You are on page 1of 9

Soal : Komoditi : Rambutan (Nephelium lappaceun LINN)

Hasil survey di lokasi kecamatan Indrapuri Kabupaten Aceh Besar sebagai


berikut :
- Temperatur : 26oC
- Curah hujan : 2500 mm
- Drainase : agak terhambat
- Tekstur tanah : pasir = 7.6%, debu = 81.5%, liat = 10.9%
- Kedalaman tanah : > 100 cm
- Kejenuhan basa : 18%
- KTK Liat : > 16
- pH : 4,3
- C-organik : 0,9%
- lereng : 12%
- Bahaya erosi : sedang
- Genangan : F0
Ditanya :
- Tentukan nama tekstur tanah (lampirkan lembar penentuan tekstur dgn
segitiga tekstur)
- Tentukan kelas kesesuaian lahan di lokasi tersebut
- Berikan rekomendasi dari kelas kesesuaian yang didapat (pada daftar
pustaka harus tertera minimal 5 literatur/buku yang terkait dgn topik)
Penilaian Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Rambutan

Kelas Kesesuaian Lahan

Persyaratan karakteristik lahan Nilai Data Kelas Kesesuaian Lahan

Temperatur (tc)
1. Temperatur rata-rata (C) 26˚C S1

Ketersediaan air (wa)


1. Curah Hujan (mm) 2500 mm S1
Ketersediaan Oksigen (oa)
1. Drainase tanah Agak terhambat S2
Media Perakaran (rc)
1. Tekstur Sedang S1
2. Kedalaman Tanah (cm) >100 cm S1

Bahaya erosi (eh)


1. Lereng (%) 12% S2
2. Bahaya erosi Sedang S2
Bahaya banjir (fh)
1. Genangan F0 S1
Ketersediaan Hara (nr)
1. KTK liat >16 S1
2. Kejenuhan basa 18 % S3
3. pH 4,3 S3
4. C-organik 0,9 % S2
Kelas

Ordo S3 nr-2, nr-3 Unit

Sub kelas

Kelas kesesuaian lahan aktual sesuai marginal (S3) dengan faktor pembatas kejenuhan
basa (nr) dan pH (nr). Kesesuaian potensial berubah menjadi kelas kesesuaian lahan
cukup sesuai (S2).

Maka kelas kesesuaian lahan untuk tanaman Rambutan : S3 nr-2, nr-3


Kelas sesuai marginal dengan faktor pembatas : Kejenuhan Basa dan kemasaman
tanah (pH tanah).
Usaha yang perlu dilakukan agar tanah tersebut dapat digunakan secara lestari maka
perlu dilakukan usaha perbaikan sebagai berikut :
- Kejenuhan Basa
Untuk mengatasi kejenuhan basa, bisa dilakukan dengan cara pemberian sulfur atau
belerang. Pemberian belerang bisa dalam bentuk bubuk belerang atau bubuk sulfur
yang mengandung belerang 100%. Pemberian pupuk yang mengandung belerang
kurang efektif jika digunakan untuk menurunkan pH . Beberapa pupuk yang
mengandung belerang yang bisa digunakan antara lain : ZA (Amonium Sulfat),
Magnesium Sulfat, Kalium Sulfat, Tembaga Sulfat, dan Seng Sulfat. Pemberian
bahan organic atau pupuk organic juga dapat menormalkan pH tanah.

- Kemasaman Tanah (pH tanah)


1. Pengapuran
Pengapuran merupakan cara yang dilakukan untuk meningkatkan pH dan
mengatasi keracunan Al. Pemberian kapur bertujuan untuk meningkatkan pH
tanah dari masam ke pH agak netral, serta menurunkan kadar Al.
2. Pemberian Bahan Organik
Bahan organik selain juga dapat meningkatkan kesuburan tanah juga mempunyai
peran penting dalam memperbaiki sifat fisik tanah. Bahan organic dapat
meningkatkan agregasi tanah, memperbaiki aerasi dan perkolasi serta membuat
struktur tanah menjadi lebih remah dan mudah diolah. Bahan organik tanah
melalui fraksi-fraksinya mempunyai pengaruh nyata terhadap pergerakan dan
pencucian hara. Asam sulfat berkorelasi positif dan nyata dengan kadar dan
jumlah ion yang tercuci, sedangkan asam humat berkolerasi negatif dengan kadar
dan jumlah ion yang di cuci. Pupuk organik yang digunakan seperti pupuk hijau,
kotoran ternak, bagas, dan sebagainya.

3. Pemberian Pupuk Phospat


Kekurangan P merupakan salah satu kendala utama bagi kesuburan tanah masam.
Tanah ini memerlukan P dengan takaran tinggi untuk memperbaiki kesuburan
tanah dan meningkatkan produktivitas tanaman. Fosfat alam dengan kandungan
Ca setara CaO yag cukup tinggi mempunyai reaktivitas tinggi sehingga dapat
digunakan pada tanah masam.

4. Pengaturan Sistem Tanam


Pengaturan sistem tanam sebernarnya hanya bersifat untuk mencegah
kemasaman tanah. Tanaman akan tumbuh lebih baik dengan tanah yang sudah
diberakan selama beberapa musim.

5. Pemberian Mikroorganisme
Terdapat bahan organic yang belum terurai juga akan menyumbangkan tingkat
kemasaman tanah. Pemberian mikroorganisme pengurai akan mempercepat
dekomposisi bahan organik dalam tanah sehingga akan membantu ketersediaan
dan keseimbangan unsur hara. Selain itu perombakan bahan organic juga akan
menyeimbangkan KTK tanah.
Mengenal Tanaman Rambutan

Kingdom : Plantae ( Tumbuhan )


Subkingdom : Tracheobionta ( Tumbuhan berpembuluh )
Super Divisi : Spermatophyta ( Menghasilkan biji )
Devisi : Magnoliophyta ( Tumbuhan berbunga )
Kelas : Magnoliopsida ( Berkeping dua/dikotil )
Subkelas : Rosidae
Ordo : Sapindales
Family : Sapindaceae
Genus : Nephelium
Spesies : Nephelium lappaceum L.

Rambutan adalah tanaman tropis yang tergolong ke dalam suku lerak-lerakan


atau sapindaceae dan berasal dari bentuk buahnya yang mempunyai kulit menyerupai
rambut. Rambutan banyak terdapat di daerah tropis, seperti Indonesia, Malaysia,
Thailand dan Srilangka.
Buah rambutan mempunyai gizi, zat tepung, protein, asam amino, lemak, dan
enzim. Pohon dengan tinggi 15-25 m ini mempunyai banyak cabang. Daun majemuk
menyirip letaknya berseling, dengan anak daun 2-4 pasang. Helaian anak daun bulat
lonjong, panjang 7,5-20 cm, lebar 3,5-8,5 cm, ujung dan pangkal runcing, tepi rata,
pertulangan menyirip, tangkai silindris, warnanya hijau, kerap kali mengering. Bunga
tersusun pada tandan di ujung ranting, harum, kecil-kecil, warnanya hijau muda. Bunga
jantan dan bunga betina tumbuh terpisah dalam satu pohon. Bentuk buah bulat lonjong,
pangan 4-5 cm, dengan duri temple yang bengkok, lemas sampai kaku.
Dalam rangka mendukung peningkatan produksi rambutan, baik secara
intensifikasi maupun ekstensifikasi, maka dilakukan evaluasi kesesuaian lahan.
Evaluasi ini mengacu pada referensi kondisi lingkungan yang baik sebagai syarat
tumbuh tanaman rambutan. Hasil dari kesesuaian lahan akan merepresentasikan lahan
mana yang cocok untuk tanaman rambutan, baik tanpa factor pembatas maupun dengan
faktor pembatas ringan.

Syarat pertumbuhan rambutan


1. Iklim
- Dalam budidaya rambutan angin berperan dalam penyerbukan bunga.
- Intensitas curah hujan yang dikehendaki oleh pohon rambutan berkisar 1500-2500
mm/tahun dan merata sepanjang tahun.
- Sinar matahari harus dapat mengenai seluruh areal penanaman dari terbit hingga
terbenam, intensitas pancaran sinar matahari erat kaitan nya den gan suhu
lingkungan.
- Tanaman rambutan akan dapat tumbuh berkembang serta berbuah dengan optimal
pada suhu sekitar 25-28 ˚C yang diukur pada siang hari. Kekurangan sinar matahari
dapat menyebabkan penurunan hasil atau kurang sempurna.
- Kelembaban udara yang dikehendaki cenderung rendah karena kebanyakan
tumbuh di daratan rendah. Apabila udara mempunyai kelembaban yang rendah
berarti udara kering karena miskin uap air. Kondisi demikian cocok untuk
pertumbuhan tanaman rambutan.

2. Media Tanam
- Rambutan dapat tumbuh baik pada lahan yang subur dan gembur serta sedikit
mengandung pasir, juga dapat tumbuh pada tanah yang banyak mengandung bahan
organic atau pada tanah yang keadaan liat dan sedikit pasir.
- Pada dasarnya tingkat keasaman tanah (pH) tidak terlalu jauh berbeda dengan
tanaman perkebunan lainnya yang antara kurang 6-6,7 dan apabila kurang dari 5,5
perlu dilakukan pengapuran terlebih dahulu.
- Kandungan air dalam tanaman rambutan tidak tergantung pada letak dan kondisi
tanah, karena keadaan tanah dapat dibentuk sesuai dengan tata cara penanaman
yang benar sesuai dengan petunjuk yang ada.
- Pada dasarnya tanaman rambutan tidak tergantung pada letak dan kondisi tanah,
karena keadaan tanah dapat di bentuk sesuai dengan tata cara penanaman yang
benar.

3. Ketinggian Tempat
- Rambutan dapat tumbuh subur pada daratan rendah dengan ketinggian antara 30-
500 mdpl. Pada ketinggian dibawah 30 m dpl rambutan dapat tumbuh namun tidak
begitu baik hasilnya.

Klasifikasi kesesuaian lahan


Struktur klasifikasi kesesuaian lahan menurut kerangka FAO (1976) dapat
dibedakan menurut tingkatannya, yaitu tingkat Ordo, Kelas, Subkelas dan Unit. Ordo
adalah keadaan kesesuaian lahan secara global. Pada tingkat ordo kesesuaian lahan
dibedakan antara lahan yang tergolong sesuai (S=Suitable) dan lahan yang tidak sesuai
(N=Not Suitable).
Kelas adalah keadaan tingkat kesesuaian dalam tingkat ordo. Berdasarkan
tingkat detail data yang tersedia pada masing-masing skala pemetaan, kelas kesesuaian
lahan dibedakan menjadi: (1) Untuk pemetaan tingkat semi detail (skala 1:25.000-
1:50.000) pada tingkat kelas, lahan yang tergolong ordo sesuai (S) dibedakan ke dalam
tiga kelas, yaitu: lahan sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2), dan sesuai marginal (S3).
Sedangkan lahan yang tergolong ordo tidak sesuai (N) tidak dibedakan ke dalam kelas-
kelas. (2) Untuk pemetaan tingkat tinjau (skala 1:100.000-1:250.000) pada tingkat
kelas dibedakan atas Kelas sesuai (S), sesuai bersyarat (CS) dan tidak sesuai (N).
Kelas S1 : Lahan tidak mempunyai faktor pembatas yang berarti atau nyata terhadap
penggunaan secara berkelanjutan, atau faktor pembatas bersifat minor dan
tidak akan berpengaruh terhadap produktivitas lahan secara nyata.
Kelas S2:Lahan mempunyai faktor pembatas, dan faktor pembatas ini akan
berpengaruh terhadap produktivitasnya, memerlukan tambahan masukan
(input). Pembatas tersebut biasanya dapat diatasi oleh petani sendiri.
Kelas S3 : Lahan mempunyai faktor pembatas yang berat, dan faktor pembatas ini akan
sangat berpengaruh terhadap produktivitasnya, memerlukan tambahan
masukan yang lebih banyak daripada lahan yang tergolong S2. Untuk
mengatasi faktor pembatas pada S3 memerlukan modal tinggi, sehingga
perlu adanya bantuan atau campur tangan (intervensi) pemerintah atau
pihak swasta.
Kelas N Lahan yang karena mempunyai faktor pembatas yang sangat berat dan/atau
sulit diatasi.
Subkelas adalah keadaan tingkatan dalam kelas kesesuaian lahan. Kelas
kesesuaian lahan dibedakan menjadi subkelas berdasarkan kualitas dan karakteristik
lahan (sifat-sifat tanah dan lingkungan fisik lainnya) yang menjadi faktor pembatas
terberat, misal Subkelas S3rc, sesuai marginal dengan pembatas kondisi perakaran
(rc=rooting condition).
Unit adalah keadaan tingkatan dalam subkelas kesesuaian lahan, yang
didasarkan pada sifat tambahan yang berpengaruh dalam pengelolaannya. Contoh kelas
S3rc1 dan S3rc2, keduanya mempunyai kelas dan subkelas yang sama dengan faktor
penghambat sama yaitu kondisi perakaran terutama faktor kedalaman efektif tanah,
yang dibedakan ke dalam unit 1 dan unit 2. Unit 1 kedalaman efektif sedang (50-75
cm), dan Unit 2 kedalaman efektif dangkal (<50 cm). Dalam praktek evaluasi lahan,
kesesuaian lahan pada kategori unit ini jarang digunakan.
Tekstur Tanah
Tekstur merupakan komposisi partikel tanah halus (diameter 2 mm) yaitu pasir,
debu dan liat. Tekstur dapat ditentukan di lapangan seperti disajikan pada Tabel 4, atau
berdasarkan data hasil analisis di laboratorium dan menggunakan segitiga tekstur
seperti disajikan pada Gambar 2.
Pengelompokan kelas tekstur adalah:
Halus (h) : Liat berpasir, liat, liat berdebu Agak halus (ah) : Lempung berliat,
lempung liat berpasir, lempung liat berdebu Sedang (s) : Lempung berpasir sangat
halus, lempung, lempung berdebu, debu Agak kasar (ak) : Lempung berpasir Kasar (k)
: Pasir, pasir berlempung Sangat halus (sh) : Liat (tipe mineral liat 2:1).

You might also like