi oleh lapisan tipis kaca yang memiliki indeks
bias rendah. Berkas cahaya dari luar yang masuk ke ujung serat optic akan
menumbuk bidang batas antara kedua medium kaca dengan sudut datang lebih
besar dari pada sudut kritis. Ini menyebabkan terjadinya pemantulan sempurna.
Demikian seterusnya, terjadi pemantulan sempurna karena berkas cahaya selalu
87

menumbuk bidang batas dengan sudut datang lebih besar dari pada sudut kritis.
Dengan demikian, cahaya menempuh sepanjang saluran serat optic dan keluar….
Jumlah kata : 100
Jumlah kalimat : 7,5
Jumlah suku katax0,6 : 178,8
Titik pertemuan : 178,8; 7,5
Peringkat baca : 16
Kategori : sulit
Sampel B.16
Karena kalor timbul karena perbedaan suhu, maka sampai dengan pertengahan
abad kedelapan belas, istilah kalor dan suhu memiliki arti yang sama. Joseph
Black pada tahun 1760 merupakan orang pertama yang menyatakan perbedaan
antara suhu dan kalor. Suhu adalah derajat panas atau dinginnya suatu benda yang
diukur oleh thermometer, sedang kalor adalah sesuatu yang mengalir dari benda
panas ke benda lebih dingin untuk menyamakan suhunya. Sekarang telah anda
ketahui bahwa suhu sesungguhnya adalah ukuran energy kinetic rata-rata partikel
(berkaitan dengan gerak partikel-partikel) dalam suatu benda. Sedangkan dalam
fisika, istilah “kalor” selalu mengacu pada energy yang berpindah dari satu
benda….
Jumlah kata : 100
Jumlah kalimat : 4,7
Jumlah suku katax0,6 : 153
Titik pertemuan : 153 ; 4,7
Peringkat baca : 10
Kategori : sesuai
Sampel B.17
Teori kalorik menyatakan bahwa benda yang suhunya tinggi mengandung lebih
banyak kalorik daripada benda yang suhunya rendah. Ketika kedua benda
disentuhkan, benda kaya kalorik kehilangan sebagian kaloriknya yang diberikan
kepada benda miskin kalorik sampai kedua benda mencapai suhu yang sama
(tercapai kesetimbangan termal). Teori kalorik dapat menjelaskan pemuaian benda
88

ketika dipanaskan dan proses hantaran kalor dalam sebuah calorimeter (akan
dibahas kemudian) dengan memuaskan. Akan tetapi, teori kalorik tidak dapat
menjelaskan mengapa kedua telapak tangan anda terasa hangat ketika anda
mengesek-gesekkanny. Perhatikan, kedua telapak tangan anda dapat dianggap
memiliki suhu sama, sehingga diharapkan tangan tidak terasa hangat (karena tidak
ada….
Jumlah kata : 100
Jumlah kalimat : 4,8
Jumlah suku katax0,6 :162
Titik pertemuan : 162 ; 4,8
Peringkat baca : 12
Kategori : sulit
Sampel B.18
Menguap adalah perubahan wujud zat dari cair menjadi uap (gas). Apakah untuk
menguapkan suatu zat diperlukan kalor? Ini akan dibuktikan pada peristiwa
berikut. Teteskan sedikit spiritus atau alcohol (zat cair yang mudah menguap)
pada tangan anda. Spiritus menguap dengan cepat dan tangan anda terasa dingin.
Untuk menguap, spiritus memerlukan kalor. Kalor tersebut diambil dari tangan
anda sehingga tangan anda terasa dingin. Peristiwa ini menunjukkan bahwa pada
waktu menguap zat memerlukan kalor. Beberapa contoh dalam keseharian
yangmenunjukkan bahwa penguapan menghasilkan pendinginan diuraikan berikut
ini. Tubuh kita melakukan proses penguapan yaitu penguapan keringat yang
keluar dari pori-pori kulit. Penguapan ini….
Jumlah kata : 100
Jumlah kalimat : 10,1
Jumlah suku katax0,6 : 154,2
Titik pertemuan : 154,2 ; 10,1
Peringkat baca :7
Kategori : mudah
Sampel B.19
89

Bagaimana energy kalor dari matahari dapat melalui atmosfer bumi dan
menghangatkan bumi? Kalor dari matahari tidak dapat melalui atmosfer secara
konduksi karena udara yang terdapat di atmosfer tergolong konduktor paling
buruk. Kalor dari matahai juga tidak dapat sampai ke bumi melalui konveksi
karena konveksi selalu diawali dengan pemanasan bumi terlebih dahulu. Selain
itu, perpindahan kalor secara konduksi dan konveksi tidak mungkin melalui ruang
hampa yang terdapat diantara atmosfer bumi dan matahari. Bagaimanakah proses
perpindhan kalor dalam peristiwa ini? Kalor dari matahari dapat sampai ke bumi
mellui ruang hampa tanpa zat perantara (medium). Perpindhan kalor seperti ini
disebut radiasi. Perpindahan kalor….
Jumlah kata : 100
Jumlah kalimat : 7,2
Jumlah suku katax0,6 : 159,6
Titik pertemuan : 159,6 ; 7,2
Peringkat baca : 10
Kategori : sesuai
Sampel B.20
Di SMP anda telah mempelajari konsep kuat arus dan tegangan listrik. (Tegangan
listrik sering juga disebut dengan potensial listrik). Arus listrik adalah aliran
partikel-partikel bermuatan positif yang melalui konduktor (walau sesungguhnya
elektron-elektron bermuatan negatiflah yang mengalir melalui konduktor). Arus
listrik hanya mengalir dalam suatu rangkaian yang tertutup. Rangkaian tertutup
adalah suatu rangkaian yang jalannya mulai dari suatu titik, berkeliling dan
akhirnya kembali lagi ke titik tersebut. Kuat arus listrik disebabkan oleh adanya
beda tegangan listrik antara dua titik dalam rangkaian tertutup. Sesuai dengan
perjanjian, arah kuat arus listrik mengalir adalah dari titik berpotensial tinggi ke
titik berpotensial rendah.
Jumlah kata : 100
Jumlah kalimat :7
Jumlah suku katax0,6 : 153,6
Titik pertemuan : 153,6 ; 7
90

Peringkat baca :9
Kategori : sesuai
Sampel B.21
Dalam banyak rangkaian, sekring sengaja dipasang seri dengan rangkaian
komponen-komponen lain untuk tujuan pengamanan. Konduktor pada sekring
didesain untuk melebur dan membuka rangkaian pada arus maksismum tertentu
yang tergantung pada batas arus yang boleh melalui komponen yang dirangkai
seri dengan sekring. Jika sekring tidak digunakan, arus yang melebihi batas dapat
merusak komponen-komponen pada rangkaian, mengakibatkan pemanasan lebih
pada kawat atau kabel penghantar yang dapat memungkinkan terjadinya
kebakaran. Dalam instalasi listrik rumah, pemutus daya (circuit breaker)
digunakan sebagai pengganti sekring. Ketika kuat arus dalam rangkaian melebihi
nilai tertentu,pemutus daya akan bertindak sebagai sakelar dan memutus
rangkaian secara otomatis.
Jumlah kata : 100
Jumlah kalimat :5
Jumlah suku katax0,6 : 153,6
Titik pertemuan : 153,6 ; 5
Peringkat baca : 10
Kategori : sesuai
Sampel B.22
Di kelas IX anda telah mempelajari bahwa arus listrik (medan listrik) dapat
menimbulkan medan magnetic (fenomena yang ditemukan oleh Oersted).
Fenomena kebalikannya adalah perubahan medan magnetic dapat menimbulkan
arus listrik (medan listrik), disebut arus induksi (ditemukan oleh Faraday).
Berdasarkan kedua fenomena ini, Maxwell menyatakan bahwa suatu medanlistrik
yang berubah-ubah menginduksikan medan magnetic yang juga berubah-ubah.
Selanjutnya, medan magnetik yang berubah-ubah ini menginduksikan kembali
medan listrik yang berubah-ubah. Demikian seterusnya sehingga diperoleh proses
berantai dari pembentukan medan listrik dan medan magnetic yangmerambat ke
91

segala arah. Hasilnya dalah kehadiran gelombang elektromagnetik. Bila kita


melihat perambatan medan….
Jumlah kata : 100
Jumlah kalimat : 6,3
Jumlah suku katax0,6 : 153,6
Titik pertemuan : 153,6 ; 6,3
Peringkat baca :9
Kategori : sesuai
Sampel B.23
Gelombang mikro juga dimanfaatkan pada pesawat RADAR (Radio Detection
and Ranging). RADAR berarti mencari dan menentukan jejak sebuah benda
dengan menggunakan gelombang mikro (gelombang dengan frekuensi sekitar 1010
Hz). Pesawat radar memanfaatkan sifat pemantulan gelombang mikro. Antenna
radar bertindak sebagai pemancar dan penerima gelombang. Sebuah antenna
memancarkan seberkas sinar tipis gelombang mikro dalam bentuk pulsa-pulsa
pendek. Karena panjang gelombangnya hanya beberapa centimeter, gelombang
dengan mudah dapat dipantulkan oleh benda-benda dengan ukuran beberapa
meter, sepertimobil, pesawat terbang, atau roket. Jika pulsa tadi mengenai benda
(missal, pesawat terbang), maka sebagian pulsa pantulan akan dterima kembali
oleh antenna radar. Karena cepat….
Jumlah kata : 100
Jumlah kalimat : 7,1
Jumlah suku katax0,6 : 157,8
Titik pertemuan : 157,8 ; 7,1
Peringkat baca : 10
Kategori : sesuai
Sampel B.24
Matahari adalah sumber sinar ultraviolet. Sebelum cahaya dari matahari mengenai
permukaan bum, molekul ozon (O3) yang terdapat di lapisan atmosfer berfungsi
menyerap sinar ultraviolet berlebih, sehingga sinar ultraviolet yang mengenai
permukaan bumi tidak membahayakan kehidupan di bumi. Walaupun demikian,
92

jika anda terlalu sering terkena sinar matahari, maka sinar ultraviolet dapat
menyebabkan perubahan warna kulit menjadi kehitam-hitaman. Bahan kimia
tertentu berpendar ketika sinar ultraviolet jatuh pada bahan tersebut. Bahan itu
menyerap ultraviolet dan memancarkan cahaya tampak hingga bersinar.
Pernahkah anda memperhatikan ketika anda menarik uang dari bank? Teller bank
akan menyinari buku tabungan dengan lampu khusus untuk memeriksa apakah
tanda tangan….
Jumlah kata : 100
Jumlah kalimat : 6,5
Jumlah suku katax0,6 : 165,6
Titik pertemuan : 165,6 ; 6,5
Peringkat baca : 11
Kategori : sesuai
93

Lampiran 10
REKAP ANALISIS KETERBACAAN SAMPEL BUKU B

Jumlah Jumlah Suku Jumlah Suku Kata x Tingkat Kelas


Sampel Titik Pertemuan Kriteria
kalimat/100 kata Kata / 100 Kata 0,6 Pembaca
B.1 6,5 262 157,2 157,2 ; 6,5 10 sesuai
B.2 8,8 249 149,4 149,4 ; 8,8 7 mudah
B.3 6,4 216 129,6 129,6 ; 6,4 6 mudah
B.4 8,9 256 153,6 153,6 ; 8,9 8 mudah
B.5 8,8 223 133,8 133,8; 8,8 5 mudah
B.6 5,9 267 160,2 160,2 ; 5,9 11 sesuai
B.7 4,9 254 152,4 152,4 ; 4,9 10 sesuai
B.8 6,3 278 166,8 166,8 ; 6,3 12 sulit
B.9 7 254 152,4 152,4 ; 7 8 mudah
B.10 7,8 250 150 150 ; 7,8 7 mudah
B.11 7,8 242 145,2 145,2 ; 7,8 7 mudah
B.12 6 243 145,8 145,8 ; 6 8 mudah
B.13 4,9 250 150 150 ; 4,9 10 sesuai
B.14 7,6 268 160,8 160,8 ; 7,6 10 sesuai
B.15 7,5 298 178,8 178,8; 7,5 16 sulit
B.16 4,7 255 153 153 ; 4,7 10 sesuai
B.17 4,8 270 162 162 ; 4,8 12 sulit
B.18 10,1 257 154,2 154,2 ; 10,1 7 mudah
B.19 7,2 266 159,6 159,6 ; 7,2 10 sesuai
94

B.20 7 256 153,6 153,6 ; 7 9 sesuai


B.21 5 256 153,6 153,6 ; 5 10 sesuai
B.22 6,3 256 153,6 153,6 ; 6,3 9 sesuai
B.23 7,1 263 157,8 157,8 ; 7,1 10 sesuai
B.24 6,5 276 165,6 165,6 ; 6,5 11 sesuai

Presentase Kategori Keterbacaan


No. Kategori Jumlah Presentase (%)
1 Mudah 9 37,5
2 Sesuai 12 50
3 Sulit 3 12,5
4 Invalid - 0
Jumlah 24 100
95

Lampiran 11

ANALISIS KETERBACAAN BUKU 3 (FISIKA BILINGUAL)


TERBITAN YRAMA WIDYA

Sampel C.1
Ketidakpastian pengukuran disebabkan oleh beberapa faktor seperti faktor
manusia, faktor alat dan faktor lingkungan. Ketidakpastian pengukuran yang
disebabkan oleh faktor manusia terjadi ketika kita melakukan kegiatan
pengukuran. Ketidakpastian pengukuran yang disebabkan oleh faktor alat terjadi
ketika alat yang digunakan dalam keadaan rusak atau pengaturan alat tidak tepat.
Sedangkan faktor lingkungan yang dapat menyebabkan ketidakpastian
pengukuran diantaranya adalah suhu, tekanan….
Jumlah kata : 60
Jumlah kalimat + 1,67 : 5,47
Jumlah suku katax0,6x1,67 : 172,3
Titik pertemuan : 172,3 ; 5,47
Peringkat baca : 14
Kategori : sulit
Sampel C.2
Pada dasarnya ketidakpastian pengukuran terdiri dari ketidakpastian sistematik
dan ketidakpastian rambang. Ketidakpastian sistematik adalah ketidakpastian
pengukuran yang dapat menyebabkan hasil pengukuran menyimpang dari keadaan
sebenarnya. Ketidakpastian sistematik ini biasanya disebabkan oleh kesalahan
pengaturan atau kaliberasi alat, kesalahan titik nol, kerusakan komponen alat,
kesalahan pengamatan (paralak), adanya gesekan dan keadaan lingkungan….
Jumlah kata : 50
Jumlah kalimat + 2 : 4,9
Jumlah suku katax0,6x2 : 201,6
Titik pertemuan : 201,6 ; 4,9
Peringkat baca :-
Kategori : invalid
Sampel C.3
96

Besaran-besaran fisika terdiri dari besaran skalar dan besaran vektor. Besaran
skalar adalah besaran yang mempunyai besar atau nilai tanpa mempunyai arah,
sedangkan besaran vektor adalah besaran yang mempunyai besar atau nilai dan
arah. Contoh-contoh umum besaran skalar adalah massa jenis, volume, dan suhu,
sedangkan contoh-contoh umum besaran….
Jumlah kata : 50
Jumlah kalimat + 2 : 4,
Jumlah suku katax0,6x2 : 141,6
Titik pertemuan : 141,6 ; 4,6
Peringkat baca :9
Kategori : sesuai
Sampel C.4
Pada dasarnya gerak benda dibedakan menjadi translasi, gerak rotasi, dan vibrasi.
Berdasarkan hal tersebut, maka dalam kinematika gerak benda disederhanakan
dengan mengasumsikan benda sebagai partikel. Benda partikel adalah benda titik
yang tidak mempunyai ukuran. Meskipun benda partikel tersebut tidak ada, tetapi
asumsi benda sebagai partikel berguna untuk menggambarkan keadaan gerak
suatu benda. Karena benda partikel hanya bergerak translasi saja, sedangkan….
Jumlah kata : 60
Jumlah kalimat + 1,67 : 5,27
Jumlah suku katax0,6x1,67 : 162,3
Titik pertemuan : 162,3 ; 5,27
Peringkat baca : 11
Kategori : sesuai
Sampel C.5
Gerak vertikal merupakan contoh kasus gerak lurus berubah beraturan. Hal ini
karena benda yang bergerak vertikal akan dipercepat dengan percepatan tetap
kira-kira 9,8 m/s2 dan disebut dengan percepatan gravitasi. Sebagai contoh bola
yang dilempar tegak lurus ke atas akan jatuh kembali ke bumi. Pada dasarnya
gerak vertikal terdiri dari tiga jenis gerak, yaitu gerak vertikal ke bawah, gerak
vertikal ke….
97

Jumlah kata : 50
Jumlah kalimat + 2 : 5,7
Jumlah suku katax0,6x2 : 183,6
Titik pertemuan : 183,6 ; 5,7
Peringkat baca :-
Kategori : invalid
Sampel C.6
Selain percepatan sudut dan percepatan tangensial, pada gerak melingkar juga
dikenal percepatan sentripetal, yaitu peecepatan benda yang arahnya menuju pusat
lingkaran. Dalam hal ini, arah percepatan sentripetal selalu menuju pusat
lingkaran dan tegak lurus terhadap kecepatan linier, sehingga percepatan
sentripetal disebut juga dengan percepatan radial. Percepatan sentripetal dapat
ditentukan dengan….
Jumlah kata : 50
Jumlah kalimat + 2 : 4,7
Jumlah suku katax0,6x2 : 169,2
Titik pertemuan : 169,2 ; 4,7
Peringkat baca : 14
Kategori : sulit
Sampel C.7
Percepatan sentripetal dimiliki oleh semua partikel yang bergerak melingkar, dan
percepatan ini berguna untuk mengubah arah kecepatan linier partikel
yangbergerak melingkar. Sedangkan percepatan tangensial hanya dimiliki oleh
partikel yang bergerak melingkar berubah beraturan dan berguna untuk menguabh
besar kecepatan….
Jumlah kata : 40
Jumlah kalimat + 2,5 :4
Jumlah suku katax0,6x2,5 : 168
Titik pertemuan : 168 ; 4
Peringkat baca : 14
Kategori : sulit
98

Sampel C.8
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menggunakan istilah “berat” untuk
menyatakan massa suatu benda. Tetapi dalam fisika, berat dan massa merupakan
dua buah besaran fisika yang berbeda. Massa merupakan banyaknya zat yang
dimiliki oleh suatu benda, sedangkan berat merupakan gaya gravitasi yang bekerja
pad suatu benda yang berada di dekat….
Jumlah kata : 50
Jumlah kalimat + 2 : 4,9
Jumlah suku katax0,6x2 : 147,6
Titik pertemuan : 147,6 ; 4,9
Peringkat baca :9
Kategori : sesuai
Sampel C.9
Newton mengajukan hukum-hukum tentang gerak setelah dia mempelajari
gagasan Galileo tentang gerak, yaitu gerak lurus beraturan tidak memerlukan
gaya. Pada mulanya Newton mengajukan bahwa sebuah benda yang diam
cenderung tetap diam dan sebuah benda yang bergerak cenderung tetap bergerak
dengan kecepatan yang sama dan arah yang sama (bergerak lurus beraturan) jika
tidak ada gaya yang tidak seimbang bekerja padanya.
Jumlah kata : 60
Jumlah kalimat + 1,67 : 3,67
Jumlah suku katax0,6x1,67 : 144,28
Titik pertemuan : 144,28 ; 3,67
Peringkat baca : 10
Kategori : sesuai

Sampel C.10
Hukum pertama Newton sering disebut dengan “hukum kelembaman”, karena
hokum ini menyatakan sifat dasar suatu benda yang disebut kelembaman. Sifat
kelembaman suatu benda adalah kecenderungan benda untuk memepertahankan
keadaan geraknya, yaitu tetap diam atau bergerak lurus beraturan. Sebagai contoh
99

sebuah bola akan tetap diam di tempatnya selama tidak ditendang dan jika bola
ditendang,maka bola akan bergerak lurus beraturan, namun….
Jumlah kata : 60
Jumlah kalimat + 1,67 : 4,27
Jumlah suku katax0,6x1,67 : 154,3
Titik pertemuan : 154,3 ; 4,27
Peringkat baca : 11
Kategori : sesuai
Sampel C.11
Seperti yang kita bicarakan sebelumnya, gaya merupakan dorongan atau tarikan
pada sebuah benda yang dihasilkan dari interaksi benda tersebut dengan benda
lain. Beberapa jenis gaya dihasilkan dari interaksi sentuhan diantara benda-benda,
seperti gaya normal, gaya gesekan, gaya tegangan tali, dan lain sebagainya. Selain
gaya-gaya tersebut, beberapa jenis gaya lainnya dihasilkan tanpa interaksi
sentuhan (interaksi berjauhan) misalnya gaya gravitasi….
Jumlah kata : 60
Jumlah kalimat + 1,67 : 4,47
Jumlah suku katax0,6x1,67 : 163,3
Titik pertemuan : 163,3 ; 4,47
Peringkat baca : 12
Kategori : sulit
Sampel C.12
Setiap benda yang bergerak melingkar selalu mengalami percepatan sentripetal
yang arahnya menuju ke pusat lingkaran (lintasan). Karena menurut Newton
percepatan benda disebabkan oleh suatu gaya, maka percepatan sentripetal juga
disebabkan oleh gaya yang mengarah ke pusat lintasan dan tegak lurus terhadap
kecepatan linier benda. Gaya tersebut disebut dengan gaya sentripetal, dan dalam
hal ini gaya sentripetal merupakan resultan gaya yang…
Jumlah kata : 60
Jumlah kalimat + 1,67 : 4,47
Jumlah suku katax0,6x1,67 : 153,3
100

Titik pertemuan : 153,3 ; 4,47


Peringkat baca : 10
Kategori : sesuai
Sampel C.13
Termometer adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur suhu suatu benda
atau sistem secara kuantitatif. Termometer dibuat berdasarkan sifat dasar suatu
bahan yangberubah secara teratur terhadap suhu. Sifat dasar suatu bahan yang
berubah secara teratur terhadap suhunya tersebut dinamakan sifat termometrik.
Terdapat beberapa sifat termometrik bahan yang dapat digunakan untuk membuat
termometer, seperti volume zat cair, panjang logam, hambatan….
Jumlah kata : 60
Jumlah kalimat + 1,67 : 5,47
Jumlah suku katax0,6x1,67 : 160,3
Titik pertemuan : 160,3 ; 5,47
Peringkat baca : 11
Kategori : sesuai
Sampel C.14
Konduksi merupakan istilah umum perpindahan kalor pada zat padat. Dalam skala
mikroskopis, konduksi terjadi karena satu partikel (atom atau molekul) bergerak
cepat dan bergetar berinteraksi dengan atom-atom dan molekul-molekul tetangga.
Dari interaksi tersebut, maka kalor dapat berpindah dari….
Jumlah kata : 40
Jumlah kalimat + 2,5 : 5,3
Jumlah suku katax0,6x2,5 : 153
Titik pertemuan : 153 ; 5,3
Peringkat baca : 10
Kategori : sesuai
Sampel C.15
Pada konveksi alamiah, aliran fluida terjadi karena perbedaan massa jenis,
sedangkan pada konveksi paksa aliran fluida diarahkan secara sengaja untuk
tujuan tertentu dengan menggunakan alat. Contoh konveksi bebas adalah konveksi
101

gas pada peristiwa angin laut atau angin darat. Sedangkan konveksi paksa dapat
ditemukan pada alat-alat seperti mesin pendingin….
Jumlah kata : 50
Jumlah kalimat + 2 : 4,9
Jumlah suku katax0,6x2 : 156
Titik pertemuan : 156 ; 4,9
Peringkat baca : 10
Kategori : sesuai
Sampel C.16
Cahaya merupakan gelombang elektromagnetik yang dipancarkan dalam berbagai
panjang gelombang dan frekuensi. Cahaya yang terdiri dari berbagai panjang
gelombang dan frekuensi tersebut dinamakan cahaya polikromatik, salah satu
contohnya adalah cahaya matahari. Sedangkan cahaya yang hanya terdiri dari satu
panjang gelombang dan frekuensi dinamakan cahaya monokromatik, contoh
cahaya monokromatik adalah laser.
Jumlah kata : 50
Jumlah kalimat + 2 :5
Jumlah suku katax0,6x2 : 168
Titik pertemuan : 168 ; 5
Peringkat baca : 13
Kategori : sulit
Sampel C.17
Pembentukan bayangan pada cermin datar dapat dilukiskan dengan menggunakan
diagram sinar (biasanya berupa garis dengan tanda panah). Dalam pelukisan
bayangan tersebut, titik bayangan adalah titik potong berkas sinar-sinar pantul.
Bayangan disebut nyata jika titik potongnya merupakan titik potong sinar-sinar
yang konvergen. Di lain pihak, bayangan disebut maya jika titik potongnya
merupakan titik potong perpanjangan sinar-sinar pantul….
Jumlah kata : 60
Jumlah kalimat + 1,67 : 5,8
Jumlah suku katax0,6x1,67 : 177,6
102

Titik pertemuan : 177,6 ; 5,8


Peringkat baca : 16
Kategori : sulit
Sampel C.18
Prisma merupakan sebuah benda tembus cahaya yang terbuat dari bahan gelas dan
dibatasi oleh dua bidang (permukaan) yang membentuk sudut tertentu. Apabila
seberkas cahaya mengenai salah satu bidang prisma, maka cahaya akan dibiaskan
oleh bidang tersebut, kemudian cahaya tersebut juga akan dibiaskan oleh bidang
kedua ketika keluar dari prisma. Dalam hal ini kedua bidang prisma disebut
bidang pembias dan sudut yang dibentuk oleh keduanya disebut sudut pembias
atau sudut puncak….
Jumlah kata : 70
Jumlah kalimat + 1,43 : 4,33
Jumlah suku katax0,6x1,43 : 147,6
Titik pertemuan : 147,6 ; 4,33
Peringkat baca : 10
Kategori : sesuai
Sampel C.19
Pada dasarnya, lensa terdiri dari berbagai jenis, tetapi dalam bahasan ininakan
dijelaskan tentang pembiasan cahaya dan pembentukan bayangan oleh lensa tipis
pada lensa cembung (lensa konvergen) dan lensa cekung (lensa divergen). Dalam
hal ini, lensa tipis adalah lensa yang ketebalannya dapat diabaikan. Lensa
cembung adalah lensa yang bagian tengahnya lebih tebal daripada bagian tepinya,
sedangkan lensa cekung adalah lensa….
Jumlah kata : 60
Jumlah kalimat + 1,67 : 4,27
Jumlah suku katax0,6x1,67 : 145,29
Titik pertemuan : 145,29 ; 4,27
Peringkat baca :9
Kategori : sesuai
Sampel C.20
103

Untuk dapat melihat benda di depan mata dengan jelas, maka bayangan anda
tersebut harus terbentuk di retina dengan sifat nyata, terbali, dan diperkecil. Agar
bayangan selalu jatuh tepat di retina, maka lensa mata harus mempunyai
kemampuan untuk memfokuskan cahaya. Kemampuan lensa mata untuk
memfokuskan cahaya tersebut ditujukan dengan kemampuan lensa mata untuk
menipis atau menebal sesuai dengan jarak benda yang dilihat oleh mata.
Kemampuan lensa mata untuk menipis atau menebal….
Jumlah kata : 70
Jumlah kalimat + 1,43 : 4,93
Jumlah suku katax0,6x1,43 : 146,7
Titik pertemuan : 146,7 ; 4,93
Peringkat baca :9
Kategori : sesuai

Sampel C.21
Listrik merupakan suatu bentuk energi yang mudah berubah. Listrik dapat
dibangkitkan melalui beberapa cara dan dari beberapa sumber yangberbeda, dan
dapat dikirim secara cepat melalui jarak yang jauh. Listrik dpat diubah secara
efisien menjadi bentuk-bentuk energi lain seperti kalor, cahaya, gerak, dan lain
sebagainya. Selain itu juga dapat disimpan. Karena sifat mudah diubah
inilah,maka listrik memainkan hampir setiap aspek dari teknologi modern. Listrik
menghasilkan cahaya kalor, dan daya mekanik yang membuat telepon, computer,
televisi, dan keperluan-keperluan….
Jumlah kata : 80
Jumlah kalimat + 1,25 : 7,05
Jumlah suku katax0,6x1,25 : 151,5
Titik pertemuan : 151,5 ; 7,05
Peringkat baca :8
Kategori : mudah
Sampel C.22
104

Hambatan listrik merupakan sifat suatu benda atau bahan untuk menahan atau
menentang aliran arus listrik. Besarnya hambatan pada sebuah rangkaian listrik
menentukan jumlah aliran arus pada rangkaian untuk setiap tegangan yang
diberikan pada rangkaian dan sesuai dengan prinsip hukum Ohm.
Jumlah kata : 40
Jumlah kalimat + 2,5 : 4,5
Jumlah suku katax0,6x2,5 : 147
Titik pertemuan : 147 ; 4,5
Peringkat baca :9
Kategori : sesuai
Sampel C.23
Untuk mengukur besaran-besaran listrik dapat digunakan alat ukur listrik tertentu
yang mempunyai batas pengukuran terhadap nilai suatu besaran listrik yang
diukur. Alat ukur listrik merupakan alat untuk mengukur dan menunjukkan nilai
suatu besaran listrik seperti arus, muatan, tegangan, dan daya serta sifat-sifat
listrik pada rangkaian seperti hambatan kapasitansi dan induktansi. Dalam sub
bab ini kita akan mempelajari beberapa pengukuran….
Jumlah kata : 60
Jumlah kalimat + 1,67 : 4,17
Jumlah suku katax0,6x1,67 : 152,3
Titik pertemuan : 152,3 ; 4,17
Peringkat baca : 10
Kategori : sesuai
Sampel C.24
Nilai arus dan tegangan bolak-balik selalu berubah terhadap waktu sehingga
pengukuran arus dan tegangan bolak-balik dengan menggunakan amperemeter
dan voltmeter menunjukkan harga efektif atau rms (root mean square). Dalam hal
ini, nilai efektif arus atau tegangan bolak-balik ialah arus atau tegangan bolak-
balik yang dianggap setara dengan arus atau tegangan searah dan menghasilkan
kalor yang sama pada suatu hambatan dalam waktu yang sama. Hubungan nilai
105

efektif dengan nilai maksimum dari arus dan tegangan bolak-balik dapat
dinyatakan….
Jumlah kata : 80
Jumlah kalimat + 1,25 : 3,75
Jumlah suku katax0,6x1,25 : 138
Titik pertemuan : 138 ; 3,75
Peringkat baca :9
Kategori :sesuai
106

Lampiran 12
REKAP ANALISIS KETERBACAAN SAMPEL BUKU C

Jumlah Jumlah Suku Jumlah Suku Kata x Tingkat Kelas


Sampel Titik Pertemuan Kriteria
kalimat/100 kata Kata / 100 Kata 0,6 Pembaca
C.1 3,8 172 172,3 172,3 ; 5,47 14 Sulit
C.2 2,9 168 201,6 201,6 ; 4,9 - Invalid
C.3 2,6 118 141,6 141,6 ; 4,6 9 Sesuai
C.4 3,6 162 162,3 162,3 ; 5,27 11 Sesuai
C.5 3,7 153 183,6 183,6 ; 5,7 - Invalid
C.6 2,7 141 169,2 169,2 ; 4,7 14 Sulit
C.7 1,5 112 168 168 ; 4 14 Sulit
C.8 2,9 123 147,6 147,6 ; 4,9 9 Sesuai
C.9 2 144 144,28 144,28 ; 3,67 10 Sesuai
C.10 2,6 154 154,3 154,3 ; 4,27 11 Sesuai
C.11 2,8 163 163,3 163,3 ; 4,47 12 Sulit
C.12 2,8 153 153,3 153,3 ; 4,47 10 Sesuai
C.13 3,8 160 160,3 160,3 ; 5,47 11 Sesuai
C.14 2,8 102 153 153 ; 5,3 10 Sesuai
C.15 2,9 130 156 156 ; 4,9 10 Sesuai
C.16 3 140 168 168 ; 5 13 Sulit
C.17 3,8 148 177,6 177,6 ; 5,8 16 Sulit
C.18 2,9 172 147,6 147,6 ; 4,33 10 Sesuai
C.19 2,6 145 145,29 145,29 ; 4,27 9 Sesuai
107

C.20 3,5 171 146,7 146,7 ; 4,93 9 Sesuai


C.21 5,8 202 151,5 151,5 ; 7,05 8 Mudah
C.22 2 98 147 147 ; 4,5 9 Sesuai
C.23 2,5 152 152,3 152,3 ; 4,17 10 Sesuai
C.24 2,5 184 138 138 ; 3,75 9 Sesuai

Presentase Kategori Keterbacaan


No. Kategori Jumlah Presentase (%)
1 Mudah 1 4,17
2 Sesuai 15 62,5
3 Sulit 6 25
4 Invalid 2 8,33
Jumlah 24 100
108

Lampiran 13

Keberpusatan Pada Peserta Didik Sampel Buku A


Butir 1 : Keberpusatan Pada Peserta Didik
Judul Buku : Kompetensi Fisika
Kode Buku :A
Langkah : a. Membaca dan mencermati buku pada tiap sub bab.
b. Mengidentifikasi berdasar deskripsi.
c. Memberi skor 1 jika sesuai dengan deskripsi dan skor 0 jika tidak sesuai deskripsi pada lembar observasi.
d. Menghitung skor yang diperoleh.
e. Mendiskripsikan skor berdasarkan kriteria yang ditentukan BSNP.

Skor
Bab
No. Deskripsi Bab 1 Bab 2 Bab 3 Bab 4 Bab 5 Bab 6 Bab 7
8
a b c d a b c d e f g h i a b c d a b c a B c d e a b c d e a b c d e f g a b
Ada materi
1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1
prasyarat
Ada penjelasan
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
awal
Ada tujuan
3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
pembelajaran
4 Ada epitome 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0
109

Epitome
relevan dengan
5 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0
materi yang
akan dibahas
Menyampaikan
manfaat
6 mempelajari 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
materi yang
akan dibahas
Ada contoh-
contoh yang
7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1
mendukung
materi
Ada soal-soal
8 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1
latihan
Ada kunci
9 jawaban untuk 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
soal yang sulit
Ada kegiatan
10 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
siswa
Ada tugas
untuk siswa
seperti
11 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1
membuat
jurnal,
rigkasan, dll
110

Ada kalimat
12 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1
ajakan
Ada kalimat
13 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1
arahan
Ada
pertanyaan-
14 pertanyaan saat 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1
penyampaian
materi
Terdapat
kalimat-kalimat
yang
menggunakan
15 kata gati orang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1
kedua yang
khusus
merujuk ke
siswa
Ada perintah
16 berdiskusi 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0
dengan teman
Materi
pembelajaran
telah
17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1
disesuaikan
dengan
lingkungan
111

yang berupa
benda yang ada
di sekitar siswa
sebagai
konteks
pembelajaran
Materi
pembelajaran
telah
disesuaikan
dengan
lingkungan
18 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1
yang berupa
peristiwa yang
ada di sekitar
siswa sebagai
konteks
pembelajaran
Materi
pembelajaran
telah
disesuaikan
19 dengan 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1
lingkungan
yang berupa
keadaan yang
ada di sekitar
112

siswa sebagai
konteks
pembelajaran

Arahan untuk
20 mengemukakan 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
pendapat
Ada kegiatan
siswa yang
21 dilakukan 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
secara
berkelompok
JUMLAH 11 13 12 15 17 12 15 15 16 12 11 11 12 14 5 8 11 20 17 8 6 11 11 10 15 18 14 13 15 16 14 11 7 11 9 14 10 11 14

Hasil Penilaian Buku Ajar Fisika


Skor Maksimum untuk Masing-masing Sub Bab : 21

Skor Maksimal Tiap DP Masing-masing


No. Bab Sub Bab Skor Jumlah
Bab Bab
A 11
B 13
1 1 51 84 60,71%
C 12
D 15
A 17
2 2 B 12 121 189 64,02%
C 15
113

D 15
E 16
F 12
G 11
H 11
I 12
A 14
B 5
3 3 38 84 45,24%
C 8
D 11
A 20
4 4 B 17 45 63 71,43%
C 8
A 6
B 11
5 5 C 11 53 105 50,48%
D 10
E 15
A 18
B 14
6 6 C 13 76 105 72,38%
D 15
E 16
A 14
B 11
C 7
7 7 D 11 86 147 58,5%
E 9
F 14
G 10
114

A 11
8 8 25 42 59,52%
B 14
Jumlah 495 819
DP Total 60,44%
115

Lampiran 14
Keberpusatan Pada Peserta Didik Sampel Buku B
Butir 1 : Keberpusatan Pada Peserta Didik
Judul Buku : Fisika untuk SMA Kelas X
Kode Buku :B
Langkah : a. Membaca dan mencermati buku pada tiap sub bab.
b. Mengidentifikasi berdasar deskripsi.
c. Memberi skor 1 jika sesuai dengan deskripsi dan skor 0 jika tidak sesuai deskripsi pada lembar observasi.
d. Menghitung skor yang diperoleh.
e. Mendiskripsikan skor berdasarkan kriteria yang ditentukan BSNP.

Skor
No. Deskripsi Bab 1 Bab 2 Bab 3 Bab 4 Bab 5 Bab 6 Bab 7 Bab 8
a b c a b c a b a b c a b c a b c a b c d a b
1 Ada materi prasyarat 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0
2 Ada penjelasan awal 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
3 Ada tujuan pembelajaran 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
4 Ada epitome 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0
5 Epitome relevan dengan materi yang akan
0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0
dibahas
6 Menyampaikan manfaat mempelajari materi
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
yang akan dibahas
7 Ada contoh-contoh yang mendukung materi 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
116

8 Ada soal-soal latihan 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0


9 Ada kunci jawaban untuk soal yang sulit 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
10 Ada kegiatan siswa 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0
11 Ada tugas untuk siswa seperti membuat jurnal,
1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
rigkasan, dll
12 Ada kalimat ajakan 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0
13 Ada kalimat arahan 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0
14 Ada pertanyaan-pertanyaan saat penyampaian
1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
materi
15 Terdapat kalimat-kalimat yang menggunakan
kata gati orang kedua yang khusus merujuk ke 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
siswa
16 Ada perintah berdiskusi dengan teman 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
17 Materi pembelajaran telah disesuaikan dengan
lingkungan yang berupa benda yang ada di 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
sekitar siswa sebagai konteks pembelajaran
18 Materi pembelajaran telah disesuaikan dengan
lingkungan yang berupa peristiwa yang ada di 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
sekitar siswa sebagai konteks pembelajaran
19 Materi pembelajaran telah disesuaikan dengan
lingkungan yang berupa keadaan yang ada di 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
sekitar siswa sebagai konteks pembelajaran
20 Arahan untuk mengemukakan pendapat 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
21 Ada kegiatan siswa yang dilakukan secara
1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
berkelompok
JUMLAH 15 14 15 19 11 13 14 10 17 15 17 14 16 12 15 14 14 13 13 11 8 7 10
117

Hasil Penilaian Buku Ajar Fisika


Skor Maksimum untuk Masing-masing Sub Bab : 21

Skor Maksimal Tiap DP Masing-masing


NO. Bab Sub Bab Skor Jumlah
Bab Bab
A 15
1 1 B 14 44 63 69,84%
C 15
A 19
2 2 B 11 43 63 68,25%
C 13
A 14
3 3 24 42 57,14%
B 10
A 17
4 4 B 15 49 63 77,78%
C 17
A 14
5 5 B 16 42 63 66,67%
C 12
A 15
6 6 B 14 43 63 68,25%
C 14
A 13
7 7 45 84 53,57%
B 13
118

C 11
D 8
A 7
8 8 17 42 40,48%
B 10
Jumlah 307 483
DP Total 63,56%
119

Lampiran 15

Keberpusatan Pada Peserta Didik Sampel Buku C


Butir 1 : Keberpusatan Pada Peserta Didik
Judul Buku : Fisika Bilingual
Kode Buku :C
Langkah : a. Membaca dan mencermati buku pada tiap sub bab.
b. Mengidentifikasi berdasar deskripsi.
c. Memberi skor 1 jika sesuai dengan deskripsi dan skor 0 jika tidak sesuai deskripsi pada lembar observasi.
d. Menghitung skor yang diperoleh.
e. Mendiskripsikan skor berdasarkan kriteria yang ditentukan BSNP.

Skor
No. Deskripsi Bab 1 Bab 2 Bab 3 Bab 4 Bab 5 Bab 6 Bab 7
a b c d e a b c d e f a b c a b c a b c d a b c d e a b C d e f
1 Ada materi prasyarat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 Ada penjelasan awal 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
3 Ada tujuan pembelajaran 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
4 Ada epitome 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Epitome relevan dengan materi
5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
yang akan dibahas
6 Menyampaikan manfaat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
120

mempelajari materi yang akan


dibahas
Ada contoh-contoh yang
7 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1
mendukung materi
8 Ada soal-soal latihan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Ada kunci jawaban untuk soal
9 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
yang sulit
10 Ada kegiatan siswa 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0
Ada tugas untuk siswa seperti
11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
membuat jurnal, rigkasan, dll
12 Ada kalimat ajakan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
13 Ada kalimat arahan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Ada pertanyaan-pertanyaan
14 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
saat penyampaian materi
Terdapat kalimat-kalimat yang
menggunakan kata gati orang
15 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
kedua yang khusus merujuk ke
siswa
Ada perintah berdiskusi
16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
dengan teman
Materi pembelajaran telah
disesuaikan dengan lingkungan
17 yang berupa benda yang ada di 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1
sekitar siswa sebagai konteks
pembelajaran
18 Materi pembelajaran telah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0
121

disesuaikan dengan lingkungan


yang berupa peristiwa yang
ada di 0sekitar siswa sebagai
konteks pembelajaran
Materi pembelajaran telah
disesuaikan dengan lingkungan
19 yang berupa keadaan yang ada 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
di sekitar siswa sebagai
konteks pembelajaran
Arahan untuk mengemukakan
20 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
pendapat
Ada kegiatan siswa yang
21 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
dilakukan secara berkelompok
Jumlah 7 4 5 4 9 7 5 5 4 8 4 5 5 5 8 5 5 5 7 10 7 8 8 8 6 6 4 6 4 4 4 6

Hasil Penilaian Buku Ajar Fisika


Skor Maksimum untuk Masing-masing Sub Bab : 21

Skor Maksimal Tiap DP Masing-masing


No. Bab Sub Bab Skor Jumlah
Bab Bab
A 7
B 4
1 1 C 5 29 105 27,62%
D 4
E 9
2 2 A 7 33 126 26,19%
122

B 5
C 5
D 4
E 8
F 4
A 5
3 3 B 5 15 63 23,81%
C 5
A 8
4 4 B 5 18 63 28,57%
C 5
A 5
B 7
5 5 29 84 34,52%
C 10
D 7
A 8
B 8
6 6 C 8 36 105 34,29%
D 6
E 6
A 4
B 6
C 4
7 7 28 126 22,22%
D 4
E 4
F 6
JUMLAH 188 672
123

DP TOTAL 27,98%
124

Lampiran 16
Penilaian Pengembangan Keterampilan Proses Sampel Buku A

Butir 2 : Pengembangan Keterampilan Proses


Judul Buku : Kompetensi Fisika
Kode Buku :A
Langkah : a. Membaca dan mencermati buku pada tiap sub bab.
b. Mengidentifikasi berdasar deskripsi.
c. Memberi skor 1 jika sesuai dengan deskripsi dan skor 0 jika tidak sesuai deskripsi pada lembar observasi.
d. Menghitung skor yang diperoleh.
e. Mendiskripsikan skor berdasarkan kriteria yang ditentukan BSNP.

Skor
No. Deskripsi Bab 1 Bab 2 Bab 3 Bab 4 Bab 5 Bab 6 Bab 7 Bab 8
a b c d a b c d e f g h i a b c d a b C A b c d e a b c d e a b c d e f g a B
1 Penjelasan materi
dikaitkan degan 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1
dunia nyata siswa
2 Penjelasan materi
dikaitkan dengan 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
konsepsi awal siswa
3 Aplikasi konseptual
1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1
dalam kehidupan
125

nyata
4 Kegiatan mendukung
0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
konsep dengan benar
5 Kegiatan dikaitkan
dengan kehidupan 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
nyata siswa
6 Soal latihan
mendukung konsep 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1
dengan benar
7 Soal latihan
dikaitkan konsep 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1
dengan benar
8 Soal latihan
dilengkapi kunci
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
penyelesaian dan
pembahasan
9 Merencanakan dan
melakukan 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
kerja/kegiatan ilmiah
10 Mengidentifikasi
objek dan fenomena
0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
dalam sistem yang
ada di alam
11 Mengkomunikasikan
pikiran secara lisan 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1
dan tertulis
12 Mengembangkan
kemampuan 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1
mengambil
126

keputusan
13 Menyajikan
kemampuan
0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1
menyelesaikan suatu
masalah dalam kasus
14 Mengembangkan
0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1
kreativitas
15 Merumuskan
0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
masalah
16 Melakukan
0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
pengamatan
17 Menganalisis dan
menyajikan hasil
0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
pengamatan secara
kritis
18 Mengaitkan satu
konsep dengan
konsep lainnya 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
dalam menjelaskan
suatu fenomena
19 Ada proses yang
menggiring siswa
1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
mengalami kegiatan
langsung
JUMLAH
4 14 4 10 11 6 5 15 14 6 5 3 5 5 3 2 8 15 7 7 7 3 4 3 15 15 6 5 5 8 6 13 4 4 5 5 3 3 11
127

Hasil Penilaian Buku Ajar Fisika


Skor Maksimum untuk Masing-masing Sub Bab : 19

Skor Maksimal Tiap DP Masing-masing


No. Bab Sub Bab Skor Jumlah
Bab Bab
A 4
B 14
1 1 32 76 42,1%
C 4
D 10
A 11
B 6
C 5
D 15
2 2 E 14 70 171 40,94%
F 6
G 5
H 3
I 5
A 5
B 3
3 3 18 76 23,68%
C 2
D 8
A 15
4 4 B 7 29 57 50,88%
C 7
128

A 7
B 3
5 5 C 4 32 95 33,68%
D 3
E 15
A 15
B 6
6 6 C 5 39 95 41,05
D 5
E 8
A 6
B 13
C 4
7 7 D 4 40 133 30,08%
E 5
F 5
G 3
A 3
8 8 14 38 36,84%
B 11
Jumlah 274 741
DP Total 36,98%
129

Lampiran 17

Penilaian Pengembangan Keterampilan Proses Sampel Buku B

Butir 2 : Pengembangan Keterampilan Proses


Judul Buku : Fisika untuk SMA Kelas X
Kode Buku :B
Langkah : a. Membaca dan mencermati buku pada tiap sub bab.
b. Mengidentifikasi berdasar deskripsi.
c. Memberi skor 1 jika sesuai dengan deskripsi dan skor 0 jika tidak sesuai deskripsi pada lembar observasi.
d. Menghitung skor yang diperoleh.
e. Mendiskripsikan skor berdasarkan criteria yang ditentukan BSNP.

Skor
No. Deskripsi Bab 1 Bab 2 Bab 3 Bab 4 Bab 5 Bab 6 Bab 7 Bab 8
a b c a b c A b a b c a b c a b c a b c d a B
1 Penjelasan materi dikaitkan degan dunia nyata siswa 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1
2 Penjelasan materi dikaitkan dengan konsepsi awal siswa 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0
3 Aplikasi konseptual dalam kehidupan nyata 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
4 Kegiatan mendukung konsep dengan benar 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0
5 Kegiatan dikaitkan dengan kehidupan nyata siswa 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0
6 Soal latihan mendukung konsep dengan benar 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0
7 Soal latihan dikaitkan konsep dengan benar 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0
8 Soal latihan dilengkapi kunci penyelesaian dan pembahasan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
130

9 Merencanakan dan melakukan kerja/kegiatan ilmiah 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0


10 Mengidentifikasi objek dan fenomena dalam sistem yang
0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1
ada di alam
11 Mengkomunikasikan pikiran secara lisan dan tertulis 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0
12 Mengembangkan kemampuan mengambil keputusan 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0
13 Menyajikan kemampuan menyelesaikan suatu masalah
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0
dalam kasus
14 Mengembangkan kreativitas 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1
15 Merumuskan masalah 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0
16 Melakukan pengamatan 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0
17 Menganalisis dan menyajikan hasil pengamatan secara
1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0
kritis
18 Mengaitkan satu konsep dengan konsep lainnya dalam
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
menjelaskan suatu fenomena
19 Ada proses yang menggiring siswa mengalami kegiatan
1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0
langsung
JUMLAH 12 5 12 15 13 16 5 6 16 14 16 7 16 13 17 17 17 7 15 4 2 2 3

Hasil Penilaian Buku Ajar Fisika


Skor Maksimum untuk Masing-masing Sub Bab : 21
Skor Maksimal Tiap DP Masing-masing
NO. Bab Sub Bab Skor Jumlah
Bab Bab
A 12
1 1 B 5 29 57 50,88%
C 12
A 15
2 2 44 57 77,19%
B 13
131

C 16
A 5
3 3 11 38 28,95%
B 6
A 16
4 4 B 14 46 57 80,7%
C 16
A 7
5 5 B 16 36 57 63,16%
C 13
A 17
6 6 B 17 51 57 89,47%
C 17
A 7
B 15
7 7 28 76 36,84%
C 4
D 2
A 2
8 8 5 38 13,16%
B 3
Jumlah 250 437
DP Total 57,21%
132

Lampiran 18

Penilaian Pengembangan Keterampilan Proses Sampel Buku C

Butir 2 : Pengembangan Keterampilan Proses


Judul Buku : Fisika Bilingual
Kode Buku :C
Langkah : a. Membaca dan mencermati buku pada tiap sub bab.
b. Mengidentifikasi berdasar deskripsi.
c. Memberi skor 1 jika sesuai dengan deskripsi dan skor 0 jika tidak sesuai deskripsi pada lembar observasi.
d. Menghitung skor yang diperoleh.
e. Mendiskripsikan skor berdasarkan kriteria yang ditentukan BSNP.

Skor
No. Deskripsi Bab 1 Bab 2 Bab 3 Bab 4 Bab 5 Bab 6 Bab 7
a b c d e a b c d e f a b c A b c a b c d a b c d e a b c d e f
1 Penjelasan materi dikaitkan
degan dunia nyata siswa
0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 Penjelasan materi dikaitkan
dengan konsepsi awal siswa
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 Aplikasi konseptual dalam
0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1
kehidupan nyata
4 Kegiatan mendukung konsep 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0
133

dengan benar
5 Kegiatan dikaitkan dengan
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0
kehidupan nyata siswa
6 Soal latihan mendukung konsep
dengan benar
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
7 Soal latihan dikaitkan konsep
dengan benar
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
8 Soal latihan dilengkapi kunci
penyelesaian dan pembahasan
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 Merencanakan dan melakukan
kerja/kegiatan ilmiah
0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0
10 Mengidentifikasi objek dan
fenomena dalam sistem yang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
ada di alam
11 Mengkomunikasikan pikiran
secara lisan dan tertulis
0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0
12 Mengembangkan kemampuan
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0
mengambil keputusan
13 Menyajikan kemampuan
menyelesaikan suatu masalah 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
dalam kasus
14 Mengembangkan kreativitas 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0
15 Merumuskan masalah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0
16 Melakukan pengamatan 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0
17 Menganalisis dan menyajikan
hasil pengamatan secara kritis
0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0
18 Mengaitkan satu konsep dengan
konsep lainnya dalam 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
menjelaskan suatu fenomena
134

19 Ada proses yang menggiring


siswa mengalami kegiatan 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0
langsung
Jumlah 5 3 3 3 9 3 4 3 3 4 4 3 3 3 5 5 4 5 12 4 5 4 5 13 4 3 3 13 3 3 3 4

Hasil Penilaian Buku Ajar Fisika


Skor Maksimum untuk Masing-masing Sub Bab : 19

Skor Maksimal Tiap DP Masing-masing


No. Bab Sub Bab Skor Jumlah
Bab Bab
A 5
B 3
1 1 C 3 22 95 23,16%
D 3
E 8
A 3
B 4
C 3
2 2 21 114 18,42%
D 3
E 4
F 4
A 3
3 3 B 3 9 57 15,79%
C 3
A 5
4 4 14 57 24,56%
B 5
135

C 4
A 5
B 12
5 5 26 76 34,21%
C 4
D 5
A 4
B 5
6 6 C 13 29 95 30,53%
D 4
E 3
A 3
B 13
C 3
7 7 29 114 25,44%
D 3
E 3
F 4
JUMLAH 150 608
DP TOTAL 24,67%
136

Lampiran 19

Penilaian Jenjang Kognitif Soal Latihan Sampel Buku A


Judul Buku : Kompetensi Fisika
Kode Buku :A

Jenjang
No. Bab Jumlah
C-1 C-2 C-3 C-4 C-5 C-6
1 1 2 7 4 2 0 0 15
2 2 0 2 8 5 0 0 15
3 3 0 2 9 4 0 0 15
4 4 1 3 7 4 0 0 15
5 5 2 3 6 4 0 0 15
6 6 1 8 3 3 0 0 15
7 7 0 3 4 8 0 0 15
8 8 4 5 4 2 0 0 15
Jumlah 10 33 45 32 0 0 120

𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒄𝒄−𝟏𝟏


Presentase soal C-1 =
𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔
𝟏𝟏𝟏𝟏
𝑿𝑿 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏%
= 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏
= 8,33%

𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒄𝒄−𝟐𝟐


Presentase soal C-2 =
𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔
𝟑𝟑𝟑𝟑
𝑿𝑿 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏%
= 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏
= 27,5%

𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒄𝒄−𝟑𝟑


Presentase soal C-3 =
𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔
𝟒𝟒𝟒𝟒
𝑿𝑿 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏%
= 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏
= 37,5%

𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒄𝒄−𝟒𝟒


Presentase soal C-4 =
𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔
𝟑𝟑𝟑𝟑
𝑿𝑿 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏%
= 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏
= 26,67%

𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒄𝒄−𝟓𝟓


Presentase soal C-5 =
𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒍𝒍
𝟎𝟎
= 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏 𝑿𝑿 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏%
137

= 0%

𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒄𝒄−𝟔𝟔


Presentase soal C-6 =
𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔
𝟎𝟎
= 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏 𝑿𝑿 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏%
= 0%
138

Lampiran 20

Penilaian Jenjang Kognitif Soal Latihan Sampel Buku B


Judul Buku : Fisika untuk SMA Kelas X
Kode Buku :B

Jenjang
No. Bab Jumlah
C-1 C-2 C-3 C-4 C-5 C-6
1 1 0 14 21 20 0 0 55
2 2 0 3 17 10 0 0 30
3 3 0 2 14 9 0 0 25
4 4 0 7 16 12 0 0 35
5 5 0 3 23 14 0 0 40
6 6 0 3 21 6 0 0 30
7 7 0 1 19 20 0 0 40
8 8 0 0 4 6 0 0 10
Jumlah 0 33 135 97 0 0 265

𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒄𝒄−𝟏𝟏


Presentase soal C-1 =
𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔
𝟎𝟎
= 𝟐𝟐𝟐𝟐𝟐𝟐 𝑿𝑿 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏%
= 0%
𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒄𝒄−𝟐𝟐
Presentase soal C-2 =
𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔
𝟑𝟑𝟑𝟑
𝑿𝑿 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏%
= 𝟐𝟐𝟐𝟐𝟐𝟐
= 12,45%
𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒄𝒄−𝟑𝟑
Presentase soal C-3 =
𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔
𝟏𝟏𝟑𝟑𝟑𝟑
𝑿𝑿 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏%
= 𝟐𝟐𝟐𝟐𝟐𝟐
= 50,94%
𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒄𝒄−𝟒𝟒
Presentase soal C-4 =
𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔
𝟗𝟗𝟗𝟗
𝑿𝑿 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏%
= 𝟐𝟐𝟐𝟐𝟐𝟐
= 36,61%
𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒄𝒄−𝟓𝟓
Presentase soal C-5 =
𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔
𝟎𝟎
= 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏 𝑿𝑿 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏%
= 0%
𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒄𝒄−𝟔𝟔
Presentase soal C-6 =
𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔
139

𝟎𝟎
= 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏 𝑿𝑿 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏%
= 0%
140

Lampiran 21
Penilaian Jenjang Kognitif Soal Latihan Sampel Buku C
Judul Buku : Fisika Bilingual
Kode Buku :C

Jenjang
No. Bab Jumlah
C-1 C-2 C-3 C-4 C-5 C-6
1 1 5 26 6 6 0 0 43
2 2 1 6 15 15 0 0 37
3 3 2 4 15 4 0 0 25
4 4 1 8 15 6 0 0 30
5 5 1 3 18 8 0 0 30
6 6 9 5 32 9 0 0 55
7 7 3 3 19 5 0 0 30
Jumlah 22 55 120 53 0 0 250

𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒄𝒄−𝟏𝟏


Presentase soal C-1 =
𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔
𝟐𝟐𝟐𝟐
𝑿𝑿 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏%
= 𝟐𝟐𝟐𝟐𝟐𝟐
= 8,8%
𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒄𝒄−𝟐𝟐
Presentase soal C-2 =
𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔
𝟓𝟓𝟓𝟓
= 𝟐𝟐𝟐𝟐𝟐𝟐 𝑿𝑿 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏%
= 22%
𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒄𝒄−𝟑𝟑
Presentase soal C-3 =
𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔
𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏
= 𝟐𝟐𝟐𝟐𝟐𝟐 𝑿𝑿 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏%
= 48%
𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒄𝒄−𝟒𝟒
Presentase soal C-4 =
𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔
𝟓𝟓𝟓𝟓
𝑿𝑿 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏%
= 𝟐𝟐𝟐𝟐𝟐𝟐
= 21,2%
𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒄𝒄−𝟓𝟓
Presentase soal C-5 =
𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔
𝟎𝟎
= 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏 𝑿𝑿 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏%
= 0%
𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱𝑱 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒄𝒄−𝟔𝟔
Presentase soal C-6 =
𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋𝒋 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔 𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔𝒔
𝟎𝟎
= 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏 𝑿𝑿 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏%
= 0%
141

You might also like