Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
”Jas Merah’ jangan sekali-kali melupakan sejarah” begitulah kata bung
Karno sosok proklamator Indonesia. Dengan perkataan tersebut seakan-akan kita
sebagai anak cucu beliau diingatkan untuk selalu mengenang dan belajar dari
sejarah untuk kebaikan bangsa dan negara kita di masa depan. Sejarah dapat
menjadi motivasi tersendiri bagi suatu bangsa untuk bangkit dari keterpurukan
ataupun mempertahankan kejayaannya yang sudah lama dibangun oleh para
pendahulunya. Bangsa Indonesia seharusnya banyak bercermin ke peristiwa-
peristiwa terdahulu. Apalgi ditengah kegaduhan yang tengah melanda bangsa ini.
Sejarah memberikan kita banyak pelajaran tentang bagaimana kita menyikapi
kehidupan berbangsa dan bernegara.Sebagai generasi penerus bangsa dan yang
nantinya akan menerima estafet tonggak kepeminpinan mahasiswa seharusnya tau
betul bagaimana perjuangan para pendahulu mendirikan bangsa Indonesia dan
bagaimana mereka mempertahankannya.
Salah satu contoh sejarah yang sangat penting untuk dipelajari dan di
ambil hikmahnya adalah sejarah tentang perkembangan politik dan proses
pemerintahan di Indonesia. Seharusnya kita tau bagaimana Bapak Bung Karno
berusaha membuat bangsa Indonesia yang terpinpin demi bangsa Indonesia yang
lebih baik kedepannya menurut beliau di masa orde lama. Bagaimana Bapak
Soeharto mempertahnkan puncak keuasaannya agar senantiasa bisa memantau
bangsa dari sudut yang paling bagus dan mampu mengontrol penuh perkebangan
ekonomi bangsa di masa orde baru. Hingga bagaimana masa reformasi yang
menerapkan kebebasan yang demokratis bagi seluruh aspek masyarakat seperti
yang kita rasakan saat ini.
1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan yang ingin diangkat di makalah ini adalah tentang
bagaimana sebenarnya peran orde lama, orde baru dan reformasi dalam
perkembangan politik, pemerintahan dan sosial di Indonesia. Sejauh mana
masing-masing orde/masa memberikan perannya untuk membantu memajukan
bangsa Indonesia atau dampak buruk apa yang ditimbulkan dari masa/orde
tersebut.
1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk menjelaskan perkembangan politik pada
masa orde lama, orde baru dan redormasi. Selain itu makalah ini juga bertujuan
untuk memberikan penjelasan bagaimana dampak positif dan negatif masing-
masing orde/masa bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Diharapkan dengan
adanya penjelasan seperti ini semakin menambah rasa nasionalisme dari pembaca
dan menambah kecintaannya kepada bangsa Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
Solusi dari masalah yang sedang bergejolak tidak juga berhasil. Maka
Presiden mengeluarkan Surat Perintah Sebelas Maret 1966(SUPERSEMAR) yang
ditujukan bagi Letjen Soehato guna mengambil langkah yang dianggap perlu
untuk mengatasi keadaan Negara yang semakin kacau dan sulit dikendalikan. Atas
dasar Surat Perintah Sebelas Maret 1966 ini,maka lahirlah Orde Baru. Suatu
ideologi bangsa merupakan kesepakatan bersama atas nama bangsa, ideologi masa
orde lama yang mengakibatkan berbagai penyimpangan-penyimpangan yang tidak
berdasarkan pancasila akan tetapi ideologi yang berdasarkan otoriter. Masa orde
lama yang menyimpang seperti contoh gerakan pemberontakan PKI yang lupa
akan pancasila norma-norma yang ada untuk mewujudkan bangsa yang damai dan
sejahtera.Hal-hal lain yang merupakan bentuk munculnya orde baru dalam hal
ideologi ialah
d. Pemilihan umum
Selama masa orde baru melaksanakan pemilihan umum sebanyak enam
kali yang di selenggarakan lima tahun sekali.yaitu tahun 1971, 1977, 1982,
1987, 1992, 1997.
Gerakan reformasi lahir sebagai jawaban atas krisis yang melanda berbagai
segi kehidupan. Krisis politik, ekonomi, hukum, dan krisis sosial merupakan
faktorfaktor yang mendorong lahirnya gerakan reformasi. Bahkan, krisis
kepercayaan telah menjadi salah satu indikator yang menentukan. Reformasi
dipandang sebagai gerakan yang tidak boleh ditawar- tawar lagi dan karena itu,
hampir seluruh rakyat Indonesia mendukung sepenuhnya gerakan reformasi
tersebut. Dengan semangat reformasi, rakyat Indonesia menghendaki adanya
pergantian kepemimpinan nasional sebagai langkah awal menuju terwujudnya
masyarakat yang adil dan makmur. Pergantian kepemimpinan nasional diharapkan
dapat memperbaiki kehidupan politik, ekonomi, hukum, sosial, dan budaya.
Indoenesia harus dipimpin oleh orang yang memiliki kepedulian terhadap
kesulitan dan penderitaan rakyat (BBC Indonesia, 2008).
Di tengah kritik yang datang dari dalam dan luar ABRI tersebut, pada
pertengahan 1998 ABRI melontarkan redefinisi, reposisi dan reaktualisasi peran
ABRI. Ini merupakan salah satu wujud reformasi internal ABRI. Adapun yang
dimaksud dengan redefinisi, reposisi, dan reaktualisasi peran ABRI dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Redefinisi
Hal ini dimaksudkan bahwa Dwi Fungsi ABRI di masa reformasi telah
diubah terminologinya menjadi peran ABRI, hal ini dimaksudkan untuk
menghindari salah tafsir. Selama ini Dwi Fungsi diidentikkan dengan
kekaryaan. Istilah peran ABRI mengandung pemahaman adanya integrasi
fungsi pertahanan keamanan dan sosial politik secara utuh sehingga tidak
ada lagi peran dikotomis dan distingtif.
b. Reposisi
Reposisi diformulasikan sebagai penataan kembali posisi ABRI yang
diletakkan pada wacana kehidupan bangsa, yang berpangkal dan berujung
pada titik kebebasan dan transparansi dengan ketertiban dan kepastian
sebagai pagar kebebasan. Pengambilan posisi tersebut menggambarkan
betapa ABRI disamping pro aktif dalam menjamin keamanan dan
mendorong terwujudnya kehidupan demokratis, ABRI juga concern dalam
pembangunan nasional. ABRI telah membuka diri terhadap saran dan
kritikan. Sikap terbuka ini bermakna bahwa ABRI dapat menerima
perkembangan pemahaman pemikiran untuk berhasilnya reformasi
internalnya.
c. Reaktualisasi
Dalam reaktualisasi akan dituangkan upaya penataan kembali
implementasi peran ABRI pada masa mendatang. Sudah menjadi
komitmen ABRI untuk menerapkan perannya di masa depan secara tepat
sesuai perkembangan zaman dan aspirasi masyarakat. Ini dikarenakan
peran ABRI pada masa lalu dipandang sudah tidak aktual dan ketinggalan
zaman.
Selain itu ABRI juga melakukan perubahan yang sangat signifikan dalam
Peran ABRI abad 21 yang meliputi:
Pemisahan Polri dari ABRI yang telah dilakukannya pada tanggal 1 Apri1
1999.
Mengubah Staf Sosial Politik ABRI menjadi Staf Teritorial TNI.
Menghapus Dewan Sosial Politik di Pusat dan di Daerah.
Memutuskan untuk melikuidasi Staf Kekaryaan ABRI.
Memerintahkan para anggota ABRI aktif yang bertugas di luar organisasi
ABRI untuk memilih pensiun atau alih status atau kembali ke ABRI tanpa
jabatan agar tidak ada standar ganda dalam bertugas.
Setuju pengurangan Fraksi ABRI di DPR dari 75 menjadi 38.
ABRI keluar dari politik praktis.
ABRI bersikap netral dan mengambil jarak yang sama dengan semua
partai politik.
Pemutusan hubungan organisatoris dengan Golkar.
Pembubaran Badan Koordinasi dan Strategi Nasional (Bakorstanas) dan
Badan Koordinasi dan Strategi Daerah (Bakorstanasda).
Pada masa reformasi konfigurasi politik di DPR dan MPR tidak berubah,
sama dengan konfigurasi politik yang dihasilkan melalui Pemilu 1997, yang tetap
didominasi oleh Golkar dan ABRI. Tetapi karena adanya reformasi disertai
penggantia n presiden maka merubah sifat lama anggota MPR dan DPR tersebut
dan mengikuti tuntutan reformasi antara lain : keterbukaan, demokratisasi,
peningkatan perlindungan HAM, pemeberantasan KKN, reformasi sistem politik
dan ketatanegaraan, termasuk amanddemen atas UUD 1945.
Hukum yang dibentuk dalam rangka politik hukum dalam masa reformasi melalui
bentuk Ketetapan MPR antara lain adalah :
1. Tap MPR No. XIII/1998 tentang masa jabatan Presiden dan Wapres yang
hanya dapat memegang jabatan untuk dua periode saja
2. Tap MPR XIV/1998 tentang Pemilu, yang ditentukan pada bulan Mei
1999 yang sedianya dilaksankan pada tahun 2002
3. Tap. MPR No. XI/MPR/1998, yang berisi pelaksanaan dan
penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dari unsure korupsi, kolusi,
dan nepotisme (KKN).
4. Tap. MPR No. XV/MPR/1998, yang berisi proses penyelenggaraan
Otonomi Daerah.
5. Tap. MPR No. XVI/MPR/1998, yang berisi tentang kehidupan politik
ekonomi dalam rangka melanggengkan konsep demokrasi ekonomi.
6. Tap. MPR No. XVII/MPR/1998, yang berisi mengenaipenegakan Hak
Asasi Manusia (HAM).
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
BBC Indonesia. (2008, Mei 9). Masa Reformasi. Retrieved Maret 1, 2017, from
BBC: http://news.bbc.co.uk/2/hi/asia-pacific/country_profiles/1260546.stm